PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin ketatnya persaingan bisnis dan usaha di indonesia,sehingga membuat segala
macam pelayanan yang sangat menarik ditawarkan demi memanjakan konsumen mulai dari
harga,kualitas bahan mkanan variasi menu,pelayanan baik,sampai tempat yang bersih
menjaga hubungan yang baik dengan pelanggan.
Maka pelaku bisnis mencari ide untuk membuka suatu bisnis atau usaha yang banyak
diminati oleh semua kalangan agar suatu usaha dapat berjalan dengan suatu bisnis dapat
berjalan dengan sukses.
Sebelum bisnis baru dimulai atau dikembangkan terlebih dahulu harus diadakan
penelitian tentang apakah bisnis yang akan dirintis atau dikembangkan menguntungkan atau
tidak. Bila menguntungkan, apakah keuntungan itu memadai dan dapat diperoleh secara terus
menerus dalam waktu yang lama? Secara teknis mungkin saja usaha itu layak dilakukan,
tetapi secara ekonomis dan sosial kurang memberi manfaat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pentingnya Studi Kelayakan Usaha ?
2. Bagaimana Proses dan Tahap Studi Kelayakan ?
3. Apa saja Analisis Kelayakan Bisnis ?
4. Apa saja Kriteria Investasi ?
5. Bagaimana Penyusunan Studi Kelayakan Bisnis ?
6. Bagaimana Evaluasi dan Persiapan Bisnis Baru ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pentingnya Studi Kelayakan Usaha
2. Mengetahui Proses dan Tahap Studi Kelayakan
3. Mengetahui Apa saja Analisis Kelayakan Bisnis
4. Mengetahui Apa saja Kriteria Investasi
5. Mengetahui Bagaimana Penyusunan Studi Kelayakan Bisnis
6. Mengetahui Bagaimana Evaluasi dan Persiapan Bisnis Baru
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pentingnya Studi Kelayakan Usaha
Sebelum bisnis baru dimulai atau dikembangkan, harus diadakan penelitian tentang
apakah bisnis yang akan dirintis atau dikembangkan menguntungkan atau tidak. Bila
menguntungkan, apakah keuntungan tersebut memadai dan dapat diperoleh secara terus-
menerus dalam waktu yang lama? Secara teknis, mungkin saja usaha tersebut layak
dilakukan, tetapi secara ekonomis dan sosial, kemungkinan kurang memberikan manfaat.
Untuk itu, ada dua studi atau analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui layak atau
tidaknya suatu bisnis untuk dimulai dan dikembangkan, yaitu:
1) Studi kelayakan usaha
2) Analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (strength, weakness, opportunity,
threat—SWOT)
Studi kelayakan usaha atau analisis proyek bisnis adalah penelitian tentang layak atau
tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan menguntungkan secara terus-menerus. Studi ini
pada dasarnya membahas berbagai konsep dasar yang berkaitan dengan keputusan dan proses
pemilihan proyek bisnis agar mampu memberikan manfaat ekonomis dan sosial sepanjang
waktu. Dalam studi ini, pertimbangan ekonomis dan teknis sangat penting karena akan
dijadikan dasar implementasi kegiatan usaha.
Hasil studi kelayakan usaha pada prinsipnya bisa digunakan antara lain untuk:
1. Merintis usaha baru, misalnya membuka toko, membangun pabrik, mendirikan
perusahaan jasa, membuka usaha dagang, dan lain sebagainya.
2. Mengembangkan usaha yang sudah ada, misalnya untuk menambah kapasitas pabrik,
memperluas skala usaha, mengganti peralatan/mesin, menambah mesin baru,
memperluas cakupan usaha, dan sebagainya.
3. Memilih jenis usaha atau investasi/proyek yang paling menguntungkan, misalnya pilihan
usaha dagang, pilihan usaha barang atau jasa, pabrikasi atau perakitan, proyek A atau
proyek B, dan lain sebagainya.
Adapun pihak yang memerlukan dan berkepentingan dengan studi kelayakan usaha di
antaranya :
1. Pihak Wirausaha (Pemilik Perusahaan)
Memulai bisnis atau mengembangkan bisnis yang sudah ada sudah barang tentu
memerlukan pengorbanan yang cukup besar dan selalu dihadapkan pada
ketidakpastian. Dalam kewirausahaan, studi kelayakan usaha sangat penting dilakukan
2
agar kegiatan usaha tidak mengalami kegagalan dan memberi keuntungan sepanjang
waktu. Demikian juga bagi penyandang dana yang mengajukan persyaratan tertentu
seperti bankir, investor, dan pemerintah. Studi kelayakan berfungsi sebagai laporan,
pedoman, dan bahan pertimbangan untuk merintis dan mengembangkan usaha atau
melakukan investasi baru, sehingga bisnis yang akan dilakukan meyakinkan
wirausaha itu sendiri maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan.
