Oleh :
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
dengan ini puji syukur atas kehadirat-Nya karena dengan rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini mengenai “Konteks Sosial
dalamnya. Dan juga kami mengucapkan terima kasih kepada Munawir, M.Pd selaku
Dosen mata kuliah English Learning Psychology yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kami dan juga pembaca. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik dan saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat
membacanya. Sekiranya makalah yang disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
anak berinteraksi dengan lingkungannya secara lebih luas. Dalam berinteraksi dengan
orang lain, individu tidak hanya dituntut untuk mampu berinteraksi secara baik
Sejak usia kanak-kanak, memasuki masa sekolah masa remaja awal sampai
dapat kita identifikasi dari berbagai perilaku yang ditampakkan anak, diantaranya
anak selalu ingin menang sendiri, bersikap agresif, cepat marah, setiap keinginannya
selalu harus dituruti, membangkang bahkan menarik diri dari lingkungannya dan
dibiarkan begitu saja akan berkembang menjadi permasalahan yang lebih luas dan
kompleks karena anak akan berkembang ke arah yang lebih buruk, terbentuknya
kepribadian yang tidak baik dan berakibat munculnya perilaku-perilaku negatif yang
tidak diharapkan. Dengan kata lain anak akan mengalami kesulitan dan hambatan
memasuki lingkungan pergaulan yang lebih luas, dibutuhkan layanan bimbingan yang
memadai.
Keluarga merupakan tempat pertama kali anak melakukan fungsi sosialisasinya.
Proses yang terjadi antara anak dan orangtua tidaklah bersifat satu arah, namun saling
mempengaruhi satu sama lain. Artinya, anak belajar dari orangtua, sebaliknya,
orangtua juga belajar dari anak. Proses sosialisasi yang terjadi dalam keluarga lebih
berbentuk sebagai suatu system yang interaksional. Karena gaya parenting orang tua
Konteks sosial di luar keluarga pada anak-anak adalah teman sebaya. Pada teman
sebaya inilah, anak memperoleh informasi dan perbandingan tentang dunia sosialnya.
Anak juga belajar tentang prinsip keadilan melalui konflik-konflik yang terjadi
mereka dapat melahat dunia secara luas dan mengembangkan hubungan sosialnya
dalam masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut:
sosioemosional?
A. Teori Kontemporer
kita akan fokus pada dua teori utama: teori ekologi Bronfenbrenner dan teori
pengembangan rentang usia Erikson. Kedua teori ini dipilih untuk cara komprehensif
berfokus pada konteks sosial di mana anak-anak tinggal dan orang-orang yang berada
Morris, 2006) teori ekologi terdiri dari lima sistem lingkungan yang beragam dari
interaksi interpersonal yang dekat dengan pengaruh budaya yang luas. Teori ekologi
dengan orang tua, guru, teman sebaya, dan lainnya. Untuk Bronfenbrenner,
siswa itu tidak pasif penerima pengalaman tetapi seseorang yang secara timbal
siswa tidak memiliki peran aktif) mempengaruhi apa yang siswa dan guru
alami di konteks langsung. Misalnya, pertimbangkan dewan pengawas
sekolah dan taman di masyarakat. Mereka memiliki peran yang kuat dalam
Sistem makro melibatkan budaya yang lebih luas. Budaya adalah istilah yang
sangat luas, termasuk peran etnis dan faktor sosial ekonomi dalam
perkembangan anak-anak. Itu adalah konteks terluas di mana siswa dan para
guru hidup, termasuk nilai-nilai dan kebiasaan masyarakat (Shiraev & Levy,
2010).
nenek mereka saat masih anak-anak. Anak-anak saat ini lebih cenderung
berkembang dan orang-orang yang penting dalam hidup mereka, teori Erik Erikson
bertahap. Kita ambil sebuah perjalanan melalui pandangan Erikson tentang rentang
kehidupan manusia.
diabaikan.
