Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN PETERNAKAN

DI JAWA TENGAH
(The Analysis of Factors to Influence Agriculture Development in Central Java)

Mukson, E. Prasetyo, B. M. Setiawan dan H. Setiyawan


Laboratorium Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang


mempengaruhi pengembangan peternakan di Jawa Tengah, baik pengembangan peternakan
ruminansia maupun unggas. Penelitian dilakukan dengan menganalisis data-data sekunder
yang dipublikasi dari Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah. Lokasi kabupaten yang diambil
sebanyak 17 Kabupaten. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model statistik regresi
linier berganda dengan varibel dependen (Y) = populasi ternak ruminansia/unggas, dan variabel
independen untuk pengembangan ruminansia adalah X1 = PDRB, X2 = luas lahan sawah, X3 =
luas lahan kering, X4 = jumlah penduduk, X5 = jumlah kelompok tani ternak, dan X6 =
ketersediaan pakan, sedangkan pada ternak unggas hanya sampai pada variabel X5. Uji F
digunakan untuk menguji model yang digunakan dengan taraf signifikasi sebesar 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan peternakan ruminansia secara
bersama-sama sangat nyata (P<0,01) dipengaruhi oleh variabel-variabel independen yaitu
PDRB, luas lahan sawah, luas lahan kering, jumlah penduduk, jumlah kelompok tani ternak dan
ketersediaan pakan. Sedangkan secara parsial dipengaruhi oleh luas lahan kering (P<0,05) dan
ketersediaan pakan (P<0,01). Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,848, yang berarti
sebanyak 84,8% variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen sedangkan sisanya
sebanyak 15,2% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model. Pada pengembangan ternak
unggas secara bersama-sama sangat nyata (P<0,01) dipengaruhi oleh variabel-variabel
independen tersebut diatas, sedangkan secara parsial dipengaruhi oleh PDRB (P<0,01) dan
jumlah penduduk (P<0,05). Nilai R2 sebesar 0,746, yang berarti sebanyak 74,6% variabel
dependen dipengaruhi oleh variabel PDRB, luas lahan sawah, luas lahan kering, jumlah
penduduk, jumlah kelompok tani ternak. Sedangkan sisanya sebanyak 25,4% dipengaruhi oleh
faktor lain di luar model.

Kata kunci : faktor pengembangan, peternakan

ABSTRACT

This research had been done as a mean to know the factors to influence agriculture
development in Central Java, as well as ruminant agriculture development and also poultry
development. Research had been done with analysing secondary data which publishing from the
Agriculture Department of Central Java. Region location taken by as much 17 region. Analysing
data done by using statistical model of doubled linear regression which dependent variable was
(Y) = the population of ruminant livestock/poultry, and independent variable for the ruminant
development was X1= PDRB, X2 = wide of field farm, X3 = wide of dry field, X4 = sum up the
resident, X5= sum up the group of livestock farmer, and X6 = diet availability, while at poultry
livestock only come up with the variable of X5. F Test used to test the model was used with the
level significant of 5%.
Result of research showed that the development of ruminant agriculture together very
real (P<0,01) influenced by independent variable that was PDRB, wide of field farm, wide of dry
field, sum up the resident, sum up the group of livestock farmer and diet availability. While
according to parsial was influenced by wide of dry field (P<0,05) and diet availability (P<0,01).

Journal of Animal Agricultural Socio-economics : 1 [1] July 2005


Value of the determination coefficient (R2) was 0,848, it mean that was 84,8% dependent
variable influenced by independent variable while the rest was 15,2% influenced by other
variable outside the model. At development of poultry livestock together very real (P<0,01)
influenced independent variables above, while according to parsial was influenced by PDRB
(P<0,01) and sum up the resident (P<0,05). Value of R2 was 0,746, it mean that was 74,6%
dependent variable influenced by variable of PDRB, wide of field farm, wide of dry field, sum up
the resident, sum up the group of livestock farmer. While the rest was 25,4% influenced by other
variable outside the model.

Keywords : development factor, agriculture.

