Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Pedoman teknis ini disusun dengan tujuan agar Pemerintah Daerah dan pemangku
kepentingan terkait dapat memiliki acuan teknis dalam penyusunan peta Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang sesuai dengan peraturan perundangan terkait.
1.3. Sasaran
Pedoman teknis ini diharapkan dapat memberikan tambahan pemahaman bagi
pemangku kepentingan di daerah dalam pengumpulan data sekunder, pengambilan data pri-
1
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
mer, pengolahan dan analisis data, penyajian penyajian peta dasar, peta tematik dan peta
Rencana Zonasi WP-3-K serta melakukan konsultasi teknis terkait dengan penyusunan peta-
peta tersebut.
2
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
3
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
BAB II
BATASAN ISTILAH
Beberapa istilah yang digunakan dalam Tata Cara Penyusunan Peta RZWP-3-K sebagai
berkut:
1. Alokasi Ruang adalah distribusi peruntukan ruang di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
2. Alur laut merupakan perairan yang dimanfaatkan, antara lain untuk alur pelayaran, pipa/kabel
bawah laut dan migrasi biota laut.
3. Citra satelit merupakan suatu gambaran permukaan bumi yang direkam oleh sensor (kamera)
pada satelit pengideraan jauh yang mengorbit bumi, dalam bentuk image (gambar) secara digital.
4. Daerah Penangkapan Ikan (Fishing Ground) adalah daerah di perairan dimana ikan yang
menjadi sasaran tangkap tertangkap dalam jumlah yang maksimal dan alat tangkap dapat diope-
rasikan secara ekonomis.
5. Data adalah rekaman fakta atau fenomena yang dapat diinterpretasikan dengan suatu cara formal
yang dapat digunakan untuk komunikasi, interpretasi, dan pemrosesan.
6. Data Primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung dari sumber datanya.
7. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari berbagai sumber yang telah
ada.
8. Daya dukung wilayah pesisir dan pulau-pulau Kecil adalah kemampuan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain.
9. Ekosistem adalah kesatuan komunitas tumbuh-tumbuhan, hewan, organisme dan non
organisme lain serta proses yang menghubungkannya dalam membentuk keseimbangan, stabilitas
dan produktivitas.
10. Informasi Geospasial Dasar (IGD) adalah Informasi Geospasial yang berisi tentang objek
yang dapat dilihat secara langsung atau diukur dari kenampakan fisik di muka bumi dan yang
tidak berubah dalam waktu yang relatif lama.
11. Informasi Geospasial Tematik (IGT) adalah Informasi Geospasial yang menggambarkan satu
atau lebih tema tertentu yang dibuat mengacu pada IGD.
12. Kartografis adalah ketentuan ilmiah tentang desain dan visualisasi peta dalam berbagai
komponen grafis.
13. Kawasan adalah bagian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki fungsi tertentu yang
ditetapkan berdasarkan kriteria karakteristik fisik, biologi, sosial, dan ekonomi untuk
dipertahankan keberadaannya.
14. Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah kawasan pesisir dan
pulau-pulau kecil dengan ciri khas tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil secara berkelanjutan. (Kawasan Konservasi setara dengan
kawasan lindung dalam Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang penataan ruang).
15. Kawasan Pemanfaatan Umum (KPU) adalah bagian dari wilayah pesisir yang ditetapkan
peruntukkannya bagi berbagai sektor kegiatan. (Kawasan Pemanfaatan Umum setara dengan
kawasan budidaya dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang).
16. Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan
keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang
ditetapkan sebagai warisan dunia.
17. Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT) adalah kawasan yang terkait dengan
kedaulatan negara, pengendalian lingkungan hidup dan/atau situs warisan dunia, yang
pengembangannya diprioritaskan bagi kepentingan nasional.
18. Kearifan Lokal adalah nilai-nilai luhur yang masih berlaku dalam tata kehidupan Masyarakat.
19. Kebijakan Satu Peta (KSP) adalah arahan strategis dalam terpenuhinya satu peta yang mengacu
pada satu referensi geospasial, satu standar, satu basis data, dan satu geoportal pada tingkat
ketelitian skala 1:50.000.
4
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
20. Masyarakat Hukum Adat adalah sekelompok orang yang secara turun-temurun bermukim di
wilayah geografis tertentu di Negara Kesatuan Republik Indonesia karena adanya ikatan pada
asal usul leluhur, hubungan yang kuat dengan tanah, wilayah, sumber daya alam, memiliki
pranata pemerintahan adat, dan tatanan hukum adat di wilayah adatnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
21. Masyarakat Lokal adalah kelompok Masyarakat yang menjalankan tata kehidupan sehari-hari
berdasarkan kebiasaan yang sudah diterima sebagai nilai-nilai yang berlaku umum, tetapi tidak
sepenuhnya bergantung pada Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil tertentu.
22. Masyarakat Tradisional adalah Masyarakat perikanan tradisional yang masih diakui hak
tradisionalnya dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan atau kegiatan lainnya yang sah di
daerah tertentu yang berada dalam perairan kepulauan sesuai dengan kaidah hukum laut
internasional.
23. Mitigasi bencana adalah upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik secara struktur atau fisik
melalui pembangunan fisik alami dan/atau buatan maupun nonstruktur atau nonfisik melalui
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
24. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran permukaan bumi
(terminologi geodesi) dengan menggunakan cara dan atau metode tertentu sehingga didapatkan
hasil berupa softcopy maupun hardcopy peta yang berbentuk vektor maupun raster.
25. Penataan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah suatu sistem proses
perencanaan zonasi, pemanfaatan ruang/zona, dan pengendalian pemanfaatan ruang/zona
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
26. Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah suatu proses perencanaan,
pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil
antarsektor, antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta
antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
27. Perairan pesisir adalah laut yang berbatasan dengan daratan meliputi perairan sejauh 12 (dua
belas) mil laut diukur dari garis pantai pada saat terjadi air laut pasang tertinggi, perairan yang
menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuari, teluk, perairan dangkal, rawa payau, dan laguna.
28. Perairan Pesisir adalah laut yang berbatasan dengan daratan meliputi perairan sejauh 12 (dua
belas) mil laut diukur dari garis pantai, perairan yang menghubungkan pantai dan pulau-pulau,
estuari, teluk, perairan dangkal, rawa payau, dan laguna.
29. Perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah suatu rangkaian
proses yang meliputi penyusunan Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
(RSWP-3-K), Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K), Rencana
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RPWP-3-K), dan Rencana Aksi Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RAPWP-3-K) yang melibatkan berbagai unsur kepent-
ingan di dalamnya.
30. Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan atau buatan manusia, yang berada di atas
maupun di bawah permukaan bumi yang digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala
tertentu.
31. Peta Dasar adalah peta yang menyajikan unsur-unsur alam dan/atau buatan manusia yang
berada di permukaan bumi, digambarkan pada suatu bidang datar, dengan skala, penomoran,
proyeksi, dan georeferensi.
32. Peta kesesuaian perairan merupakan peta yang dihasilkan dari kajian beberapa parameter
kualitas perairan untuk mengetahui kesesuaian wilayah perairan untuk tipe pemanfaatan tertentu.
33. Peta Lingkungan Laut Nasional (LLN) adalah peta dasar yang memberikan informasi secara
khusus untuk wilayah laut.
34. Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) adalah peta dasar yang memberikan informasi
secara khusus untuk wilayah pesisir.
35. Peta Rupabumi Indonesia (RBI) adalah peta dasar yang memberikan informasi secara khusus
untuk wilayah darat.
5
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
36. Peta Tematik adalah peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk kepentingan tertentu.
37. Pulau kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometer
persegi) beserta kesatuan ekosistemnya.
38. Pulau-pulau kecil adalah kumpulan beberapa pulau kecil yang membentuk kesatuan ekosistem
dengan perairan disekitarnya.
39. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang
40. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi adalah hasil perencanaan tata ruang yang merupakan
penjabaran strategi dan arahan kebijakan pemanfaatan ruang wilayah nasional dan
pulau/kepulauan ke dalam struktur dan pola ruang wilayah Provinsi.
41. Rencana Zonasi adalah rencana yang menentukan arah penggunaan sumberdaya tiap-tiap
satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang pada kawasan
perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta
kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin.
42. Rencana Zonasi Rinci adalah rencana detail dalam 1 (satu) zona berdasarkan arahan
pengelolaan di dalam RZWP-3-K atau RZR Provinsi yang dapat disusun oleh pemerintah daerah
yang memuat daya dukung dan daya tampung, serta peraturan pemanfaatan ruang.
43. Spasial adalah aspek keruangan suatu obyek atau kejadian yang mencakup lokasi, letak, dan
posisinya.
44. Sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil adalah adalah sumber daya hayati, sumber daya
nonhayati; sumber daya buatan, dan jasa-jasa lingkungan; sumber daya hayati meliputi ikan,
terumbu karang, padang lamun, mangrove dan biota laut lain; sumber daya nonhayati meliputi
pasir, air laut, mineral dasar laut; sumber daya buatan meliputi infrastruktur laut yang terkait
dengan kelautan dan perikanan, dan jasa-jasa lingkungan berupa keindahan alam, permukaan
dasar laut tempat instalasi bawah air yang terkait dengan kelautan dan perikanan serta energi
gelombang laut yang terdapat di wilayah pesisir.
45. Tumpangsusun (overlay) adalah sebuah proses spasial dimana dua atau lebih peta/lapisan
yang sudah teregistrasi pada satu system koordinat yang sama ditumpangkan baik dalam bentuk
digital atau dalam bahan transparan untuk tujuan menampilkan hubungan antar fitur yang
menempati wilayah geografis yang sama.
46. Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh
perubahan di darat dan laut.
47. Zona adalah ruang yang penggunaannya disepakati bersama antara berbagai pemangku
kepentingan dan telah ditetapkan status hukumnya.
48. Zona Pasang Surut (Intertidal Zone) adalah daerah bagian pantai yg terletak antara batas
surut terendah dan pasang tertinggi.
49. Zonasi adalah suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas
fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta proses-proses ekologis
yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir.
6
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
BAB III
KEBUTUHAN DATA
7
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
Data geospasial yang digunakan dalam analisis GIS direpresentasikan dalam dua tipe
data, yaitu:
a. Data Vektor
Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam kumpulan
garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik
yang sama), titik dan nodes (merupakan titik perpotongan antara dua buah garis).
Legend
Titik (Point)
Garis (Line)
Area (Polygon)
8
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
9
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
d. Metadata
Metadata adalah data yang menjelaskan riwayat dan karakteristik data. Metadata
yang digunakan mengikuti standar dan ketentuan dari Badan Informasi Geospasi-
al (BIG).
Standar kuantitas data merupakan jumlah data yang harus dipenuhi pada saat
penyusunan Rencana Zonasi WP-3-K yang meliputi:
a. garis pantai;
b. bathimetri berupa peta bathimetri;
c. batas wilayah laut berupa Peta Wilayah Perencanaan WP-3-K dan Peta Wilayah
Perencanaan Terhadap Konstelasi Regional;
d. oseanografi berupa peta gelombang, peta arus, peta suhu permukaan laut, peta
kecerahan, peta pH, peta salinitas, peta sebaran klorofil;
e. geomorfologi dan geologi laut berupa peta geologi laut, peta substrat dasar laut,
dan peta deposit pasir laut;
f. ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil berupa peta ekosistem pesisir (terumbu
karang, lamun, mangrove);
g. sumber daya ikan pelagis dan demersal berupa peta daerah penangkapan ikan
demersal dan peta daerah penangkapan ikan pelagis;
h. pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang telah ada berupa
peta pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang telah ada;
i. dokumen perencanaan pemanfaatan ruang di wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil. Data ini merupakan rencana-rencana yang disusun ole instansi pemerintah
yang telah memiliki ketetapan sesuai perundangan yang berlaku. Contohnya Peta
Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah dari RTRW, peta rencana induk
pelabuhan perikanan, dan lainnya;
j. sosial, ekonomi, dan budaya berupa peta jumlah dan kepadatan penduduk
(proyeksi pertumbuhan penduduk), peta wilayah penangkapan ikan secara
tradsional;
k. risiko bencana dan pencemaran berupa peta risiko bencana (tsunami, gelombang
ekstrim, gelombang laut berbahaya, letusan gunung api bawah laut, kenaikan
muka air laut, erosi pantai, intrusi air laut (tergantung kondisi di tiap wilayah)).
10
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
11
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
12
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
Klorofil 1 : 250.000 Proyeksi UTM, Datum - ID - Interfal 0,5 Dishidros, KKP, LIPI, P2O, Analisis citra Aqua
1 : 50.000 WGS84 - KLOROFIL mg/l Instansi terkait, Perguruan Modis dengan
Tinggi resolusi minimal 1
km
2 Geomorfologi Substrat Dasar Laut 1 : 250.000 Proyeksi UTM, Datum - ID P3GL ESDM Peta Geologi dan
dan Geologi 1 : 50.000 WGS84 - JENIS SUBSTRAT DASAR geomorfologi dasar
Laut LAUT laut
skala 1 : 250.000
Geologi Laut 1 : 250.000 Proyeksi UTM, Datum - ID P3GL ESDM Peta Geologi dan
1 : 50.000 WGS84 - FORMASI GEOLOGI geomorfologi dasar
laut
skala 1 : 250.000
Geomorfologi laut 1 : 250.000 Proyeksi UTM, Datum - ID P3GL ESDM Peta Geologi dan
1 : 50.000 WGS84 - MORFOLOGI geomorfologi dasar
laut
skala 1 : 250.000
Deposit pasir laut 1 : 250.000 Proyeksi UTM, Datum - ID P3GL ESDM Peta Geologi dan
1 : 50.000 WGS84 - VOLUME DEPOSIT geomorfologi dasar
PASIR LAUT laut
skala 1 : 250.000
13
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
1 : 50.000 Proyeksi UTM, Datum - ID BIG, LIPI, KKP Peta Lamun skala
WGS84 - TUTUPAN 1:50.000
- KONDISI
Terumbu Karang 1 : 250.000 Proyeksi UTM, Datum - ID BIG, LIPI, KKP Peta Terumbu
WGS84 - LUAS Karang,
skala 1 : 250.000
DATA TITIK :
- ID
- JENIS
- KELIMPAHAN
14
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
15
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
16
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
BAB IV
PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA
Pengumpulan data merupakan salah satu bagian terpenting dalam penyusunan Rencana
Zonasi Wilayah Peisisir dan Pulau-pulau Kecil. Data yang dikumpulkan berupa data sekunder
dan data primer. Data sekunder yang dikumpulkan berasal dari instansi terkait, terutama data
yang berupa data spasial dan hasil-hasil pemetaan yang telah dilakukan oleh instansi tersebut.
Data sekunder yang dikumpulkan dari instansi terkait memiliki berbagai macam bentuk dan
format, diantaranya berupa peta analog (hardcopy), peta digital (data digital), dan data
tabular/numerik.
Tabel 4.1. Jenis dan bentuk data sekunder yang dikumpulkan dalam penyusunan
rencana zonasi WP-3-K
No Jenis Data Tipe Data Format Data Contoh Data/Peta
1 Peta Analog Peta Cetakan Hardcopy Peta Hardcopy Rupabumi, Peta Hardcopy
Geologi
2 Data/Peta Data hasil digitasi peta analog Shapefile Data vektor penggunaan lahan, Data vektor garis
Digital pantai
Data hasil konversi data Shapefile Peta kontur ketinggian lahan hasil konversi dari
Data Digital Elevation Model (DEM)
Data Hasil Plotting Shapefile Data titik lokasi sampel pengukuran fisika
GPS/Pengukuran Lapangan perairan
Data Hasil Interpretasi Citra Shapefile Peta penggunaan lahan, peta batas ekosistem
Satelit mangrove
Data Hasil Analisis GIS dan Shapefile Peta Sebaran Terumbu Karang hasil Pemodelan
Pemodelan Matematis Lyzenga, Peta risiko bencana, Peta arah dan
kecepatan arus
3 Data Data numerik (Angka) yang .xls, .dbf Data Jumlah Penduduk Kecamatan X, Data
Tabular/ memiliki informasi Lokasi perubahan luas penggunaan lahan di kawasan
Numerik Pesisir X, Data Numerik Hasil Pengukuran Fisika
Perairan di Laut X, Lokasi Infrastruktur
Dengan adanya keragaman format data dari berbagai instansi tersebut, maka data sekunder
tersebut perlu diseragamkan formatnya menjadi format peta digital, sehingga dapat dilakukan
penilaian kualitas dan kuantitas data sekunder yang ada diperoleh. Penilaian kualitas data
sekunder terkait dengan beberapa kriteria diantaranya skala, akurasi spasial, dan akurasi atribut.
17
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
18
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
3 Ekosistem Pesisir Mangrove 1 : 250.000 Softcopy Peta Mangrove skala 1 : Dit. Konservasi Tanah dan Air
19
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
4 Sumberdaya Ikan Pelagis 1 : 250.000 Softcopy Peta Daerah Penangkapan - Pusat Penelitian dan
(Jenis dan 1 : 50.000 Ikan (Fishing Ground) Pelagis Pengembangan Perikanan KKP
Kelimpahan Ikan) & Jenis dan Kelimpahan Ikan (Walidata Sumberdaya)
Pelagis KKP, Instansi terkait
skala 1 : 250.000, 1 : 50.000
Demersal 1 : 250.000 Softcopy Peta Daerah Penangkapan - Pusat Penelitian dan
1 : 50.000 Ikan (Fishing Ground) De- Pengembangan Perikanan KKP
mersal & Jenis dan (Walidata Sumberdaya)
Kelimpahan Ikan Demersal KKP, Instansi terkait
skala 1 : 250.000, 1 : 50.000,
5 pemanfaatan Kawasan Pemanfaatan 1 : 250.000 Softcopy Peta Pemanfaatan Wilayah KKP, Instansi terkait
ruang laut yang Umum (bangunan laut, 1 : 50.000 Perairan/Laut
telah ada transportasi atau utilitas skala 1 : 250.000, 1 : 50.000,
laut, infrastruktur laut,
KJA, Bagan, Fishing
Ground, Pendaratan
Pesawat, pariwisata,
pertambangan,
pemanfaatan masyarakat
hukum adat, tempat suci,
dll)
20
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
21
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
22
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
23
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
24
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
Pemeriksaan Kualitas
Data Entry Data Atribut Perbaikan Hasil
Digitasi
Skala Data tematik
Akurasi Spasial Peta vektor terkoreksi
Akurasi Atribut
2) Data/Peta Digital
Data atau peta digital merupakan data yang berbentuk softfile yang diperoleh dari
berbagai sumber data. Rincian pengolahan data atau peta digital adalah sebagai
berikut:
a. Data Digital Hasil Plotting/Pengukuran Lapangan
Pemeriksaan Kualitas
Data Peta Tematik Entry Data Atribut
Skala dan Atributnya
Akurasi Spasial
Akurasi Atribut
25
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
Pemeriksaan Perbaikan
Pembangunan Digitasi dan
Data Spasial Proyeksi dan Topologi
Digitasi Datum Topologi
Pemeriksaan Kualitas
Data
Data Tematik Entry Data Atribut
Skala
Akurasi Spasial
Akurasi Atribut
Pemeriksaan Kualitas
Data
Skala Data Tematik Entry Data Atribut
Akurasi Spasial
Akurasi Atribut
Peta Tematik
Pemeriksaan Perbaikan
Pembangunan Digitasi dan
Data Hasil Proyeksi dan Topologi Topologi
Konversi Raster Datum
ke Vektor
Pemeriksaan Kualitas
Data Data Tematik Entry Data Atribut
Skala
Akurasi Spasial
Akurasi Atribut
Peta Tematik
26
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
3) Data Tabular/Numerik
Data numerik (angka) merupakan data yang berbentuk angka-angka atau deskripsi
dari obyek atau fenomena tertentu. Data numerik yang memiliki informasi lokasi
(lokasi relative dan lokasi absolut) dapat dikonversi menjadi data spasial melalui
plotting ke dalam peta dasar. Sebagai contoh lokasi relative adalah : data wilayah
administrasi dan data Jumlah Penduduk Kecamatan X. Contoh lokasi absolut
adalah : Data Numerik Hasil Pengukuran Fisika Perairan di Laut X pada koordi-
nat x,y dan Data Lokasi Infrastruktur pada koordinat x,y.
Klasifikasi Entry Data Pem-
Data Tabular/ dan Pen- Atribut dan bangunan
Numerik golahan Da- Spasial ke Topologi
ta Peta Dasar
Pemeriksaan Kualitas
Data
Peta Tematik Data Tematik
Skala
Akurasi Spasial
Akurasi Atribut
Koreksi Radiometrik
27
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
28
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
pengenalan obyek secara visual maupun penentuan titik referensi lapangan pada
citra resolusi tinggi. Secara teknis penajaman kontras ini dapat dilakukan dengan
software GIS.
B. Interpretasi Citra
Interpretasi citra dilakukan untuk memperoleh peta tematik tentatif yang dil-
akukan melalui analisis citra satelit dengan metode klasifikasi tak terbimbing (un-
supervised classification) dan klasifikasi terbimbing (supervised classification). Klasifikasi
tak terbimbing dilakukan dengan cara mengklasifikasikan piksel ke dalam
sejumlah kelas yang memiliki pola atau ciri yang sama. Untuk klasfikasi terbimb-
ing dilakukan dengan cara Digitasi on screen dengan menginterpretasi pada citra
penginderaan jauh secara manual pada layar monitor dengan pendekatan unsur
rona/warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs, asosiasi, dan konver-
gensi bukti.