Otonomi versus rasa malu dan keraguan adalah tahap psikososial kedua
Erikson. Ini terjadi pada masa bayi dan balita. Setelah mendapatkan
mereka dan mewujudkan keinginan mereka. Jika bayi terlalu banyak ditahan
atau dihukum terlalu keras, mereka mengembangkan rasa malu dan ragu.
Inisiatif versus rasa bersalah adalah tahap psikososial ketiga Erikson. Ini
sesuai dengan awal masa kecil, sekitar 3 hingga 5 tahun. Ketika anak-anak
muda mengalami dunia sosial yang semakin meluas, mereka ditantang lebih
dari sebagai bayi. Untuk mengatasi tantangan ini, mereka perlu aktif, perilaku
orang yang tidak bertanggung jawab atau dibuat merasa terlalu cemas
sesuai kira-kira saat sekolah dasar, dari usia 6 tahun hingga pubertas atau
masa remaja awal. Ketika mereka pindah ke tahun sekolah dasar, anak-anak
kompeten.
Erikson. Ini sesuai dengan tahun-tahun remaja. Remaja mencoba mencari tahu
siapa mereka, tentang apa diri mereka, dan ke mana mereka pergi dalam
hidup. Mereka dihadapkan dengan banyak peran baru dan status dewasa
berbeda dan gagal untuk mengukir jalan masa depan yang positif, mereka
dapat tetap bingung tentang identitas mereka.
Keintiman versus isolasi adalah tahap psikososial keenam Erikson. Itu sesuai
dengan usia dewasa awal, dua puluhan dan tiga puluhan. Tugas
lain. Bahaya dari tahap ini adalah bahwa salah satu akan gagal untuk
Erikson. Ini sesuai dengan tahun-tahun dewasa akhir, tahun enam puluhan
sampai mati. Orang dewasa yang lebih tua cenderung tinjau kembali
kehidupan mereka, cermati apa yang telah mereka lakukan. Jika evaluasi
terintegrasi dan hidup layak. Sebaliknya, orang dewasa yang lebih tua menjadi
1. Keluarga
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena
bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Pada umumnya
pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan
pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan secara kodrati. Suasana
dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan.
Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh
mengasuh dan mendidik anak mereka dengan benar. Orang tua lainnya bersikap kasar
atau mengabaikan anaknya. Beberapa anak orang tuanya bercerai, anak lainya
tinggal bersama orang tua yang lengkap tanpa perceraian. Beberapa keluarga hidup
perkembangan anak dan mempengaruhi murid didalam dan diluar lingkungan sekolah
1. Authoritarian Perenting
hanya ada sedikit percakapan antara orang tua dan murid, menghasilkan anak
2. Authoritative Pareting
Merupakan gaya asuh yang positif yang mendorong anak untuk independen
yang tinggi.
3. Neglectful Parenting
Gaya asuh dimana orang tua tidak terlibat aktif dan tidak perduli dengan
anak anak sering bertindak tidak kompeten secara sosial. Mereka cendrung
Gaya asuh dimana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anaknya tapi
Orang tua ini sering membiarkan anak mencari cara sendiri untuk mencapai
tujuannya, bahwa orang tua model ini percaya bahwa kombinasi dukungan
pengasuhan dan sedikit pembatasan akan menbentuk anak kreatif dan percaya
diri.
memberikan dampak yang kompleks terhadap anak. Hal tersebut tergantung faktor-
faktor seperti usia anak, kekuatan dan kelemahan anaksaat perceraian, tipe parenting,
status social ekonomi dan pelaksanaan fungsi keluarga setelah perceraian. Adanya
system pendukung seperti saudara kawan, guru, dapat menciptakan hubungan positif
yang terus berlanjut anatara ayah dan ibu yang sudah bercerai, kemapuan memenuhi
kebutuhan keuangan dan kualitas sekolah dapat membantu anak dalam mengatasi
situasi perceraian yang menekan.