2. Investor dan Penyandang Dana
Bagi investor dan. penyandang dana, studi kelayakan usaha penting untuk memilih
jenis investasi yang paling menguntungkan dan sebagai jaminan atas modal yang
ditanamkan atau dipinjamkan, apakah investasi yang dilakukan memberi jaminan
pengembalian investasi yang memadai atau tidak. Oleh investor, studi kelayakan
sering digunakan sebagai bahan pertimbangan layak atau tidaknya investasi
dilakukan.
3. Masyarakat dan Pemerintah
Bagi masyarakat, studi kelayakan sangat diperlukan terutama sebagai bahan kajian
apakah usaha yang didirikan atau dikembangkan bermanfaat bagi masyarakat sekitar
atau sebaliknya justru merugikan, seperti bagaimana dampak lingkungan, apakah
positif atau negatif. Bagi pemerintah, studi kelayakan sangat penting untuk
mempertimbangkan izin usaha atau penyedidan fasilitas lainnya.
4. Tahap keputusan.
Setelah dievaluasi, dipelajari, dianalisis, dan hasilnya meyakinkan, langkah berikutnya
adalah tahap pengambilan keputusan, apakah bisnis tersebut layak dilakasanakan atau
tidak. Karena menyangkut keperluan investasi yang mengandung risiko maka keputusan
bisnis biasanya didasarkan pada beberapa criteria, seperti Periode Pembayaran Kembali
(Pay Back Period, PBP), Nilai Sekarang Bersih (Net Present Value, NPV), Tingkat
Pengembalian Internal (Internal Rate of Return, IRR), dan sebagainya.
Untuk menganalisis suatu keputusan bisnis dilakukan pengkajian terhadap hal-hal
berikut:
a. Aset dan kewajiban. Perlu diketahui daftar atau data secara akurat tentang setiap harta
dan semua kewajiban (liabilitas) yang akan diambil alih. Keakuratan data tersebut,
jika memungkinkan, sebaiknya dinyatakan oleh akuntan public yang bersertifikat.
4
b. Piutang usaha. Sebelum membeli suatu bisnis, mintalah daftar umur piutang usaha.
Jika mungkin termasuk masalah penagihan yang dihadapi oleh perusahaan selama ini.
Mintalah juga bukti mengenai beberapa persen bisnis itu mampu ditagih dalam kurun
waktu tertentu dan apakah piutang dapat tertagih sesuai nilai ekonomisnya.
c. Lokasi usaha. Apakah lokasi usaha yang akan dibeli cukup strategis. Jika tidak
strategis, berapa besar biaya yang harus dikeluakan untuk memindahkannya ke lokasi
lain yang lebih strategis, terutama dari sudut pasar, bahan baku, dan tenaga kerja.
d. Persyaratan istimewa. Apakah ada persyaratan istimewa, misalnya lisensi, izin
khusus, dan persyaratan hukum yang lain untuk bisnis tersebut. Apakah persyaratan
istimewa tersebut juga termasuk dalam pembelian bisnis. Dengan kata lain, apakah
persyaratan istimewa tersebut juga dialihkan kepada pemilik baru.
e. Kontrak. Apakah bisnis tersebut terikat dengan kontrak-kontrak yang akan dialihkan
keada pemilik baru. Semua isi kontrak tersebut (secara legal dan praktis) yang akan
diwarisi harus dipahami. Dapatkah semua kontrak itu dipindahtangankan kepada
pemilik, terutama kontrak yang belum jatuh tempo.
Secara ringkas, proses studi kelayakan di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
5
C. Analisi Kelayakan Usaha
Tadi telah dijelaskan bahwa untuk mengetahui layak tidaknya suatu bisnis untuk
dilakukan, harus dianalisis berbagai aspeknya. Bagaimana cara mengetahui bahwa aspek-
aspek tersebut layak atau tidak? Berikut ini akan dibahas beberapa criteria yang dapat
dijadikan aspek penilaian[5].