29
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
Pengukuran bathimetri mengacu pada Standard IHO 44, LPI SNI 19-6727-2002
skala 1 : 250.000, IHO S-57. Prinsip kerja dari pemeruman dengan menggunakan
echo-sounder diterangkan oleh gambar-gambar berikut ini:
5
2
Keterangan :
1. GPS Satellites
2. Known Station (BM)
3. Sounding Boat + Mobile
DGPS + Echosounder
4. Tide Observation/Tide Pole
30
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
Daratan
Keterangan :
Lajur Pemeruman
Perairan Laut
12 mil
Daratan
Keterangan :
Lajur Pemeruman
Perairan Laut
31
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
sama (isobath). Garis kontur kedalaman diolah lebih lanjut melalui GIS dan
diklasifikasikan sesuai kelas kedalaman untuk skala 1 : 250.000 dan skala 1 :
50.000.
32
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
rona, warna, pola, bentuk, tekstur, situs dan asosiasi. Hasil interpretasi citra
penginderaan jauh berupa poligon substrat dasar laut tentatif. Berdasarkan
poligon substrat dasar laut, dapat ditentukan lokasi pengambilan sampel di
lapangan. Untuk perairan dengan kedalaman di atas 20 meter perlu dilakukan
survei lapangan secara langsung karena umumnya citra satelit tidak mampu
mendeteksi obyek perairan dasar laut pada kedalaman lebih dari 20 meter.
Pada pemetaan skala 1:250.000 dan 1:50.000, jumlah sampel substrat dasar laut
yang diambil di lapangan minimal 10 titik sampai dengan 4 mil atau sampai
kedalaman 100 m apabila sebelum jarak 4 mil telah dijumpai kedalaman lebih
dari 100 m. Peralatan yang digunakan berupa peralatan sedimen dasar laut
(Grab sampler). Grab sampler diturunkan ke dasar laut dalam keadaan
terbuka menggunakan tali. Setelah sampai dasar laut, alat tersebut akan
menutup sambil menggaruk sedimen ketika ditarik ke atas. Pada saat
pengambilan sampel substrat dasar laut dilakukan pengukuran posisi
menggunakan GPS.
33
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
34
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
C. Data Oseanografi
1. Data Pasang Surut
Metode Pengukuran Pasang Surut
Pengukuran pasang surut dilakukan untuk mengetahui karakteristik pasang
surut, sehingga dapat diketahui elevasi muka air laut, tipe pasang surut dan
komponen pasang surutnya. Data pasang surut yang dikumpulkan diharapkan
dapat menjelaskan: tipe pasang surut, Mean Sea level (MSL), Mean High
Water Level (MHWL), Mean Low Water Level (MLWL), Mean Lowest Low
Water Level (MLLWL) dan tunggang air (maksimum, minimum dan rata rata).
Metode yang digunakan dalam pengukuran pasang surut meliputi:
1) Metode langsung
Merupakan metode pengukuran pasut pada lokasi secara langsung
(misalnya menggunakan papan berskala, meteran, serta tide gauge outomat-
ic).
2) Metode tidak langsung
Merupakan metode pengukuran gelombang laut melalui informasi atau
perekaman dari citra satelit (satelit altimetry)
Pada pengukuran pasut dengan metode langsung, bila belum ada stasiun
pengamatan, maka penentuan lokasi pengukuran pasut stabil dan terlindung
dari ombak besar, angin, lalu lintas kapal/perahu, arus kuat, serta titik pasut
diikatkan pada Bench Mark (BM) yang permanen yang stabil, dengan
kedalaman minimum air laut pada stasiun pasut minimum satu meter di
bawah permukaan air laut terendah. Kriteria lokasi pengamatan pasut adalah:
1) Tersedianya informasi awal tentang kondisi lokasi, diutamakan pada lo-
kasi yang sudah ada stasiun pengamatan pasang - surut dari Dishidros
TNI - AL atau BIG, jika tidak ada informasi tersebut maka ditentukan
pada lokasi yang aman, mudah pemantauan, serta tidak terganggu
35
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
2) Lokasi stasiun pasut stabil dan terlindung dari ombak besar, angin, lalu
lintas kapal/perahu, serta arus kuat
3) Kedalaman minimum air laut pada stasiun pasut minimum satu meter di
bawah permukaan air laut terendah
4) Stasiun pasut tidak terganggu selama pengamatan berlangsung
5) Titik pasut diikatkan pada BM yang permanen yang stabil
Pasang surut diukur dengan menggunakan peralatan papan berskala atau tide
recorder selama 7 hari 7 malam pada 2 stasiun pengamatan. Papan berskala atau
tide recorder harus dipasang dengan posisi terendam air dan tegak tidak bergerak,
serta kedudukan tide recorder yang tidak menghalangi alur nelayan. Setelah
dilakukan pengukuran harus diikat dengan Bench Mark terdekat (kalau ada).
Jika tidak ada maka harus dibuatkan Bench Mark.
Gambar 4.9. Ilustrasi Pengukuran Pasang Surut Menggunakan Tide Gauge Au-
tomatic
Gambar 4.10. Ilustrasi Pengikatan Alat Pengukur Pasut Pada Titik Ikat Bench
Mark (BM)
36
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
Spring tide
Neap tide
37
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
Gambar 4.13. Contoh verifikasi data pasang surut lapangan dan hasil
peramalan dengan model Least Square
38
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
2. Data Gelombang
Metode Pengukuran Gelombang
Pengukuran gelombang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteris-
tik dan parameter gelombang yang meliputi tinggi dan periode. Periode ge-
lombang (T) diukur berdasarkan waktu tempuh antara satu puncak gelombang
dan puncak gelombang berikutnya, sedangkan tinggi gelombang (H)
merupakan jarak antara puncak gelombang dan lembah gelombang yang ter-
bentuk.
Metode pengukuran gelombang dapat dilakukan dengan metode langsung dan
atau tidak langsung. Metode pengukuran secara langsung adalah menggunakan
papan berskala, meteran dan wave rider /wave recorder), sedangkan metode
tidak langsung dapat dilakukan melalui informasi atau perekaman dari citra
satelit.
Penentuan lokasi pengukuran gelombang dapat dilakukan menggunakan
metode non random sampling dengan teknik area sampel, yaitu penentuan lo-
kasi dengan pertimbangan dapat mewakili karakteristik wilayah perairan
setempat. Karakteristik wilayah dalam penentuan lokasi pengukuran gelom-
bang sebagai berikut:
a) Karakteristik Wilayah Pantai dan Lepas Pantai
Pertimbangan yang digunakan untuk pengukuran gelombang di pantai ada-
lah untuk mengetahui karakteristik gelombang di dekat pantai (near shore).
Pada lokasi di dekat pantai, karakteristik gelombang sangat dipengaruhi
oleh proses deformasi gelombang akibat refraksi dan difraksi gelombang
yang dipengaruhi oleh perubahan kedalaman (pendangkalan), adanya
bangunan pantai, pulau-pulau kecil, maupun pengaruh lainnya. Sedangkan
pengukuran gelombang di lepas pantai (off shore) bertujuan untuk
mengetahui karakteristik gelombang di lepas pantai.
b) Karakteristik Wilayah Teluk dan Tanjung
Pertimbangan yang digunakan untuk mengukur gelombang di dalam teluk
adalah untuk mengetahui karakteristik gelombang di dalam teluk, sedangkan
lokasi di luar teluk untuk karakteristik gelombang di luar teluk. Fenomena
yang terjadi di daerah teluk didominasi oleh proses refraksi gelombang (di-
vergensi gelombang) dan cenderung mempunyai tinggi ge-lombang yang
relatif lebih tenang. Oleh karena itu, karakteristik gelombang di dalam teluk
berbeda dengan gelombang di daerah di luar teluk. Sedangkan untuk daerah
tanjung juga mempunyai karakteristik gelombang berbeda yang disebabkan
oleh refraksi gelombang (konvergensi gelombang).
39
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
2 1
Keterangan Gambar :
1. Persiapan Pemasangan Wave Recorder di
atas kapal
2. Instalasi Deploy Wave Recorder
3. Penyelam untuk membantu pemasangan
wave recorder di dasar perairan
40
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
Data tinggi dan periode gelombang hasil pengukuran dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 4.16. Data Tinggi dan Periode Gelombang hasil pengukuran tang-
gal 8 September 2015 – 14 September 2015 di kab. Natuna, prov. Kepu-
lauan Riau
H1 + H 2 + ... + H N T1 + T2 + ... + TN
Hs = Ts =
n n
41
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
Gambar 4.17. Gerak orbit partikel zat cair di laut dangkal, transisi, dan
dalam
Sebagai contoh, dari data pengukuran gelombang diperoleh data
perhitungan dimana, L = 55,14 meter dan d = 21 meter, maka d/L = 0,38,
artinya bahwa 1/20 < d/L < ½ sehingga termasuk klasifikasi gelombang
laut transisi.
Pemodelan Matematis Penjalaran Gelombang
Tujuan dari pemodelan matematis adalah untuk mengetahui tinggi dan arah
penjalaran gelombang menuju pantai. Hal ini penting untuk mengetahui
proses deformasi gelombang menuju pantai, seperti difraksi ataupun
refraksi gelombang. Untuk mengetahui distribusi spasial tinggi dan arah
gelombang, di seluruh perairan wilayah perencanaan disimulasikan dengan
model matematika refraksi gelombang.
Hasil pemodelan matematik refraksi gelombang berupa nilai tinggi
gelombang disetiap titik grid yang ada di seluruh perairan di wilayah
perencanaan. Nilai tinggi gelombang disetiap titik grid yang diperoleh dari
hasil pemodelan matematik diinterpolasi sehingga menghasilkan kontur
tinggi gelombang. Kontur tinggi gelombang kemudian diklasifikasi dengan
interval kontur gelombang setiap 0,1 meter .
42
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
Gambar 4.18. Diagram Proses Pembuatan Kontur Tinggi: Data Titik Hasil
Pemodelan Matematik (1), Interpolasi (2), Konversi ke Line (3a) dan Polygon
(3b).
43
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
3. Data Arus
Metode Pengumpulan Data Arus
Pengukuran arus dimaksudkan untuk mengetahui pola arus di lokasi penguku-
ran dan dominasi jenis arus di perairan (arus pasut atau arus selain pasut). Peta
arus adalah peta yang menginformasikan pola arus di wilayah perencanaan. In-
formasi ini sangat diperlukan sebagai data dasar untuk menentukan pemanfaa-
tan pada wilayah perencanaan.
Metode yang digunakan dalam pengukuran arus meliputi Metode Euler dan
Metode Lagrange. Metode Euler merupakan metode pengukuran arus pada
lokasi yang tetap (misal: cur-rent meter). Sensor yang digunakan meliputi sensor
mekanik dan sensor non-mekanik. Sensor Mekanik meliputi Current Meters seri
RCM, Current Meters Vektor Rata-rata (VACM) dan Vector Measuring Current
Meter (VMCM), sedang sensor non mekanik terbagi menjadi Acoustic Current
Meter (ACM), Elektromagnetik Current Meter (ECM) dan Acoustic Doppler Current
Profiller (ADCP).
Metode Lagrange merupakan metode pengukuran arus dengan mengikuti jejak
suatu alat (misal: pelampung). Teknis konvensional dilakukan dengan terjun
langsung ke lapangan sedangkan teknik modern atau Pencatat Arus Quasi-
Lagrange, yang meliputi pencatat arus permukaan dan bawah permukaan.
Gambar 4.21. Berbagai Tipe Macam Parasut (a), dan Skema Drifter (b).
Metode penentuan lokasi pengukuran arus biasanya menggunakan metode
teknik non random sampling dengan teknik area sampel, yaitu penentuan lo-
kasi ditentukan pada lokasi tertentu dengan pertimbangan dapat mewakili
karakteristik wilayah perairan setempat. Umumnya pengukuran arus dapat di-
wakili dengan tiga kedalaman perairan (permukaan 0,2 d, tengah 0,6 d dan
dasar 0,8 d) untuk setiap kawasan tertentu.
44
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
Permukaan Air
Noise
Sel Akhir
Distance
Kedalaman Perairan
Dasar Perairan
45
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
46
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
35 400
30 350
300
25
Current Direction ( o)
250
20
200
15
150
10
100
5 50
0 0
Gambar 4.26. Contoh verifikasi data arah arus realtime di lapangan dengan
data model
Gambar 4.27. Contoh Kalibrasi Kecepatan Arus Hasil Simulasi Model Ma-
tematik dengan Data Pengamatan Lapangan dengan Scatter Plot di perairan
Subi, kab. Natuna, prov. Kepulauan Riau tahun 2015.
47
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
Current Velocity and Direction - Data Acquired by Sontek Argonaut
PT. Lintech, Paciran, Lamongan Oct 14th - 20th, 2009
35 400
350
30
300
200
15
150
10
100
5
50
0 0
Gambar 4.28. Contoh hasil pengolahan data arus berupa grafik arus
48
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
49
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
50
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
51
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
Pada kedalaman rata-rata arah arus dominan menuju ke arah 315o (Barat
Laut). Frekuensi kejadian kecepatan arus secara keseluruhan yang menuju
ke arah 315o sebesar 43,25 %. Frekuensi kejadian kecepatan arus dengan
kecepatan terbanyak terjadi pada kecepatan arus >60 cm/det dengan frek-
uensi kejadian kecepatan arus secara keseluruhan sebesar 30,43 %. Ke-
cepatan arus terbesar, yaitu >60 cm/det menuju ke arah 315˚ (Barat Laut)
dengan frekuensi 19,45 %.
Plot World Current Untuk Mengetahui Jenis Arus (Pasut atau Selain
Pasut)
Untuk membantu analisis arus digunakan Program World Current Versi
1.03 (12 Desember 2006). Grafik 3-day plot menunjukkan data arus yang
diamati (warna merah), prediksi (biru), sisa/pengurangan (hijau), sehingga
memberikan sebuah grafik yang fluktuaktif dalam bentuk gelombang yang
menunjukkan model harmonik pasut sesuai dengan data tersebut. Gambar
23 menunjukkan bahwa pola kecepatan arus di lokasi kajian dipengaruhi
oleh pasang surut dan selain pasut.
Fluktuasi kecepatan arus berdasarkan data lapangan (arus total) mempunyai
pola yang hampir sama dengan data model astronomik (arus pasang surut).
Namun nilai residu (arus selain pasut) yang merupakan selisih dari arus total
dan arus pasut mempunyai nilai fluktuasi yang cukup besar. Berdasarkan
analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa arus di perairan wilayah kajian
dipengaruhi oleh pasang surut dan selain pasut (seperti angin, gelombang,
dll.).
Hasil pengukuran digambarkan dalam scatter diagram, vektor plot, current
rose (mawar arus). Untuk distribusi spasial pola arus untuk tiap 2500 m
disimulasikan dengan model hidrodinamika pola arus dengan grid maksimal
2500 x 2500 m, dan dikalibrasi dengan hasil pengukuran. Pengukuran dil-
akukan pada saat kondisi pasang tinggi (fase spring tide). Peta arus skala
1:250.000, digambar dalam bentuk kontur isoline dengan interval 0,05
m/detik.
Gambar 4.38. Contoh Analisis Scatter plot Kecepatan Arus Kedalaman Ra-
ta-rata Perairan Kec. Bualemo, Kab. Banggai.
52
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
Gambar 4.39. Scatter Plot Kecepatan Arus Kedalaman Cell 5 (2-4 meter)
(Gambar Kiri) dan Kedalaman Cell 6 (0-2 meter) (Gambar Kanan) Dari
Perairan Kec. Bualemo, Kab. Banggai
Model Matematika
Untuk mengetahui distribusi spasial pola arus skala 1:250.000 (setiap grid
2500 meter) dan distribusi spasial pola arus (setiap grid 500 meter untuk
RZBWP-3-K) di seluruh perairan wilayah perencanaan provinsi, disimu-
lasikan dengan model matematika hidrodinamika pola arus dan dikalibrasi
dengan hasil pengukuran yang dilakukan pada kondisi pasang (spring tide).
Pemodelan matematik hidrodinamika yang digunakan merupakan persa-
maan aliran 2 dimensi pada rerata kedalaman (depth average). Percepatan
gravitasi lebih dominan dibandingkan dengan percepatan aliran vertikal. Se-
hingga persamaan aliran dapat didekati dengan persamaan aliran dangkal
(shallow water equation). Komponen kecepatan rata-rata kedalaman dalam
koordinat horizontal x dan y didefinisikan sebagai berikut :
zb H zb H
1 1
U
H u
zb
dz V
H v
zb
dz
53
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
Persamaan momentum pada arah sumbu x dan y untuk aliran dua dimensi
rata-rata kedalaman dapat dituliskan sebagai :
𝜕 𝜕 𝜕 𝜕𝑧𝑏 1 𝜕𝐻 2
(𝐻𝑈) + (𝛽 𝐻𝑈𝑈) + (𝛽 𝐻𝑈𝑉) + 𝑔𝐻 + 𝑔
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝑥𝑥 𝜕𝑦 𝑥𝑦 𝜕𝑥 2 𝜕𝑥
1 𝜕 𝜕
+ [𝜏𝑏𝑥 − 𝜏𝑠𝑥 − (𝐻𝜏𝑥𝑥 ) − (𝐻𝜏𝑥𝑦 )] = 0
𝜌 𝜕𝑥 𝜕𝑦
untuk aliran arah sumbu x, dan
𝜕 𝜕 𝜕 𝜕𝑧𝑏 1 𝜕𝐻 2
(𝐻𝑉) + (𝛽𝑥𝑦 𝐻𝑈𝑉) + (𝛽𝑦𝑦 𝐻𝑉𝑉) + 𝑔𝐻 + 𝑔
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 2 𝜕𝑦
1 𝜕 𝜕
+ [𝜏𝑏𝑦 − 𝜏𝑠𝑦 − (𝐻𝜏𝑦𝑥 ) − (𝐻𝜏𝑦𝑦 )] = 0
𝜌 𝜕𝑥 𝜕𝑦
untuk aliran pada sumbu y, dimana :
xx, xy, yx yy = koefisien koreksi momentum
g = percepatan gravitasi
= rapat massa air
bx by = tegangan geser dasar
sx sy = tegangan geser permukaan
xx, xy, yx yy = tegangan geser akibat turbulensi
Misal xy adalah tegangan geser ke arah sumbu x yang bekerja pada bidang
tegak lurus sumbu y, maka komponen tegangan geser pada dasar dalam
arah sumbu x dan y dihitung sebagai berikut :
1
z 2 z 2 2
bx c f U U V 1 b b
2 2
x y
1
z 2 z 2 2
by c f V U V 1 b b
2 2
x y
54
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
U U
xx xx
x x
U V
xy yx xy
y x
V V
yy yy
y y
Untuk penyederhanaan perhitungan, nilai eddy viskositas kinematik rata-
rata kedalaman dianggap isotropik (diasumsikan bahwa nilai xx = xy =
yx = yy), dan eddy viskositas isotropik dinotasikan dengan yang
nilainya (0,3 0,6 U*H).
Hasil pemodelan matematik hidrodinamika pola arus berupa nilai kecepatan
dan arah arus disetiap titik-titik grid yang ada di seluruh perairan di wilayah
perencanaan. Nilai kecepatan arus disetiap titik-titik grid diinterpolasi se-
hingga menghasilkan kontur isoline kecepatan arus. Kontur isoline ke-
cepatan arus kemudian diklasifikasi dengan interval kontur setiap 0,05 me-
ter per detik.
4. Data Suhu Permukaan Laut
Metode Pengumpulan Data Suhu Permukaan Laut
Data parameter suhu permukaan laut, diperoleh dari analisis citra
penginderaan jauh thermal, contohnya adalah Citra Modis atau citra lain yang
memiliki saluran thermal. Untuk mendapatkan sebaran nilai suhu permukaan
laut tiap grid 2500 m untuk skala 1:250.000 dan tiap grid 500 m untuk skala
1:50.000 pada citra satelit, dilakukan transformasi matematis menggunakan
software pengolahan citra. Analisis suhu permukaan laut dilakukan berdasar-
kan data rerata suhu permukaan laut bulanan minimal selama lima tahun.
Hasil transformasi tersebut digunakan untuk menentukan titik sampel
pengukuran suhu permukaan laut di lapangan. Jumlah dan lokasi sampel
ditentukan berdasarkan keragaman nilai suhu permukaan laut dan keterwakilan
wilayah.
Metode Pengolahan Data Suhu Permukaan Laut
Analisis suhu permukaan laut dilakukan dengan cara mengkoreksi data suhu
permukaan laut hasil pengolahan citra satelit dengan menggunakan data hasil
pengukuran di lapangan. Koreksi dilakukan dengan cara transformasi
matematik menggunakan software pengolah citra, sehingga dihasilkan data
suhu permukaan laut yang valid/sesuai kondisi di lapangan.
5. Data Kecerahan
Metode Pengumpulan Data Suhu Permukaan Laut
Kecerahan air laut diukur secara langsung di lapangan menggunakan Seechi
Disk. Penentuan lokasi dan jumlah sampel ditentukan dengan melihat
variabilitas rona/warna perairan, sehingga setiap tingkat kecerahan perairan
dapat terwakili secara proporsional. Variabilitas rona/warna perairan yang
menunjukkan tingkat kecerahan perairan dapat diidentifikasi menggunakan
55
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
56
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
Untuk memperoleh data lokasi pemanfaatan wilayah laut yang telah ada,
dilakukan identifikasi visual menggunakan citra penginderaan jauh resolusi tinggi
(resolusi minimal 1 meter.) Hasil identifikasi visual pada citra tersebut digunakan
untuk groundcheck di lapangan dengan cara tracking dan plotting koordinat pada
lokasi pemanfaatan laut yang ditemukan dengan menggunakan GPS.
