Penelitian Eksperimen 1
Penelitian Eksperimen 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu penelitian yang sering dilakukan oleh seorang peneliti di bidang pendidikan
adalah penelitian eksperimen. Dalam penelitian eksperimen, variabel -variabel yang ada
termasuk variabel bebas atau independent variabel dan variabel terikat (dependent
variabel), sudah ditentukan secara tegas oleh para peneliti sejak awal penelitian.
Variabel bebas biasanya merupakan variabel yang dimanipulasi secara sistematis. Di
bidang pendidikan, yang diidentifikasi sebagai variabel bebas diantaranya termasuk: metode
mengajar, macam-macam penguatan (reinforcement), frekuensi penguatan, sarana prasarana
pendidikan, lingkungan belajar, materi belajar, jumlah kelompok belajar, dan sebagainya.
Sedangkan variabel terikat yang sering juga disebut sebagai criterion variabel merupakan
variabel yang diukur sebagai akibat adanya manipulasi pada
variabel bebas. Variabel terikat ini disebut dependent variabel karena memang fungsi
mereka tergantung dari variabel bebas. Yang sering dikelompokkan sebagai variabel terikat
di bidang pendidikan, misalnya hasil belajar siswa, kesiapan belajar siswa, kemandirian
siswa, dan sebagainya.
Salah satu contoh, misalnya pada waktu melihat prestasi siswanya rendah seorang guru
sudah berpikir bagaimana cara mengatasinya. Untuk itu, berdasarkan hasil diklat yang
diikutinya, mereka ingin mencoba menerapkan melalui penelitian. Apakah hasil belajar siswa
yang diajar dengan metode belajar yang selama ini dilakukan lebih jelek dibandingkan
dengan metode baru yang diperoleh waktu diklat. Untuk mencoba guru tersebut tidak
memahami jenis penelitian apa yang tepat digunakan untuk mengatasi masalah itu? Belum
semua guru menguasai berbagai jenis penelitian. Jenis penelitian yang sering digunakan guru
dalam mengatasi masalah pembelajaran adalah penelitian tindakan kelas, penelitian
deskriptif, penelitian korelasional, dan penelitian eksperimen. Jenis pendekatan penelitian
yang paling tepat untuk merealisasi kegiatan guru dalam membandingkan dua metode
pembelajaran terhadap hasil belajar adalah melalui penelitian eksperimen.
Apakah penelitian eksperimen itu? Apa tujuannya? Bagaimana cara melakukan yang
benar? Bagaimana menulis laporan hasil penelitiannya agar memenuhi syarat dan dapat nilai
kreditnya? Marilah kita belajar bersama untuk memahami dan kemudian melaksanakan
secara hati-hati dan terarah.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, kami memberikan rumusan masalah sebagai berikut.
1) Apa yang dimaksud dengan Penelitian Eksperimen?
2) Bagaimana karakteristik Penelitian Eksperimen?
3) Bagaimana pengendalian Validitas internal dan validitas eksternal terhadap penelitian
eksperimen
4) Bagaimanakah Desain eksperimen?
C. TUJUAN PENULISAN
1) Mengetahui yang dimaksud dengan Penelitian Eksperimen?
2) Memahami karakteristik Penelitian Eksperimen?
3) Mengetahui pengendalian Validitas internal dan validitas eksternal terhadap penelitian
eksperimen
4) Mengetahui Desain eksperimen?
D. MANFAAT PENULISAN
Manfaat penulisan dari makalah ini adalah.
1) Sebagai bahan pustaka untuk bidang yang relevan,
2) Sebagai bahan aktualisasi diri, dan
3) Sebagai bahan penilaian perkuliahan
BAB II
PEMBAHASAN
2. Validitas Eksternal
Validitas ini mengacu pada kemampuan generalisasi suatu penelitian. Dimana
dibutuhkan kemampuan suatu sampel populasi yang benar-benar bisa digeneralisasikan ke
populasi yang lain pada waktu dan kondisi yang lain.
Campbell dan Stanley dalam Gay (1981) yang dikutip Emzir (2009) mengidentifikasi
beberapa ancaman terhadap validitas eksternal, diantaranya:
Interaksi Prates-Perlakuan, dimana biasanya sering muncul bila respons subjek berbeda pada
setiap perlakuan karena mengikuti prates.
Interaksi Seleksi-Perlakuan, dimana akibat yang muncul bila subjek tidak dipilih secara acak
sehingga seleksi subjek yang berbeda diasosiasikan dengan ketidakvalidan internal.
