LEARNING OBJECTIVE
1. Pembedahan
Terapi pembedahan merupakan terapi utama pada osteosarkoma yang masih dapat
dioperasi, dengan prinsip pembedahan reseksi en bloc komplit dengan preservasi
organ semaksimal mungkin. Kontraindikasi untuk preservasi organ adalah bila
ada keterlibatan pembuluh darah ataupun struktur saraf, fraktur patologis, adanya
hematoma besar terkait tindakan biopsi.
Limb sparing surgery dilakukan pada high grade osteosarcoma dan respon
baik terhadap kemoterapi ( sel viable < 10 % dan margin jaringan - ),
serta tepi bebas tumor.
Setelah limb sparing surgery maka kemoterapi dilanjutkan sebanyak 2
siklus. Jika setelah 3 bulan dievaluasi terjadi relaps maka dilakukan
amputasi.
Amputasi juga dilakukan pada osteosarcom yang letaknya secara anatomik
tidak menguntungkan dan tidak dapat dilakukan limb sparing dengan
margin yang bersih.
2. Kemoterapi
Kemoterapi pada osteosarkoma: First line therapy
(primary/neoadjuvan/adjuvanttherapy or metastatic disease ) :
• Cisplatin and doxorubicin
• MAP ( High-dosemethotrexate, cisplatin, and doxorubicin )
• Doxorubicin, cisplatin, ifosfamide , and high dose methotrexate
• Ifosfamide, cisplatin, and epirubicin
Second line therapy ( relapsed/ refractory or metastatic disease )
• Docetaxel and gemcitabine
• Cyclophosphamide and etoposide
• Gemcitabine
• Ifosfamide and etoposide
• Ifosfamide, carboplatin, and etoposide
• High dose methotrexate, etoposide, and ifosfamide
Jadwal kontrol pasien dilakukan tiap 3 bulan pada tahun pertama dan
kedua terapi, tiap 4 bulan pada tahun ke 3 , tiap 6 bulan pada tahun ke 4
dan 5, dan follow up pada tahun berikutnya dilakukan setahun sekali. Jika
terjadi relaps maka dilakukan kemoterapi dan / atau reseksi jika
memungkinkan, targeted terapi ( mTOR inhibitor, sorafenib ), stem cell
transplatasi ( HDT/SCT), atau terapi suportif .
Sementara untuk osteosarkoma dengan derajat keganasan tinggi, secara
protokol diberikan kemoterapi neoajuvan terlebih dahulu, lalu di evaluasi/
restaging. Jika setelah neo ajuvan ukuran mengecil dan menjadi resectable
maka dilanjutkan dengan terapi pembedahan (wide excision ). Terapi
setelah pembedahan terbagi menjadi dua tergantung ada tidaknya margin
jaringan setelah operasi.
Sedangkan pembedahan dengan margin (+) yang memberikan respon
buruk maka pertimbangkan mengganti kemoterapi dan juga terapi
tambahan secara lokal ( surgical resection ). Pada pasien dengan margin
jaringan (–) dilanjutkan dengan kemoterapi, 2 siklus.
Pada osteosarcoma derajat keganansan tinggi yang setelah restaging tetap
unresectable maka langsung lakukan radioterapi dan kemoterapi tanpa
pembedahan terlebih dahulu. Pada pasien osteosarcoma yang sudah
bermetastasis maka penatalaksanaan nya terbagi juga menjadi dua yaitu
resectable dan unresectable. Pada yang resectable ( pulmonary, visceral,
atau skeletal metastasis) maka terapi untuk tumor primer nya sama dengan
penatalaksanaan osteosarcoma derajat keganasan tinggi dan didukung
dengan kemoterapi dan juga metastasectomy . Sedangkan pada yang
unresectable penatalaksanaan yang dilakukan adalah kemoterapi,
radioterapi, dan megevaluasi ulang tumor primer untuk mengontrol tumor
secara lokal, paliatif treatment.Kombinasi proton/photon atau proton beam
radioterapi terbukti efektif untuk kontrol lokal pada pasien dengan
Walau kemoterapi menunjukan hasil yang membaik pada pasien non metastatic,
high grade, localized osteosarcoma kemoterapi justru menunjukan hasil kurang
memuaskan pada osteosarkoma yang disertai metastasis.
Pada yang resectable (pulmonary, visceral, atau skeletal metastasis ) maka terapi
untuk tumor primer nya sama dengan penatalaksanaan osteosarcoma derajat
keganasan tinggi dan didukung dengan kemoterapi dan juga metastasectomy.
Sedangkan pada yang unresectable penatalaksanaan yang dilakukan adalah
kemoterapi , radioterapi , dan megevaluasi ulang tumor primer untuk mengontrol
tumor secara lokal.
jika setelah itu pasien memberikan respons yang baik maka lakukan
kontrol sesuai jadwal. Jika setelah kemoterapi dan reseksi ulang terjadi
relaps atau penyakit menjadi progresif maka terdapat beberapa pilihan
penanganan yaitu: reseksi paliatif (jika memungkinkan), kemoterapi
second line, radioterapi paliatif ( radium – 223, Samarium-1 , 153Sm-
EDTMP).