Metode Pengolahan Data Pemanfaatan Wilayah Laut Eksisting
Metode pengolahan data pemanfaatan laut existing dilakukan dengan cara ploting
koordinat titik GPS hasil identifikasi citra penginderaan jauh dan poligon (untuk
data yang berupa area) hasil groundcheck di lapangan ke dalam peta dasar.
Kondisi infrastruktur dapat diketahui berdasarkan data sekunder yang telah ada
dan juga melalui pengamatan langsung di lapangan. Data sekunder terkait dengan
kondisi infrastruktur berupa peta analog atau data tabular sebaran infrastruktur.
Melalui pengamatan langsung di lapangan diperoleh data jenis infrastruktur dan
posisinya (menggunakan GPS).
57
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
Manta Tow
Metode ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekosistem terumbu karang
dalam waktu yang relatif singkat dalam skala yang luas. Metode ini berguna
untuk mengetahui kondisi umum, heterogenitas suatu komunitas karang
sehingga data yang dihasilkan dapat digunakan sebagai acuan dalam
menentukan lokasi-lokasi yang mewakili area terumbu untuk pengamatan
ekosistem terumbu karang yang lebih detail.
Manta Tow dilakukan dengan cara mengamati tutupan substrat dasar laut
oleh penyelam snorkel yang ditarik oleh perahu kecil untuk menentukan
kondisi terumbu karang pada skala luas. Kecepatan perahu dijaga tetap
dengan kecepatan kurang lebih 5 km/jam atau sama dengan kecepatan
orang berjalan. Metode Manta Tow melibatkan minimal 3 orang, yang
terdiri dari pengamat 1, pengamat 2 dan pengemudi perahu. Pengamat 1
bertugas memotret, mengamati dan mencatat kondisi tutupan substrat di
wilayah yang diamati, dengan cara berpegangan dengan papan manta
kemudian ditarik oleh perahu dan melintas di atas puncak terumbu (reef
crest). Sementara pengamat 2 yang berada di atas perahu bertugas mengatur
waktu, menggunakan GPS dan berkomunikasi dengan pengamat 1.
Pengemudi perahu bertugas mengemudikan perahu agar berada di jalur
yang sesuai dengan kecepatan yang sesuai juga. Waktu setiap tarikan adalah
2 menit, kemudian setelah 15 tarikan berhenti sejenak untuk pergantian di-
mana pengamat 2 akan menggantikan pengamat 1 dan begitu sebaliknya.
Hal ini terus berulang sampai seluruh area yang direncanakan teramati.
Gambar 4.40. Ilustrasi Teknik Manta Tow (diadaptasi dari Brainard dkk,
2014)
58
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
Point Transect
Metode Point Transect adalah salah satu metode penilaian kondisi terumbu
karang dengan cara mencatat jenis substrat dasar utamanya karang keras di
bawah transek garis di setiap interval 0,5 m. Pengamat hanya mencatat jenis
substrat pada meter ke-0, lalu titik 0,5 m kemudian titik 1 m dan seterusnya
hingga meter ke-100. Transek garis dibuat dengan memasang roll meter
sepanjang 100 m sejajar dengan reef crest pada kedalaman 7 m (Gambar 3).
Penyelam SCUBA yang melakukan pencatatan dengan cara membagi tran-
sect menjadi empat segmen, setiap segmennya terdiri dari 20 m dengan ba-
tas antar segmen sepanjang 5 m, sehingga akan diperoleh 40 data point se-
tiap segmen.
- Kedalaman survei 10 – 20 m
- Survei dilakukan dalam 2-3 transek
sepanjang 25 m
- Unit sampling bervariasi sepanjang transek
59
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
60
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
n
ni
H ' pi log 2 pi; pi
i 1 N
dimana :
H’ = Indeks Keanekaragaman Legendre & Legendre
n = jumlah spesies dalam sampel
ni = jumlah panjang karang jenis ke-i
N = jumlah panjang total seluruh jenis
Analisa data tentang nilai Indeks Keanekaragaman Legendre & Legendre
adalah sebagai berikut:
H’ < 3,20 = keanekaragaman kecil dan tekanan ekologi sangat kuat
3,20 < H’ < 9,97 = keanekaragaman sedang dan tekanan ekologi sedang
(moderat)
H’ > 9,97 = keanekaragaman tinggi, terjadi keseimbangan ekosistem.
Sementara Keanekaragaman jenis ikan karang dihitung berdasarkan rumus
Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner (1981) dengan rumus sebagai
berikut :
s
ni ni
H ' ln
i 1 N N
dimana :
H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner
S = jumlah spesies dalam sampel
ni = jumlah individu ikan karang jenis ke-i
N = jumlah total individu seluruh jenis
Analisa data tentang nilai Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner
adalah :
H<1 = berarti komunitas dalam kondisi tak stabil
1 < H < 3 = berarti komunitas dalam kondisi sedang (moderat)
H>3 = berarti komunitas dalam kondisi baik
Indeks Keseragaman (J’) jenis bertujuan untuk mengetahui keseimbangan
individu dalam keseluruhan populasi terumbu karang/ ikan karang, yang
merupakan perbandingan nilai keragaman dengan nilai keragaman
maksimum. Nilai Indeks Keseragaman jenis karang dan ikan karang
dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :
H'
E' ; Hmaks log 2 S
Hmaks
dimana :
J’ = Indeks Keseragamanan
H = Indeks Keanekaragaman
S = jumlah spesies dalam sampel
61
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
2. Data Lamun
Lamun memegang peranan penting pada komunitas pesisir karena merupakan
pendukung bermacam-macam fauna yang berasosiasi di dalamnya, sehingga
keberadaannya mempengaruhi produktivitas pesisir. Komunitas ini juga
berperan sebagai penstabil sedimen dan mengontrol kualitas dan kejernihan
air.
Padang lamun pada wilayah tropis hidup di perairan dangkal dengan substrat
halus disepanjang pantai dan estuari. Coles et.al, (1993) menyatakan bahwa
komposisi spesies lamun terdapat pada: (1) perairan dangkal kurang dari 6
meter merupakan daerah dengan kelimpahan tinggi; (2) perairan kedalaman
antara 6 sampai kedalaman 11 meter, didominasi oleh Halodule spp dan
Halophila spp; dan (3) perairan dengan lebih dari 11 meter, hanya dihuni
oleh Halophila spp.
Metode Pengumpulan Data Lamun
Pengumpulan data padang lamun dapat dilakukan melalui interpretasi citra
penginderaan jauh dan survei lapangan. Melalui metode penginderaan jauh,
sebaran padang lamun dapat diidentifikasi menggunakan metode visual (on
screen digitizing) maupun transformasi matematis, misalnya transformasi
Lyzenga. Hasil interpretasi citra satelit berupa peta tentatif sebaran padang
lamun yang selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam penentuan titik lokasi
survei lapangan.
Untuk survei lapangan, pengamatan padang lamun dilakukan menggunakan
metode transek kuadrat. Pelaksanaan metode ini menggunakan petak
berbentuk bujursangkar yang dibentangkan secara tegak lurus terhadap garis
62
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
C = ∑ 𝑀𝑖 𝑥 𝐹𝑖 / 𝑓
𝑖=1
Keterangan:
C = nilai persentae penutupan lamun (%)
Mi = nilai tengah kelas penutupan ke-i
Fi = frekuensi munculnya kelas penutupan ke-i
f = jumlah total frekuensi penutupan kelas
Tabel. 4.7. Persentase Luas Tutupan Padang Lamun (Kepmen LH No. 200
Tahun 2004)
KRITERIA BAKU KERUSAKAN PADANG LAMUN
PARAMETER
(dalam %)
Prosentase Luas Miskin < 29,9
Rusak
Tutupan Padang Kurang kaya/kurang sehat 30 – 59,9
Lamun Baik Kaya/sehat > 60
63
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
𝑝
𝑛𝑖
𝐾𝑖 = ∑
𝐴
𝑖=1
Keterangan:
Ki = kerapatan jenis ke-i (ind/m2)
ni = jumlah individu atau tegakan dalam transek ke-i (ind)
A = luas total pengambilan sampel (m2)
Penutupan Spesies
Penutupan Spesies (PCi) adalah perbandingan antara luas area penutupan
jenis i (Ci) dan luas total area penutupan untuk seluruh jenis (A), yang di-
jelaskan melalui rumus:
PCi = (Ci / A) x 100
3. Data Mangrove
Hutan mangrove merupakan komunitas pantai tropis yang didominasi oleh
beberapa jenis mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang di daerah
pasang surut baik pantai berlumpur atau berpasir (Bengen, 1999). Saenger et al.
(1983) mendefinisikan mangrove sebagai karakteristik formasi tanaman litoral
tropis dan sub tropis di sekitar garis pantai yang terlindung.
Metode Pengumpulan Data Mangrove
Data mangrove dapat diperoleh melalui pendekatan penginderaan jauh dan
survei lapangan. Identifikasi mangrove melalui citra penginderaan jauh
dilakukan dengan metode visual (on screen digitizing) maupun transformasi
matematis. Interpretasi mangrove dengan citra penginderaan jauh dilakukan
dengan melihat perbedaan rona/tingkat kecerahan, warna, bentuk, pola, dan
asosiasi/kedekatan terhadap obyek lain. Selain metode visual, identifikasi
mangrove dapat juga dilakukan dengan metode transformasi matematis
diantaranya, Ratio Vegetation Index (RVI), Transformed RVI (TRVI), Difference
Vegetation Index (DVI), Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), dan
Transformed NDVI (TNDVI).
Hasil interpretasi citra penginderaan jauh meliputi perkiraan luas, kerapatan,
dan distribusi vegetasi. Hasil ini selanjutnya digunakan untuk menentukan
lokasi sampling untuk verifikasi lapangan.
Penentuan sampel menggunakan metode purposive random sampling dan
proportional random sampling. Purposive random sampling mempertimbangkan
keragaman atau variabilitas kelas mangrove. Proportional random sampling
digunakan dalam menentukan titik sampel pada lokasi dengan
mempertimbangkan jumlah sampel pada setiap kelas mangrove. Jumlah titik
sampel yang ditentukan harus representatif berdasarkan luasan area yang
dipetakan.
Survei lapangan kondisi ekosistem mangrove meliputi pengambilan data
jumlah individu, kerapatan dan distribusi vegetasi. Metode ini menggunakan
plot/petak dengan ukuran 10 x 10 meter yang diletakkan secara acak sesuai
dengan jumlah sampel yang telah ditentukan. Pada setiap petak yang telah
ditentukan, dilakukan identifikasi setiap tumbuhan mangrove yang ada, jumlah
individu setiap jenis, dan lingkaran batang setiap pohon mangrove.
64
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
Berdasarkan hasil interpretasi citra satelit dan survei lapangan, mangrove dapat
dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 4.9. Klasifikasi tingkat kerapatan mangrove
Skala Klasifikasi
1: 250.000 Mangrove
Non-mangrove
65
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
dimana Di adalah kerapatan jenis i, ni adalah jumlah total individu dari jenis
i dan A adalah luas total area pengambilan contoh (luas total petak
contoh/plot)
Penutupan jenis (Ci) adalah jenis luas penutupan jenis i dalam suatu unit
area:
Ci=∑BA/A
dimana BA= πDBH2/4 (dalam cm2), π (3,1416) adalah suatu konstanta dan
DBH adalah diameter batang pohon dari jenis i,A adalah luas area
pengambilan contoh (luas total petak contoh/ plot). DBH= CBH adalah
lingkaran pohon setinggi dada.
66
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
67
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
68
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
Gambar 4.45. Diagram Alir Pengolahan Citra Satelit untuk analisis Suhu
Permukaan Laut
Gambar 4.46. Contoh Hasil Analisis SST Multitemporal Dari Citra Satelit
Untuk Wilayah Teluk Tomini
Analisis Klorofil
Dalam pendeteksian klorofil perairan, citra penginderaan jauh Ocean Color
(Misal SeaWIFS) dapat memberikan data dan informasi tentang adanya
variasi warna perairan sebagai implementasi dari perbedaan konsentrasi
fitoplankton dalam perairan. Langkah-langkah pengolahan data ocean
color sebagai berikut:
69
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
70
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
Gambar 4.49. Alur Validasi DPI Pelagis berdasarkan data densitas Ikan
di lapangan
71
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
Berdasarkan hasil validasi diperoleh Peta Sebaran DPI Pelagis Musim Barat,
Peta Sebaran DPI Pelagis Musim Timur, dan Peta Sebaran DPI Pelagis
Musim Peralihan. Selanjutnya, untuk mendapatkan titik lokasi fishing
ground pilihan dari berbagai lokasi tersebut perlu dilakukan analisis:
Jarak titik/area fishing ground ke pelabuhan terdekat
Tumpang susun dengan batas wilayah perencanaan kabupaten (4 mil)
Contoh analisis dapat dilihat pada gambar berikut ini:
72
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
73
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
74
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
Jumlah ikan karang yang disensus disajikan sebagai kelimpahan ikan karang
sedangkan data ikan karang dianalisa untuk menghitung keanekaragaman
(H’), keseragaman (E) dan dominasi (C).
Metode Pengolahan Data Sumberdaya Ikan Demersal
Untuk mendapatkan Peta DPI Demersal dengan identifikasi sebaran DPI
Demersal, dilakukan analisis dengan cara overlay seluruh parameter sehingga
menghasilkan Peta DPI Demersal.
Untuk mengetahui kondisi sumberdaya ikan demersal, dilakukan analisis
komunitas ikan karang dengan menggunakan analisis kelimpahan ikan, indeks
keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E), dan indeks dominansi. Berikut
penjelasan masing-masing indeks komunitas yang dipakai:
Kelimpahan Ikan
Kelimpahan komunitas ikan karang adalah jumlah ikan karang yang
dijumpai pada suatu lokasi pengamatan persatuan luas transek pengamatan.
Kelimpahan ikan karang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
ni
Xi = x 100%
A
dimana:
Xi = Kelimpahan ikan ke-i (ind/ha)
ni = Jumlah total ikan pd stasiun pengamatan ke-i
A = Luas transek pengamatan
75
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
S
H ' Pi ln Pi
i 1
dimana :
H’ = Indeks keanekaragaman
Pi = Perbandingan proporsi ikan ke i
S = Jumlah ikan karang yang ditemukan
Indeks keanekaragaman digolongkan dalam kriteria sebagai berikut :
H’≤ 2 : Keanekaragaman kecil
2 < H’≤ 3 : Keanekaragaman sedang
H’ > 3 : Keanekaragaman tinggi
dimana :
E = Indeks keseragaman
H maks = Ln S
S = Jumlah ikan karang yang ditemukan
Nilai indeks keseragaman berkisar antara 0 – 1. Selanjutnya nilai indeks
keseragaman dikategorikan sebagai berikut :
0 < E ≤ 0.5 : Komunitas tertekan
0.5 < E ≤ 0.75 : Komunitas labil
0.75 < E ≤ 1 : Komunitas stabil
Semakin kecil indeks keseragaman, semakin kecil pula keseragaman
populasi, hal ini menunjukkan penyebaran jumlah individu setiap jenis tidak
sama sehingga ada kecenderungan satu jenis biota mendominasi. Semakin
besar nilai keseragaman, menggambarkan jumlah biota pada masing-masing
jenis sama atau tidak jauh beda.
dimana :
C = Indeks dominansi
Pi = Perbandingan proporsi ikan ke i
S = Jumlah ikan karang yang ditemukan
76
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
77
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
dimana:
R : Disaster Risk ; Risiko Bencana
H : Hazard Threat : Frekuensi (kemungkinan) bencana tertentu
cenderung terjadi dengan intensitas tertentu pada lokasi tertentu.
V : Vulnerability : Kerugian yang diharapkan (dampak) di daerah tertentu
dalam sebuah kasus bencana tertentu terjadi dengan intensitas
tertentu. Perhitungan variabel ini biasanya didefinisikan sebagai
pajanan (penduduk, aset, dll) dikalikan sensitivitas untuk intensitas
spesifik bencana
C : Adaptive Capacity : Kapasitas yang tersedia di daerah itu untuk pulih
dari bencana tertentu
Metode pengumpulan data, metode analisis data dan simbolisasi peta mengacu
pada Peraturan Kepala BNPB Nomor 02 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum
Pengkajian Risiko Bencana. Sedangkan untuk penyajian peta risiko bencana
mengikuti Pedoman Pemetaan RZWP-3-K (Keputusan Dirjen KP3K No 46
Tahun 2013).
78
TATA CARA PENYAJIAN PETA RZWP-3-K
BAB V
ANALISIS DATA
Analisis data dapat diklasifikasikan kedalam analisis spasial dan analisis non-spasial. Pada
bab analisis data ini hanya menjelaskan tentang analisis spasial, sedangkan analisis non-spasial
dijelaskan lebih lanjut dalam Tata Cara Penyusunan Dokumen RZWP-3-K. Proses analisis spasial
dilakukan setelah peta-peta tematik diverifikasi melalui konsultasi publik dokumen awal. Proses
verifikasi peta-peta tematik tersebut dianalisis lebih lanjut untuk menghasilkan peta usulan alokasi
ruang RZWP-3-K. Penjelasan lebih lanjut mengenai analisis data spasial dijabarkan sebagai beri-
kut:
5.1. Analisis Spasial
Data-data tematik yang telah dikumpulkan digambarkan ke dalam peta-peta tematik
untuk kemudian dilakukan Analisis Kesesuaian Perairan pesisir dengan mendeliniasi mas-
ing-masing parameter berdasarkan kriteria kesesuaian zona/subzona tertentu. Hasil delini-
asi masing-masing parameter dalam peta-peta tematik tersebut kemudian dilakukan
tumpang susun/overlay. Hasil overlay selanjutnya dianalisis dengan menggunakan pembobo-
tan dan skoring.
Overlay peta multi kesesuaian dilakukan terhadap pemanfaatan ruang laut yang telah
ada dan dokumen perencanaan pemanfaatan yang telah ditetapkan dengan peraturan pe-
rundangan. Hasil dari proses tumpang susun/overlay tersebut berupa peta-peta kesesuaian
untuk masing-masing zona/subzona dengan kategori kesesuaiannya (sesuai (S1), kurang
sesuai (S2), dan tidak sesuai (N)). Masing-masing peta-peta kesesuaian zona/subzona ter-
sebut kemudian di tumpang susun/overlay sehingga menghasilkan peta multi kesesuaian un-
tuk zona/subzona. Berdasarkan peta multi kesesuaian dilakukan penilaian kesesuaian akhir
untuk zona/subzona, sehingga dihasilkan usulan alokasi ruang dalam bentuk Peta RZWP-
3-K. Secara rinci rangkaian aktivitas diatas dapat dilihat pada Gambar 5.1.
79
TATA CARA PENYAJIAN PETA RZWP-3-K
PETA TEMATIK
Bathimetri Substrat Dasar Arus
SDI
OVERLAY/ TUMPANGSUSUN
ANALISIS NON-SPASIAL
KESEPAKATAN
PETA RZWP-3-K
80
TATA CARA PENYAJIAN PETA RZWP-3-K
81
TATA CARA PENYAJIAN PETA RZWP-3-K
Gambar 5.2. Ilustrasi Pembagian Kawasan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(Subandono, 2016)
82
TATA CARA PENYAJIAN PETA RZWP-3-K
83
TATA CARA PENYAJIAN PETA RZWP-3-K
ARAHAN PEMANFAATAN
KAWASAN
ZONA SUB ZONA
84
TATA CARA PENYAJIAN PETA RZWP-3-K
ARAHAN PEMANFAATAN
KAWASAN
ZONA SUB ZONA
85
TATA CARA PENYAJIAN PETA RZWP-3-K
BAB VI
PENYAJIAN PETA
Peta dasar, tematik dan RZWP-3-K harus disajikan sesuai dengan kaidah-kaidah standar
kartografis untuk seluruh wilayah perencanaan yang dipetakan. Pada bagian ini, diberikan contoh
standar penyajian untuk Peta Tematik dan Peta RZWP-3-K dengan skala 1 : 250.000 dan apabila
diperlukan dapat digambarkan dalam skala 1:50.000. Deliniasi batas kawasan, zona dan sub-zona
ditampilkan pada peta menggunakan sistem petak (sistem grid) dengan koordinat lintang
(longitude) dan bujur (latitude).
6.1 Standar Kartografis
Peta-peta tematik dan Peta RZWP-3-K digambarkan minimal dalam skala 1 :
250.000 dan apabila diperlukan dapat digambarkan dalam skala 1:50.000. Peta tematik
disajikan dengan memuat batas administrasi, batas wilayah perencanaan WP-3-K, garis
pantai dan toponimi. Peta RZWP-3-K disajikan dengan memuat batas administrasi, batas
wilayah perencanaan WP-3-K, batimetri, pembagian kawasan, zona dan subzona dengan
simbolisasi sesuai kaidah kartografis.
Standar kartografis untuk peta tematik dan peta RZWP-3-K memuat judul peta, arah
mata angin, nomor lembar peta, proyeksi, datum, dan sistem grid, skala angka, skala grafis,
indeks peta, inset peta (wilayah perencanaan), legenda peta, riwayat peta dan sumber peta,
judul kegiatan, logo lembaga/instansi, dan nama lembaga/instansi. Indeks peta disusun
secara sistematis sesuai dengan kaidah-kaidah Kebijakan Satu Peta.
Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan secara kartografis, diantaranya :
1. Logo dan nama lembaga/instansi memuat logo dan nama pemerintah daerah.
2. Nama kegiatan memuat nama kegiatan, nama pemerintah daerah, dan tahun
pelaksanaan kegiatan.