PENDAHULUAN menunjukkan bahwa sub sektor peternakan


mempunyai peranan yang strtegis dalam
Sektor pertanian masih merupakan mendorong pertumbuhan ekonomi, sehingga
sektor andalan perekonomian nasional. ke depan perlu terus dipertahankan dan
Ketangguhan sektor pertanian termasuk sub ditingkatkan agar peran yang ada semakin
sektor peternakan ditunjukkan oleh masih nyata dalam kehidupan ekonomi
besarnya potensi sumber daya lokal, baik masyarakat.
ternak, teknologi, kelembagaan maupun Upaya dan langkah strategis untuk
potensi lainnya, sehingga apabila potensi ini peningkatan peran sub sektor peternakan
dapat dikembangkan dengan optimal antara lain dapat dilakukan melalui
diharapkan akan mampu berperan dalam pengembangan dan peningkatan populasi,
pemberdayaan ekonomi masyarakat. produksi dan produktivitas ternak. Untuk
Menghadapi era persaingan global, mendukung upaya tersebut perlu
pembangunan peternakan harus mampu diperhatikan berbagai faktor lingkungan
mewujudkan peternakan yang maju, efisien strategis usaha baik yang bersifat mikro
dan tangguh. Peternakan tangguh maupun makro. Beberapa faktor kaitannya
merupakan kondisi dimana sumberdaya dengan pengembangan peternakan melalui
yang ada (modal, alam, tenaga kerja dan peningkatan populasi ternak di Jawa
teknologi) dapat dimanfaatkan secara Tengah diduga banyak faktor yang
optimal, sehingga produk yang dihasilkan mempengaruhi antara lain ketersediaan
dapat memenuhi permintaan pasar baik pakan, ketersediaan lahan, PDRB, sarana
secara regional, nasional maupun global dan prasarana pendukung/kelembagaan,
(Soehadji, 1990). dan lain-lain.
Sub sektor peternakan yang Berdasarkan pemikiran tersebut di
merupakan bagian dari sektor pertanian atas maka kajian ini dilakukan untuk
masih merupakan sektor strategis dalam mengetahui sejauh mana faktor-faktor
menopang perekonomian regional maupun tersebut mempengaruhi terhadap
nasional. Di Jawa Tengah pada tahun 2002 pengembangan peternakan di Jawa Tengah,
kontribusi sub sektor peternakan terhadap khususnya keberadaan dan peningkatan
total Produk Domestik Regional Bruto populasi ternak baik ternak ruminansia
(PDRB) berdasarkan harga konstan sebesar maupun unggas. Hasil penelitian ini
3,95%, sedangkan berdasarkan harga diharapkan diperoleh data dan informasi
berlaku sebesar 3,34%. Khusus pada lingkup yang dapat dijadikan dasar pertimbangan
sektor pertanian, sumbangan sub sektor dalam pengambilan kebijakan pembangunan
peternakan berdasarkan harga konstan peternakan khususnya bagi pemegang policy
sebesar 19,97%, sedangkan berdasarkan maupun stake holder dan pihak lainnya.
harga berlaku sebesar 14,26%, atau
menempati urutan ke dua setelah sub sektor
tanaman bahan makanan (Dinas Peternakan
Propinsi Jawa Tengah, 2004). Kondisi ini