1. Analisis Aspek Pemasaran
Untuk menganalisis aspek pemasaran, wirausaha terlebih dahulu harus melakukan
penelitian pemasaran dengan menggunakan system informasi pemasaran yang memadai
berdasarkan analisis dan prediksi apakah bisnis yang akan dirintis atau dikembangkan
memiliki peluang pasar yang memadai ataukah tidak. Dalam analisis pasar biasanya terdapat
beberapa komponen yang harus dianalisis dan dicermati, diantaranya:
a. Kebutuhan dan keinginan konsumen. Barang dan jasa apa yang banyak dibutuhkan dan
diinginkan konsumen? Berapa banyak yang mereka butuhkan? Bagaimana daya beli
mereka? Kapan mereka membutuhkan? Jika kebutuhan dan keinginan mereka
teridentifikasi dan memungkinkan untuk dipenuhi berarti peluang pasar bisnis kita
terbuka dan layak bila dilihat dari kebutuhan/keinginan konsumen.
b. Segmentasi pasar. Pelanggan dikelompokkan dan diidentifikasi, misalnya berdasarkan
geografi, demografi, dan social budaya. Jika segmentasi pasar teridentifikasi maka
pasar sasaran akan dapat terwujud dan tercapai.
c. Target. Target pasar menyangkut banyaknya konsumen yang dapat diraih. Berapa
target yang ingin dicapai? Apakah konsumen loyal terhadap bisnis? Apakah produk
yang ditawarkan dapat memberi kepuasan atau tidak? Jika konsumen loyal, maka
potensi pasar tinggi.
d. Nilai tambah. Wirausaha harus mengetahui nilai tambah produk dan jasa pada setiap
rantai pemasaran, mulai dari pemasok, agen, hingga konsumen akhir. Nilai tambah
barang dan jasa biasanya diukur dengan harga, misalnya berapa harga dari pabrik
pemasok, harga setelah di agen, dan harga setelah ke konsumen.
e. Masa hidup produk. Harus dianalisis apakah masa hidup produk dan jasa bertahan lama
atau tidak. Apakah ukuran lama masa produk lebih dari waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan laba sampai modal kembali atau tidak. Jika masa produk lebih lama,
berarti potensi pasar tinggi. Harus dianalisis juga apakah produk industry baru atau
industry lama sudah mapan atau produk industry justru sedang menurun. Jika produk
industry sedang bertumbuh, maka potensi pasar tinggi.
6
f. Struktur pasar. Harus dianalisis apakah barang dan jasa akn dipasarkan pada pasar
persaingan tidak sempurna (seperti monopoli, oligopoly dan monopolistic), atau pasar
persaingan sempurna. Jika barang dan jasa masuk dalam pasar persaingan tidak
sempurna, berarti potensi pasar tinggi disbanding bila produk termasuk pasar
persaingan sempurna.
g. Persaingan dan strategi pesaing. Harus dianalisis apakah tingkat persaingan tinggi atau
rendah. Jika persaingan tinggi, berarti peluang pasar rendah. Wirausaha harus
membandingkan keunggulan pesaing dilihat dari strategi produk, harga, jaringan
industry, promosi, dan tingkat penggunaan teknologi.
h. Ukuran pasar. Ukuran pasar dapat dianalisis dari volume penjualan. Jika volume
penjualan tinggi, berarti pasar potensial. Misalnya, dengan volume penjualan usaha
skala kecil sebesar Rp 5 milyar pertahun atau sebesar Rp 10 juta perhari, berarti ukuran
pasar cukup besar.
i. Pertumbuhan pasar. Pertumbuhan pasar dapat dianalisis dari pertumbuhan volume
penjualan. Jika pertumbuhan pasar tinggi (misalnya lebih dari 20%), berarti potensi
pasar tinggi.
j. Laba kotor. Apakah perkiraan margin laba kotor tinggi atau rendah. Jika profit margin
kotor lebih dari 20%, berarti pasar potensial.
k. Pangsa pasar. Pangsa pasar bisa dianalisis dari selisih jumlah barang dan jasa yang
diminta dengan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Jika pangsa pasar menurut
proyeksi meningkat, bahkan setelah lima tahun mencapai 40%, berarti bisnis yang akan
dilakukan atau dikembangkan memiliki pangsa pasar yang tinggi.