3. Judul peta memuat tema peta, lokasi, dan daerah administrasi (0 – 12 mil) dan
batas kecamatan di darat.
4. Arah mata angin dan skala untuk pemetaan RZWP-3-K adalah 1 : 250.000 dan
apabila diperlukan skala 1:50.000.
5. Indeks peta memuat posisi lembar peta terhadap keseluruhan gambaran peta seki-
tarnya.
6. Inset peta menggambarkan lokasi pemetaan secara keseluruhan dan memberikan
indikasi mengenai posisi peta tersebut terhadap daerah yang lebih luas.
7. Legenda peta memuat titik pusat administrasi sampai dengan kecamatan, batas
administrasi, batas wilayah perencanaan WP-3-K, unsur perhubungan (jalan,
pelabuhan, bandara), unsur perairan (sungai, danau, laut), data kontur batimetri,
klasifikasi peta tematik dan pembagian kawasan/zona/sub zona untuk peta
RZWP-3-K.
8. Riwayat peta memuat nama peta, tahun, skala dan nomor lembar peta (untuk
sumber peta dasar) dan instansi resmi yang mempublikasikan data tersebut. Apa-
bila Sumber peta berupa citra satelit memuat jenis citra satelit, resolusi spasial
citra, tahun perekaman, daerah cakupan atau path/row citra.
6.2 Standar Pengaturan Tata Letak (Layout) Peta
Dalam pembuatan tata letak peta tematik dan peta RZWP-3-K, peta ditampilkan
dalam bingkai yang menggambarkan ukuran jarak. Untuk peta skala 1 : 250.000 grid yang
digunakan adalah 15’ (lima belas menit). Grid peta yang ditampilkan pada bingkai peta
skala 1 : 50.000 memiliki jarak antar grid 3' (tiga menit). Tata letak peta skala 1 : 250.000
86
TATA CARA PENYAJIAN PETA RZWP-3-K
dibuat untuk peta tematik dan peta RZWP-3-K pada cakupan seluruh wilayah
perencanaan. Tata letak untuk peta tematik dan peta RZWP-3-K skala 1 : 50.000 dibuat
apabila diperlukan.
Penggambaran peta alokasi ruang skala 1 : 250.000 dan 1 : 50.000 menggunakan
standar ukuran kertas A1 (84,1 cm x 59,4 cm), dilakukan pada frame layout peta berukuran
65,48 cm x 55,80 cm dan legenda peta berukuran 14,20 cm x 55,80 cm, sehingga luas area
yang digambarkan berukuran 32,54 km x 27,67 km yang berarti satu nomor lembar peta
(NLP). Contoh pengaturan tata letak (layout) Peta RZWP-3-K dapat dilihat pada
Lampiran 4.
6.3 Standar Pencetakan
Pencetakan peta dilakukan dalam pada dua ukuran kertas yang berbeda. Untuk
kelengkapan Dokumen Final dan Peraturan Daerah RZWP-3-K, peta RZWP-3-K dicetak
dalam ukuran aktual kertas A1. Untuk kebutuhan kelengkapan dokumen awal dan doku-
men antara berupa album peta, peta-peta yang sudah dilayout dengan ukuran A1 dapat di-
cetak secara langsung pada media kertas A3 dengan skala pencetakan otomatis.
Pencetakan peta baik ukuran A1 maupun A3 harus memenuhi kriteria berikut:
1) Berat kertas minimum 100 gram
2) Kertas yang stabil (memiliki koefisien pemuaian kecil), contoh jenis kertas antara
lain HVS atau HWS.
3) Resolusi minimal pencetakan 300 dpi
4) Penyajian peta dan pencetakan dalam bentuk album peta.
Tabel 6.1. Keperluan pencetakan peta tematik dan RZWP-3-K
Skala
Jenis Peta Ukuran kertas
1:250.000 1:50.000
Peta Tematik Wajib dicetak Apabila diperlukan A3
Peta RZWP-3-K Wajib dicetak Wajib dicetak A1
87
TATA CARA PENYAJIAN PETA RZWP-3-K
Keseluruhan peta, baik Peta Tematik dan Peta Rencana Zonasi WP-3-K skala 1 : 250.000 dan skala 1:50.000 meliputi peta-peta :
Tabel 6.2. Penyajian Peta
Data yang Disajikan
No Judul <1 : 250.000
1 : 250.000 1 : 50.000
(Overview Seluruh)
1 Peta Wilayah - Batas wilayah laut - Batas wilayah laut - Batas wilayah laut
Perencanaan - Batas wilayah administrasi - Batas wilayah administrasi - Batas wilayah administrasi
WP-3-K - Garis pantai - Garis pantai - Garis pantai
- Perairan - Perairan - Perairan
- Toponimi - Toponimi - Toponimi
2 Peta Wilayah - Batas wilayah perencanaan
Perencanaan - Batas wilayah administrasi
Terhadap Konstelasi - Garis pantai
Regional (0 – 12 mil) - Perairan
- Toponimi
- Wilayah sekitar
3 Peta Rencana - Sesuai dengan RTRW - Sesuai dengan RTRW - Sesuai dengan RTRW
Struktur dan Pola
Ruang Wilayah dari
RTRW
4 Peta Batimetri - Batas wilayah perencanaan - Batas wilayah perencanaan - Batas wilayah perencanaan
- Batas wilayah administrasi - Batas wilayah administrasi - Batas wilayah administrasi
- Garis pantai - Garis pantai - Garis pantai
- Perairan - Perairan - Perairan
- Toponimi - Toponimi - Toponimi
- Kontur kedalaman - Kontur kedalaman dengan interval 0- - Interval kontur :
10m = 5m; 10-100= 10 m, 100-500m= Kedalaman 0 – 10 m = 0; 2; 5; 8; 10
20m; 500-1000m= 50m; >1000m= 100m Kedalaman 10 – 50 m = 5 m
Kedalaman 50 – 100 m = 10 m
Kedalaman 100 – 500 m = 20 m
Kedalaman 500 - 1000 m = 50 m
Kedalaman >1000 m = 100 m
88
TATA CARA PENYAJIAN PETA RZWP-3-K
89
TATA CARA PENYAJIAN PETA RZWP-3-K
10 Peta Suhu - Batas wilayah perencanaan - Batas wilayah perencanaan - Batas wilayah perencanaan
Permukaan Laut - Batas wilayah administrasi - Batas wilayah administrasi - Batas wilayah administrasi
(SPL) - Garis pantai - Garis pantai - Garis pantai
- Perairan - Perairan - Perairan
- Toponimi - Toponimi - Toponimi
- Kontur suhu dengan interval 0,50C - Kontur suhu dengan interval 0,50C - Kontur suhu dengan interval 0,50C
dilengkapi dengan gradasi warna dilengkapi dengan gradasi warna dilengkapi dengan gradasi warna
- Citra satelit yang digunakan minimal - Citra satelit yang digunakan minimal
selama 5 tahun selama 5 tahun
11 Peta Kecerahan - Batas wilayah perencanaan - Batas wilayah perencanaan - Batas wilayah perencanaan
- Batas wilayah administrasi - Batas wilayah administrasi - Batas wilayah administrasi
- Garis pantai - Garis pantai - Garis pantai
- Perairan - Perairan - Perairan
- Toponimi - Toponimi - Toponimi
- kecerahan dengan interval 1 m - kecerahan dengan interval 1 m - kecerahan dengan interval 1 m
90
TATA CARA PENYAJIAN PETA RZWP-3-K
91
TATA CARA PENYAJIAN PETA RZWP-3-K
17 Peta Ekosistem - Batas wilayah perencanaan - Batas wilayah perencanaan Peta mangrove
Pesisir (terumbu - Batas wilayah administrasi - Batas wilayah administrasi - Batas wilayah perencanaan
karang, lamun, - Garis pantai - Garis pantai - Batas wilayah administrasi
mangrove) - Perairan - Perairan - Garis pantai
- Toponimi - Toponimi - Perairan
- Poligon sebaran ekosistem pesisir - Poligon sebaran ekosistem pesisir - Toponimi
- Poligon kelas kerapatan mangrove
(Rapat, sedang, jarang, non-mangrove)
- Point kelas kerapatan mangrove (Rapat,
sedang, jarang, non-mangrove)
92
TATA CARA PENYAJIAN PETA RZWP-3-K
93
TATA CARA PENYAJIAN PETA RZWP-3-K
94
TATA CARA PENYAJIAN PETA RZWP-3-K
95
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 1
Analisis kesesuaian menggunakan kriteria, sebagai berikut :
1) Perikanan Tangkap
Kriteria-kriteria lingkungan dan ekologi yang harus diperhatikan antara lain sebagai
berikut :
Lokasi harus memperhatikan dan mempertimbangkan habitat kritis dan sensitif
yang terdapat di daratan maupun perairan pesisir (lahan basah; mangrove; padang
lamun; terumbu karang; tempat pembesaran dan pemijahan; gumuk pasir; taman
laut, rute migrasi burung, mamalia & spesies terancam punah lainnya);
Pembukaan lahan hutan dan pertanian harus diminimalkan;
Pemenuhan kebutuhan air bersih dan fasilitas pengolahan limbah cair/padat;
Penetapan pemanfaatan lahan didalam dan sekitar lokasi perencanaan termasuk
antisipasi kegiatan pembangunan yang akan datang;
Kedekatan jarak terhadap daerah permukiman, perdagangan dan pendidikan;
Pekerjaan dan orientasi masyarakat yang ada di dekat lokasi perencanaan, guna
meminimalisasi gangguan dan hilangnya kegiatan sosio ekonomi yang ada;
Pengurangan sumberdaya yang ada harus diminimalkan baik yang terjadi karena
dampak langsung maupun tidak langsung dari kegiatan pembangunan;
Lokasi pada daerah “brackish water” harus direncanakan secara hati-hati.
Kriteria untuk menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground), antara lain
berdasarkan visual langsung di perairan/pengalaman nelayan dan bantuan teknologi
Inderaja dan hidroakustik. Daerah penangkapan ikan diantaranya ditandai oleh :
Warna perairan lebih gelap dibandingkan perairan sekitarnya ;
Ada banyak burung pemakan ikan beterbangan dan menukik-nukik ke permukaan
air ;
Banyak buih/riak di permukaan air ; dan
Umumnya jenis ikan ini bergerombol di sekitar batang-batang kayu yang hanyut
di perairan atau bersama dengan ikan yang berukuran besar.
Penentuan daerah penangkapan ikan menggunakan metode analisis data inderaja
dilakukan dengan memanfaatkan citra satelit yang dihasilkan terhadap beberapa parameter
fisika kimia dan biologi perairan, seperti :
Vegetasi mangrove,
Suhu permukaan laut (SPL) dan arus permukaan laut,
Konsentrasi klorofil dan produktivitas primer air laut,
Kedalaman air,
Terumbu karang, padang lamun, muara sungai,
Angin di permukaan laut, dan
Pengangkatan massa air (upwelling) dan pertemuan dua massa air yang berbeda (sea
front).
Hasil interpretasi citra tersebut dituangkan dalam bentuk peta tematik, sehingga
dapat diperkirakan tingkat kesuburan suatu lokasi perairan atau kesesuaian kondisi perairan
dengan habitat yang disukai gerombolan (schooling) ikan dalam bentuk daftar titik koordinat
(bujur dan lintang). Berdasarkan peta tersebut kemudian dibuat regulasi pengusahaan
penangkapan ikan yang meliputi tata ruang, nursery ground, waktu penangkapan dan jenis
alat tangkap dan bobot kapal.
Metode hidroakustik merupakan suatu usaha untuk memperoleh informasi tentang
obyek di bawah air dengan cara pemancaran gelombang suara dan mempelajari echo yang
96
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 1
dipantulkan. Dalam pendeteksian ikan digunakan sistem hidroakustik yang memancarkan
sinyal akustik secara vertikal, biasa disebut echosounder atau fish finder.
Tabel L1.1. Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Perikanan Tangkap
KRITERIA KESESUAIAN
INPUT PETA
PARAMETER Kurang Tidak
NO YANG SATUAN Sesuai
KESESUAIAN Sesuai S2 Sesuai N
DIBUTUHKAN
S1 (3) (2) (1)
1 Peta Bathimetri Kedalaman m 0 - 400 - -
Peta Oksigen Terlarut
2 (Data Osenografi Oksigen Terlarut mg/L >5 - -
Kimia)
Peta Salinitas (Data
3 Salinitas ‰ 33 - 34 - -
Osenografi Kimia)
Peta Suhu Permukaan
4 Suhu Celcius 28 - 32 - -
(Data Oseanografi fisik)
Peta Kecerahan (Data
5 Kecerahan - -
Oseanografi fisik)
Peta PH (Data
6 pH 7 - 8,5 - -
Osenografi Kimia)
Peta Arah Kecepatan
7 Arus (Data Oseanografi Kecepatan arus cm/detik - - -
Fisik)
Peta Sedimen (Substrat Substrat dasar
8 - - -
dasar peraiaran) perairan
Peta Tinggi Gelombang
9 Tinggi Gelombang M 0-1 1-2 >=3
(Data Oseanografi fisik)
Peta Curah Hujan
10 Jumlah Hari Hujan hari/thn 150-180 110-150 <110
(Data Klimatologi)
Peta Terumbu karang
Tutupan Terumbu
11 (Data ekosistem SD % 60-80 40-60 <40
Karang
Hayati)
Peta Mangrove (Data
12 Tutupan Mangrove 60-80 40-60 <40
ekosistem SD Hayati)
Peta LPI, Peta
13 Jarak Pantai Km 0-10 10-20 >20
Administrasi
Sumber: Anonim dengan modifikasi
97
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 1
2) Perikanan Budidaya
a. Budidaya Kerapu
Tabel L1.2. Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Kerapu Macan
Kriteria Kesesuaian
No Parameter Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai
Bobot
S1 S2 N
1. Oksigen Terlarut (mg/l) 4 ≥ 5.0 4.0 – 4.9 ≤ 3.9
5.0 – 14.9 dan ≤ 4.9 dan
3 15.0 – 24.9
2 Bathimetri (m) 25.0, 34.0, 9.0 ≥ 35
10 – 19.9 dan
3 Kecepatan Arus (cm/dt) 2 20.0 – 49.9 ≥ 75
50.0
4 Kecerahan (m) 2 ≥ 5.0 3 – 4.9 ≤ 2.9
25.0 – 28.9 dan < 24.9 dan
2 27.0 – 30.9
5 Suhu (oC) 31 – 31.9 ≥ 32
≤ 19.9 dan
1 30.0 - 32.9 20.0 – 29.0
1 Salinitas (ppt) ≥ 33
4.0 – 7.9 dan ≤ 3.90 dan
1 8.0 - 8.20
7 pH 8.20 – 8.9 ≥ 9.0
Total 15 Skor 5 Skor 3 Skor 1
Sumber: Evalawati dkk. (2001); BBPBL (2001); Hargreaves (1999); Romimohtarto dkk (1999);
Effendi (2003)
S1 : 75.00% - 100%
S2 : 65.00% - 74.99%
N : 0% - 64.99%
98
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 1
S1 : 75.00% - 100%
S2 : 65.00% - 74.99%
N : < 64.99%
99
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 1
d. Budidaya Mutiara
Tabel L1.5. Parameter Kesesuaian Budidaya Tiram Mutiara
Kriteria Kesesuaian
No. Parameter Bobot Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai
S1 (3) S2 (2) N (1)
10-15 atau
5 16-25 <10 atau >30
1 Arus (cm/det) 26-30
<10 atau
5 26-50 >50
2 TSS (mg/l) 25
3 Kedalaman (m) 5 10-20 21-30 <10 atau >30
4 DO (mg/l) 3 >6 4-6 <4
3.5-4.4 atau
3 4.5-6.5 < 3.5 atau > 7.7
5 Kecerahan (m) 6.6- 7.7
28-31 atau
3 32-35 <28 atau >38
6 Salinitas (ppt) 36-38
25-27 atau
3 28-30 <25 atau >32
7 Suhu (oC) 31-32
8 Klorofil (mg/l) 1 >10 4-10 <4
9 pH 1 7-8 5-6 atau 8-9 <5 atau >9
Total 30 Skor 5 Skor 3 Skor 1
Sumber: Modifikasi Kangkan (2006) dan Suryanto (2005) dalam Hadinata (2016)
S1: 85% - 100%
S2: 65% - 84.99%
N: < 64.99%
3) Wisata Bahari
Tabel L1.6. Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Wisata Bahari
Kriteria Kesesuaian
INPUT PETA
PARAMETER Kurang
NO YANG Sesuai Tidak Sesuai
KESESUAIAN Sesuai
DIBUTUHKAN
S1 (3) N (1)
S2 (2)
1. Peta Sebaran TSS Warna air Jernih Berwarna Berwarna
2. Peta Kecerahan Material terapung Tidak ada Vegetasi Berwarna
3. Peta Kualitas Tanda polusi Tidak Ada - Variasi
Peraiaran (Minyak,Sampa
h, busa, limbah
rumah tangga)
4. Peta Penggunaan Flora penutup Pohon Semak Jelas
100
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 1
Kriteria Kesesuaian
INPUT PETA
PARAMETER Kurang
NO YANG Sesuai Tidak Sesuai
KESESUAIAN Sesuai
DIBUTUHKAN
S1 (3) N (1)
S2 (2)
Lahan daratan
5. Peta Penggunaan Flora penutup Terumbu Lamun Terbuka atau
lahan, Peta lereng perairan karang rumput, Kering
Ekosistem Pesisir
6. Peta Sebaran Kondisi karang Baik Sedang Terbuka, buruk
Karang
7. Peta Ekosistem Spesies ikan Bervariasi Sedang Jelek
WP3K
B Kepentingan manusia dan faktor
1. Peta Aksesbilitas Pencapaian dengan Mudah Sedang Sangat sulit
kendaraan pribadi
2. Peta Aksesbilitas Pencapaian dengan Mudah Sedang Sangat sulit
kendaraan umum
3. Peta Sarana dan Sarana dan Ada Sedikit Sangat sulit
Prasarana prasarana wisata
4. Peta Struktur Ruang Telekomunikasi Ada Ada Tidak ada
RTRW
5. Peta Struktur Ruang Listrik Ada Ada Tidak ada
RTRW
6. Peta RTRW Perencanaan Ada Belum Tidak ada
7. Peta Struktur Ruang Pelabuhan Ada Tidak ada Tidak ada
RTRW, Peta /ada
Struktur Ruang
Kelautan dan
Perikanan
8. Peta Struktur Ruang Sarana jalan Aspal Jalan setapak Tidak ada
RTRW
9. Peta Struktur Ruang Jumlah bangunan Sedikit Sedang Tidak ada
RTRW
10. Peta Struktur Ruang Air Tawar Ada Ada (sedikit) Tidak ada
RTRW (banyak)
Sumber: Anonim dengan modifikasi
101
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 1
Tabel L1.7. Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Kriteria Sosial, Ekonomi dan Budaya dalam
Penetapan Lokasi
Daya
Daya Tarik Nilai
Jenis Wisata Jenis AtraksiWisata dukung
Budaya Historis
masyarakat
Wisata Rekreasi Pantai Sedang Tinggi Sedang
Wisata Olahraga
Rendah Tinggi Rendah
Pantai
Wisata Pesisir & Wisata Budaya Tinggi Tinggi Tinggi
Pantai
Wisata Belanja Rendah Tinggi Rendah
Wisata Makan Rendah Tinggi Rendah
Wisata pendidikan Tinggi Tinggi Tinggi
102
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 1
a. Wisata Selam
Tabel L1.8. Parameter Kesesuaian Wisata Selam
Bobot Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai
No Kriteria Teknis
S1 S2 N
1. Kecerahan (%) 5 >80 50-80 <50
5 <25 atau Tidak
2. Tutupan karang hidup (%) >65 25-65
ada karang
3. Jenis ikan karang 3 >75 20-75 <20
3 <4 atau Tidak
4. Jenis life form >10 4-10
ada karang
5. Suhu (oC) 3 23-25 26-36 23 – 36
6. Salinitas (ppt) 3 31-36 28-30 28 - 36
7. Kedalaman (m) 3 6-15 3-6 atau 15-20 <3 atau 20-30
8 Arus (m/det) 1 0-25 26-50 >50
Total Skor Skor 3 Skor 2 Skor 1
Sumber : Yulianda et al (2010), Davis dan Tesdell (1995), Nybakken (1992), Gomes dan Yap (1988),
Thamrin (2006) dalam Kurniawan (2015)
b. Wisata Snorkeling
Tabel L1.9. Parameter Kesesuaian Wisata Snorkeling
Kurang Tidak Sesuai
N Sesuai
Kritera teknis Sesuai N (1)
o S1 (3)
S2 (2)
Sangat curam –
1. Topografi Datar-landai Agak curam
curam
Reef flat
2. Bentuk lahan cenderung Daratan Lereng pantai
slope
3. Kedalaman (m) <5 5-15 >15
4. Arus (cm/dt) 8-18 18-25 >25
5. Gelombang (m) <0.5 0.5-1 >1
6. Kecerahan (m) >=15 2-5 <2
Tidak ada,
7. Kondisi karang Hidup Karang mati
Pecahan karang
Keterlindungan dari
8. Terlindung Terlindung Tidak terlindung
gelombang
Sumber : fabri (1990) dimodifikasi oleh Budiriyanto (1997)
103
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 1
c. Wisata Jet Ski dan Ski Air
Tabel L1.10. Parameter Kesesuaian Wisata Jet Ski dan Ski Air
Kurang Tidak Sesuai
Sesuai
No Kritera teknis Sesuai N (1)
S1 (3)
S2 (2)
Agak curam-
1. Topografi Miring Datar-Landai
curam
2. Bentuk lahan Periran lepas Reef slope Lereng pantai
3. Kedalaman (m) >15 5-15 >5
4. Arus (cm/dt) 10-18 18-25 25
5. Gelombang (m) <0.5 0.5-1 >1
Tidak ada,
6. Kondisi karang Mati Hidup
Pecahan karang
Keterlindungan dari Cukup Tidak
7. Terlindung
gelombang terlindung terlindung
Terumbu
8. Material dasar perairan Pasir koral Koral mati
karang
Sumber : fabri (1990) dimodifikasi oleh Budiriyanto (1997)
d. Kawasan Rekreasi
Tabel L1.11. Parameter Kesesuaian Kawasan Rekreasi
Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai
No Kritera teknis
S1 (3) S2 (2) N (1)
1. Daratan-Hampir
Topografi Miring Terjal-Curam
datar
2. Daratan pantai, Daratan
Bentuk lahan Bergelombang
Gunduk Pasir tergenang
3. Pohon kelapa, Campur/ Mangrove/hutan
Penutupan lahan
Lahan kosong cengkeh lebat, Rumah
4. Material permukaan Pasir-lumpur Pasir-coral Tanah berbatuan
5. Panorama Baik Sedang Kurang
6. Matahari
Terlihat Terlihat Tidak terlihat
terbit/terbenam
Sumber : Fabri (1990) dimodifikasi oleh Budiriyanto (1997)
104
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 1
Wisata Pancing
Tabel L1.12. Parameter Kesesuaian Wisata Pancing
Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai
No Kritera teknis
S1 (3) S2 (2) N (1)
Curam
1. Topografi Landai-Datar menengah - Curam
curam
Berbukit, Daratan
2. Bentuk lahan Rataan pasir
Daratan tergenang
3. Kedalaman (m) <5 5-15 >1
4. Arus (cm/dt) 8-18 18-25 25
5. Gelombang (m) <0.5 0.5-1 >
6. Kecerahan 10-15 5-10 2-5
Keterlindungan dari Cukup
7. Terlindung Tidak terlindung
gelombang Terlindung
Tidak ada –
8. Spesies ikan Bervariasi Sedang
Variasi kecil
Sumber : Fabri (1990) dimodifikasi oleh Budiriyanto (1997)
4) Pelabuhan
Kriteria pemilihan lokasi pelabuhan perikanan antara lain:
A. Kriteria Ruang
Kriteria ruang pelabuhan perikanan harus memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:
Kriteria Perikanan, seberapa dekat pelabuhan tersebut dengan menghadap daerah
penangkapan ikan (fishing ground), potensi perikanan (stock assesment) yang belum
termanfaatkan, ketersediaan tenaga kerja (nelayan),
Kriteria Historis, sudah sejak lama menjadi tempat pendaratan kapal nelayan setempat
dan merupakan perkampungan nelayan, perkembangan produksi perikanan,
perkembangan armada dan peralatan perikanan.
