PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dinilai apabila suhu tubuh dilakukan pengukuran lebih dari 38° Celsius. Suhu tubuh dapat
dilakukan pengukuran melalui oral, rektal maupun aksila. Penentuan tinggi rendah suhu
tubuh dapat diukur dengan alat ukur suhu, yakni termometer (Ismoejianto, 2000).
Dahulu demam dianggap menjadi suatu penyakit yang harus segera disembuhkan,
dunia klinis. Hal ini membuat anggapan bahwa demam adalah penyakit, berakhir.
Demam dapat terjadi karena berbagai aspek. Bagian dari tumbuh kembang anak
dapat diiringi demam, khususnya pada balita yang kerap mengalami demam. Balita
cenderung rentan terhadap infeksi virus. Infeksi virus yang sering menyerang balita
seperti infeksi saluran pernafasan atas atau ISPA (common cold/flu) (Pujiarto, 2008).
Demam juga merupakan keluhan yang bisa dikatakan paling sering dikelukan
oleh orang tua. Keluhan tersebut dikeluhkan mulai dari ruang praktek dokter sampai pada
unit gawat darurat (UGD). Kunjungan untuk kasus demam pada ruang praktek dokter dan
unit gawat darurat (UGD) terhitung sebanyak 10-30% dari jumlah kunjungan pasien.
(Kania, 2017). Sebagian pasien yang berobat ke dokter anak merupakan anak yang
menderita demam. Terhitung sekitar 19-30% anak berobat ke dokter dengan kasus
Orang tua dan pengasuh di Eropa secara umum dikatakan sering terjadi fobia
demam. Fobia demam ini muncul ketika orang tua merasakan kekhawatiran ketika
anaknya demam. Orang tua cenderung kurang memberikan perhatian dan kesulitan
penanganan ketika demam anak tidak kunjung dapat diturunkan. Beberapa kurun waktu
media informasi dan teknologi seperti buku, majalah maupun internet, menjadi tujuan
pencarian informasi orang tua mengenai cara penanganan demam. Bahkan orang tua juga
mencari informasi cara penanganan demam kepada keluarga, teman, dan profesi medis.
Perkembangan ini sangat membantu orang tua dalam menangani demam pada anak dan
Perawatan medis yang tidak tepat yang terjadi ketika pasien melakukan
pengambilan obat yang tidak perlu atau berlebihan disebut juga overmedication. Keadaan
karena beberapa hal. Hal pertama dan paling sering terjadi pada kasus demam anak yaitu
kepanikan orang tua dan pemikiran orang tua mengenai demam. Pemicu hal ini adalah
tingkat pemahaman orang tua tentang demam. Bila dilihat dari sisi medis, keinginan
dokter untuk segera mengobati dalam arti melenyapkan demam, menjadi hal kedua yang
tidak berdasarkan proses pengaturan suhu tubuh di otak dan patogenesis demam. Pemicu
overmedication lainnya adalah iklan obat demam. Iklan obat demam tidak sepenuhnya
Responden yang diambil senyak 160 responden. Pola peresepan yang diteliti oleh
responden, ISPA sebanyak 55 responden, diare sebanyak 27 responden, dan batuk tanpa
jumlah obat sebanyak 186 obat yang digunakan untuk kasus demam. Nilai tengah data
yang diperoleh adalah 4 obat dan nilai maksimum data yang diperoleh adalah 9 obat.
Data tersebut diolah dan didapat obat yang paling banyak diresepkan selain antipiretik
55,8%, antihistamin sebanyak 53,5% dan steroid yang umumnya diberikan adalah
triamsinolon sebanyak 42%. Penambahan suplemen pada kasus demam anak juga diteliti
sebanyak 34,9%. Dokter maupun orang tua jika memiliki pemahaman yang baik tentang
demam, maka anak akan terhindar dari peresepan diatas. Penelitian telah membuktikan
B. Rumusan Masalah
D. Manfaat Penelitian
demam sehingga kasus demam tidak lagi menjadi bagian dari kepanikan
masyarakat.
Karya tulis ilmiah ini dapat menjadi gambaran bagi peneliti selanjutnya, sehingga
pengetahuan.