Spesifisitas Variabel, adalah suatu ancaman terhadap yang tidak mengindahkan
generalisabilitas dari desain eksperimental yang digunakan.
Pengaturan Reaktif, mengacu pada faktor-faktor yang diasosiasikan dengan cara bagaimana
penelitian dilakukan dan perasaan serta sikap subjek yang dilibatkan.
Interferensi Perlakuan Jamak, biasanya sering muncul bila subjek yang sama menerima lebih
dari satu perlakuan dalam pergantian.
Kontaminasi dan Bias Pelaku Eksperimen, sering muncul bila keakraban subjek dan peneliti
mempengaruhi hasil penelitian.
Pengendalian terhadap validitas eksternal dimaksudkan agar hasil penelitian dapat
digeneralisasikan atau diberlakukan ke situasi lain yang belum diteliti. Validitas eksternal ini
terdiri atas validitas populasi dan validitas ekologis. Validitas populasi berarti suatu hasil
penelitian dapat digeneralisasikan kepada populasi pensampelan atau kepada populasi lain
yang memiliki ciri khas yang sama meskipun populasi itu belum diteliti. Validitas ekologis
berarti suatu hasil peneliti harus menguraikan secara lengkap tentang kondisi pelaksanaan
eksperimen itu, sehingga para pembaca dapat menilai sejauh mana hasil eksperimen itu dapat
diterapkan ke situasi lain.
Pengendalian terhadap validitas ekologis meliputi:
a) Pengaruh perlakuan ganda, dikontrol dengan memberikan perlakuan yang sama atau hanya
dengan memberi satu perlakuan kepada masing-masing kelompok
subyek;
b) pelaksana dan subyek yang mengetahui status mereka dalam eksperimen (hawthome effect);
dikontrol dengan tidak memberitahukan keterlibatan pelaksana dan subyek dalam eksperimen
dan/atau pelaksanaan eksperimen disesuaikan dengan kondisi yang sebenamya,
c) pengaruh ciri khas pelaksana eksperimen dikendalikan dengan menggunakan pelaksana yang
sama atau yang memiliki kemampuan yang setara sebagai pelaksana eksperimen, baik pada
kelompok eksperimen, ataupun pada kelompok kontrol;
d) pengaruh tes awal dikendalikan dengan cara memberikan tes awal yang sama antara
Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dan/atau jika memungkinkan tidak memberikan
tes awal,
e) pengaruh ujian akhir dikendalikan dengan menggunakan instrumen, yang benar-benar
mewakili materi ajar dan ujian itu sendiri dilaksanakan sesegera mungkin setelah menberikan
perlakuan.
Untuk memastikan bahwa penelitian menghasilkan laporan yang valid, maka keseluruhan
ancaman validitas di atas harus dikendalikan oleh peneliti. Teknik yang dilakukan sangat
beragam, tergantung kebutuhan dan jenis ancaman yang muncul. Bila ancaman-ancaman ini
diabaikan, sangat mungkin hasil penelitian tidak valid dan tidak memberikan
kesimpulan yang berarti.
D. DESAIN EKSPERIMEN
Desain penelitian mempunyai dua batasan, yaitu secara luas dan secara sempit. Secara
sempit berarti penggambaran secara jelas tentang hubungan antara variabel sehingga
diperoleh gambaran keterkaitan antara variabel. Sedangkan secara luas berarti semua proses
yang diperlukan dalam penelitian, yang bermula dari penemuan ide sampai dengan pengujian
hipotesis dan pengambilan kesimpulan atas hasil pengujian tersebut.
Dikenal sejumlah desain penelitian eksperimen, yang dibagi dalam tiga kelompok besar,
yaitu: desain praeksperimen, desain eksperimen mumi, dan desain eksperimen semua.
1. Desain Pra eksperimen (Pre- Experimental Designs (Nondesigns))
Desain ini merupakan desain yang paling lemah karena tidak menggunakan variabel
kontrol dan hanya satu variabel. Tidak adanya kelompok kontrol menyebabkan peneliti akan
kesulitan untuk memastikan sejauh mana efektivitas perlakuan yang diberikan. Desain pra
eksperimen terdiri atas:
a. Desain Studi Kasus Satu Kelompok (One-Shot Cose Study)
Desain ini hanya menggunakan satu kelompok tanpa tes awal. Kelemahan utama desain ini
adalah, karena tidak menggunakan kelompok pengendalian tanpa tes awal, maka pelaksana
eksperimen tidak dapat beranggapan bahwa hasil akhir yang dicapai disebabkan oleh
perlakuan. Contoh desain studi kasus satu kelompok adalah sebagai berikut:
Desain studi kasus satu kelompok
Kelompok Perlakuan Tes
akhir
Eksperimen X Y
Desain ini tidak dianjurkan untuk digunakan karena tidak memiliki validitas internal. Skor
minat belajar yang dicapai siswa pada tes akhir mungkin saja disebabkan oleh variabel lain di
luar perlakuan yang diberikan.
