terhadap proses belajar membelajarkan di masyarakat. Di lihat proses belajar pembelajaran (BPM) dapat dibedakan menjadi dua, yakni SECARA PEDAGOGIK, dan ANDRAGOGIK. Pedagogi, belajar berdasarkan kanak-kanak dan binatang percobaan. Proses belajar mengajar berdasarkan pengalaman yakni pengalihan (transfer of learning) Lanjutan Konsepsi Dasar "pedagogi“ berasal dari bhs. Yunani: paid berarti kanak-kanak dan agogos berarti memimpin. Pedagogi mengandung arti memimpin anak-anak atau "suatu ilmu dan seni mengajar kanak-kanak". Akhirnya pedagogi kemudian didefinisikan secara umum sebagai "ilmu dan seni mengajar". Andragogi, bhs Yunani, yakni Andra berarti orang dewasa dan agogos berarti memimpin. Jadi, andragogi adalah “suatu seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar" Historis Perkembangan POD Andragogi pertama kali digunakan oleh Alexander Kapp pada tahun 1883. Upaya-upaya untuk memadukan konsep-konsep, pandangan-pandangan dan hasil-hasil penelitian tentang karakteristik belajar orang dewasa kedalam suatu konsep yang terpadu. Konsep-konsep tersebut, dimulai pada awal 1949 oleh Harry Overstret (The Mature Mind) Knowles, th. 1950 (Informal Adult Education), Edmund Brunner, th. 1954 (Overview of Research in Adult Education) Kidd (How Adults Learn) pada tahun 1959, dan diteruskan lagi dengan karya J.R. Gibb dan Miller pada tahun 1960 dan 1964. Pendekatan pendidikan orang dewasa ini biasa digunakan untuk pendekatan pembelajaran partisipatif, dan ini cocok untuk pendekatan dalam pembelajaran masyarakat dalam kuliah kerja nyata di LPPM UNS surakarta. Metode Pendidikan Partispasitif merupakan pembelajaran ideal. Dimana prinsip yang digunakan dalam metode pendidikan partisipatif ini adalah pendekatan pendidikan orang dewasa. Metode Pembelajaran OD Metode pembelajaran partisipatif ini bermacam ragam, yang dapat digolongkan ke dalam tiga kategori, yaitu: a. metode pembelajaran perorangan (individual methods), b. metode pembelajaran kelompok (group methods), dan c. metode pembelajaran massal atau pemberdayaan masyarakat (community empowerment methods). Kesemuanya ini akan dilakukan oleh mahasiswa dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat selama ber KKN di masyarakat Asumsi POD Citra Diri (Self consept) Akomulasi Pengalaman (The Accomulation of Experiences) Kesiapan Belajar (readness) Nirwana Waktu dan Arah Belajar (time of perspective) Pendekatan POD menurut Knowles berasal dari asumsi-asumsi Humanistic. Perhatian dasar dari humanistik adalah "Manusia Seutuhnya (Man in his Wholenness). Belajar adalah proses melibatkan diri dalam interaksi antara dirinya sendiri dengan perkembangan diluar dirinya. Masalah dasar yang dihadapi pendidik orang dewasa adalah sebagai berikut. Pertama, bagaimana memberi motivasi belajar orang dewasa dan bahan/materi semacam apa yang tidak menimbulkan salah motivasi. Pendidik dapat memacu belajar dengan menambah faktor eksternal positif yang mempengaruhi dan memperkokoh belajar. Kedua, belajar terkait dengan seluruh kehidupan seseorang. Dengan demikian belajar terjadi sepanjang kehidupan seseorang sebagai respons terhadap pengalaman untuk mendorong perkembangan lebih lanjut. Belajar pada masa lalu akan berpengaruh dan terintegrasi ke dalam belajar pada tahap sekarang. Inilah dasar yang melandasi orang dewasa belajar dengan penuh perhatian, pikiran dan seluruh tenaganya. Langkah-langkah Pelaksanaan POD Langkah-langkah kegiatan dan pengorganisasian program partisipatif