Bila aspek pemasaran global layak, maka analisis berikutnya adalah aspek produksi
atau operasi
7
yang berlebihan akan menimbulkan masalah baru dalam penyimpanan/penggudangan
yang pada akhirnya akan memengaruhi harga pokok penjualan.
c. Mesin dan peralatan. Mesin dan peralatan harus sesuai dengan perkembangan teknologi
masa kini dan yang akan dating serta harus disesuaikan dengan luas produksi agar tidak
terjadi kelebihan kapasitas.
d. Bahan baku dan bahan penolong. Bahan baku dan bahan penolong serta sumber daya
yang diperlukan harus cukup tersedia. Persediaan tersebut harus sesuai dengan
kebutuhan sehingga biaya bahan baku menjadi efisien.
e. Tenaga kerja. Berapa jumlah tenaga kerja yang diperlukan dan bagaimana kualifikasinya.
Jumlah dan kualifikasi karyawan harus sesuai dengan keperluan jam kerja dan kualifikasi
pekerjaan untuk menyelesaikannya.
f. Lay – out. Adalah tata ruang atau tata letak berbagai fasilitas operasi. Lay – out harus
tepat dan prosesnya praktis sehingga efisien
Bila aspek pemasaran dan operasi layak, maka selanjutnya menganalisis aspek manajemen
Bila dari analisis ketiga aspek diatas tidak menimbulkan permasalahan, maka analisis
bisnis dapat diteruskan ( go ) kepada analisis aspek keuangan
Aliran kas masuk bersih = Laba setelah pajak + Penyusutan + ( 1 – tarif pajak ) bunga
9
D. Kriteria Investasi
Untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu investasi yng dilakukan dan
menguntungkan secara ekonomis, dipergunakan empat kriteria yaitu Payback period, Net
Present Value, Internal Rate of Return, dan Probability Index.
Periode pembayaran kembali ( PBP ) sangat penting untuk menghitung jangka waktu
pengembalian modal. Semakin cepat priode pembayaran kembalinya, maka semakin baik
bisnis tersebut. Periode pembayaran kembali adalah periode yang diperlukan untuk menutup
kembali pengeluaran investasi. Menghitung Payback Period digunakan rumus :
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
Payback Period = x 1 tahun
𝐾𝑎𝑠 𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Jika payback period lebih pendek waktunya daripada maximum payback period,
maka usulan investasi dapat diterima.
Contoh :
Investasi Rp 24.000.000.
24.000.000
Payback period = x 1 tahun = 3 tahun
8.000.000
Perlu diperhatikan bahwa nilai uang sebagai mamfaat ekononi dari usaha yang
diperkirakan akan diterima di masa yang akan datang tidak sama dengan nilai uang yang
10
diterima sekarang karena adanya faktor suku bunga ( interest rate ) yang besarnya tertenrtu
dan besarnya biaya yang dianalisis sepanjang waktu. Oleh sebab itu, dalam studi kelayakan
usaha, unsur waktu dan suku bunga harus diperhitungkan.
Rumus :
Atau
Dimana :
t = Periode waktu
PF1 = ( 1 + i )-1
PF2 = ( 1 + i )-2
Bila dimisalkan bunga bank yang berlaku adalah 24% maka PF2 = ( 1 + 0,24 )-2 = 0,6504
Indikator NPV :
Jika NPV > 0 (positif), maka bisnis layak (go) untuk dilaksanakan
11
Jika NPV < 0 (negatif), maka bisnis tidak layak (not go) untuk dilaksanakan
Contoh :
Perusahaan konveksi di Bandung ingin menambah mesin jahit baru dengan biaya investasi
awal sebesar Rp 40 juta. Umur ekonomis mesin ditaksir 5 tahun. Dari hasil survei diperoleh
perkiraan cash flow ( penerimaan dan biaya ) adalah sebagai berikut :
12
Berdasarkan perhitungan NPV di atas, maka keuntungan ekonomis pembelian mesin
jahit baru sebesar Rp 33,93 juta. Karena NPV > 0 maka pembelian mesin untuk konveksi
tersebut layak berdasarkan pertimbangan ekonomi
B C R (i) =
Bt /(1 i)t )
(Co (Ct /(1 i )t )
Manfaat ekonomis diperoleh apabila BCR> 1. Dari kasus di atas besar BCR adalah
sebagai berikut:
Karena nilai BCR> 1 maka investasi dalam mesin baru pada perusahaan konveksi itu
layak secara ekonomis. Manfaat dari pembelian mesin baru adalah 1,35 kali lebih besar dari
pada nilai biaya total pada tingkat bunga (interest rate) = 0,18. Dengan besar BCR = 1,35
berarti setiap Rp 1 yang diinvestasikan akan memberikan hasil sebesar Rp !,35 sehingga
investasi dalam usaha konveksi tersebut dapat dikatak layak. Bila BCR< 1, maka proyek
bisnis memberikan kerugian secara ekonomis.