Journal of Animal Agricultural Socio-economics : 1 [1] July 2005


METODE PENELITIAN PTPK = PDRB total Kabupaten (Rp)
PTPJ = PDRB total Jawa Tengah (Rp)
Kerangka Pemikiran
Keterangan :
Propinsi Jawa Tengah merupakan > 1 Sektor basis peternakan
salah satu daerah sentra produksi dan = 1 Seimbang
pengembangan peternakan. Di samping itu < 1 Sektor non basis peternakan
juga merupakan daerah penyangga dan
pensuplai kebutuhan ternak atau pangan Sedangkan untuk mengetahui faktor-
hasil ternak untuk wilayah di luar Jawa faktor yang mempengaruhi pengembangan
Tengah. Kondisi ini perlu terus peternakan dianalisis dengan menggunakan
dipertahankan dan ditingkatkan agar model regresi linier berganda sesuai
keberadaan peternakan tetap mampu petunjuk Sugiono (2002) sebagai berikut :
berkembang baik. Dukungan yang harus
diperhatikan adalah dengan memperhatikan Y = a + b1x1 + b2x2 + … + b6x6 + e
berbagai faktor lingkungan usaha yang
mempengaruhi pengembangan peternakan. Keterangan :
Y = populasi ternak (ruminansia dan
Metode Penelitian unggas) (AU)
x1 = PDRB (Rp)
Penelitian ini menggunakan metode x2 = Luas lahan sawah (ha)
survai instansional. Lokasi penelitian x3 = Luas lahan kering (ha)
ditentukan secara “purposive sampling”, x4 = Jumlah penduduk (jiwa)
dengan mengambil sebanyak 17 lokasi x5 = Jumlah kelompok tani (buah)
kabupaten berdasarkan pengembangan x6 = Ketersediaan pakan (AU)
kawasan sesuai potensi komoditas ternak a = konstanta
unggulan yang ada (ruminansia besar, kecil e = simpangan stokastik.
dan unggas). Penelitian ini menggunakan
sumber data yang diperoleh dari Dinas Uji F digunakan untuk menguji model
Peternakan Propinsi Jawa Tengah dan Biro regresi berganda dengan taraf signifikasi
Pusat Statistik Jawa Tengah tahun 2003. sebesar 5%. Sedangkan uji t digunakan
Data antara lain meliputi beberapa variabel, untuk mengetahui secara parsial pengaruh
yaitu : jumlah/populasi ternak ruminansia dan variabel independen terhadap variabel
unggas (sebagai variabel dependen), luas dependen.
lahan sawah dan lahan kering, PDRB,
kelembagaan peternak, jumlah penduduk HASIL DAN PEMBAHASAN
dan PDRB (sebagai variabel independen).
Kondisi Umum Sub Sektor Peternakan di
Metode Analisis Data Jawa Tengah

Data dianalisis secara deskriptif dan Sub sektor peternakan mempunyai


statistik. Dasar potensi pengembangan peranan penting dalam rangka pemenuhan
peternakan dinalisis dengan model “Location kebutuhan pangan khususnya protein
Quotient (LQ)” sesuai petunjuk Hendarto hewani, baik dari jumlah, mutu maupun
(2000) sebagai berikut : keragamannya. Selain itu sub sektor
peternakan diharapkan dapat menopang
LQ = (PSPK : PSPJ) / (PTPK : PTPJ) pertumbuhan industri dan ekspor non migas.
PSPK = PDRB sub sektor peternakan Dari sub sektor peternakan juga diharapkan
Kabupaten (Rp) dapat meningkatkan kesempatan kerja,
PSPJ = PDRB sub sektor peternakan pendapatan petani dan kesejahteraan
Jawa Tengah (Rp) masyarakat pada umumnya. Perkembangan

Journal of Animal Agricultural Socio-economics : 1 [1] July 2005


populasi ternak di Jawa Tengah pada tahun Kebumen, Temanggung dan Pemalang,
2000 – 2002 seperti disajikan pada Tabel 1. untuk ternak ayam broiler di Kabupaten
Populasi dan penyebaran ternak sapi Kendal, Semarang dan Klaten, ternak ayam
potong pada 2002 secara berurutan adalah layer di Kabupaten Kendal, Karanganyar dan
Kabupaten Blora 197.392 ekor (14,68%), Semarang, ternak itik di Kabupaten Brebes,
Wonogiri 137.768 ekor (10,25%), Grobogan Pemalang dan Semarang. Burung puyuh di
119.401 ekor (8,88%) dan daerah-daerah Kabupaten Boyolali, Klaten dan Pati. Untuk
lain masih di bawah 7,00%. Populasi sapi sebaran populasi ternak kelinci yang
perah terbesar adalah Kabupaten Boyolali terbesar di Kabupaten Semarang,
63.848 ekor (53,64%), Semarang 27.692 Banjarnegara dan Wonosobo.
ekor (23,27%), Klaten 7.899 ekor (6,64%) Perkembangan populasi ternak di Jawa
dan yang daerah lainnya masih di bawah Tengah selama tahun 2000 – 2002 dapat
4,00%. Populasi kerbau terbesar adalah dilihat pada Tabel 1.
Kabupaten Brebes 16.980 ekor (11,42%),
Magelang 12.361 ekor (8,31%), Pekalongan Analisis Sektor Basis Peternakan pada
11.966 ekor (8,05%), Pemalang 10.218 ekor Lokasi Penelitian
(6,87%), Tegal 7.528 ekor (5,06%) dan
daerah-daerah lain masih di bawah 6,00%. Penelitian dilakukan pada wilayah
Kambing populasi terbesar masih berada di dengan orientasi kawasan pengembangan
daerah Kabupaten Wonogiri, Brebes, peternakan. Untuk melihat masing-masing
Purworejo dan Banyumas. lokasi apakah termasuk sektor basis atau
Ternak domba di daerah Kabupaten non basis peternakan telah dilakukan
Temanggung, Brebes dan Wonosobo. analisis dengan model Location Quotient
Ternak babi di daerah Kabupaten (LQ). Menurut Hendarto (2000), analisis LQ
Karanganyar, Semarang dan Sukoharjo. menyajikan perbandingan relatif kemampuan
Sebaran populasi ternak unggas yang suatu sektor atau sub sektor di daerah
terbesar secara berurutan, adalah ternak tertentu dengan kemampuan sektor atau sub
ayam buras di daerah Kabupaten Brebes, sektor yang sama di daerah yang lebih luas.