Kriteria Akses, seberapa besar dekat dengan daerah/tempat pemasaran , seberapa besar
pelabuhan tersebut dibutuhkan untuk mendukung fungsi-fungsi kota
(PKN/PKW/PKL), ketersediaan infrastruktur penghubung dengan daerah lain (jalan)
dan kedekatan dengan jalur pelayaran.
Kriteria Perkiraan Perkembangan Komoditas, perkiraan kebutuhan pasar akan
komoditas, perkiraan kegiatan lanjutan/ikutan dari kegiatan perikanan tangkap.
Kriteria Keberadaan Kawasan Pemanfaatan ruang lain disekitarnya, seberapa dekat
pelabuhan tersebut dengan kawasan konservasi, pemukiman nelayan, perkotaan, dan
kawasan industri.
Skoring penilaian pemilihan lokasi pelabuhan perikanan berdasarkan besaran pelabuhan.
105
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 1
B. Kriteria teknis
Kriteria teknis yang harus diperhatikan dalam perencanaan pelabuhan secara umum sebagai
berikut:
1. Lokasi terlindung dari gangguan angin dan gelombang sehingga kapal mudah untuk
bermanuver saat dari/ke pelabuhan.
2. Kapal harus dapat dengan mudah ke luar / masuk pelabuhan. Kedalaman alur pelayaran
harus memenuhi kedalaman yang dibutuhkan saat kapal bermuatan penuh.
3. Tersedia ruang gerak kapal di dalam kolam pelabuhan (luas perairan). Hal ini untuk
memudahkan kapal untuk bermanuver saat akan bersandar, saat akan ke laut atau berlabuh.
4. Pengerukan mula dan pemeliharaan pengerukan yang minim. Pelabuhan seyogyanya tidak
terletak didaerah perairan yang dangkal atau daerah sedimentasi yang menyebabkan
pembengkakan biaya pengerukan dan biaya pemeliharaan pengerukan.
5. Mengusahakan perbedaan pasang surut yang relatif kecil, tetapi pengendapan sedimentasi
harus diperkecil.
6. Memiliki topografi yang landai dan cukup luas untuk pengembangan kawasan selanjutnya.
7. Pelabuhan memiliki tempat penyimpanan tertutup atau lapangan terbuka untuk
menampung muatan. (fasilitas)
8. Tersedianya fasilitas prasarana/infrastruktur lain yang mendukung.
9. Terhubung dengan jaringan angkutan darat yang menghubungkan dengan daerah
pendukungnya/daerah belakangnya.
106
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 1
Kelas Pelabuhan Perikanan
No. Kriteria Kelas II Kelas III Kelas IV
(PPS)
(PPN) (PPP) (PPI)
(GT)
Ikan Didaratkan
8. 60 30 15 – 20 > 10
(Ton/Hari)
107
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 1
Pelabuhan Pelabuhan
Pelabuhan
No Variabel Khusus Khusus
Khusus Regional
Nasional Lokal
M atau lebih, - panjang dermaga kurang clan 50 M'
konstruksi kurang dari 70 M', dengan konstruksi
beton/baja; konstruksi kayu;
- kedalaman di depan beton/baja; - kedalaman di
dermaga - 5 M LWS - kedalaman di depan dermaga
atau lebih; depan dermaga kurang clan - 4 M
kurang clan - 5 M LWS;
LWS;
Sumber: Kepmenhub No. 53 Tahun 2002 Tentang Tatanan Kepelabuhan Nasional
> 3 Ha
2. Luas Terminal < 2 Ha < 2 Ha
108
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 1
KRITERA HISTORIS
Kawasan
Nelayan(Nelayan/pen
10 duduk) % 15-30 - 0-15 - 0
Riwayat Armada
11 Nelayan buah 75-100 30-75 20-30 10-20 < 10
Armada kapal dari
12 luar % 50 40-50 30-40 20-30 <20
Tidak
13 Histori Pelabuhan Ada - - - Ada
KRITERIA AKSES
Kolek
tor
Moda Transportasi -
Arteri Prime Lokal Arteri
14 Klas Jalan Primer r Primer Sekunder
109
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 1
Nilai
No Nama Kriteria SATUAN
5 4 3 2 1
Tidak
15 Sumber Air km Ada - - - Ada
Tidak
16 Listrik Ada - - - Ada
17 BBM km Ada - - - Tidak
Ada
18 Fungsi Kota yang PKN PKW - PKL -
dilayani Pusat
Kegiatan
KRITERIA PERKIRAAN PROSPEK
20 Kebutuhan Pasar ton > 60 > 30 >20 > 10
Thd Komoditas
(volume)
21 Pemenuhan % 60-80 40-60 20-40 10-20 < 10
Komoditas di Pasar
22 Prospek Industri Baik - Sedang - Kurang
Lanjutan
KRITERIA KEDEKATAN DG KAWASAN LAIN
23 Kawasan Konservasi km > 10 7,5-10 5-7,5 5-3 <3
24 Kawasan Pemukiman km <3 5-3 5-7,5 7,5-10 > 10
25 Kawasan Industri km <3 5-3 5-7,5 7,5-10 > 10
KRITERIA TEKNIS
26 Topografi m Landai - Datar - Curam
27 Bathimetri m >8 7-8 6-7 5-6 <5
28 Geologi kohesif kohesi Non- Non- plastis
f kohesif kohesif
29 Pasang-Surut Kecil - Sedang - Besar
30 Gelombang m <0,2 0,2- 0,5-0,8 0,8-1 >1
0,5
31 Sedimentasi Kecil - Sedang - Besar
32 Angin Kecil - Sedang - Besar
33 Arus Kecil - Sedang - Besar
34 Hidrologi & Sungai Kecil - Sedang - Besar
35 Luas Lahan Darat Ha >30 15-30 5-15 2-5 <2
36 Kapasitas Kapal GT 0-60 0-30 0-10 0-7 0-3
37 Panjang Dermaga m >300 150- 100-150 50-100 < 50
110
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 1
Nilai
No Nama Kriteria SATUAN
5 4 3 2 1
300
38 Kedalaman Kolam m >6 5-6 4-5 3-4 <3
labuh
39 Daya Tampung Kapal GT >6000 2250- 300-2250 60-300 < 60
Sandar (GT) 6000
40 Lebar Alur (1 Kapal) m >15 11-14 10 - 5
41 Lebar Alur (2 Kapal) m >40 30-40 30-20 10-20 <10
42 Kedalaman Alur m >8 7-8 6-7 5-6 <5
KRITERIA EKONOMI
43 Komoditi lain Ada - Ada (kecil) - Tidak
(besar) Ada
44 Dukungan/Kesiapan Baik - Sedang - Kurang
daerah belakangnya
45 Prospek Baik - Sedang - Kurang
Perkembangan
Kegiatan
46 Ekspor Ada - Ada (kecil) - Tidak
(besar) Ada
47 Import Ada - Ada (kecil) - Tidak
(besar) Ada
45 Prospek Baik - Sedang - Kurang
Perkembangan
Kegiatan
Sumber : Analisa TRLP3K
Skoring :
0 – 47 = Tidak direkomendasikan dibangunnya pelabuhan
48 – 94 = Dapat dibangun pelabuhan perikanan setingkat PPI
95 - 141 = Dapat dibangun pelabuhan perikanan setingkat PPI hingga PPP
142 - 188 = Dapat dibangun pelabuhan perikanan setingkat PPI hingga PPN
189 - 235 = Dapat dibangun pelabuhan perikanan setingkat PPI hingga PPS
111
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 1
pertambangan pasir laut di wilayah pesisir dan laut dapat dibedakan menjadi 2 (dua) zona
yaitu:
a. Zona Perlindungan
Zona perlindungan adalah zona di wilayah pesisir dan laut yang telah ditetapkan sebagai kawasan
perlindungan menurut undang-undang atau berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu sehingga
perlu dilindungi dari kegiatan pengusahaan pasir laut.
Kawasan-kawasan perlindungan tersebut antara lain :
Kawasan Pelestarian Alam seperti taman nasional dan taman wisata alam
Kawasan suaka alam seperti; cagar alam dan suaka margasatwa
Kawasan perlindungan ekosistem, pesisir dan pulau-pulau kecil seperti ; taman laut
daerah, kawasan perlindungan bagi mamalia laut, suaka perikanan, daerah migrasi,
biota laut dan daerah perlindungan laut, terumbu karang serta kawasan pemijahan,
ikan dan biota laut lainnya.
Perairan yang jarak dari atau sama dengan 2 (dua) mil laut yang diukur dari garis pantai
ke arah perairan kepulauan atau laut lepas pada saat surut terendah.
Perairan dengan kedalaman kurang dari atau sama dengan 10 meter dan berbatasan
langsung dengan garis pantai yang diukur dari permukaan air laut pada surut terendah
Instalasi kabel dan pipa bawah laut serta zona keselamatan selebar 500 meter pada sisi
kiri dan kanan dari instalasi kabel dan pipa bawah laut.
Alur laut kepulauan Indonesia (ALKI)
Zona keselamatan sarana bantu navigasi
112
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 1
Zona pengeboran lepas pantai (zone off shore drilling) termasuk prasarana penunjang
keselamatan pelayaran.
Perijinan pertambangan pasir laut dapat diberikan dengan beberapa persyaratan yang
bertujuan untuk membatasi kegiatan pertambangan sehingga tidak mengganggu kegiatan
sektor lain.
Beberapa persyaratan yang diterapkan antara lain :
- Pembatasan terhadap jenis dan jumlah kapal yang dioperasikan.
- Penentuan sistem penambangan dan pengerukan yang dilakukan.
- Pembatasan jumlah volume pasir laut yang ditambang.
- Pengaturan jadwal kegiatan penambangan dan pengerukan.
Pengembangan kawasan pesisir dan laut menjadi zona pertambangan pasir laut harus
memperhatikan beberapa faktor, antara lain:
- Faktor Utama; nilai tambah/nilai ekonomis, potensi tambang.
a. Analisis nilai tambah dari kegiatan pertambangan pasir laut diperlukan untuk melihat
besarnya penerimaan negara/pendapatan asli daerah. Kegiatan pengusahaan tambang pasir
laut diharapkan dapat menjadi pembangkit kegiatan perekonomian di kawasan sekitarnya
bila dibandingkan dengan tingkat kerusakan lingkungan atau gangguan terhadap aktifitas
sektor lain yang mungkin akan terjadi.
b. Nilai dari suatu potensi bahan galian sangat dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitasnya.
Potensi bahan galian yang telah dipahami baik geometri, sebaran dan kualitasnya dapat
113
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 1
digolongkan menjadi cadangan bahan galian. Sementara potensi dengan tingkat
pemahaman yang lebih rendah digolongkan sebagai sumberdaya.
Potensi suatu kawasan dapat dibedakan menjadi tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan
kualitas dan kuantitasnya, maka proses penetapan suatu daerah menjadi kawasan
pertambangan dapat digambarkan pada matriks berikut ini.
Tabel L1.17. Proses Penetapan Suatu Daerah Menjadi Kawasan Pertambangan
Penetapan Menjadi
Nilai Tambah Potensi B.Galian
Kawasan Tambang
Sangat Perlu Tinggi Tinggi
Tinggi Sedang
Perlu
Sedang Tinggi
Sedang Sedang
Mungkin Perlu Rendah Tinggi
Rendah Sedang
Sedang Rendah
Tidak Perlu
Rendah Sedang
114
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 1
2. Ekstraksi/pengerukan, proses pemindahan material pengerukan dari tempat asalnya ke atas
permukaan air.
3. Transportasi, proses pengangkutan dari tempat penambangan menuju tempat
penimbunan/pengolahan.
4. Disposal/penimbunan, proses penimbunan/pembuangan material kerukan.
Seluruh proses kegiatan pertambangan pasir laut diatas akan menimbulkan efek terhadap
lingkungan maupun kegiatan lain yang berada pada kawasan yang sama. Kegiatan pertambangan
pasir laut baik pada zona pertambangan terbuka maupun pada zona pertambangan bersyarat
akan menimbulkan dampak terhadap :
Lingkungan fisik kawasan dampak terhadap kondisi fisik (hidro-oceanografi,
geologi/geomorfologi),
Lingkungan hayati/dampak ekologis (kawasan lindung, perikanan)
Lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya (wisata bahari, permukiman, alur pelayaran,
infrastruktur).
No Faktor Variabel
115
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 1
Sumber: Analisa TRLP3K
a. Dampak positif pertambangan pasir laut
Pasir laut merupakan potensi sumberdaya kelautan yang memberikan sumbangan cukup
besar terhadap devisa negara ataupun PAD. Pertambangan pasir laut tidak hanya memberikan
dampak yang negatif tetapi juga dampak positif, antara lain:
- Penerimaan devisa negara dari pajak ekspor pasir laut
- Pendapatan asli daerah meningkat
- Adanya penyerapan tenaga kerja.
- Tumbuhnya kegiatan ekonomi lokal dan kesempatan berusaha bagi masyarakat.
b. Dampak negatif pertambangan pasir laut
Selain dampak positif, kegiatan pertambangan pasir laut akan menimbulkan dampak
negatif yang cukup signifikan terhadap lingkungan dan ekosistem laut dan pesisir, antara lain:
- Penurunan hasil tangkapan ikan nelayan tradisional yang menimbulkan dampak lebih lanjut
pada penurunan pendapatan nelayan
- Terjadinya abrasi pantai sehingga hal ini dapat membuat benteng atau tembok tambak
budidaya ikan dan udang menjadi goyang, bocor maupun longsor, serta kerusakan ekosistem
pesisir.
- Terjadinya kekeruhan badan air sampai radius 3-4 km dari lokasi penambangan yang
mengganggu usaha budidaya laut seperti keramba jaring apung, serta ekosistem di laut.
- Perubahan pola hidrodinamika air laut akibat perubahan permukaan dasar perairan
- Adanya tenaga kerja pendatang seringkali menimbulkan konflik sosial dengan penduduk
setempat
116
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 1
Alur lalu lintas pelayaran.
Keberadaan Kawasan wisata bahari.
Kawasan penangkapan ikan nelayan tradisional.
Keberadaan Tempat pembuangan bahan-bahan peledak.
Keberadaan Zona latihan TNI AL.
Keberadaan Zona pengambilan benda berharga asal muatan kapal tenggelam (BMKT).
Keberadaan Zona pengeboran lepas pantai (Zone Offshore Drilling) termasuk prasarana
penunjang keselamatan pelayaran.
Tabel L1.19. Kriteria Fisik Kesesuaian Perairan Kawasan Pertambangan Pasir Laut
Kriteria Kesesuaian
No. Kriteria Sesuai Kurang Tidak sesuai
(S1) sesuai (S2) (N)
1. Kandungan Deposit Banyak Sedang Sedikit
2. Kec. Arus (m/ det) <1 1-2 >2
3. Tinggi Gelombang <1 1-2 >2
Jarak dari Kawasan
4. > 10 2 - 10 <2
Konservasi
Sumber : Direktorat TRLP3K, 2003
117
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 1
Skema Pemilihan Lokasi Kawasan Pertambangan
Foto Peta Peta
Citra
Udara Topografi /RBI Geologi
Peta Regional
Data Dukung
Delineasi lainnya : Kriteria Kaw .
Awal Daerah SD Lindung /Penting /
Zona Perlindungan Mineral Kritis /Berbahaya dan
Kajian
Daerah bukan
Zona Lindung
Zona Pemanfaatan
Eksplorasi
Tambang
Terbuka
118
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 1
rentan/peka terhadap gangguan. Oleh karena itu dalam melakukan eksploitasi
hendaknya memperhitungkan kebutuhan, persediaan dari potensi pertambangan.
4. Kawasan pertambangan pasir laut memudahkan/memberi kejelasan pada investor yang
berminat mengembangkan usaha di bidang penambangan, pengolahan maupun jasa
pendukungnya.
Sedangkan prinsip pengembangan kawasan pertambangan yang termuat dalam peraturan antara
lain, yaitu Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep
34/MEN/2002 tentang Pedoman umum penataan ruang pesisir dan pulau-pulau kecil mengenai
perencanaan zona eksploitasi dan eksplorasi pasir laut harus memperhatikan ketentuan sebagai
berikut :
a. Tidak dilakukan pada kawasan suaka alam dan cagar budaya baik yang ada di perairan
maupun dipantai, yang meliputi zona taman nasional, cagar alam, suaka margasatwa,
Taman Wisata Alam dan zona Cagar Budaya.
b. Tidak dilakukan pada daerah yang merupakan area pemijahan, perlindungan,
pembesaran dan tempat mencari makan biota laut. Misalnya pada daerah terumbu
karang, daerah mangrove, padang lamun, dll.
c. Perlu menghindari zona pangkalan pertahanan (militer), alur-alur keluar masuk pesawat
terbang, alur pelayaran, instansi pelayaran, pelabuhan, menara suar, rambu suar,
anjungan kapal tengah laut dan instalasi lain yang bersifat permanen, di atas atau
dibawah permukaan air.
d. Perlu dihindari dari daerah-daerah yang digunakan sebagi laboratorium alam atau tempat
penelitian ilmiah.
e. Di lokasi yang jaraknya kurang dari 250 (dua ratus lima puluh) meter dari batas wilayah,
kuasa pertambangan dan atau wilayah kerja atau apabila berbatasan dengan negara lain
maka ada ketentuan jarak yang ditentukan dalam perjanjian antar Negara Republik
Indonesia dengan negara yang bersangkutan.
f. Memperhitungkan instalasi bawah permukaan air antara lain pipa penyalur, kabel bawah
laut, dermaga laut setiap jenis pondamen (fondasi dermaga), dan perangkap atau alat
tangkap ikan yang sudah ada maupun rencana kedepan sebelum dimulainya usaha
pertambangan tersebut.
g. Penambangan pasir laut di perairan laut tidak boleh menimbulkan terjadinya pencemaran
pada air laut, air sungai, dan udara dengan zat yang mengandung racun, bahan radio
aktif, barang tidak terpakai dan lainnya.
Hirarki Rencana
Rencana tata ruang kawasan pertambangan pasir laut dibuat pada lingkup nasional, provinsi dan
kabupaten/kota.
a. Rencana tata ruang kawasan pertambangan pasir laut nasional
Berisikan persebaran potensi dan arahan lokasi pertambangan pasir laut di seluruh provinsi
dan merupakan bagian dari Rencana Tata Ruang Kelautan Nasional dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional. Skala peta rencana ini adalah 1:1.000.000.
b. Rencana tata ruang kawasan pertambangan pasir laut provinsi
119
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 1
Berisikan persebaran potensi dan arahan lokasi di wilayah provinsi, dan sebagai koordinasi
perencanaan antar kabupaten/kota. Merupakan bagian dari Rencana Tata Ruang Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil Wilayah Provinsi. Skala peta rencana 1:250.000
c. Rencana tata ruang kawasan pertambangan pasir laut kabupaten/kota
Merupakan rencana pemanfaatan ruang sebagai dasar bagi penetapan lokasi kawasan/zonasi
pertambangan pasir laut dalam wilayah Kabupaten. Skala peta rencanan 1:20.000 sampai
1:10.000.