Adalah suatu interest rate (i) yang membuat nilai Net Present Value (NPV) menjadi nol atau
di sebut juga indeks keuntungan (profitability index–PI). Kriteria IRR adalah:
Dimana :
13
IRR dapat dihitung dengan cara coba-coba (trial and eror) memasukan interest rate,
yaitu untuk mengetahui secara pasti berapa nilai interest rate yang membuat NPV = 0,
Misalkan dalam kasus di atas ketika dimasukan nilai interest rate 18% maka nilai NPV = Rp
33,93 juta yang berarti nilai NPV > 0 maka kita coba lagi dengan menggunakan bunga di
atas 18% misalkan 24% sehingga hasilnya adalah sebagai berikut:
0 1 40 0 40,00 0 -40
Dengan menggunakan tingkat bunga 24% ternyata NPV masih lebih besar dari pada
nol. Coba lagi dengan menggunakan tingkat bunga 40%, maka hasilnya sebagai berikut:
0 1 20 0 40,00 0 -40
14
Ternyata NPV> 0, Maka dicoba lagi dengan menggunakan tingkat bunga sebesar
48%. Hasil adalah sebagai berikut:
NPV (i=0,48)
0 1 20 0 40,00 0 -40
Setelah dicoba dengan tingkat bunga 48% TERNYATA NILAI NPV < 0.
NPV = 0 terletak antara interest 40 dan 48. Selain di antara angka-angka itu NPV tidak
sama dengannol. Dengan menggunakan interpolasi, maka;
maka,
15
3, 74 - 0
IRR =0,40 + ( 0, 48 - 0, 40)
3, 74 - (-3, 09)
IRR = 0,4438
Karena pada tingkat interest rate 44,38%, nilai NPV = 0, maka proyek tersebut layak
secara otomatis . Perhitungan IRR dapat dengan mudah dilakukan dengan menggunakan
kalkulator finansial Karena pada tingkat interest rate 44,38%, nilai NPV = 0, maka proyek
tersebut layak secara otomatis . Perhitungan IRR dapat dengan mudah dilakukan dengan
menggunakan kalkulator finansial.
Setelah menganalisis bebagai aspek bisnis secermat mungkin dan hasilnya secara
ekonomis dinyatakan layak, maka langkah selanjutnya adalah menyusun laporan studi
kelayakan. Sistematika laporan studi kelayakan pada umumnya berisi:
RINGKASAN PROYEK
BAB I PENDAHULUAN
16
BAB III PROYEK YANG DIUSULKAN
17
b. Sumber dana
c. Prediksi pendapatan
d. Prediksi biaya
e. Prediksi laba rugi
f. Kriteria investasi
Untuk mengetahui lebih jelas tentang usulan bisnis, perhatikanlah salah satu contoh
usulan / proposal usaha berikut ini :
PROPOSAL USAHA
………………………………………
( Nama Perusahaan )
Diajukan Kepada :
………………………………………………
( Nama Lembaga Penyandang Dana )
……………………………………………..
( Nama Pemilik )
……………………………………………….
( Nama Perusahaan )
…………………………………………………….
…………………………………………………….
( Alamat dan Telepon )
18
RINGKASAN PROYEK
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang: (perusahaan apa, mengapa, untuk apa perusahaan ini didirikan)
2. Ruang Lingkup: (aspek organisasi/manajemen, pemasaran, produksi, keuangan)
B. Organisasi / Manajemen
1. Nama Perusahaan :
2. Nama Pemilik / Pimpinan perusahaan :
3. Bidang Usaha :
4. Jumlah Karyawan / Tenaga Kerja : orang
C. Pemasaran
1. Produk yang dipasarkan :
2. Sasaran Konsumen / Pembeli :
3. Wilayah Pemasaran :
4. Rencana Penjualan Tahunan : unit
D. Teknik / Produksi / Operasi Usaha
1. Kapasitas Produksi : unit
2. Ketersediaan Bahan Baku :
3. Fasilitas dan Sarana Produksi :
4. Masa Implementasi : tahun / bulan
E. Keuangan’
1. Total pembiayaan Proyek : Rp
2. Modal Sendiri : Rp
3. Pinjaman yang diajukan : Rp
4. Jangka Waktu Pengembalian : tahun / bulan
5. Penjualan Per Tahun : Rp
6. Keuntungan Per Tahun : Rp
7. Return On Invesment ( ROI ) :
8. Break Even Point ( BEP ) :
1. Latar Belakang
1.1 Dasar Gagasan Usaha
Kebutuhan akan …… akhir – akhir tampak semakin meningkat sejalan
dengan perkembangan kebutuhan masyarakat.