Tabel 1. Populasi Ternak Besar, Kecil dan Ternak Unggas (2000-2002).


No. Jenis Ternak 2000 2001 2002
1. Ternak Besar
a. Sapi potong 1.317.341 1.331.103 1.344.495
b. Sapi perah 114.834 114.916 119.026
c. Kerbau 182.210 170.012 148.665
d. Kuda 16.087 15.125 14.661
2. Ternak Kecil
a. Kambing 2.968.072 2.974.917 2.984.434
b. Domba 1.982.988 1.874.659 1.972.322
c. Babi 108.302 99.302 107.037
3. Ternak Unggas
a. Ayam buras 31.970.524 32.880.202 34.174.515
b. Ayam broiler 71.554.382 53.879.257 64.990.178
c. Ayam layer 6.730.818 7.112.163 7.368.333
d. Itik 3.661.805 3.772.070 4.023.358
e. Burung puyuh 1.852.528 1.946.712 2.708.817
4. Aneka Ternak
Kelinci 118.650 125.649 150.899
Sumber : Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah, 2003.

Journal of Animal Agricultural Socio-economics : 1 [1] July 2005


Apabila LQ > 1, maka sub sektor Tabel 2 dari 17 kabupaten di Jawa Tengah,
peternakan di kabupaten lebih spesialis 12 kabupaten (70,59%) menunjukkan sub
dibandingkan daerah Jawa Tengah atau sektor peternakan merupakan sektor basis
dengan kata lain sub sektor peternakan pertumbuhan ekonomi wilayah (LQ > 1), dan
merupakan sektor basis untuk pertumbuhan hanya 4 kabupaten (23,53%) yang tidak
ekonomi. Apabila LQ < 1 maka sub sektor menunjukkan sebagai sektor basis (LQ < 1),
peternakan di kabupaten bukan merupakan serta 1 kabupaten (5,89%) menunjukkan
sub sektor spesialis (non basis sektor) seimbang (LQ = 1). Kabupaten-kabupaten
dibandingkan dengan Jawa Tengah, atau yang mempunyai LQ > 1 berarti pada
dengan kata lain kabupaten tersebut kurang daerah-daerah tersebut sub sektor
potensial secara ekonomis untuk peternakan secara relatif mempunyai potensi
pengembangan sub sektor peternakan. yang lebih besar untuk berperan terhadap
Apabila LQ = 1 maka kekuatan sub sektor peningkatan pertumbuhan ekonomi wilayah
peternakan di kabupaten mempunyai (PDRB) dibandingkan dengan Jawa Tengah.
kekuatan seimbang dengan Secara keseluruhan dari 17
daerah/kabupaten yang bersangkutan kabupaten nilai rata-rata LQ adalah sebesar
dibanding dengan Jawa Tengah. 1,33. Kondisi ini berarti Propinsi Jawa
Berdasarkan hasil analisis diperoleh Tengah merupakan daerah yang potensial
rata-rata nilai LQ dari 17 kabupaten sebesar untuk pengembangan sub sektor
1,33. Kondisi ini mencerminkan bahwa Jawa peternakan, atau sub sektor peternakan di
Tengah merupakan daerah potensial untuk Jawa Tengah mempunyai peranan positif
pengembangan peternakan. Hasil analisis untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan (PDRB) Propinsi Jawa Tengah.