c. Variasi etnis dan sosial ekonomi keluarga
Keluarga dalam kelompok etnis yang berbeda akan bervariasi dalam besar,
strukturnya dan komposisinya: keterkaitan mereka dengan jaringan kerabat, dan level
ekonomi tinggi, sedang dan rendah. Contohnya, orang tua yang berpendapatan rendah
lebih sering menekankan pada karakteristik eksternal seperti kepatuhan dan kerapian.
karakter nilai internal sepertikontrol diri dan penundaan rasa puas. Orang tua yang
penalaran, dan mengajukan pertanyaan kepada anak. Orang tua berstatu ekonomi
d. Hubungan Sekolah-keluarga
system yang penting. Demikian juga menurut studi Hetherington, lingkungan sekolah
yang otoritatif akan mengunrungkan anak-anak dari beragam keluarga yang berbeda.
Joyce Epstai (1996, 2001: Epstain & Sanders, 2002) mendeskripsikan enam area
kemajuan anak mereka. Hal ini dilakukan dengan mengajak orang tua untuk
Kehadiran orang tua dapat membuat murid tahu orang tua memperhatikan
Libatkan keluarga dengan anak mereka dalam aktivitas belajar di rumah. Ini
kegiatan sekolah.
bisan di undang untuk menjadi dewan sekolah, komite sekolah, penasehat dan
organisasi orang tua lainnya. Organisasi orang tua-guru dengan tujuan untuk
melakukan diskusi tujuan pendidikan dan sekolah, metode belajar yang tepat
dan sumber daya komunitas bisnis, gen, perguruan tinggi dan universitas
murit. Sekolah bisa member keluarga tentang program komunitas dan layanan
Selain keluarga dan guru, teman seusia atau teman sebaya juga mempermainkan
peran penting dalam perkembangan anak. Dalam konteks perkembangan anak, teman
sebaya (seusia) adalah anak pada usia yang sama. Sebaya adalah orang dengan
tingkat umur dan kedewasaan yang kira–kira sama. Sebaya memegang peran yang
unik dalam perkembangan anak. Salah satu fungsi terpenting adalah memberikan
Teman sebaya ialah anak-anak yang tingkat usia dan kematangannya kurang
lebih sama.
Salah satu fungsi kelompok teman sebaya yang paling penting ialah
keluarga
Para developmentalis telah dengan tepat menunjukkan empat tipe status teman
sebaya: anak popular, anak diabaikan, anak ditolak, dan anak kontroversial. Anak
populer (popular Children) sering kali dinominasikan sebagai kawan terbaik dan
jarang dibenci teman sebayanya. Anak populer member dukungan, mau mendengar
tetapi bukan tidak disukai oleh kawan seusianya. Anak ditolak (rejected children)
jarang dinominasikan sebagai kawan yang baik dan sering dibenci oleh teman
seusianya. Anak yang ditolak mengalami masalah penyesuaian diri yang serius
ketimbang anak yang diabaikan. Faktor penting dalam memprediksi apakah anak
yang ditolak itu melakukan tindakan jahat atau keluar dari sekolah menengah adalah
sikap agresinya terhadap teman sebayanya pada saat masih sekolah dasar. Anak
b. Persahabatan
dibutuhkan
adalah anak yang bisa melakukan sesuatu dan layak dihargai, yang terpenting
adalah penerimaan social dari kawannya
Intimasi/kasih sayang. Persahabatan memberianak suatu hubungan yang
hangat, saling percaya dan dekat dengan orang lain. Dalam hal ini anak-anak
Pada masa sekolah dasar, kelompok teman seusia anak terdiri dari teman seusia
dengan jenis kelamin yang sama. Anak laki-laki saling mengajarkan perilaku
maskulin dan anak perempuan mengajarkan kultur wanita dan biasanya suka
khusus atau disebut Klik (Clique) dan kesetiaan pada kelompok ini dapat
mempengaruhi hidup mereka. Identitas kelompok dengan klik ini bisa mengaburkan
identitas diri. Beberapa klik ini bisa mengaburkan identitas personal individu.