PT …….. yang berlokasi di Jl……..…No….Telp….. berusaha di bidang
……….. bertujuan untuk memperluas dan meningkatkan kapasitas
produksi dengan harapan dapat memenuhi permintaan konsemuen yang
terus meningkat.
Dalam rangka memperluas dan meningkatkan kapasitas produksi tersebut,
maka kami PT………… memerlukan dana untuk pembelian……….. dan
modal kerja sebagaimana tercantum dalam usaha proyek proposal ini.
19
1.2 Ruang Lingkup
Dalam usulan proposal ini berisikan empat aspek penting, yaitu:
1. Aspek Organisasi dan Manajemen, yang berkaitan dengan nama
perusahaan, bidang usaha, nama pemilik, jumlah karyawan dan
organisasi.
2. Aspek Pemasaran, yang berkaitan dengan perkembangan pasar saat ini,
prospek pasar dan pemasaran, rencana penjualan pertahun dari produk
yang akan dipasarkan.
3. Aspek Produksi/Operasi, berkaitan dengan rencana pendirian, perluasan,
dan pengoperasian.
4. Aspek Keuangan, berkaitan dengan masalah kebutuhan dana untuk
investasi dan modal kerja, penggunaan dana, kalkulasi biaya, kalkulasi
biaya, proyeksi pendapatan, dan jadwal pengembalian pinjaman.
2. Bidang Organisasi dan Manajemen
2.1 Umum
Nama Perusahaan : PT
Nama Pemilik/ Pimpinan :
Alamat Kantor dan Tempat Usaha :
Bentuk Badan dan Tempat Usaha :
Bentuk Badan Hukum : No.
Tahun Berdiri :
20
Bagan/ Struktur Organisasi
KOMISARIS
Nama Komisaris
DIREKTUR
Nama Direktur
2.3 Perizinan
21
2.4 Kegiatan Pra-operasional dan jadwal Pelaksanaan
3. Aspek Pemasaran
22
d. Jumlah kebutuhan pertahun : ………………………
2. Proyeksi permintaan selama 5 tahun mendatang
23
3. Jalur pemasaran (langsung, tidak langsung)
4.Aspek Produksi
4.1 Produk
1. Uraikan ciri-ciri produk : ………………..
2. Kegunaan utama produk : ………………..
2003
2004
2005
2006
2007
24
2. Sewa (…..tahun) Rp. …………….
4. Lain-lain
Jumlah
1. Beli
2. Sewa
3. Hibah
4. Pemeliharaan Bangunan
25
4.8 Limbah
3. Prosedur IPAL
BIAYA PROYEK
(dalam Rp)
INVESTASI
1. Tanah
2. Bangunan/ Tokoh
4. Inventaris Kantor
5. Kendaraan
6. Lain-lain
B. INVESTASI PRA-
OPERASIONAL
1. Rencana usaha
2. Perizinan
3. Pelatihan
5. Lin-lain
Total Pra-Operasi
26
C. TOTAL INVESTASI
(A+B)
D. MODAL KERJA
1. Bahan Baku
Biaya usaha
1. Gaji Pimpinan
2. Gaji Karyawan
3. Biaya Pemasaran
5. Biaya Sewa
6. Lain-lain
PERSENTASE
27
PROYEKSI NERACA
(dalam Rp)
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
KETERANGAN
0 1 2 3 4 5
I. AKTIVA
A. Aktiva Lancar
1. Kas
2. Piutang
3. Persendian
Total Aktiva Lancar
B. Aktiva Tetap
1. Tanah
2. Bangunan
3. Mesin dan peralatan
4. Investasi
5. Kendaraan
6. Lain-lain
Total Aktiva Tetap
Nilai Buku Aktiva Tetap
C. Investasi pra-operasi
Akumulasi Amortisasi Nilai
Buku Aktiva Tak Berwujud
Total Aktiva ( A + B + C )
C. Modal
1. Modal Sendiri
2. Laba periode lalu
3. Laba
Total Modal
Total kewajiban dan modal
(A+B+C)
Laba
ROI = × 100 %
Total Aktiva
28
PROYEKSI LABA RUGI
(dalam Rp)
Keterangan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
1 2 3 4 5
A. PENJUALAN
B. BIAYA POKOK
PRODUKSI
1. Bahan Baku
2. Upaya Tenaga Kerja
3. Biaya Umum Pabrik
Total Biaya Pokok Produksi
C. LABA KOTOR
D. BIAYA USAHA
1. Gaji Pimpinan
2. Gaji Karyawan
3. Biaya Pemasaran
4. Perlengkapan Kantor
5. Biaya Sewa
6. Biaya lain-lain
7. Penyusutan
8. Amortisasi
Total Biaya Usaha
29