Hirarki Pengembangan kawasan pertambangan berupa urutan kewenangan yang dimiliki oleh
pemerintah pusat, provinsi (tingkat I) dan kabupaten/kota (tingkat II) yang mengacu pada Pasal
4 Rancangan Undang-undang Pertambangan Umum.
Kewenangan Pemerintah dalam Pengelolaan Pertambangan pasir laut meliputi :
1. Pembuatan Kebijakan nasional
2. Pembuatan Peraturan perundang-undangan di bidang pertambangan umum dalam hal ini
komoditas pasir laut.
3. Pembuatan dan penetapan standarisasi nasional.
4. Pembuatan dan penetapan sistem perizinan pertambangan umum nasional.
5. Pengelolaaan pengusahaan dan pengawasan pertambangan pasir laut pada wilayah lintas
provinsi dan wilayah laut diluar 12 mil laut.
6. Penetapan tatacara pelaksanaan izin dan pengawasan pertambangan pasir laut pada wilayah
lintas provinsi dan wilayah laut di luar 12 mil laut.
7. Penetapan kebijakan pemasaran, pemanfaatan dan konservasi.
8. Penetapan kebijakan kerjasama dan kemitraan.
9. Penetapan kriteria kawasan pertambangan pasir laut.
10. Perumusan dan penetapan tarif iuran tetap dan iuran produksi yang menjadi bagian
pemerintah.
11. Pembinaaan dan pengawasan pelaksanaan pengelolaan dan penyusunan peraturan daerah di
bidang pertambangan pasir laut;
12. Pengelolaan informasi geologi, potansi bahan galian dan informasi pertambangan nasional.
13. Penyusunan neraca sumberdaya pasir laut tingkat nasional.
120
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 1
5. Pengelolaan informasi geologi, potensi bahan galian pada wilayah lintas kabupaten /kota dan
informasi pertambangan di wilayah kabupaten /kota.
6. Penyusunan neraca sumber daya pasir laut tingkat provinsi
Kewenangan Kabupaten /kota diatur dalam pengelolaan pertambangan pasir laut meliputi :
1. Penetapan kerjasama dan kemitraan di bidang pertambangan pasir laut.
2. Pembuatan peraturan perundang-undangan daerah di bidang pertambangan pasir laut.
3. Pengelolaan pengusahaan dan pengawasan pertambangan pasir laut di wilayah kabupatan
/kota dan wilyah laut sampai dengan sepertiga dari batas laut daerah provinsi.
4. Penetapan tata cara pelaksanaan izin dan pengawasan pertambangan pasir laut di wilayah
kabupaten /kota dan wilayah laut sampai dengan sepertiga dari batas laut daerah provinsi.
5. Pengelolaan informasi geologi, potensi bahan galian informasi pertambangan di wilayah
kabupaten /kota.
6. Penyusunan neraca sumberdaya bahan galian tingkat kabupaten /kota.
6) Pertanian di Pesisir
Tabel L1.20. Parameter Kesesuaian Lahan Pertanian di Pesisir
Kriteria Kesesuaian Lahan
No. Kriteria Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai
S1 (3) S2 (2) N (1)
1 Kesuburan Tanah Tinggi sedang Rendah
2 Kelerengan dan keadaan <3% dan 80% <5 % dan 50% <8 % dan 40%
permukaan tanah dari wilayah rata dari wilayah rata dari wilayah rata
3 Kelas drainase Terhambat Agak terhambat Tidak terhambat
4 pH tanah lapisan atas (0 –30 5.5 – 7.4 <4.0 dan 7.5 – < 3.5 & > 8.5
cm) 8.0
5 Banjir dan Genangan musian Tanpa < 2 km tanpa 2 – 7 km adanya
ada genangan genangan
permanen < 1m permanen >= 1
m
6 Batu-batu di kawasan <5% 5 – 50 % >50 %
Permukaan
7 Zone agroklimat A1..A2. B1.B2 B3.C1.C2.C3 C3.D1.D2.D3
8 Ketinggian (Mdpl) < 500 500 - 750 750 – 1000
9 Daya hantar lis trik (m <4 4-6 >6
mhos/cm)
Sumber : Manajemen Sumberdaya Pertanian. IPB (2003)
121
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 1
Tabel L1.21. Parameter Kesesuaian Permukiman di Pesisir
Kesesuaian
No Kesesuaian Satuan Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai
(S1) (S2) (N)
1 Jarak dari sarana jalan m 200 200 – 500 >500
2 Jarak dari lahan gambut m ≥ 200 150 – 200 0-149
3 Jarak dari lahan rawa m ≥ 500 300 – 500 0 - 299
4 Kelerengan % ≤8 8 - 15 ≥ 15
5 Jarak dari daerah banjir m 500 300 – 500 0 - 300
6 Jarak dari daerah pasang surut m > 300 150 – 300 0 - 150
7 Sempadan pantai
- sungai besar m ≥ 100
- sungai kecil m > 50
- sungai di daerah permukiman m > 15
dibangun jalan inspeksi
7) Kawasan Industri
Tabel L1.22. Kriteria Kawasan Industri
Luas Lahan Dapat Dijual (maksimum 70%) Ruang
Jalan dan Sarana Terbuka
Kavling Penunjang
Luas Kawasan Kavling Industri Kavling Hijau
Perumahan Lainnya
Industri (Ha) (%) Komersial (%)
(%) (%)
10-20 65-70 Maks 10 Maks 10 Sesuai kebutuhan Min 10
>20-50 65-70 Maks 10 Maks 10 Sesuai kebutuhan Min 10
>50-100 60-70 Maks 12.5 Maks 15 Sesuai kebutuhan Min 10
>100-200 50-70 Maks 15 Maks 20 Sesuai kebutuhan Min 10
>200-500 45-70 Maks 17.5 10-25 Sesuai kebutuhan Min 10
>500 40-70 Maks 20 10-30 Sesuai kebutuhan Min 10
Sumber : Deperindag 2001
122
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 2
Lampiran L2.1. Tabel Jenis bencana dan analisisnya menggunakan pendekatan praktis dan analitis
Pendekatan
Pendekatan Praktis
No Jenis Bencana Analitik/Numerik Parameter Per jenis Ancaman Klasifikasi indeks ancaman bencana
Parameter Keberadaan Faktor Parameter
1 Gempa bumi Rekaman / riwayat Ancaman gempa Ancaman gempa, a. topografi, Kemiringan pantai Peta magnitude gempa
sejarah kejadian ditentukan diukur dari kekuatan dan elevasi a. tinggi apabila magnitude gempa lebih besar
gempa yg berdasarkan gempa; b. biofisik, berdasarkan material dari 7,5 (tujuh koma lima) Skala Richter (SR);
ditentukan a. zona penyusun pantai b. sedang apabila magnitude gempa antara 6
berdasarkan data, penunjaman c. kebutuhan ekonomi, kerugian (enam) sampai dengan 7,5 (tujuh koma lima)
informasi dan peta (subduction ekonomi dari nilai Skala Richter (SR); atau
magnitude gempa zone) dan zona pemanfaatan ruang. c. rendah apabila magnitude gempa lebih kecil
tumbukan dari 6 (enam) Skala Richter (SR).
(collision zone); d. tinggi apabila nilai Peak Ground Acceleration
dan/atau (PGA) lebih dari 0,7 (nol koma tujuh);
b. sesar (fault) di e. sedang apabila nilai Peak Ground Acceleration
dasar laut (PGA) antara 0,2501 (nol koma dua ribu lima
dan/atau di ratus satu) sampai dengan 0,7 (nol koma tujuh);
pesisir. atau
f. rendah apabila nilai Peak Ground Acceleration
(PGA) kurang dari 0,25 (nol koma dua puluh
lima).
2 Tsunami Rekaman / riwayat Ancaman tsunami ancaman tsunami, a. topografi; kemiringan pantai Tinggi gelombang
sejarah kejadian ditentukan diukur dari tinggi dan elevasi. a. tinggi apabila tinggi tsunami lebih dari 6
tsunami. Penentuan berdasarkan gelombang dari muka b. biofisik; (enam) meter;
123
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 2
berdasarkan data, a. zona air laut sebelum - ketebalan dan kerapatan b. sedang apabila tinggi tsunami antara 3 (tiga)
informasi dan peta penunjaman tsunami datang dan hutan pantai; sampai dengan 6 (enam) meter; atau
yg menggambarkan (subduction tinggi genangan pada - ketinggian gumuk pasir atau c. rendah apabila tinggi tsunami kurang dari 3
tinggi gelombang zone); lokasi dengan jarak beting gisik; (tiga) meter.
b. sesar (fault) di 100 (seratus) meter - morfologi pantai; dan
dasar laut; dari titik pasang - material penyusun pantai.
dan/atau tertinggi ke arah
c. gunung api dasar darat; c. kebutuhan ekonomi; kerugian
laut. ekonomi dari nilai
pemanfaatan ruang.
d. kebutuhan sosial dan budaya;
- kepadatan penduduk;
- keberadaan cagar budaya;
dan
- aktifitas ritual keagamaan
atau kepercayaan.
e. ketentuan lain.
- jenis dan material bangunan;
dan
- benda-benda yang mudah
hanyut (floating objects).
3 Banjir (Rob) & Rekaman / riwayat Ancaman rob Ancaman banjir dari a. topografi; elevasi. Klasifikasi genangan
kenaikan sejarah kejadian ditentukan laut (rob), diukur dari b. biofisik; keberadaan material a. tinggi apabila laju kenaikan muka air laut lebih
paras muka banjir yg ditentukan berdasarkan laju kenaikan muka air penyusun pantai. dari 5 (lima) milimeter per tahun (mm/tahun);
air laut berdasarkan data, a. pemanasan laut. c. kebutuhan ekonomi; kerugian b. sedang apabila laju kenaikan muka air laut
informasi dan peta global (global ekonomi dari nilai antara 2 (dua) sampai dengan 5 (lima)
yang warming); dan pemanfaatan ruang. milimeter per tahun (mm/tahun); atau
menggambarkan b. amblesan/penur d. kebutuhan sosial dan budaya c. rendah apabila laju kenaikan muka air laut
tinggi genangan yg unan tanah (land - keberadaan cagar budaya; dan kurang dari 2 (dua) milimeter per tahun
124
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 2
pernah terjadi subsidence). - aktifitas ritual keagamaan, (milimeter per tahun (mm/tahun).
budaya, atau kepercayaan.
e. ketentuan lain
keberadaan bangunan
pelindung pantai terhadap
banjir dari laut (rob).
4 Erosi/abrasi Rekaman / riwayat Ancaman ancaman erosi atau a. biofisik; Laju perubahan garis pantai
pantai sejarah kejadian erosi/abrasi abrasi, diukur dari - material penyusun pantai; a. tinggi apabila kemunduran garis pantai lebih
erosi/abrasi yg ditentukan perubahan garis dan dari 1 (satu) meter per tahun (m/tahun);
ditentukan berdasarkan pantai karena - pelindung alami b. sedang apabila kemunduran garis pantai antara
berdasarkan data, a. tinggi angkutan sedimen pantai (vegetasi). 0,5 (nol koma lima) sampai dengan 1 (satu)
informasi dan peta gelombang menyusur pantai (long meter per tahun (m/tahun); atau
yang b. arah datang shore transport) dan b. kebutuhan ekonomi; kerugian c. rendah apabila kemunduran garis pantai kurang
menggambarkan gelombang; perubahan garis ekonomi dari nilai dari 0,5 (nol koma lima) meter per tahun
laju perubahan garis dan/atau pantai karena pemanfaatan ruang. (m/tahun).
pantai c. kecuraman angkutan sedimen c. kebutuhan sosial dan budaya
gelombang. tegak lurus pantai - keberadaan cagar budaya; dan Klasifikasikan indeks ancaman erosi atau abrasi
(cross shore - aktifitas ritual keagamaan, a. tinggi gelombang, yang diklasifikasikan:
1. tinggi apabila tinggi gelombang lebih dari
transport) dengan budaya, atau kepercayaan.
2 (dua) meter;
memperhitungkan 2. sedang apabila tinggi gelombang antara 1
kenaikan muka air a. ketentuan lain (satu) sampai dengan 2 (dua) meter; atau
laut (sea level rise); 3. rendah apabila tinggi gelombang kurang
keberadaan bangunan dari 1 (satu) meter.
pelindung pantai terhadap
b. arah datang gelombang, yang diklasifikasikan:
erosi atau abrasi.
1. tinggi apabila arah datang gelombang
lebih dari 250 (dua puluh lima derajat);
2. sedang apabila arah datang gelombang
antara 100 (sepuluh derajat) sampai
dengan 250 (dua puluh lima derajat); atau
125
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 2
3. kecil apabila arah datang gelombang lebih
kecil dari 100 (sepuluh derajat).
5 Angin puting Rekaman / riwayat Ancaman badai ancaman badai, a. biofisik; a. tinggi apabila kecepatan angin lebih dari 60
beliung sejarah kejadian ditentukan diukur dari kondisi keberadaan mangrove. (enam puluh) kilometer per jam (km/jam);
(Badai) badai yg ditentukan berdasarkan kondisi angin b. sedang apabila kecepatan angin antara 20 (dua
berdasarkan data, angin (data kejadian b. kebutuhan ekonomi; kerugian puluh) sampai dengan 60 (enam puluh)
informasi, dan peta angin yang pernah ekonomi dari nilai kilometer per jam (km/jam); atau
yang terjadi) pemanfaatan ruang. c. rendah apabila kecepatan angin kurang dari 20
menggambarkan (dua puluh) kilometer per jam (km/jam).
kecepatan angin c. kebutuhan sosial dan budaya
- keberadaan cagar budaya; dan
- aktifitas ritual keagamaan,
budaya, atau kepercayaan
d. ketentuan lain.
posisi infrastruktur terhadap
garis pantai.
Sumber: Ranperpres Sempadan pantai (2013) dan Analisis
126
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
Tabel L3.1 Simbolisasi dan Spesifikasi Penyajian Informasi Dasar dalam Peta Rencana Zonasi WP-3-K
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
I. GARIS PANTAI Garis yang memperlihatkan pantai pada saat air Line
pasang rata-rata V V 0 0 0 60102
1 Batas landas kontinen kesepakatan, telah Dasar laut dan tanah dibawahnya (seabed and
diratifikasi subsoil) yang berbatasan dengan daerah dasar laut
dibawah laut territorial s/d min. 200 mil, maksimal
V V 0 0 0 40602
300 mil dari garis pangkal atau 100 mil dari
isobath 2000 meter, yang telah diratifikasi
2 Batas landas kontinen, belum diratifikasi Dasar laut dan tanah dibawahnya (seabed and
subsoil) yang berbatasan dengan daerah dasar laut
dibawah laut territorial s/d minimal 200 mil,
V V 0 0 0 40604
maksimal 300 mil dari garis pangkal atau 100 mil
dari isobath 2000 meter, yang belum diratifikasi
127
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
3 Maksimum klaim batas landas kontinen Jarak maksimum batas landas kontinen yang dapat
di klaim
V V 0 0 0 40608
4 Batas ZEE kesepakatan belum diratifikasi Batas jalur diluar dan berbatasan dengan laut
wilayah Indonesia sebagaimana ditetapkan
berdasarkan undang-undang yang berlaku tentang
perairan Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah
V V 0 0 0 40704
dibawahnya dan air diatasnya dengan batas terluar
200 mil laut diukur dari garis pangkal laut wilayah
Indonesia, kesepakatan belum diratifikasi
5 Batas ZEE Indonesia (Unilateral) Batas jalur diluar dan berbatasan dengan laut
wilayah Indonesia sebagaimana ditetapkan
berdasarkan undang-undang yang berlaku tentang
perairan Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah
V V 0 0 0 40706
dibawahnya dan air diatasnya dengan batas terluar
200 mil laut diukur dari garis pangkal laut wilayah
Indonesia, unilateral
6 Batas laut teritorial Batas laut diukur dari pantai pulau terluar 12 mil
ke laut bebas
V V 0 0 0 40808
12 Batas laut teritorial kesepakatan, telah Batas laut diukur dari pantai pulau terluar 12 mil
diratifikasi ke laut bebas kesepakatan
V V 0 0 0 40802
13 Batas laut teritorial perlu kesepakatan Batas laut diukur dari pantai pulau terluar 12 mil
ke laut bebas perlu kesepakatan
V V 0 0 0 40804
128
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
14 Batas laut Provinsi Batas laut diukur dari garis pantai menurut pasang
tertinggi ke arah 12 mil ke laut bebas
V V 0 0 0 40808
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
III. IBUKOTA
Ibukota Negara Daerah atau kota yang menjadi pusat
1 Pemerintahan Negara V V 0 0 0 10204
IV. PERAIRAN
1 Laut
V V 204 255 255
129
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
3 Danau Menunjukkan danau digambarkan sesuai skala
yang mempunyai garis tengah minimal 125 m
untuk (1000k), 75 m (500k), 35 m (250k),15 m
V V 204 255 255 60104
(100k), 7 m (50k), 3.5 m, (25k), 1.5 m ( 10k) dan 1
m (5k)
V. SISTEM TRANSPORTASI
a. Jaringan Jalan
Jalan Tol / Bebas Hambatan Jalan alternatif untuk mengatasi kemacetan lalu Line
1 lintas ataupun untuk mempersingkat jarak dari
satu tempat ke tempat lain. Untuk melewatinya V V 255 127 0 20102000
para pengguna harus membayar sesuai tarif yang
berlaku
Jalan Arteri Primer Jalan yang dikembangkan untuk melayani dan
2 menghubungkan kota-kota antar pusat kegiatan
nasional dan pusat kegiatan wilayah, juga antar
kota yang melayani kawasan berskala besar dan V V 255 127 0 20110000
atau cepat berkembang dan atau pelabuhan-
pelabuhan utama.
130
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
Jembatan Yang dibangun untuk membuka daerah terisolir,
4 agar dapat meningkatkan kegiatan ekonomi, sosial
dan budaya lainnya V 0 0 0 11900000
b. Pelabuhan 20400000
Pelabuhan yang melayani arus lalu lintas
1 Pelabuhan sungai penyeberangan penumpang dan barang jalur
V 0 0 0 11952000
sungai
3 Pelabuhan penyeberangan lintas antar Pelabuhan yang melayani arus lalu lintas
provinsi dan antar negara penyeberangan penumpang dan barang antar
V V 255 0 191 11948100
provinsi dan/atau antar negara
4 Pelabuhan penyeberangan lintas antar Pelabuhan yang melayani arus lalu lintas
kabupaten/kota penyeberangan penumpang dan barang antar V V 115 0 76 11948200
kabupaten/kota.
131
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
7 Pelabuhan Internasional Pelabuhan yang diarahkan untuk melayani
kegiatan dan alih muat angkutan laut nasional dan
internasional dalam jumlah besar dan jangkauan
V V 0 0 255 20408301
pelayanan luas serta berfungsi sebagai simpul
jaringan transportasi laut internasional
c. Bandara
1 Bandar udara umum pusat penyebaran Bandar udara yang melayani penumpang dalam
primer jumlah sedang dengan lingkup pelayanan dalam
satu provinsi dan terhubungkan dengan pusat V V 0 0 0 20302100
penyebaran primer
132
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
2 Bandar udara umum pusat penyebaran Bandar udara yang melayani penumpang dalam
sekunder jumlah besar dengan lingkup pelayanan nasional
atau beberapa provinsi dan berfungsi sebagai V V 255 0 0 20302200
pintu utama ke luar negeri
3 Bandar udara umum pusat penyebaran Bandar udara yang melayani penumpang dalam
tersier jumlah rendah dengan lingkup pelayanan pada
beberapa kabupaten dan terhubungkan dengan V V 169 0 230 20302300
pusat penyebaran primer dan pusat penyebaran
sekunder
4 Bandar udara umum bukan pusat Bandar udara yang melayani penumpang dengan
penyebaran jumlah kecil dan tidak mempunyai daerah cakupan V 230 76 0 20303000
atau layanan.