Tabel 2. Perhitungan LQ (Location Quotient) di Lokasi Penelitian Tahun 2002.


No. Kabupaten LQ Keterangan
1. Semarang 1,02 Sektor Basis
2. Boyolai 4,44 Sektor Basis
3. Banyumas 1,03 Sektor Basis
4. Blora 1,15 Sektor Basis
5. Grobogan 0,66 Non Basis
6. Kebumen 1,43 Sektor Basis
7. Wonogiri 0,52 Non Basis
8. Purworejo 1,00 Seimbang
9. Purbalingga 1,59 Sektor Basis
10. Tegal 0,51 Non Basis
11. Magelang 1,04 Sektor Basis
12. Banjarnegara 0,47 Non Basis
13. Brebes*) 1,04 Sektor Basis
14. Kendal 2,00 Sektor Basis
15. Pemalang*) 1,23 Sektor Basis
16. Temanggung 1,55 Sektor Basis
17. Karanganyar 2,02 Sektor Basis
TOTAL 22,68
RATA-RATA 1,33
Sumber : Data sekunder terolah, 2003.

Keterangan :
> 1 Sektor basis peternakan
= 1 Seimbang
< 1 Sektor non basis peternakan

Journal of Animal Agricultural Socio-economics : 1 [1] July 2005


Tabel 3. Uji Signifikansi Pengaruh Faktor-faktor Makro Secara Parsial Terhadap
Pengembangan Ternak Besar dan Ternak Kecil
Unstandardized coeficients
No Variabel t Sig.
B Std. Error
1. (Constant) 45218,196 31228,989 1,448 0,178
2. PDRB -9,831E-03 0,009 -1,091 0,301
3. Luas lahan sawah 0,117 0,884 0,133 0,897
4. Luas lahan kering 0,572 0,245 2,328* 0,042
5. Jumlah penduduk -3,184E-02 0,036 -0,873 0,403
6. Jumlah kelompok tani ternak 79,346 112,069 0,650 0,530
7. Ketersediaan pakan 0,130 0,032 4,106** 0,002
R2 0,848

Keterangan :
* = Level of error 5% (P<0,05)
** = Level of error 1% (P<0,01)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi makro (X1 s/d X6) mempunyai pengaruh yang
Pengembangan Peternakan di Jawa nyata signifikan terhadap pengembangan
Tengah ternak besar dan ternak kecil. Dari hasil
analisis diperoleh koefisien determinasi (R2)
Kebijakan dalam pengembangan sebesar 84,80%, yang berarti bahwa variasi
peternakan di Jawa Tengah perlu yang terdapat pada faktor-faktor makro dapat
memperhatikan faktor-faktor esensial baik menerangkan variasi yang terjadi pada
yang bersifat makro maupun mikro. Faktor pengembangan ternak besar dan ternak kecil
makro merupakan faktor-faktor yang terkait sebesar 84,80%. Sedangkan sisanya
dengan lingkungan usaha, seperti kondisi sebesar 15,20% diterangkan oleh faktor-
perekonomian, ketersediaan lahan, faktor lain yang tidak dimasukkan dalam
ketersediaan pakan, jumlah penduduk, model persamaan regresi. Pada uji t variabel
jumlah permintan produk ternak dan lain-lain. yang berpengaruh adalah luas lahan kering
Sedangkan faktor mikro merupakan faktor- (X3) dan ketersediaan pakan (X6). Uji
faktor yang terkait dengan aspek zooteknis signifikansi pengaruh faktor-faktor makro
usaha peternakan, yang meliputi feeding, secara parsial terhadap pengembangan
breeding dan management. Penelitian ini ternak besar dan ternak kecil disajikan pada
dilakukan dengan mencoba menganalisis Tabel 3.
faktor makro baik pengembangan terhadap Penelitian pengembangan terhadap
ternak ruminansia besar dan kecil maupun ternak unggas diperoleh persamaan :
ternak unggas
Hasil penelitian menunjukkan Y = 4535,965 - 0,006X1 + 0,035X2 + 0,020X3
pengembangan ternak ruminansia besar dan - 0,008X4 + 44,55X5 + e
kecil diperoleh persamaan :
Berdasarkan uji F persamaan
Y = 45218,20 - 0,0098X1 + 0,117X2 + 0,572X3 tersebut signifikan pada level of error 5% dan
+ 0,032X4 + 79,346X5 + 130X6 + e 1%, dimana besarnya nilai F hitung 6,449
dan nilai probabilitas 0,001 (P<0,01<0,05).
Berdasarkan uji F persamaan Hal ini berarti secara serempak faktor-faktor
tersebut signifikan pada level of error 5% dan makro (X1 s/d X5) mempunyai pengaruh yang
1%, dimana besarnya nilai F hitung 9,318 nyata signifikan terhadap pengembangan
dan nilai probabilitas 0,001 (P<0,01<0,05). ternak unggas.
Hal ini berarti secara serempak faktor-faktor