Beberapa jenis klik, misalnya kelompok anak yang menyukai olah raga, anak
populer, anak pintar, pencandu narkoba dan jagoan. Namun diantara beberapa anak
sangat independen dan tak ingin masuk ke kelompok mana pun. Para remaja biasanya
lebih tergantung pada kawan ketimbang pada orang tua mereka untuk memuaskan
3. Sekolah
Sekolah merupakan pusat pendidikan formal. Tugas sekolah sangat penting dalam
sebagai konsumen, tapi sekolah juga sebagai produsen dan pemberi jasa yang erat
sekolah dasar hingga remaja. Masa kanak-kanak awal adalah sebuah lingkungan
yang terlindung oleh batas-batas dalam ruang kelas. Dalam setting social yang
terbatas ini, anak-anak berinteraksi dengan satu atau dua guru yang biasanya
perempuan, yang menjadi figure utama dalam kehidupan mereka saat iitu. Anak-
anak berinteraksi dengan teman sebayanya dalam kelompok kecil. Ruang kelas
merupakan konteks utama disekolah dasar, kelas lebih mungkin dirasakan sebagai
unit social ketimbang kelaspada masa taman kanak-kanak. Pada masa SMP
lapang sosialnya lebih luas bukan hanya ruang kelas saja. Remaja berinteraksi
dengan guru dan teman seuria mereka dari berbagai kalangan dengan latar
belakang kultur yang berbeda. Pada saat ini perilaku remaja makin mengarah
pada interaksi dengan teman, ekstrakulikuler, klub dan komunitas. Murid SMA
lebih menyadari sekolah sebagai system social dan mungkin termotivai untuk
Ada banyak variasi cara mendidik anak, namun banyak pakar yang sepakat agar
Pendidikan yang sesuai secara development pendidikan jenis ini didasarkan pada
usia) dan keunikan anak (ketepatan individual). Pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan bertentangan dengan praktek yang tidak sesuai dengan tingkat
perkembangan yang mengabaikan metode kongkret dalam mengajar anak.
Pengajaran langsung yang biasa berupa tulis baca, dianggap tidak sesuai dengan
hubungan dengan anak baru sekolah memberi mereka banyak sumber ide untuk
Ada perhatian khusus berkenaan dengan sekolah untuk remaja: (1) transisi dari SMP
ke SMA, (2) sekolah yang efektif untuk remaja, (3) peningkatan kualitas sekolah
menengah
Pada masa ini murid merasa lebih tidak tergantung pada orang tua dan lebih ingin
muridnya
yang lebih tinggi. Salah satu contohnya ada sekolah efektif membuat
dan kognitif
C. Perkembangan Sosioemosional
Menurut penulis drama Italia abad ke-20, Ugo Betti, ketika anak-anak
mengatakan "Saya," mereka berarti sesuatu yang unik, tidak menjadi bingung dengan
yang lain. Psikolog sering menyebut bahwa "aku" sebagai diri. Dua aspek penting
1. The Self
tentang dirinya sendiri. Penghargaan ini juga dinamakan martabat diri (self-worth)
atau gambaran diri (self-image). Misalnya anak yang punya penghargaan diri yang
tinggi mungkin tidak hanya memandang dirinya sebagai seseorang tetapi juga sebagai
seseorang yang baik. Rogers (1961) mengatakan bahwa sebab utama seseorang
mempunyai penghargaan diri yang rendah (atau rendah diri) adalah karena mereka
tidak diberikan dukungan emosional dan penerimaan social yang memadai. Mungkin
dahulu saat masih berkembang sering ditegur. Misalnya “jangan ini, jangan itu”,
Para peneliti telah menemukan bahwa harga diri murid berubah pada saat mereka
berkembang. Dalam suatu studi baik itu laki-laki atau perempuan mempunyai hatga
diri yang tinggi pada saat anak-anak dan menurun pada masa remaja awal (Robins,
dkk). Penghargaan diri anak gadis turun dua kali lebih besar dari anak laki-laki
selama masa remaja. Diantara beberapa alasan yang menjadi penyebab menurunnya
harga diri ini adalah akibat gejolak selama perubahan fisik (pubertas), meningkatnya
tuntutan untuk berprestasi, dan kurangnya dukungan dari sekolah dan orang tua.