orang dewasa yang menggunakan asas-asas pendekatan andragogi, selalu melibatkan tujuh proses sebagai berikut : a. Menciptakan iklim untuk belajar b. Menyusun suatu bentuk perencanaan kegiatan secara bersama dan saling membantu c. Menilai atau mengidentifikasikan minat, kebutuhan dan nilai-nilai d. Merumuskan tujuan belajar e. Merancang kegiatan belajar f. Melaksanakan kegiatan belajar g. Mengevaluasi hasil belajar (menilai kembali pemenuhan minat, kebutuhan dan pencapaian nilai- nilai. PRINSIP-PRINSIP BELAJAR UNTUK ORANG DEWASA Prinsip merupakan hal yang pokok dalam suatu kegiatan pembelajaran. Prinsip harus menjadi dasar pada setiap kegiatan pendidikan orang dewasa, agar kegiatan tersebut berjalan secara lancar dan smooth serta sesuai dengan tujuan dan maksud dari POD itu sendiri. Kondisi belajar antara satu subyek didik dengan subyek didik yang lain sangat bervariasi. Kemampuan pendidik orang dewasa untuk mengantisipasinya mutlak diperlukan agar proses belajar membelajarkan tidak terganggu. KONDISI BELAJAR DAN PRINSIP PEMBELAJARANNYA Prinsip-prinsip membelajarkan (MERASAKAN ADANYA KEBUTUHAN UNTUK BELAJAR)
1. Pendidik menunjukkan kepada subyek belajar
kemungkinan-kemungkinan baru untuk self- fulfillment, 2. pendidik membantu memperjelas aspirasi subyek didik dalam rangka meningkatkan kenampuan dan tingkah lakunya, 3. Pendidik membantu subyek didik dalam mendiagnosis kesenjangan antara aspirasi dan kemampuannya yang mereka miliki sekarang, dan 4. Pendidik membantu mengidentifikasi masalah yang dihadapi subyek didik sehari-hari. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN UNTUK LINGKUNGAN FISIK NYAMAN, SALING MENGHORMATI, SALING MEMPERCAYAI, SALING MEMBANTU, MEMPUNYAI KEBEBASAN UNTUK MENYAMPAIKAN PENDAPAT, DAN DAPAT MENERIMA ADANYA PERBEDAAN-PERBEDAAN, 1. Pendidik memberikan kondisi-kondisi fisik yang confortable (tempat duduk, tempat merokok, ventilasi dan sebaginya) memungkinkan terjadinya interaksi yang menyeluruh (kalau bisa tidak ada seorangpun yang duduk di belakang orang lain, 2. Pendidik menerima setiap subyek didik sebagai seorang manusia yang terhormat dan menghargai perasaan serta ide- ide yang dimiliki, 3. Pendidik mengusahakan terbentuknya suatu hubungan yang aling percaya dan saling membantu diantara subyek didik dengan jalan mendorong terlaksananya aktifitas bersama dan mengurangi suasana kompetensi,dan 4. Pendidik tidak memanipulasi dirinya sendiri dan menyumbangkan sumber-sumber yang dimiliki dalam rangka mutual iquiry. TUJUAN-TUJUAN BELAJAR MERUPAKAN TUJUAN MEREKA PULA, MAKA PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARANNYA Pendidik melibatkan diri dalam proses menformu- lasikan tujuan-tujuan belajar dimana kebutuhan subyek didik, pendidik, institusi dan kebutuhan masyarakat secara umum juga perlu diperhitungkan SEMUA SUBYEK DIDIK MENERIMA BAGIAN TANGGUNG JAWAB DALAM MERENCANAKAN DAN MELAKSANAKAN PENGALAMAN BELAJAR SEHINGGA MEREKA MEMPUNYAI TANGGUNG JAWAB BERSAMA. prinsip pembelajarannya : Pendidik menyumbangkan pikiran-pikirannya tentang beberapa pilihan yang tersedia untuk mendesain pengalaman belajar, pemilihan materi serta metode belajar dan bersama-sama dengan subyek didik menentukan pilihan bersama-sama. SUBYEK DIDIK BERPARTISIPASI SECARA AKTIF DALAM PROSES BELAJAR, maka prinsip membe- lajarkannya adalah Pendidik membantu subyek didik untuk belajar mengorganisasikan diri mereka sendiri dalam melaksanakan tugas secara berkelompok, belajar secara independen