Dengan pendekatan tersebut, 60-70% pasien dapat memiliki kesintasan
hidup jangka panjang. Apabila sudah bermetastasis ke paru, tetapi
terisolasi di paru saja, maka didapatkan nilai 35-40% untuk angka
kesintasan hidup.
Localized disease Menurut rekomendasi guidelines wide excision
merupakan terapi primer pada pasien dengan low grade ( intramedullary
dan surface )oteosarcoma dan lesi periosteal. Setelah wide excision maka
delanjutkan dengan kemoterapi kategori 2b setelah operasi yang
direkomendasikan untuk pasien dengan low grade atau sarcoma periosteal
dengan pathologic findings of high grade disease. kemoterapi yang sama
sebanyak beberapa siklus. Jika respos nya buruk maka pertimbangkan
untuk mengganti regimen. Operasi re-reseksi dengan atau tanpa
radioterapi perludipertimbangkan untuk pasien dengan margin jaringan
positif.
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Foto X-ray Gambaran klasik menunjukkan reaksi periosteal, gambaran
litik dan sklerotik pada tulang, formasi matrix osteoid di bawah
periosteum dengan gambaran khas Codman’s triangle , sunburst , dan
moth eaten.
MRI Berguna untuk mengetahui ekstensi tumor, keterlibatan jaringan
lunak sekitar (pembuluh darah, saraf, sendi), serta mencari adanya skip
lessions. Skip lession terjadi < 5% pada osteosarcoma.
Foto x-ray thorax/ CT scan Menyingkirkan adanya metastasis di paru
Bone scan(+) atau PET – CT ( optional ) Menyingkirkan adanya
metastasis di tulang
Biopsi (biopsi Aspirasi Jarum halus (BAJH/FNAB), core biopsy) Berguna
untuk konfirmasi histopatologi ! penegakan diagnosis
Pemeriksaan laboratorium darah (LDH / ALP ) Untuk mengevaluasi
status keadaan umum dan persiapan terapi.
Penilaian skor huvos untuk evaluasi histologik respons kemoterapi
neoadjuvant pre operasi. Penilaian ini dilakukan secara semikuantitatif
dengan membandingkan luasnya area nekrosis terhadap sisa tumor yang
riabel : Grade 1 : sedikit atau tidak ada nekrosis (0 - 50%) Grade 2
: nekrosis >50 - <90 % Grade 3 : nekrosis 90 - 99 % Grade 4
: nekrosis 100 %
G. Prognosis
Beberapa faktor yang menentukan prognosis pada pasien osteosarkoma : Tumor
related:
a. Lokasi tumor
b. Ukuran tumor
c. Umur pasien
d. Metastasis ( ada/tidak, lokasi metastasis )
e. Respons histologi terhadap kemoterapi
f. Tipe dan margin operasi
g. BMI (Body Mass Index): tidak begitu related dengan osteosarcoma tetapi
berhubungan dengan prognosis
h. ALP dan LDH level: menggambarkan luasnya lesi
H. Komplikasi
2. Jelaskan perbedaan tumor tulang primer dan sekunder (Benigna dan maligna)!
Jawab :
Secara garis besar kanker tulang dipecah menjadi dua jenis,
Kanker tulang metastatik atau lebih sering disebut juga sebagai kanker tulang
sekunder. Kanker tulang jenis ini disebabkan oleh kanker yang sudah ada di
organ tubuh yang lain sebelum akhirnya menyebar ke tulang. Jadi kankernya
bukan dari tulang. Contohnya adalah kanker paru-paru yang menyebar ke tulang
dimana sel-sel kankernya menyerupai sel-sel paru-paru namun berada pada tulang
yang diserang.
Kanker tulang primer. Kanker yang satu ini memang berasal dari tulang itu
sendiri. Yang termasuk dalam kategori kanker tulang ini adalah: Mieloma
Multipel, Osteosarkoma, Fobrosarkoma, dan Histiositoma Fobrosa Maligna,
Kondrosarkoma, Tumor Ewing, dan Limfoma Tulang Maligna.
Osteosarcoma Sekunder :
Timbul pada kelompok usia yang lebih tua
Tumor paling sering terbentuk dalam kaitannya dengan penyakit Paget atau
riwayat terpajan radiasi dan walaupun jarang dispalias fibrosa, infark tulang atau
osteomyelitis kronis.
Gambaran Klinis : Adalah neoplasma yang sangat agresif, kurang berespons
terhadap terapi yang ada saat ini dibandingkan dengan oeteosarcoma
konventional.
Sumber : Kumar Vinay, Cotran S Ramzi & Robbin Stanley L. 2014. Buku Ajar
Patologi. Ed 7. EGC:Jakarta.
Sumber : Kumar Vinay, Cotran S Ramzi & Robbin Stanley L. 2014. Buku Ajar
Patologi. Ed 7. EGC:Jakarta.
Sumber :
C-Reactive Protein: A Simple Test to Help Predict Risk of Heart Attack and Stroke.
Penulis: Paul M Ridker, MD, MPH.2003. Circulation. 2003;108:e81. American Heart
Association, Inc.