PENYUSUTAN NILAI (RP) UMUR (TH) PENY/TH
1. Bangunan
2. Mesin dan
Peralatan
3. Inventaris Kantor
4. Kendaraan
5. Lain-lain
Jumlah
Investasi Pra-operasi
30
3. Biaya Usaha Sebelum
Penyusutan
4. Bunga
5. Pajak
Total Kas Keluar
Keterangan :
31
Rumus untuk menghitung discount factor (DF):
1 1 1 1 1
discount factor T1 s.d T5 = , , , ,
(1 +𝑖)1 (1 +𝑖)2 (1 +𝑖)3 (1 +𝑖)4 (1 +𝑖)5
Seperti telah dikemukakan, bahwa sebelum suatu usaha baru dimulai terlebih dahulu
harus disiapkan suatu rencana usaha yang baik biasanya berisikan komponen-komponen
sebagai berikut:
(1) Ringkasan pelaksanaan usaha. Ringkasan usaha berisikan pernyataan singkat tentang:
a. Kegiatan pokok perusahaan dan system pengelolaan
b. Ciri-ciri dari produksi /jasa dan pelayanan
c. Ukuran pasar dan prospek / potensi pasar
d. Ringkasan proyeksi keuangan
e. Jumlah dana yang diperlukan dan penggunaannya
(2) Deskripsi usaha. Deskripsi usaha. Deskripsi usaha harus memuat tentang:
a. Visi dan misi perusahaan
b. Tujuan jangka pendek dan jangka panjang
c. Struktur usaha
d. Bentuk perusahaan
(3) Produk dan pelayanan-pelayanan yang akan disajikan, yaitu memuat tentang:
a. Produk barang dan jasa apa yang akan disajikan
b. Keunggulan dari barang dan jasa serta pelayanan yang ditawarkan
c. Peluang-peluang pengembangan barang dan jasa
d. Keunggulan dalam pengembangan barang dan jasa
(4) Analisis industri. Analisis industry harus memuat:
a. Kecenderungan industri yang disenangi
b. Lingkungan industri yang berpengaruh
c. Izin dan peraturan untuk mengembangkan industri
d. Ukuran industri yang akan didirikan
e. Keunggulan dan kelemahan industri baru
(5) Analisis pasar. Analisis pasar memuat tentang:
a. Target pasar atau pasar sasaran
b. Kebutuhan pelanggan
32
c. Potensi / prospek dan perkiraan penjualan untuk setiap target penjualan
d. Perkiraan perolehan pangsa pasar dari suatu usaha yang akan dicapai
(6) Srategi pemasaran, memuat tentang:
a. Lokasi pemasaran
b. Saluran distribusi dan jaringan usaha yang dipilih
c. Personal yang akan melakukan penjualan
d. Kebijaksaan harga yang sesuai
e. Tujuan-tujuan promosi, sasaran promosi, dan rencana untuk mencapai tujuan
tersebut.
(7) Pengelolaan, memuat tentang:
a. Penentuan tugas dan tanggung jawab masing-masing
b. Keahlian khusus masing-masing yang diperlukan
c. Bentuk dan struktur organisasi pengelolaan
d. Pimpinan atau direktur pengelola
(8) Operasi usaha, memuat tentang:
a. Pemasok utama
b. Kebutuhan- kebutuhan pegawai / karyawan
c. Sistem dan prosedur operasi
d. Tata ruang dan dena rencana
e. Keperluan peralatan dan baiaya
f. Peralatan tetap dan perabot kantor
g. Keperluan persediaan bahan baku
h. Semua biaya operasi yang diperlukan
(9) Proyeksi keuangan. Proyeksi keuangan yang lengkap biasanya memuat:
a. Jumlah equity (modal milik sendiri) yang dimiliki
b. Jumlah dan jenis serta sumber keuangan
c. Rencana penggunaan dana
d. Proyeksi aliran kas, proyeksi pendapatan, dan proyeksi pendapatan
33
Agar kita yakin bahwa suatu usaha adalah siap dimulai maka evaluasi beberapa aspek
sebagai berikut:
34
tingkat mark-up yang layak
Identifikasi informasi lokasi:
a. Bagaimana sikap masyarakat terhadap bisnis anda? Positif, negatif, atau
netral?
b. Apakah ekonomi lokal kuat atau lemah?