dan lain-lain. Pendidik juga ikut bertanggung jawab dalam proses mutual inquiry PROSES BELAJAR HARUS BERKAITAN DENGAN PEMANFAATAN SEBESAR-BESARNYA PENGA-LAMAN SEMUA SUBYEK DIDIK, maka prinsip pembelajarannya 1. Pendidik membantu subyek didik untuk memanfaatkan pengalamannya masing-masing sebagai sumber belajar melalui teknik-teknik diskusi, permainan peranan, metode kasus dan lain-lain, 2. Pendidik memberikan sumber-sumber yang dimilikinya sesuai dengan pengalaman yang dimiliki setiap warga belajar, 3. Pendidik membantu subyek didik untuk menerapkan hasil-hasil yang telah dipelajarinya ke dalam pengalaman masing-masing, sehingga lebih terintegrasi dan mempunyai arti. SUBYEK DIDIK MERASA ADANYA KEMAJUAN DALAM MENCAPAI TUJUAN-TUJUAN YANG INGIN DICAPAI, maka prinsip-prinsip pembelajarannya adalah 1. Pendidik mengikutsertakan semua subyek didik dalam mengembangkan kriteria dan metode- metode yang dapat diterima guna mengukur kemajuan belajar yang dicapai disesuaikan dengan tujuan belajar yang telah ditetapkan, dan 2. Pendidik membantu semua subyek didik dalam mengembangkan serta menerapkan cara-cara mengevaluasi diri sendiri sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.. Prinsip POD 1. Orang dewasa belajar dengan baik apabila dia secara penuh ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan 2. Orang dewasa belajar dengan baik apabila menyangkut mana yang menarik bagi dia dan ada kaitan dengan kehidupannya sehari-hari. 3. Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila apa yang ia pelajari bermanfaat dan praktis bagi kehidupannya. 4. Dorongan semangat dan pengulangan yang terus menerus akan membantu seseorang dewasa belajar lebih baik . Lanjutan Prionsip POD
5. Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila ia
mempunyai kesem-patan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuannya, kemampuannya dan keterampilannya dalam waktu yang cukup. 6. Proses belajar dipengaruhi oleh pengalaman- pengalamannya di masa lalu dan daya pikir dari warga belajar orang dewasa. 7. Saling pengertian yang baik dan sesuai dengan ciri- ciri utama dari orang dewasa membantu pencapaian tujuan dalam belajar. KARAKTERISTIK WARGA BELAJAR DEWASA 1. Belajar orang dewasa adalah belajar seumur hidup. Segala pengetahuan, ketrampilan dan sikap baru yang diterima oleh orang dewasa secara sadar/tidak menunjukkan terjadinya proses belajar dalam diri orang dewasa. Dengan demikian belajar bagi orang dewasa tidak hanya terhenti ketika pendidikan formalnya berhenti tetapi terus berlangsung seumur hidup. Lanjutan Karakteristik WB Dewasa
2.Belajar orang dewasa adalah belajar yang
mengharapakan perubahan. Terjadinya belajar bagi orang dewasa, dikarenakan orang dewasa secara sadar mengharapkan perubahan dalam dirinya. Perubahan itu bisa berkenaan dengan perubahan pengetahuan, ketrampilan atau sikap mereka. Sesuatu yang sudah diketahui oleh orang dewasa dan diulang kembali hanya akan menimbulkan kejenuhan bagi orang dewasa saja. Lanjutan Karakteristik WB Dewasa
3. Belajar orang dewasa adalah merupakan sebagian
dari fungsi perkembangan manusia. Salah satu fungsi perkembangan manusia adalah terjadinya proses belajar pada diri manusia. Dengan belajar manusia berkembang dan berubah sesuai dengan tuntutan yang ada di masyarakat. Orang dewasa dituntut untuk menyesuaikan diri dan dalam masa penyesuaian itulah orang dewasa berkembang. Lanjutan Karakteristik WB Dewasa
4.Belajar orang dewasa sebagian bersifat naluriah.