Riset menyarankan empat kunci untuk meningkatkan rasa harga diri anak (Bednar,
1. Identifikasi penyebab rendah diri dan area kompetensi yang penting bagi diri.
Apakah rendah diri karena prestasi sekolah? Karena konflik? Kemampuan
social rendah? Murid mempunyai harga diri tinggi ketika mereka bisa
kompeten dan sukses dalam melakukan sesuatu di area yang mereka anggap
penting.
anak yang banyak nilai buruknya. Mungkin anak ini berasal dari keluarga
yang suka menghina dan merendahkan si anak atau mungkin murid ini di
3. Bantu anak untuk mencapai tujuan atau prestasi. Prestasi bida menaikkan
dapat menaikan prestasi anak, dan akibatnya dapat menaikkan harga diri anak.
dirinya akan naik. Murid yang mau mengatasi masalah kemungkinan akan
2) Perkembangan identitas.
Aspek penting lain selain diri adalah identitas. Menurut Erikson (1968) persoalan
paling penting dalam diri remaja adalah perkembangan identitas yang berupa
pencarian jawaban atas pertanyaan seperti: Siapa saya? Seperti apakan saya ini? Apa
yang akan saya lakukan dalam hidup ini? Pertanyaan-pertanyaan ini jarang muncul
pada masa kanak-kanak tetapi sering muncul dimasa remaja dan perguruan tinggi.
mengalami krisis.
tetapi komitmen mereka tidak ada atau baru didefinisikan secara samar-samar.
Identity Achievement, terjadi ketika individu telah mengalami krisis dan telah
membuat komitmen.
2. Perkembangan Moral.
Hanya sedikit orang yang netral terhadap perkembangan moral. Banyak orang tua
mereka. Perkembangan moral berkaitan dengan aturan dan konvensi tentang interaksi
yang adil antar orang. Ketika anak-anak mengembangkan rasa diri dan identitas,
utama adalah bagaimana siswa berpikir atau berpikir tentang aturan untuk
perilaku etis. Dalam domain perilaku fokusnya adalah pada bagaimana siswa
b. Kohlberg’s Theory
Artinya, alasan mereka untuk keputusan atau nilai moral mereka mulai
c. Cheating
dari teman selama tes, membeli kertas, dan memalsukan hasil lab. Survei
tahun lalu dan sepertiga dari siswa melaporkan bahwa mereka telah menjiplak
informasi dari Internet pada tahun lalu (Josephson Institute of Ethics, 2006).
nilai tinggi, siswa lebih mungkin untuk menipu jika tujuan mereka hanya
untuk mendapatkan nilai tinggi; mereka cenderung untuk menipu jika tujuan
mereka adalah untuk menguasai materi yang sedang dipelajari (Anderman &
Anderman, 2010). Dalam hal memiliki persepsi diri bahwa seseorang tidak
memiliki kemampuan untuk berhasil, keraguan mereka tentang kemampuan
baik dengan curang sebagai lebih murah daripada mendapatkan nilai yang
gagal dengan tidak curang (Anderman & Anderman, 2010). Dalam hal
pengajaran yang buruk, siswa lebih cenderung untuk menipu ketika mereka
menganggap guru mereka tidak kompeten, tidak adil, dan tidak peduli
(Stephens, 2008).