5) Evaluasi Pesaing
Identifikasi nama pesaing Anda:
a. Jika bisnis anda retailer atau jasa, seberapa jauh jarak pesaing dari lokasi bisnis
anda?
b. Jika bisnis Anda pedagang besar dan industri, bagaimana area bisnis Anda
dibanding pesaing?
Identifikasi kekuatan dan kelemahan bisnis Anda dan bandingkan, bagaimana pesaing
Anda adalah hal:
a. Pemilihan produk besar sedang kecil
b. Pangsa pasar 100% 50% 0%
c. Kualitas produk baik sedang kurang
d. Kualitas pelayanan baik sedang kurang
e. Frekuensi promosi banyak sedang sedikit
f. Harga tinggi sedang rendah
g. Perputaran karyawan rendah sedang tinggi
h. Kondisi keuangan dilihat sangat tinggi sedang kurang
dari profit
35
i. Kondisi utang rendah sedang tinggi
j. Peralatan baru sedang lama/tua
k. Kapasitas produk penuh lebih kurang
6) Evaluasi harga
36
7) Evaluasi Keunggulan Pesaing
Keunggulan bersaing apa yang dimiliki bisnis Anda, apakah dalam kualitas, harga,
lokasi,seleksi,pelayanan, atau kecepatan waktu.
Gambarkan bagaimana Anda meraih keunggulan bersaing melalui kualitas, harga,
lokasi,seleksi,pelayanan, atau kecepatan waktu. Apakah akan lebih baik?
Gunakan cara-cara untuk memenangkan persaingan sebagai berikut:
a. segera penuhi kebutuhan pelanggan yang belum terpenuhi.
b. gunakan pelayanan yang lebih baik.
c. buatlah etalase yang lebih baik.
d. kualitas yang lebih tinggi dengan harga yang sama.
e. kualitas yang lebih murah bagi kualitas yang sama.
f. jaminan keamanan produk yang lebih baik.
g. pelayanan kepada pelanggan secara pribadi.
h. informasi produksi yang lebih lengkap dan baik.
i. susunan toko yang lebih menyenangkan
j. lokasi dan kemasan barang yang lebih menarik.
37
e. untuk mengantisipasi pembelian musiman.
38
Pembayaran di muka :
a. grand opening advertising Rp.............
b. biaya pengurusan Rp.............
c. biaya akuntan Rp.............
d. gaji karyawan Rp.............
e. biaya khusus lainnya Rp............
jumlah pembayaran di muka Rp..........
Yaitu dari:
39
b. bank Rp..........
d. lainnya Rp..........
𝑅𝑝.50.000.000
Margin kontribusi = = 0,25
𝑅𝑝.200.000.000
𝑅𝑝.3.000.000
Break-Even = = 𝑅𝑝. 12.000.000
0,25
40
4. Jumlah pelanggan yang dibutuhkan untuk mencapai break-even:
𝑅𝑝.12.000.000
Jumlah pelanggan per tahun = = 12.000
𝑅𝑝.1000
Sebanyak 12.000 orang per tahun atau sekitar 33 orang per hari.
Dari masing-masing risiko tersebut, identifikasi apa yang akan anda lakukan untuk
memninimalkan kerugian.
41
BAB III
KESIMPULAN
Studi kelayakan usaha merupakan cara untuk mengetahui hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam memulai suatu bisnis atau usaha. Dalam memulai usaha banyak yang
harus diperhatikan, mulai dari lokasi, barang yang akan di gunakan untuk usaha, sasaran atau
objek yang akan menerima barang, dana yang yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha
tersebut. Sehingga perlunya studi kelayakan usaha.
Didalam melakukan usaha atau bisnis harus diperhatikan hal-hal yang yang penting,
antara lain: tujuan kelayakan usaha, pihak yang berkepentingan seperti pemilik perusahaan,
invester atau pemberi dana, masyarakat dan pemerintah, serta perlunya mengetahui aspek-
aspek mengenai kelayakan usaha, yaitu : Aspek Sumber daya manusia, produksi, pemasaran,
teknis, keuangan, kemanfaatan barang, kesempatan kerja, manajamen, lingkungan, social,
ekonomi, dan politik. Agar nantinya dalam berwirausaha berjalan lancer dan sesuai dengan
target atau tujuan yang kita inginkan sehingga menjadi wirausaha yang sukses.
42