b. Desain satu kelompok tes awal-akhir (One- Group Pretest-Posttest Design)
Desain ini menggunakan satu kelompok subyek yang diberi tes awal dan-tes akhir. Contoh
desain satu kelompok tes awal-akhir adalah sebagai berikut:
Desain satu kelompok tes awal- akhir
Kelompo Tes Awal Perlaku Tes
k an akhir
Eksperim Y1 X Y2
en
Kelemahan utama desain ini adalah karena tidak menggunakan kelompok kontrol, sehingga
peneliti tidak dapat beranggapan bahwa perubahan skor yang terjadi pada tes awal dan tes
akhir disebabkan oleh perlakuan yang diberikan. Namun selalu ada kemungkinan bahwa
variabel luarlah yang menyebabkan sebagian atau keseluruhan perubahan tersebut. Dengan
demikian maka desain ini juga tidak memiliki validitas internal.
c. Desain perbandingan dua kelompok statis (Intact-Group Comparison)
Desain ini mengunakan dua kelompok subyek yang diberi perlakuan yang berbeda. Kedua
kelompok itu ditetapkan tanpa acak (misalnya diambil kelas yang telah terbentuk) namun
diasumsikan memiliki kemampuan yang setara dalam semua aspek yang relevan, yang
berbeda hanyalah didalam pemberian perlakuan. Contoh desain perbandingan dua kelompok
statis adalah sebagai berikut:
Desain perbandingan dua kelompok statis
Kelompok Perlakuan Tes
acak akhir
Eksperimen X1 Y1
Kontrol X2 Y2
Adanya kelompok kontrol menyebabkan desain ini dapat mengontrol ancaman beberapa
variabel luar, misalnya: sejarah, kematangan dan regresi statistik.
d. Desain dua kelompok statis tes awal-akhir.
Desain ini menggunakan dua kelompok subyek yang diberi perlakuan berbeda dan diberi
tes awal dan tes akhir. Kedua kelompok itu ditetapkan tanpa acak (intact group) namun
diasumsikan memiliki kekemampuan yang setara. Contoh desain dua kelompok statis tes
awal-akhir adalah sebagai berikut :
Desain dua kelompok statis tes awal-akhir
Kelompok Tes Perlakuan Tes
acak Awal akhir
Eksperimen Y1 X1 Y1
Kontrol Y2 X2 Y2
Adanya tes awal dan kelompok control menyebabkan desain ini memiliki beberapa
kelebihan dibanding dengan desain pra eksperimen lainnya, yaitu memungkinkan untuk
mengontrol ancaman beberapa variabel luar, seperti: ciri khas subyek, sejarah,kematangan,
dan regresi statistik. Namun disisi lain, penggunaan tes awal juga sekaligus menyebabkan
peneliti sulit untuk mengontrul efek dan pengujian.
2. Desain Eksperimen Murni (Tru-Experimental design)
Perbedaan utama antara desain eksperimen murni dengan desain lainnya adalah adanya
penagacakan subyek baik pada kelompok eksperimen ataupun pada kelompok kontrol.
Sementara itu, pengacakan subyek penelitian merupakan teknik yang paling tepat untuk
mengontrol ancaman ciri khas subyek terhadap validitas internal hasil penelitian.
Terdapat beberapa desain eksperimen murni yang sering digunakan dalam penelitian
pendidikan, diantaranya adalah desain tes akhir dua kelompok diacak, desain tes awal-akhir
dua kelompok diacak, desain tes awal-akhir dipadankan dan diacak, desain empat kelompok
solomon diacak.
b. Desain Tes Awal-Akhir Dua kelompok diacak (Pretest-posttest control group design)
Desain ini memerlukan dua kelompok subyek yang dipilih secara acak dan dan masing-
masing kelompok dites sebanyak dua kalo, yaitu diiberi tes awal sebelum perlakuan dan tes
akhir setelah perlakuan. Pengjian dilakukan secara bersamaan kepada kedua keloompok
tersebut.