menentukan apakah siswa curang atau tidak (Anderman & Anderman, 2010;
Hartshorne & May, 1928–1930). Sebagai contoh, siswa lebih cenderung untuk
menipu ketika mereka tidak dimonitor secara ketat selama tes, ketika mereka
tahu rekan-rekan mereka curang, apakah mereka tahu jika siswa lain telah
tertangkap curang, dan ketika skor siswa diumumkan (Anderman & Murdock)
mereka menipu, memantau ketat perilaku siswa ketika mereka mengambil tes,
d. Prosocial Behavior
Memperhatikan kesejahteraan dan hak orang lain, merasa prihatin dan empati
pada mereka, dan bertindak dengan cara yang menguntungkan orang lain
adalah semua komponen perilaku prososial, yang melibatkan melampaui
kepentingan diri yang sempit dan menghargai perspektif orang lain (Barbarin
& Odom, 2009). Bentuk perilaku prososial yang paling murni dimotivasi oleh
altruisme, minat yang tidak egois dalam membantu orang lain orang
bagian wajib dari hubungan sosial dan melibatkan pertanyaan tentang benar
dan salah. Penting juga bahwa anak-anak mengalami rasa syukur, perasaan
Kashdan, 2009).
diri mereka sebagai lebih prososial dan empatik, dan mereka juga terlibat
dalam perilaku yang lebih prososial daripada laki-laki (Eisenberg & lain-lain,
2009).
Dalam pembelajaran layanan dan pendidikan etika integratif, sebuah tema penting
adalah mengajak siswa untuk membantu orang lain. Namun ada kalanya, ketika siswa
akurat menilai situasi yang menegangkan dan menentukan berapa banyak kendali
yang mereka miliki terhadapnya. Anak-anak yang lebih tua menghasilkan alternatif
mengatasi lebih banyak untuk kondisi stres dan menggunakan strategi mengatasi
lebih kognitif (Saarni & lain-lain, 2006). Mereka lebih baik daripada anak-anak yang
lebih kecil dengan sengaja mengalihkan pikiran mereka ke sesuatu yang kurang
tentang situasi yang menekan. Sebagai contoh, seorang anak yang lebih muda
mungkin sangat kecewa bahwa seorang guru tidak mengatakan halo ketika anak itu
tiba di kelas. Seorang anak yang lebih tua dapat menata ulang situasi dan berpikir,
"Guru saya mungkin sibuk dengan hal-hal lain dan hanya lupa mengucapkan salam."
Pada usia 10 tahun, kebanyakan anak dapat menggunakan strategi kognitif ini
untuk mengatasi stres (Saarni, 1999). Namun, dalam keluarga yang belum
mendukung dan dicirikan oleh gejolak atau trauma, anak-anak mungkin sangat
(Frydenberg, 2008).
Bencana terutama dapat membahayakan perkembangan anak-anak dan
menunjukkan reaksi stres akut, depresi, gangguan panik, dan gangguan stres pasca-
trauma (Kar, 2009). Proporsi anak-anak yang mengembangkan masalah ini setelah
bencana tergantung pada faktor-faktor seperti sifat dan keparahan bencana, serta
dukungan yang tersedia bagi anak-anak. Serangan teroris di World Trade Center di
New York City dan Pentagon di Washington, DC, pada 11 September 2001, dan
badai Katrina dan Rita pada bulan September 2005, menyuarakan keprihatinan
menekan seperti itu (Osofsky , 2007). Berikut ini adalah beberapa strategi yang dapat
mereka.
dalam mendengarkannya.
anak.
terjadi, percaya bahwa teroris ada di sekolah, dll. Lembut membantu anak-anak
A. Simpulan
lingkungannya secara lebih luas. Dalam berinteraksi dengan orang lain, individu tidak
hanya dituntut untuk mampu berinteraksi secara baik dengan orang lain, tetapi terkait
perkembangan anak. Peran lingkungan ini mulai dari keluarga, teman sebaya,
sekolah, dan lingkungan yang lebih luas. Salah satu komponen lingkungan ini tidak
Selaian peran lingkungan peran diri sendiri dan juga sangat diperhatikan, karena
membawa dampak yang baik kepada diri sendiri sebaliknya kalau lingkungannya
kurang baik maka akan membawa dampak negative pada diri sendiri juga.
B. Saran
Mengingat pentingnya peran perkembangan pada diri sendiri dan lingkungan
http://www/Psikologi/Pendidikan/Bahan/Pendukung/perkembangan-sosial-dan
emosional-anak.html