133
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
3 Teluk Nama perairan yang menjorok ke daratan (Huruf
besar atau besar kecil Times New Roman Italic TELUK
warna hitam. Ukuran huruf max. 30 point sesuai Teluk V V 0 0 0 64408
luasan unsur, hirarki atau tingkatan unsur serta
Teluk
estetika)
Teluk
4 Danau Nama perairan yang ada di daratan (Huruf besar
atau huruf besar kecil Times New Roman Italic
DANA 0
Danau
Danau
5 Sungai dan sejenisnya Nama aliran air yang mengalir dari hulu ke arah 0
muara atau laut (Huruf besar atau besar kecil SUNGAI
Times New Roman Italic warna hitam. Ukuran
huruf max. 30 point sesuai luasan unsur, hirarki Sungai V V 0 0 64422
atau tingkatan unsur serta estetika) Sungai
Sungai
134
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
3 Pulau dan kepulauan Huruf besar atau huruf besar kecil Times New 0
Roman Italic warna hitam. Ukuran huruf max. 30
point sesuai luasan unsur, hirarki atau tingkatan PULAU
unsur serta estetika Pulau V V 0 0 64522
Pulau
Pulau
c. Nama Ibukota
1 Ibukota Negara Nama tempat yang menjadi pusat pemerintahan 0
Negara (Huruf besar Times New Roman warna JAKARTA V V 0 0 64102
hitam. Ukuran huruf min. 20 point)
2 Ibukota Provinsi Nama tempat yang menjadi pusat pemerintahan 0
provinsi (Huruf besar Times New Roman warna BANDUNG V V 0 0 64104
hitam. Ukuran huruf min. 16 point)
3 Ibukota kabupaten atau kota Nama tempat yang menjadi pusat pemerintahan 0
Kabupaten atau Kota (Huruf besar Times New BOGOR
V V 0 0 64108
Roman warna hitam. Ukuran huruf min. 14 point)
4 Ibukota kecamatan Nama tempat yang menjadi pusat pemerintahan 0
Citeureup
Kecamatan (Huruf besar Times New Roman warna V V 0 0 64112
hitam. Ukuran huruf min 12 point)
d. Nama Daerah Administrasi
1 Provinsi Nama daerah Provinsi (Huruf besar Arial warna 0
hitam. Ukuran huruf m in.12 point) JAWA BARAT
V V 0 0 64004
2 Kabupaten atau kota Nama daerah Kabupaten / Kota (Huruf besar Arial 0
warna hitam. Ukuran huruf min.10 point) BOGOR
V V 0 0 64008
135
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
Tabel L3.2. Simbolisasi dan Spesifikasi Penyajian Data Tematik
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
I. GARIS PANTAI Lihat Tabel L4.1.
Garis yang menghubungkan tempat-tempat yang
II. BATHIMETRI (KONTUR LAUT) kedalamannya sama V V 0 0 255
III. OSEANOGRAFI
1 Arus Pergerakan massa air secara vertikal dan Vektor
horizontal sehingga menuju keseimbangannya.
Arus digambarkan dalam vektor dengan arah gerak 0 0 0
arus dimana panjang vektor berbanding lurus
dengan kecepatan arus. V V
Line
0 0 255
0 0 255
3 Suhu Permukaan Laut Temperatur air laut yang terdapat pada Line
permukaan air laut.
V V 0 0 255
136
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
Digambarkan 56 (R) 168 (G), 0 (B), nilai
secara gradasi tengah 222 (R) 242 (G) 0 (B)
dari nilai dan nilai tertinggi adalah
terendah sampai 255 (R) 0 (G) 0 (B)
nilai tertinggi
Polygon
Digambarkan
secara gradasi Nilai paling rendah adalah
dari nilai 255 (R) 235 (G), 214 (B) dan
terendah sampai V V nilai tertinggi adalah 196
nilai tertinggi (R)10 (G)
10 (B)
137
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
dengan skala 0 s/d 14
Polygon
Digambarkan
secara gradasi
Nilai paling rendah adalah
dari nilai
222 (R) 242 (G) 0 (B) dan
terendah sampai V V
nilai tertinggi adalah 255
nilai tertinggi
(R) 0 (G) 0 (B)
138
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
4 Punggungan bawah laut Jalur punggungan yang memanjang sepanjang area Line
pemisahan dua lempeng V V 0 0 0
5 Daerah Subduksi Daerah yang terdapat pada batas antar lempeng Line
yang bersifat konvergen.
V V 0 0 0
b. Deposit pasir laut
Deposit pasir Potensi kandungan pasir laut Polygon
V V 216 216 216
V V 255 51 204
4. Pasir berlumpur Material dasar laut yang berupa dominan pasir Polygon
bercampur lumpur
V V 255 51 204
5. Pasir berkarang Material dasar laut yang berupa dominan pasir Polygon
bercampur karang
V V 255 192 0
6. Lumpur berpasir Material dasar laut yang berupa dominan lumpur Polygon
bercampur pasir
V V 128 128 128
139
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
V. EKOSITEM
a. Terumbu Karang
1. Distribusi Terumbu Karang Persebaran ekosistem terumbu karang Polygon
Point
Pont prosentase kondisi tutupan karang, semakin
baik semakin besar poin yang digambarkan, ukuran
Titik kondisi terumbu karang
menyesuaikan kondisi masing-masing wilayah dan
estetika penggambaran
140
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
b. Mangrove
1 Distribusi mangrove Persebaran ekosistem mangrove Polygon
V V 255 0 197
2 Tutupan mangrove
Rapat Tutupan tajuk mangrove >70 % Polygon
V 152 11 115
2 Kondisi lamun
Sehat Tutupan lamun >70 % Polygon
V 132 0 168
141
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
b. Ikan Demersal
1 Potensi penangkapan ikan demersal
Titik kondisi kelimpahan ikan demersal. Point
Semakin kaya kelimpahan di suatu titik
digambarkan dengan ukuran poin yang semakin
besar.
Pada bagian belakang dapat ditambahkan dengan
data tutupan karang, lamun maupun mangrove
yang menjadi habitat ikan demersal
VII. PEMANFAATAN RUANG LAUT YANG TELAH ADA
a. Bangunan laut
1 Penahan ombak Bangunan yang dibuat untuk menahan ombak Line
12002
V 0 0 0
142
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
2 Dermaga Bangunan yang dibuat untuk bongkar muat barang Line
dan atau penumpang kapal
V 0 0 0 11954
9 Pengisian Bahan Bakar (SPDN) Sarana perikanan yang berfungsi untuk Point
mendistribusikan bahan bakar untuk keperluan
V 0 0 0 12102028
perikanan dan kelautan
c. Perikanan Tangkap
1 Daerah penangkapan ikan yang Daerah penangkapan ikan yang mempunyai Polygon
mempunyai ijin koordinat ijin dari Kementerian Kelautan V V 178 161 199 50316801
Perikanan/Pemerintah Provinsi
2 Daerah penangkapan ikan masyarakat / Daerah penangkapan ikan yang diamnfaatkan oleh Point
tradisional masyarakat setiap hari atau secara turun temurun
V 0 0 0
50316802
143
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
3 Rumpon Polygon
V 129 231 255 50316803
d. Perikanan Budidaya
1 Keramba Jaring Apung Untuk keramba/kumpulan keramba dengan Polygon
dimensi diatas <100 meter digambarkan dengan V 34 110 222
point
2 Budidaya rumput laut Untuk budidaya rumput laut dengan dimensi Polygon
diatas <100 meter digambarkan dengan point
V 32 88 103
3 Budidaya kerang mutiara Untuk budidaya rumput laut dengan dimensi Polygon
diatas <100 meter digambarkan dengan point
V 0 176 240
2 Anjungan migas lepas pantai struktur atau bangunan yang di bangun di lepas Point
pantai untuk mendukung proses eksplorasi atau V V 0 0 0
eksploitasi minyak dan gas bumi
2 Pembangkit listrik dan daerah Bangunan yang menjadi tempat mesin pembangkit Point V
144
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
sekitarnya tenaga listrik
f. Pariwisata
1 Destinasi Pariwisata kawasan geografis yang berada dalam satu atau Polygon
lebih wilayah administratif yang di dalamnya
terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas
V V 221 17 66 51310000
pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang
saling terkait dan melengkapi terwujudnya
kepariwisataan
2 Wisata Perikanan Point
V 0 0 0
3 Selancar Point
V 0 0 0
145
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
7 Pengamatan hewan laut Point
V 0 0 0
3 Pendidikan dan Pelatihan Perikanan Sarana pendidikan dan pelatihan perikanan Point
perikanan V 0 0 0 12102020
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Pengertian RGB
Nama Unsur notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
i. Militer dan Daerah Terlarang
1 Daerah latihan militer Daerah khusus latihan militer yang kemungkinan Polygon
membahayakan
V V 255 0 0
146
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
membahayakan
3 Daerah Larangan Menangkap Ikan Daerah yang terlarang untuk penangkapan ikan Polygon
dengan alasan tertentu.
V 216 22 174 50316800
j. Kawasan Konservasi
1 Kawasan Konservasi Perairan (KKP) kawasan perairan yang Polygon
dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk
mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan
V V 85 255 0
lingkungannya secara
berkelanjutan. KKP dimaksud adalah yang telah
ditetapkan.
2 Kawasan Konservasi Pesisir & Pulau – Kawasan perlindungan sebagai upaya pelestarian Polygon
Pulau Kecil (KKP3K) dan pemanfaatan wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil serta ekosistimnya untuk menjamin
keberadaan, ketersediaan dan kesinambungan
Sumber daya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dengan V V 211 255 190
tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai
dan keanekaragamannya. KKP3K dimaksud adalah
yang telah ditetapkan.
3 Kawasan Konservasi Maritim (KKM) Daerah perlindungan adat dan budaya maritim Polygon
yang mempunyai nilai arkeologi historis khusus,
situs sejarah
kemaritiman dan tempat ritual keagamaan atau V V 163 255 115
adat dan sifatnya sejalan dengan upaya konservasi
pesisir dan pulau-pulau kecil. KKM dimaksud
adalah yang telah ditetapkan.
k. Alur laut
1 Migrasi biota Alur migrasi biota yg terdapat di dalam laut Line
V V 137 90 68
147
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
4 Alur pelayaran
Alur pelayaran angkutan sungai Jaringan lalu-lintas sungai dan alur pelayaran Line
mengangkut barang dan penumpang V 0 179 76 20402000
148
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
pelabuhan nasional dengan pelabuhan
Internasional atau pelabuhan Internasional hub
Alur pelayaran nasional - regional Alur pelayaran nasional yang menghubungkan Line
antara pelabuhan nasional dan pelabuhan regional V V 230 76 76 20408203
l. Pendaratan pesawat
Pendaratan pesawat Daerah yang sering digunakan untuk pendaratan Point
pesawat terbang di perairan untuk kepentingan
V 0 0 0
tertentu
2 Kawasan suaka margasatwa & suaka Kawasan suaka alam yang ditunjuk merupakan Polygon
margasatwa laut tempat hidup dan perlembangbiakan dari suatu
jenis satwa yang perlu dilakukan upaya
V V 179 179 255 50216300
konservasinya, memiliki keanekaragaman dan
populasi satwa yang tinggi, dan atau merupakan
tempat dan kehidupan jenis satwa migran tertentu
3 Cagar alam & cagar alam laut Kawasan yang mewakili ekosistem khas dan Polygon
merupakan habitat alam yang memberikan
perlindungan bagi perkembangan flora dan fauna V V 153 153 255 50216400
yang khas dan beragam, yang ada di pantai
maupun di laut.
4 Kawasan pantai berhutan bakau Kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami Polygon V V 230 217 255 50216500
149
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
hutan bakau (mangrove) yang berfungsi
memberikan perlindungan kepada perikehidupan
pantai dan lautan.
5 Taman nasional & taman nasional laut Kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan Polygon
sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, V V 230 204 255 50216600
pariwisata dan rekreasi
6 Taman wisata alam & taman wisata Kawasan pelestarian alam di darat maupun di laut Polygon
alam laut yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan
rekreasi alam. V V 230 153 255 50216800
7 Kawasan Daerah Perlindungan Laut Kawasan perlindungan terhadap ekosistem laut Polygon
dengan maksud untuk melindungi ekosistem asli,
ekosistem unik, dan ekosistem yang telah
V V 133 180 0 50214500
mengalami degradasi dari gangguan kerusakan
unsur-unsur alamnya untuk penelitian, pendidikan
dan pariwisata.
b. Rencana Kawasan Konservasi
1 Rencana Kawasan Konservasi Perairan Kawasan Konservasi Perairan yang telah Polygon
(KKP) direncanakan tetapi belum ditetapkan atau dalam
proses penetapan. V V 246 10 218
2 Rencana Kawasan Konservasi Pesisir & Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil Polygon
Pulau Kecil (KKP3K) yang telah direncanakan tetapi belum ditetapkan
atau dalam proses penetapan. V V 246 10 218
3 Rencana Kawasan Konservasi Maritim Kawasan Konservasi Maritim yang telah Polygon
(KKM) direncanakan tetapi belum ditetapkan atau dalam V V 246 10 218
proses penetapan.
c. Pariwisata
150
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
1 Kawasan Pariwisata Kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan Polygon
pariwisata
V V 255 230 255 51300000
d. Rencana Pelabuhan
1 Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKr) yang Polygon
(DLKr) telah direncanakan tetapi belum ditetapkan atau
dalam proses penetapan. V V 192 0 0
151
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
Polygon
V 0 0 0
V 0 0 255
V 0 189 255
152
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
V 168 112 0
Polygon
Rencana pengembangan / pembangunan Bandar
V 197 0 255
Udara yang memerlukan reklamasi
Rencana penambangan minyak dan gas Daerah yang diperuntukkan bagi pertambangan Polygon
bumi minyak dan gas bumi
V V 217 217 217 51800200
3 Rencana Pembangkit listrik dan daerah Pembangkit listrik yang telah direncanakan tetapi Point V 0 0 0
153
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
sekitarnya belum ditetapkan atau dalam proses penetapan.
Polygon
V V 0 178 235
g. Kawasan Strategis
1. Kawasan Strategis Nasional wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan Polygon
karena mempunyai pengaruh sangat penting V V 255 0 0
secara nasional
154
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan
keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang
ditetapkan sebagai warisan dunia
2. Kawasan Strategis Nasional Tertentu kawasan yang terkait dengan kedaulatan negara, Polygon
pengendalian lingkungan hidup, dan/atau situs
warisan dunia, yang pengembangannya
V V 0 0 255
diprioritaskan bagi kepentingan nasional.
2. Daerah perlindungan adat Wilayah perairan / laut yang dilindungi secara Line
tradisional oleh masyarakat/adat
V 255 170 0
b. Kependudukan
1 Jumlah penduduk Jumlah penduduk menurut kecamatan Polygon
Digambarkan
secara gradasi
dari nilai Nilai paling rendah adalah
terendah sampai 255 (R) 255 (G), 128 (B) dan
V V
nilai tertinggi nilai tertinggi adalah 107
(R) 0 (G) 0 (B)
2 Kepadatan penduduk Jumlah penduduk per kilometer persegi menurut Polygon Nilai paling rendah adalah
kecamatan Digambarkan 255 (R) 235 (G), 214 (B) dan
secara gradasi V V nilai tertinggi adalah 196
dari nilai (R)10 (G)
terendah sampai 10 (B)
155
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
nilai tertinggi
3 Proyeksi jumlah penduduk Prakiraan Jumlah penduduk pada satu rentang Polygon
waktu tertentu menurut kecamatan Digambarkan
secara gradasi
dari nilai
Nilai paling rendah adalah
terendah sampai
255 (R) 204 (G), 255 (B) dan
nilai tertinggi
V V nilai tertinggi adalah 199
(R) 0 (G)
199 (B)
4 Proyeksi kepadatan penduduk Prakiraan Jumlah penduduk per kilometer persegi Polygon
pada satu rentang waktu tertentu menurut Digambarkan
kecamatan secara gradasi
Nilai paling rendah adalah
dari nilai
255 (R) 235 (G), 204 (B) dan
terendah sampai
V V nilai tertinggi adalah 240
nilai tertinggi
(R) 118 (G)
5 (B)
c. Sosial Ekonomi
1 Produksi perikanan Jumlah produksi perikanan menurut pelabuhan Point
perikanan Digambarkan
dengan
menggunakan pie V V - - -
chart / bar chart
156
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Nama Unsur Pengertian RGB
notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
Tinggi V 230 76 0
Rendah V 76 230 0
b. Rawan gelombang pasang Wilayah yang sering atau berpotensi tinggi Point
mengalami bencana alam gelombang pasang. V V 255 0 0
Tabel L3.3. Simbolisasi dan Spesifikasi Penyajian Peta Alokasi Ruang RZWP-3-K
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Pengertian RGB
Nama Unsur notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
157
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Pengertian RGB
Nama Unsur notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
I. KAWASAN KONSERVASI
a. Kategori Kawasan Konservasi
1. Kawasan Konservasi Perairan (KKP) kawasan perairan yang Polygon
dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk
mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan
V V 85 255 0
lingkungannya secara
berkelanjutan. KKP dimaksud adalah yang telah
ditetapkan.
Zona Inti KKP Peruntukkannya, antara lain: Polygon
1. perlindungan mutlak habitat dan populasi ikan;
V 255 0 0
2. penelitian; dan
3. pendidikan
Zona Perikanan Berkelanjutan-KKP Peruntukkannya, antara lain: Polygon
1. perlindungan habitat dan populasi ikan;
2. penangkapan ikan dengan alat dan cara yang
ramah lingkungan;
V V 0 56 168
3. budidaya ramah lingkungan;
4. pariwisata dan rekreasi;
5. penelitian dan pengembangan; dan
6. pendidikan.
Zona Pemanfaatan-KKP Peruntukkannya, antara lain: Polygon
1. perlindungan dan pelestarian habitat dan
populasi ikan;
V 49 132 155
2. pariwisata dan rekreasi;
3. penelitian dan pengembangan; dan
4. pendidikan.
Zona Lainnya-KKP Bagian dari Kawasan konservasi di Wilayah Pesisir Polygon
dan
V V 250 191 143
Pulau-Pulau Kecil yang pemanfaatannya sesuai
dengan aspek konservasi
2. Kawasan Konservasi Pesisir & Pulau – Kawasan perlindungan sebagai upaya pelestarian Polygon
Pulau Kecil (KKP3K) dan pemanfaatan wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil serta ekosistimnya untuk menjamin
V V 211 255 190
keberadaan, ketersediaan dan kesinambungan
Sumber daya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
dengan tetap memelihara dan meningkatkan
158
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Pengertian RGB
Nama Unsur notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
kualitas nilai dan keanekaragamannya. KKP3K
dimaksud adalah yang telah ditetapkan.
3. Kawasan Konservasi Maritim (KKM) Daerah perlindungan adat dan budaya maritim Polygon
yang mempunyai nilai arkeologi historis khusus,
situs sejarah
kemaritiman dan tempat ritual keagamaan atau V V 163 255 115
adat dan sifatnya sejalan dengan upaya
konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil. KKM
dimaksud adalah yang telah ditetapkan.
Zona Inti-KKM Pemanfaatannya, antara lain: Polygon
1. perlindungan mutlak habitat dan populasi ikan
serta alur migrasi biota laut;
2. perlindungan ekosistem pesisir unik dan/atau V 255 0 0
rentan terhadap perubahan;
3. perlindungan situs budaya atau adat tradisional;
4. penelitian; dan/atau
159
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Pengertian RGB
Nama Unsur notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
5. pendidikan
160
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Pengertian RGB
Nama Unsur notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
5 Taman nasional & taman nasional laut Kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan Polygon
sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, V V 230 204 255 50216600
pariwisata dan rekreasi
6 Taman wisata alam & taman wisata alam Kawasan pelestarian alam di darat maupun di laut Polygon
laut yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan
rekreasi alam. V V 230 153 255 50216800
7 Kawasan Daerah Perlindungan Laut Kawasan perlindungan terhadap ekosistem laut Polygon
dengan maksud untuk melindungi ekosistem asli,
ekosistem unik, dan ekosistem yang telah
mengalami degradasi dari gangguan kerusakan V V 133 180 0 50214500
unsur-unsur alamnya untuk penelitian, pendidikan
dan pariwisata.
Sub Zona :
Polygon
Wisata bentang laut V 255 220 255
Polygon
Wisata pantai/pesisir dan pulau – pulau kecil V 255 220 255
Polygon
Wisata alam bawah laut V 255 220 255
161
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Pengertian RGB
Nama Unsur notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
Polygon
Wisata sejarah V 255 220 255
Polygon
Wisata budaya V 255 220 255
Polygon
Wisata Olahraga air V 255 220 255
Sub Zona :
Polygon
Polygon
Sub Zona :
162
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Pengertian RGB
Nama Unsur notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
Polygon
Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan
V 146 205 220
(DLKp)
Polygon
Sub Zona :
Polygon
Pemanfaatan terbatas V 255 170 0
Polygon
Sub Zona :
Mineral Polygon V 242 242 242
163
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Pengertian RGB
Nama Unsur notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
Polygon
Pasir laut V 0 0 0
Polygon
Polygon
Polygon
Sub Zona :
Polygon
Pelagis V 255 190 235
164
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Pengertian RGB
Nama Unsur notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
Polygon
Demersal V 64 222 72
Polygon
7. Zona Perikanan Budidaya Zona yang diperuntukkan bagi kegiatan budidaya Polygon
perikanan
V V 0 197 255
Sub Zona :
Polygon
V 146 208 80
9. Zona Industri Zona yang yang diperuntukan bagi industri berupa Polygon V V 225 199 31
165
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Pengertian RGB
Nama Unsur notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
tempat pemusatan kegiatan industri di perairan
sehingga memerlukan reklamasi
Sub Zona :
Polygon
Polygon
Polygon
Polygon
Polygon
10 Zona Bandar udara Zona yang yang diperuntukan bagi pengembangan Polygon
atau pembangunan bandara di perairan yang
memerlukan reklamasi V V 255 0 197
11 Zona pendaratan pesawat Zona yang diperuntukkan bagi daerah yang sering Polygon V V 197 0 255
166
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Pengertian RGB
Nama Unsur notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
digunakan untuk pendaratan pesawat terbang di
perairan untuk kepentingan tertentu
12 Zona jasa / perdagangan Zona yang diperuntukkan bagi diperuntukan bagi Polygon
kegiatan penjualan barang dan jasa di perairan
yang memerlukan reklamasi V V 0 176 240
Sub Zona :
1. pasang surut Polygon
V 158 215 194
2. Gelombang Polygon
V 158 215 194
3. Arus Polygon
V 158 215 194
Polygon
Polygon
5. OTEC V 158 215 194
14 Zona fasilitas umum Zona yang diperuntukkan bagi kepentingan V V 204 153 255
167
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Pengertian RGB
Nama Unsur notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
kegiatan masyarakat di perairan
Sub Zona :
Polygon
Polygon
Polygon
15 Zona pemanfaatan air laut selain energi Zona yang diperuntukkan bagi kegiatan Polygon
pemanfaatan air laut selain untuk kepentingan
pengembangan energi V 0 176 240
16 Zona pemanfaatan lainnya Zona yang yang diperuntukan bagi pemanfaatan Polygon
ruang laut lainnya
V 0 176 240
168
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Pengertian RGB
Nama Unsur notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
Kabel listrik Line
V V 0 0 0
Line
Line
Alur pelayaran nasional V V 204 153 255
169
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Pengertian RGB
Nama Unsur notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
Line
3. Alur migrasi biota Alur migrasi biota yg terdapat di dalam laut Line
V V 137 90 68
Polygon
V V 0 115 76
Line
Line
Line
170
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZP-3-K
LAMPIRAN 3
SKALA Spesifikasi
Simbol dan/atau
Pengertian RGB
Nama Unsur notasi Kode Unsur
250K 50K R G B
karena mempunyai pengaruh sangat penting
secara nasional
terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan
keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang
ditetapkan sebagai warisan dunia
2. Kawasan Strategis Nasional Tertentu kawasan yang terkait dengan kedaulatan negara, Polygon
pengendalian lingkungan hidup, dan/atau situs
warisan dunia, yang pengembangannya V V 0 0 255
diprioritaskan bagi kepentingan nasional.