Desain tes awal-akhir dua kelompok diacak
Kelompok acak Tes awal Perlakuan Tes akhir
Eksperimen Y1 X1 Y2
Kontrol Y2 X2 Y2
Kekuatan utama desain ini terletak pada pengacakan, yang menjamin adanya kesamaan
stastistik antara kedua kelompok itu sebelum eksperimentasi. Namun penggunaan tes awal
menyebabkan validitas hasil perlakuan terancam oleh pengaruh iteraksi tes denagn
perlakuan, pengaruh pengujian, dan pengaruh instrumentasi.
O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8
Hasil pre test yang baik adalah O1 = O2= O3 = O4 dan perlakuan yang baik adalah O5 = O6
= O7 = O8. besarnya pengaruh perlakuan adalah= (O5 + O6 + O7 O8) – (O1 + O2 + O3 +
O4).
Desain seri waktu satu kelompok dapat pula diperluas dengan menggunakan kelompok
kontrol. Penggunaan kelompok kontrol pada desain ini akan dapar mengatasi kelemahan
desain yang pertama, seperti ancaman sejarah dan regresi statistik. Namun pengujian
beberapa kali pada kedua desain ini menyulitkan untuk mengndalikan efek pengujian,
instrumentasi,interaksi tes dengan perlakuan, dan/atau sikap subyek.
c. Desain berimbang
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain
ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Dalam
desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati
kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada
diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan postes.
Desain berimbang merupakan cara lain untuk menyetarakan kelompok-kelompok subyek
penelitian. Dalam desainini semua kelompok diberi perlakuan yang sama dalam waktu yang
berbeda selama masa eksperimen. Pengaruh perlakuan dapat diketahui dengan cara
membandingkan rata-raata skor tes akhir pada masing-masing perlakuan. Dalam hal ini
dengan membandingkan rata-rata skor akhir tes semua kelompok pada perlakuan 1,2,dan 3.
Desain ini efektif untuk mengendalikan ancaman ciri khas subyek terhadap validitas internal,
namun ancaman-ancaman pengaruh perlakuan ganda terhadap validitas eksternal sulit untuk
di kendalikan. Contoh desain berimbang adalah sebagai berikut :
Desain berimbang tiga kelompok
Kelompok Perlakuan Tes Perlakuan tes Perlakuan tes
A X1 Y1 X2 Y2 X3 Y3
B X2 Y1 X3 Y2 X1 Y3
C X3 Y1 X1 Y2 X2 Y3
Desain ini melibatkan tiga kelompok subyek, dimana:
1. Kelompok A pada awalnya diberi perlakuan 1 diikuti oleh perlakuan 2 dan perlakuan 3. Pada
akhir masing-masing perlakuan diberi tes akhir
2. Keelompok B pada awalnya diberi perlakuan 2 diikuti oleh [perlakuan 3 dan perlakuan 1.
Pada akhir masing-masing perlakuan diberi tes akhir.
3. Kelompok C pada awalnya diberi perlakuan 3 diikuti oleh perlakuan 1 dan perlakuan 2. Pada
akhir masing-masing perlakuan diberi tes akhir.
a. A-B-C Y1 X1 Y2 X2 Y1 Y2 Y3 Y4 Y1 X1 Y2 X2
Y1 Y2 Y3 Y4 Y3 X3 Y4 X4 Periode tanpa Y3 X3 Y4 X4
Periode tanpa Periode perlakuan Periode
perlakuan perlakuan A perlakuan
A B B
Pada periode tanpa perlakuan subyek penelitian dites beberapa kali samapai diperoleh
hasil yang konsisten. Pada periode perlakuan, subyek penelitian diberi perlakuan beberapa
kali yang diikuti dengan tespada setiap akhir perlakuan. Jika ditemukan adnya peningkatan
hasil yang dicapai setiap akhir perlakuan maka eksperimen itu dapat dikatakan efektif. Untuk
lebih meyakinkan sejumalah efektifitas perlakuan yang diberikan maka siklus perlakuan dan
tanpa perlakuan dapat diulangi beberapa kali seperti terlihat dalam desain A-B-A dan A-B-A-
B pada tabel diatas.
Daftar Pustaka
1.Arikunto, Suharsimi : Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta: 2006.
2.Domu, Ichdar : Bahan Kuliah Metodologi Penelitian, Program Studi Manajemen Pendidikan Pasca
Sarjana Universitas Negeri Manado: 2009.
3.Emzir : Metodologi Penelitian Pendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta:
2009.
4.Sugiyono : Metodologi Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Alfabeta, Bandung: 2009.