Acapkali orang dewasa secara tidak disadari telah melakukan proses belajar. Belajar dilakukan hanya didorong oleh naluri ingin belajar semata-mata, tanpa ada paksaan atau dorongan dari pihak lain. 5.Belajar orang dewasa mengarah pada pengalaman. Pada diri orang dewasa belajar tidak semata-mata mengacu pada aspek pengetahuan saja. Pengalaman yang sudah terbukti dan terbukti manfaatnya akan lebih diikuti oleh orang dewasa. Lanjutan Karakteristik WB Dewasa
6. Belajar orang dewasa bersifat pribadi.
Individual adalah salah satu ciri belajar orang dewasa. Orang dewasa mempunyai tujuan belajar, motivasi, harapan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Mereka mempunyai latar belakang yang heterogen sehingga menyebabkan variasi pula dalam proses belajarnya. KARAKTERISTIK ORANG DEWASA SEBAGAI WARGA BELAJAR MENUNJUKKAN CIRI-CIRI KHUSUS SEBAGAI BERIKUT: 1. Orang dewasa mempunyai pengalaman-pengalaman yang berbeda. Pengalaman yang didapatkan oleh orang dewasa ini bisa digunakan sebagai sumber belajar yang potensial. Orang dewasa akan sangat merasa senang dan dihargai jika pengalamannya dijadikan sebagai bahan belajar. 2. Orang dewasa yang miskin mempunyai tendensi, merasa bahwa dia tidak dapat menentukan kehidupannya sendiri. Orang dewasa yang "miskin" mempunyai keyakinan bahwa dia telah "gagal" dalam belajar. Kegagalan ini berangkat dari perasaan kegagalannya dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. 3. Orang dewasa lebih suka menerima saran-saran dari pada digurui Lanjutan… 4. Orang dewasa lebih memberi perhatian pada hal- hal yang menarik bagi dia dan menjadi kebutuhannya. Kebutuhan belajar orang dewasa berangkat dari adanya kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Kebutuhan itu bisa berupa kebutuhan fisik, keamanan ataupun yang lain. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan rasa ketertarikan yang kuat dari program pendidikan orang dewasa akan sangat membantu kelancaran program POD, Lanjutan… 5.Orang dewasa lebih suka dihargai daripada diberi hukuman atau disalahkan. Reward (hadiah) yang diberikan kepada orang dewasa akan lebih effektif dibandingkan dengan pemberian punishment (hukuman) bagi mereka. Pemberian penghargaan yang propor-sional akan lebih meningkatkan minat belajar mereka. Lanjutan… 6.Orang dewasa yang pernah mengalami putus sekolah, mempunyai kecenderungan untuk menilai lebih rendah terhadap kemampuan belajarnya. Orang dewasa yang pernah putus sekolah merasa bahwa mereka pernah gagal dalam bersekolah (formal). Perasaan ini tetap terbawa jika mereka mengikuti rogram pendidikan orang dewasa. Adalah bijaksana jika pendidik orang dewasa juga memperhatikan hal ini. Lanjutan…
7.Apa yang biasa dilakukan orang dewasa, menunjukkan
tahap pemahamannya. Pemahaman yang diterima oleh orang dewasa dicerminkan dalam segala tingkah lakunya.Apa yang diterima dan dipahami mudah dilihat dalam tingkah lakunya, baik berbicara, maupun bersikap. 8.Orang dewasa secara sengaja mengulang hal yang sama. Secara tidak sengaja/sengaja orang dewasa akan mengulang hal yang sama sesuai dengan yang diterima. Apalagi jika hal-hal tersebut sesuai dengan keinginan dan minat mereka. Lanjutan… 9.Orang dewasa suka diperlakukan dengan kesungguhan itikad yang baik, adil dan masuk akal. Orang dewasa sudah mempunyai pengalaman dalam menilai sikap pendidik karena dia sendiri sudah berpengalaman. Pendidik yang mempunyai prasangka tidak baik, tidak adil atau menjelaskan sesuatu yang tidak masuk akan akan dilecehkan oleh orang dewasa. 