171
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 4
Lampiran 4.1. Standar layout Peta Tematik dan Peta Rencana Zonasi WP-3-K ( 1:250.000)
15’
15’
171
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 4
Lampiran 4.2. Standar layout Peta Tematik dan Peta Rencana Zonasi WP-3-K ( 1:50.000)
3’
3’
172
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 4
Lampiran 4.3. Standar layout Peta Tematik dan Peta Rencana Zonasi WP-3-K ( 1:50.000)
3’
3’
173
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 5
Penomoran lembar peta dalam penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil digunakan untuk memudahkan dalam menelusuri informasi dari beberapa
peta yang mencakup seluruh wilayah perencanaan. Indeks peta digunakan sebagai acuan
agar memastikan seluruh wilayah perencanaan dalam RZWP-3-K dapat dipetakan. Indeks
peta menggambarkan masing-masing nomor lembar peta (NLP) untuk seluruh wilayah
perencanaan.
Sistem penomoran lembar peta dalam RZWP-3-K menyesuakan dengan kode
Provinsi dan diikuti urutan lembar peta dari kiri bawah menuju kanan atas dari seluruh
lembar yang digunakan. Indeks peta RZWP-3-K tidak lagi mengacu dengan NLP RBI
maupun LPI dikarenakan perbedaan dimensi muka peta, efektifitas dalam pemetaan sluruh
wilayah perencanaan, serta kondisi data LPI dan RBI yang sudah seamless atau tidak lagi
terbagi-bagi berdasarkan NLP. Berdasarkan kondisi tersebut, data-data yang digunakan
dalam penysusunan Peta RZWP-3-K sekurang-kurangnya memiliki sistem koordinat
geografis (GCS).
3 6 9
2 5 8
1 4 7
1103 - 01
Kode Provinsi |
Urutan lembar peta skala 1 : 250.000 |
Urutan lembar peta skala 1 : 50.000 |
174
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 5
Contoh penomoran lembar peta RZWP-3-K dapat dilihat pada gambar berikut:
RZWP-3-K
Skala 1 : 250.000
RZWP-3-K
Skala 1 : 50.000
Keterangan :
Batas 12 Mil Laut
Batas 4 Mil Laut
175
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 6
Tabel L6.1 Kerangka Geodatabase Data Dasar Dan Tematik RZWP-3-K
Format digital (shp) dari masing-masing data, baik data dasar, data tematik, maupun data analisis RZWP-3-K sekurang-kurangnya memiliki
primary field sebagai berikut:
FEATURE CLASS NAMA FILE GEOMETRI PRIMARY FIELD KETERANGAN TYPE LENGTH PRECISION SCALE
NAMA_PROV Nama Provinsi TEXT 50 - -
BATAS PROVINSI AREA ADM_PROV_AR POLYGON
LUAS Luas (Generated by GIS) DOUBLE - 15 3
BATAS PROVINSI GARIS ADM_PROV_LN POLYLINE KETERANGAN TEXT 50 - -
NAMA_PROV Nama Provinsi TEXT 50 - -
BATAS KABUPATEN AREA ADM_KAB_AR POLYGON NAMA_KAB Nama Kabupaten/Kota TEXT 50 - -
LUAS Luas (generated by GIS) DOUBLE - 15 3
BATAS KABUPATEN GARIS ADM_KAB_LN POLYLINE KETERANGAN TEXT 50 - -
NAMA_PROV Nama Provinsi TEXT 50 - -
NAMA_KAB Nama Kabupaten/Kota TEXT 50 - -
BATAS KECAMATAN AREA ADM_KEC_AR POLYGON
NAMA_KEC Nama Kecamatan TEXT 50 - -
LUAS Luas (Generated by GIS) DOUBLE - 15 3
BATAS KECAMATAN
ADM_KEC_LN POLYLINE KETERANGAN TEXT 50 - -
GARIS
BATAS WILAYAH
WIL_REN_LN POLYLINE KETERANGAN TEXT 50 - -
PERENCANAAN 12 MIL
INDEKS LEMBAR PETA NLP_AR POLYGON NLP Nomor lembar peta TEXT 50 - -
GARIS PANTAI PANTAI_LN POLYLINE KETERANGAN TEXT 50 - -
KONTUR KEDALAMAN BATHY_LN POLYLINE VALUE Nilai kontur kedalaman DOUBLE - 15 3
TITIK KEDALAMAN DEPTH_PT POINT VALUE Nilai titik kedalaman DOUBLE - 15 3
SUBSTRAT DASAR LAUT SUBSTRAT_AR POLYGON JENIS Jenis substrat dasar TEXT 50 - -
KONTUR GELOMBANG GEL_MB_LN POLYLINE TINGGI_GEL Kontur tinggi gelombang (m) DOUBLE - 15 3
TINGGI_GEL Tinggi gelombang (m) DOUBLE - 15 3
VEKTOR GELOMBANG GEL_MB_PT POINT
ARAH Arah gelombang (degree) DOUBLE - 15 3
KONTUR ARUS MUSIM ARS_PS_MP1_LN POLYLINE KECEPATAN Kontur nilai kecepatan arus (m/s) DOUBLE - 15 3
176
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 6
FEATURE CLASS NAMA FILE GEOMETRI PRIMARY FIELD KETERANGAN TYPE LENGTH PRECISION SCALE
PERALIHAN 1 PASANG
MENUJU SURUT
VEKTOR ARUS MUSIM KECEPATAN Nilai kecepatan arus (m/s) DOUBLE - 15 3
PERALIHAN 1 PASANG ARS_PS_MP1_PT POINT Arah arus (degree)
MENUJU SURUT ARAH DOUBLE - 15 3
KONTUR SPL BULAN Kontur suhu permukaan laut (0C)
SPL_DES_LN POLYLINE VALUE DOUBLE - 15 3
DESEMBER
KONTUR KECERAHAN KECERAHAN_LN POLYLINE VALUE Kontur nilai kecerahan (m) DOUBLE - 15 3
KONTUR pH pH_LN POLYLINE VALUE Kontur derajat keasaman DOUBLE - 15 3
KONTUR SALINITAS SALINITAS_LN POLYLINE VALUE Kontur tingkat salinitas (Psu) DOUBLE - 15 3
KONTUR KLOROFIL CHL_JAN_LN POLYLINE VALUE Kontur konsentrasi klorofil (µ/l) DOUBLE - 15 3
NAMA_PE_AR Jenis pemanfaatan TEXT 50 - -
PEMANFAATAN LUAS_PE_AR Luas (Generated by GIS) DOUBLE - 15 3
EKSISTING_AR POLYGON
EKSISTING AREA Informasi tambahan terkait
KETERANGAN TEXT 50 - -
pemanfaatan
NAMA_PE_LN Nama pemanfaatan TEXT 50 - -
Kategori pemanfaatan (Mis.
PEMANFAATAN JENIS_PE TEXT 50 - -
EKSISTING_LN POLYLINE Transportasi, komunikasi, energy)
EKSISTING GARIS
Kategori pemanfaatan (Mis.
KETERANGAN TEXT 50 - -
Transportasi, komunikasi, energy)
NAMA_PE_PT Nama pemanfaatan TEXT 50 - -
PEMANFAATAN Kategori pemanfaatan (Mis.
EKSISTING_PT POINT KATEGORI_PE TEXT 50 - -
EKSISTING TITIK Transportasi, komunikasi, energy)
Informasi tambahan terkait
KETERANGAN TEXT 50 - -
pemanfaatan
SEBARAN KONDISI KONDISI Kondisi terumbu karang TEXT 50 - -
KARANG_KON_AR POLYGON
TERUMBU KARANG LUAS Luas (Generated by GIS) DOUBLE - 15 3
TITIK PERSENTASE Titik nilai presentase tutupan
KARANG_PERSEN_PT POINT PERSENTASE DOUBLE - 15 3
TUTUPAN KARANG terumbu karang
SEBARAN KONDISI KONDISI Kondisi kerapatan mangrove TEXT 50 - -
MANGROVE_KON_AR POLYGON
MANGROVE LUAS Luas (Generated by GIS) DOUBLE - 15 3
177
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 6
FEATURE CLASS NAMA FILE GEOMETRI PRIMARY FIELD KETERANGAN TYPE LENGTH PRECISION SCALE
TITIK PERSENTASE Titik nilai kerapatan mangrove
MANGROVE_PERSEN_PT POINT PERSENTASE DOUBLE - 15 3
KERAPATAN MANGROVE
SEBARAN KONDISI KONDISI Kondisi ekosistem lamun TEXT 50 - -
LAMUN_KON_AR POLYGON
LAMUN LUAS Luas (Generated by GIS) DOUBLE - 15 3
TITIK PERSENTASE Titik presentase kondisi ekosistem
LAMUN_PERSEN_PT POINT PERSENTASE DOUBLE - 15 3
TUTUPAN LAMUN lamun
JENIS_IKAN Jenis ikan tangkapan TEXT 50 - -
DAERAH PENANGKAPAN
DEMERSAL_AR POLYGON Tingkat potensi penangkapan (Tinggi
IKAN DEMERSAL POTENSI TEXT 50 - -
Sedang Rendah)
TITIK KELIMPAHAN IKAN JENIS_IKAN Jenis ikan tangkapan TEXT 50 - -
KLPHN_DMRSAL_PT POINT
DEMERSAL KELIMPAHAN Nilai kelimpahan ikan DOUBLE - 15 3
JENIS_IKAN Jenis ikan tangkapan TEXT 50 - -
DAERAH PENANGKAPAN
PELAGIS_JAN_AR POLYGON Tingkat potensi penangkapan (Tinggi
IKAN PELAGIS POTENSI TEXT 50 - -
Sedang Rendah)
TITIK KELIMPAHAN IKAN JENIS_IKAN Jenis ikan tangkapan TEXT 50 - -
KLPHN_PELGS_PT POINT
PELAGIS KELIMPAHAN Nilai kelimpahan ikan DOUBLE - 15 3
KELAS Kelas jalan TEXT 50 - -
JARINGAN JALAN GARIS JALAN_LN POLYLINE
NAMA_JALAN Toponimi Jalan TEXT 50 - -
TIPE Tipe/jenis pelabuhan TEXT 50 - -
PELABUHAN POIN PELABUHAN_PT POINT
NAMA Namapelabuhan TEXT 50 - -
Kategori infrastruktur (Mis.
KATEGORI Kesehatan, Pemerintahan, TEXT 50 - -
INFRASTRUKTUR LAIN Pendidikan)
INFRASTRUKTUR_PT POINT Jenis infrastruktur (Mis. Rumah sakit,
POIN JENIS TEXT 50 - -
Puskesmas, Posyandu)
NAMA Nama infrastruktur TEXT 50 - -
JUMLAH PENDUDUK JML_PDD_AR POLYGON JML_PDD Jumlah Penduduk (jiwa) DOUBLE - 15 3
KEPADATAN PENDUDUK KPDT_PDD_AR POLYGON KLAS_PDD Kepadatan penduduk (jiwa/km2) TEXT 50 - -
MATA PENCAHARIAN PENCAHARIAN_PT POINT PENCAHARIAN Jenis mata pencaharian penduduk TEXT 50 - -
MASYARAKAT HUKUM
MHA_AR POLYGON NAMA_ADAT TEXT 50 - -
ADAT
178
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 6
FEATURE CLASS NAMA FILE GEOMETRI PRIMARY FIELD KETERANGAN TYPE LENGTH PRECISION SCALE
WILAYAH NELAYAN Luas (Generated by GIS)
NLYN_TR_AR POLYGON LUAS_NLYN_TR TEXT 50 - -
TRADISIONAL
INFORMASI EKONOMI Nilai pendapatan masyarakat
EKON_WIL_AR POLYGON NILAI_PENDAPATAN DOUBLE - 15 3
WILAYAH PERENCANAAN
JENIS Jenis bencana TEXT 50 - -
KERAWANAN BENCANA Tingkat kerwanan bencana (Tinggi,
KERAWANAN_AR POLYGON KERAWANAN TEXT 50 - -
AREA sedang, drendah)
LUAS_RAWAN Luas (Generated by GIS) DOUBLE - 15 3
KERAWANAN BENCANA Jenis Bencana
KERAWANAN_LN POLYLINE JENIS_BENCANA TEXT 50 - -
GARIS
KERAWANAN BENCANA Jenis bencana
KERAWANAN_PT POINT JENIS TEXT 50 - -
TITIK
JENIS_BENCANA Jenis bencana TEXT 50 - -
RISIKO BENCANA AREA RISIKO_AR POLYGON RISIKO Tingkat rissiko bencana TEXT 50 - -
LUAS_RISIKO Luas (Generated by GIS) DOUBLE - 15 3
PROVINSI Nama Provinsi TEXT 50 - -
KAWASAN Kawasan TEXT 50 - -
ZONA Zona TEXT 50 - -
Kodifikasi Zona untuk penyampaian
KODE_ZONA dalam perda. Isinya dapat mengacu TEXT 50 - -
pada table selanjutnya.
SUBZONA Sub Zona TEXT 50 - -
Kodifikasi Sub Zona untuk
RZWP-3-K AREA RZWP3K_AR POLYGON
penyampaian dalam perda. Isinya
KODE_SZ TEXT 50 - -
dapat mengacu pada table
selanjutnya.
Informasi tambahan terkait kawasan,
KETERANGAN TEXT 200 - -
zona, maupun sub zona
Tahun pembuatan atau periode
TAHUN INTEGER 15 - -
RZWP-3-K
Status dalam penyusunan RZWP-3-K
STATUS TEXT 50 - -
(Mis. Dokumen final)
179
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 6
FEATURE CLASS NAMA FILE GEOMETRI PRIMARY FIELD KETERANGAN TYPE LENGTH PRECISION SCALE
Status perda (apabila sudah perda
dapat diissi dengan nomor perda,
STA_PERDA TEXT 50 - -
jika belum diisi dengan “Belum
Perda”)
LUAS_KAW Luas (Generated by GIS) 50 - - 3
LUAS_ZONA Luas (Generated by GIS) DOUBLE - 15 3
LUAS_SZ Luas (Generated by GIS) DOUBLE - 15 3
PROVINSI Nama Provinsi TEXT 50 - -
KAWASAN Kawasan TEXT 50 - -
ZONA Zona TEXT 50 - -
SUBZONA Sub Zona TEXT 50 - -
Informasi tambahan terkait kawasan,
KETERANGAN TEXT 200 - -
zona, maupun sub zona
RZWP-3-K GARIS RZWP3K_LN POLYLINE Tahun pembuatan atau periode
TAHUN INTEGER 15 - -
RZWP-3-K
Status dalam penyusunan RZWP-3-K
STATUS TEXT 50 - -
(Mis. Dokumen final)
Status perda (apabila sudah perda
dapat diissi dengan nomor perda,
STA_PERDA TEXT 50 - -
jika belum diisi dengan “Belum
Perda”)
PROVINSI Nama Provinsi TEXT 50 - -
KAWASAN Kawasan TEXT 50 - -
ZONA Zona TEXT 50 - -
SUBZONA Sub Zona TEXT 50 - -
RZWP-3-K TITIK RZWP3K_PT POINT Informasi tambahan terkait kawasan,
KETERANGAN TEXT 200 - -
zona, maupun sub zona
Tahun pembuatan atau periode
TAHUN INTEGER 15 - -
RZWP-3-K
Status dalam penyusunan RZWP-3-K
STATUS TEXT 50 - -
(Mis. Dokumen final)
180
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 6
FEATURE CLASS NAMA FILE GEOMETRI PRIMARY FIELD KETERANGAN TYPE LENGTH PRECISION SCALE
Status perda (apabila sudah perda
dapat diissi dengan nomor perda,
STA_PERDA TEXT 50 - -
jika belum diisi dengan “Belum
Perda”)
Keterangan:
Untuk memudahkan dan menghindari kesalahan dalam pemerikasaan data, disarankan hanya ada 1 file untuk masing-masing jenis data
dengan nama yang sudah ada.
Untuk geodatabase alokasi ruang baik data dasar, tematik maupun alokasi ruang perlu dipisah berdasarkan skala pemetaannya yaitu skala 1 :
250.000 dan 1 : 50.000
Dalam penyimpanan file disarankan menggunakan format geodatabase (.gdb) untuk masing-masing skala, dengan feature dataset menjadi
folder untuk memisahkan masing-masing tema data.
Field keterangan pada peta alokasi ruang berisi informasi tambahan yang penting, namun tidak tercantum dalam field kawasan, zona,
maupun subzona.
Pengisian Field perlu menyesuaikan standar sesuai dengan simbolisasi penyajian data pada lampiran 3.
Pada data RZWP-3-K, untuk memudahkan membahasakan alokasi ruang dalam peraturan daerah, tiap Zona maupun Sub Zona dapat
mengacu pada tabel kodifikasi zona dan sub zona.
181
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 6
Tabel L6.2 Kodifikasi Zona dan Sub Zona
182
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 6
NO KAWASAN ZONA KODE_ZONA SUBZONA KODE_SZ
2. industri maritim KPU-ID-MR-XX
3. industri manufaktur KPU-ID-MF-XX
4. industri biofarmakologi KPU-ID-BF-XX
5. industri bioteknologi KPU-BT-XX
Bandar Udara KPU-BU-XX Sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku
(Keputusan Menteri Perhubungan No. 48 Tahun 2002 tentang
Penyelenggaraan Bandar Udara Umum)
Pendaratan Pesawat KPU-PP-XX Sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku
(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20 Tahun 2011
tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi
Kabupaten/Kota)
Energi KPU-EN-XX 1. pasang surut KPU-EN-PS-XX
2. gelombang KPU-EN-GL-XX
3. arus KPU-EN-AR-XX
4. angin KPU-EN-AG-XX
5. OTEC KPU-EN-OT-XX
Fasilitas Umum KPU-FU-XX 1. pendidikan KPU-FU-PD-XX
2. olahraga KPU-FU-OR-XX
3. keagamaan KPU-FU-AG-XX
Pemaanfaatan lain selain energi KPU-LN-XX 1. deep sea water KPU-LN-DSW-XX
2. biofarmakologi laut KPU-LN-BFL-XX
3. bioteknologi laut KPU-LN-BTL-XX
2 Kawasan Konservasi KKP3K
Zona Inti KKP3K-ZI-XX
Zona Pemanfaatan Terbatas KKP3K-ZPT-XX
Zona Lainnya KKP3K-ZL-XX
KKM
Zona Inti KKM-ZI-XX
Zona Pemanfaatan Terbatas KKM-ZPT-XX
183
TATA CARA PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
LAMPIRAN 6
NO KAWASAN ZONA KODE_ZONA SUBZONA KODE_SZ
Zona Lainnya KKM-ZL-XX
KKP
Zona Inti KKP-ZI-XX
Zona Perikanan Berkelanjutan KKP-ZPB-XX
Zona Pemanfaatan KKP-ZP-XX
Zona Lainnya KKP-ZL-XX
3 Alur Alur Pelayaran AL-AP-XX 1. ALKI; AL-AP-ALKI-XX
2. pelayaran internasional; AL-AP-PI-XX
3. pelayaran nasional; AL-AP-PN-XX
4. pelayaran regional; AL-AP-PR-XX
5. pelayaran lokal; AL-AP-PL-XX
6. pelayaran khusus. AL-AP-PK-XX
Alur Pipa/Kabel Bawah Laut AL-APK-XX 1. kabel listrik AL-APK-KL-XX
2. pipa air bersih AL-APK-PA-XX
3. kabel telekomunikasi AL-APK-KT-XX
4. pipa minyak dan gas AL-APK-GM-XX
5. pipa dan kabel lainnya AL-APK-PKL-XX
Alur Migrasi Biota Laut AL-AMB-XX 1. migrasi ikan tertentu AL-AMB-MI-XX
2. migrasi penyu AL-AMB-MP-XX
3. migrasi mamalia laut AL-AMB-MM-XX
4 Kawasan Strategis Nasional Tertentu KSNT-XX
Keterangan:
KPU-BD-BL-XX
Kode Kawasan |
Kode Zona |
Kode Subzona |
Nomor urutan polygon sub zona tersebut dalam peta RZWP-3-K |
(misal : 01; 02; 03;……….dst.)
184