Journal of Animal Agricultural Socio-economics : 1 [1] July 2005


Tabel 4. Uji Signifikansi Pengaruh Faktor-faktor Makro Secara Parsial Terhadap
Pengembangan Ternak Unggas
Unstandardized coeficients
No Variabel t Sig.
B Std. Error
1. (Constant) -4535,965 4107,978 -1,104 0,293
2. PDRB 5,994E-03 0,001 5,480** 0,000
3. Luas lahan sawah 3,513E-02 0,085 0,412 0,689
4. Luas lahan kering 1,996E-02 0,029 0,682 0,509
5. Jumlah penduduk -7,978E-03 0,004 -2,114* 0,050
6. Jumlah kelompok tani ternak 44,555 26,868 1,658 0,125
R2 0,746

Keterangan :
* = Level of error 5% (P<0,05)
** = Level of error 1% (P<0,01)

Berdasarkan hasil analisis diperoleh bersama-sama dipengaruhi oleh PDRB,


koefisien determinasi (R2) sebesar 74,60%, luas lahan sawah, luas lahan kering,
yang berarti bahwa variasi yang terdapat jumlah penduduk, jumlah kelompok tani
pada faktor-faktor makro dapat menerangkan ternak (P<0,01) sedangkan secara
variasi yang terjadi pada pengembangan parsial dipengaruhi oleh PDRB dan
ternak unggas sebesar 74,60%. Sedangkan jumlah penduduk.
sisanya sebesar 25,40% diterangkan oleh
faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan DAFTAR PUSTAKA
dalam model persamaan regresi. Pada uji t
variabel yang berpengaruh adalah PDRB Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah.
(X1) dan jumlah penduduk (X5). Uji 2003. Statistik Peternakan Propinsi
signifikansi pengaruh faktor-faktor makro Jawa Tengah 2003, Ungaran.
secara parsial terhadap pengembangan
ternak unggas disajikan pada Tabel 4. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah
dengan Program Studi Sosial
KESIMPULAN Ekonomi Peternakan. 2003.
Laporan Penelitian. Profil Kawasan
1. Berdasarkan perhitungan LQ diperoleh Pengembangan Agribisnis
hasil bahwa 12 Kabupaten (70,59%) Peternakan Jawa Tengah,
merupakan daerah basis sektor Semarang.
peternakan, 1 Kabupaten (5,89%)
merupakan daerah seimbang dan 4 Hendarto, R.M. 2000. Analisis Potensi
Kabupaten (23,53%) merupakan daerah Daerah dalam Pembangunan
non basis peternakan. Ekonomi. Makalah Diklat. Fakultas
2. Pengembangan ternak ruminansia besar Ekonomi Unversitas Diponegoro,
dan kecil di Jawa Tengah secara Semarang.
bersama-sama dipengaruhi oleh PDRB,
luas lahan sawah, luas lahan kering, Soehardji. 1990. Pokok-Pokok Penjelasan
jumlah penduduk, jumlah kelompok tani Deregulasi Bidang Peternakan,
ternak dan ketersediaan pakan (P<0,01), Jakarta.
sedangkan secara parsial hanya
dipengaruhi oleh luas lahan kering dan Sugiono. 2002. Metode Penelitian Bisnis.
ketersediaan pakan. Sedangkan untuk CV Alfabeta, Bandung.
pengembangan ternak unggas secara

Journal of Animal Agricultural Socio-economics : 1 [1] July 2005


Journal of Animal Agricultural Socio-economics : 1 [1] July 2005

Anda mungkin juga menyukai