10. Orang dewasa sudah belajar sejak kecil tentang cara mengatur hidupnya. Oleh karena itu ia lebih suka melakukan sendiri sebanyak mungkin. Orang dewasa sebagai warga belajar suka jika diberi kepercayaan dalam proses belajarnya. Dengan kepercayaan tersebut orang dewasa akan lebih berminat dalam belajar Lanjutan… 11. Orang dewasa menyenangi hal-hal yang praktis. Materi yang berbelit-belit dan tidak jelas manfaatnya akan ditolak oleh orang dewasa. Orang dewasa menyenangi hal yang praktis, baik bahan, proses belajar maupun evaluasi yang akan dilakukan. 12. 0rang dewasa membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat akrab dan menjalin hubungan dekat dengan teman baru. Hal ini disebabkan karena orang dewasa sudah mempunyai konsep diri, sehingga dalam menjalin hubungan dengan teman baru mereka masih mengadakan penyesuaian diri terlebih dahulu. KARAKTERISTIK PENDIDIK ORANG DEWASA 1. EMPATHY. Pendidik orang dewasa mencoba melihat situasi sebagaimana orang dewasa sebagai warga belajar melihatnya. Berada dan bersatu dengan peserta serta menyesuaikan diri dengan pengalaman peserta. Bersikap manusiawi dan tidak bereaksi secara mekanis atau memahami masalah peserta hanya dilihat dari kacamata Lanjutan… 2. KEWAJARAN. Bersikap jujur, apa adanya, wajar, terus terang, konsisten dan terbuka. Mencerminkan perasaan yang sebenarnya, mengatakan apa adanya dan menghindarkan diri dari peran sebagai pengajar. Mengungkapkan perasaan secara konkrit, memberi kepercayaan kepada warga belajar bahwa sebagai pendidik tidak akan membahayakan. Dengan demikian diharapkan warga belajar senantiasa membuka diri dan raerespon secara tulus dalam menghadapi berbagai permasalahan. Lanjutan…
3. RESPEK. Mempunyai pandangan yang positif
terhadap peserta, mengkomunikasikan kehangatan, perhatian, pengertian. Menerima orang lain dengan penghargaan penuh, raenghargai perasaan, pengalaman dan kemampuan orang dewasa sebagai warga belajar dan dirinya sebagai pendidik. Lanjutan… 4. KOMITMEN DAN KEHADIRAN. Menghadirkan diri secara penuh, siap menyertai kelompok dalam segala keadaan. Mengakui secara jujur kalau perabimbing merasa bosan atau pikiran melayang jauh, Dengan kata lain, melibatkan diri dalam segala suka dan duka kelompok. Lanjutan… 5. MENGAKUI KEHADIRAN ORANG LAIN. Pendidik orang dewasa tidak menonjolkan dari, agar warga belajar berkesempatan mengungkapkan diri, bergaul dengan warga belajar. Menunjukkan pentingnya kehadiran warga belajar dan mengakui tiap peserta sebagai warga belajar yang bebas, berhak ada disana dan bertanggung jawab atas kehadirannya. Lanjutan… 6. MEMBUKA DIRI. Keterbukan mempunyai dua segi. Pertama, menerima keterbukaan orang lain tanpa mengukur dengan konsep dan pengalaman pendidik orang dewasa, setiap saat bersedia merubah sikap, pendapat dan konsep disesuiakan dengan pendapat warga belajar. Tidak bersikap ngotot memaksakan kehendaknya sendiri, hal ini dilakukan agar rauncul kemungkinan-kemungkinan baru dari pemikiran warga belajar. Kedua, Secara aktif mengungkapkan diri kepada orang lain, mengenalkan diri kepada kelompok, apa yang pendidik rasakan, harapan, pandangan, suka duka pendidik dan kesiapan mengambil resiko. PROSES EVALUASI BELAJAR ORANG DEWASA Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan kenyataan mengenai proses pembelajaran secara sistematis untuk menetapkan apakah terjadi perubahan terhadap peserta didik dan sejauh apakah perubahan tersebut mempengaruhi kehidupan peserta didik. Stufflebeam, menyatakan bahwa evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan. PRINSIP-PRINSIP EVALUASI 1) Keterpaduan, 2) Evaluasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan antara tujuan intrusional pembelajaran, materi pembelajaran dan metode pengjaran, 3) Keterlibatan peserta didik, 4) prinsip ini merupakan suatu hal yang mutlak, karena keterlibatan peserta didik dalam evaluasi bukan alternatif, tapi kebutuhan mutlak, 5) Koherensi, 6) Evaluasi harus berkaitan dengan materi pembelajaran yang telah dipelajari dan sesuai dengan ranah kemampuan peserta didik yang hendak diukur, 7) Andragogi, 8) Perlu adanya tool penilai dari aspek andragogi untuk melihat perubahan sikap dan perilaku sehingga pada akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi motivator bagi diri siswa, 9) Akuntabel, dan 10) Hasil evaluasi haruslah menjadi aalat akuntabilitas atau bahan pertnggungjawaban bagi pihak yang berkepentingan seeprti orangtua siswa, sekolah, dan lainnya. TEKNIK EVALUASI 1. Teknik non tes meliputi: skala bertingkat, kuesioner,daftar cocok, wawancara, pengamatan, riwayat hidup. 2. Rating scale atau skala bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka. Angka-angak diberikan secara bertingkat dari anggak terendah hingga angkat paling tinggi. 3. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori. Dari segi yang memberikan jawaban, kuesioner dibagi menjadi kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung. Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dijawab langsung oleh orang yang diminta jawabannya. 4. Daftar cocok adalah sebuah daftar yang berisikan pernyataan beserta dengan kolom pilihan jawaban. Si penjawab diminta untuk memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada awaban yang ia anggap sesuai. 5. Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informsi yang hendak digali. 6. Pengamatan atau observasi, adalah suatu teknik yang dilakuakn dengan mengamati dan mencatat secara sistematik apa yang tampak dan terlihat sebenarnya. 7. Riwayat hidup, evaluasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi mengenai objek evaluasi sepanjang riwayat hidup objek evaluasi tersebut. Teknik tes Dalam evaluasi pendidikan terdapat 3 macam tes yaitu : a. tes diagnostik b. tes formatif c. tes sumatif 3. Penilaian Otentik Wiggins (1998), sistem evaluasi akan efektif jika didasarkan prinsip-prinsip penilaian otentik. Penilaian dalam hal ini dilakukan dalam konteks pembelajaran yang nyata. Lantas di dalamnya disusun model evaluasi yang mendorong sasaran mampu melakukan konstruk dan rekonstruksi pengetahuan secara otentik, menumbuhkan disiplin mencari informasi, pengetahuan, dan nilai-nilai untuk memecahkan masalah. Model penilaian otentik ini tidak mengandalkan pemberian tanda dan skoring, salah atau benar, melainkan menilai kondisi mentalitas kepribadian yang dilakukan dalam setting yang nyata. Misalnya, dalam praktek penyelesaian demonstasi cara pencampuran pakan jadi (konsentrat) untuk ternak ayam, pemahaman dan pemanfaatan sumber daya alam tertentu, membaca perilaku individu anggota kelompok, membaca akar masalah berikut pemecahannya, dan sebagainya.