Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu penelitian yang sering dilakukan oleh seorang peneliti di bidang pendidikan
adalah penelitian eksperimen. Dalam penelitian eksperimen, variabel -variabel yang ada
termasuk variabel bebas atau independent variabel dan variabel terikat (dependent
variabel), sudah ditentukan secara tegas oleh para peneliti sejak awal penelitian.
Variabel bebas biasanya merupakan variabel yang dimanipulasi secara sistematis. Di
bidang pendidikan, yang diidentifikasi sebagai variabel bebas diantaranya termasuk: metode
mengajar, macam-macam penguatan (reinforcement), frekuensi penguatan, sarana prasarana
pendidikan, lingkungan belajar, materi belajar, jumlah kelompok belajar, dan sebagainya.
Sedangkan variabel terikat yang sering juga disebut sebagai criterion variabel merupakan
variabel yang diukur sebagai akibat adanya manipulasi pada
variabel bebas. Variabel terikat ini disebut dependent variabel karena memang fungsi
mereka tergantung dari variabel bebas. Yang sering dikelompokkan sebagai variabel terikat
di bidang pendidikan, misalnya hasil belajar siswa, kesiapan belajar siswa, kemandirian
siswa, dan sebagainya.
Salah satu contoh, misalnya pada waktu melihat prestasi siswanya rendah seorang guru
sudah berpikir bagaimana cara mengatasinya. Untuk itu, berdasarkan hasil diklat yang
diikutinya, mereka ingin mencoba menerapkan melalui penelitian. Apakah hasil belajar siswa
yang diajar dengan metode belajar yang selama ini dilakukan lebih jelek dibandingkan
dengan metode baru yang diperoleh waktu diklat. Untuk mencoba guru tersebut tidak
memahami jenis penelitian apa yang tepat digunakan untuk mengatasi masalah itu? Belum
semua guru menguasai berbagai jenis penelitian. Jenis penelitian yang sering digunakan guru
dalam mengatasi masalah pembelajaran adalah penelitian tindakan kelas, penelitian
deskriptif, penelitian korelasional, dan penelitian eksperimen. Jenis pendekatan penelitian
yang paling tepat untuk merealisasi kegiatan guru dalam membandingkan dua metode
pembelajaran terhadap hasil belajar adalah melalui penelitian eksperimen.
Apakah penelitian eksperimen itu? Apa tujuannya? Bagaimana cara melakukan yang
benar? Bagaimana menulis laporan hasil penelitiannya agar memenuhi syarat dan dapat nilai
kreditnya? Marilah kita belajar bersama untuk memahami dan kemudian melaksanakan
secara hati-hati dan terarah.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, kami memberikan rumusan masalah sebagai berikut.
1) Apa yang dimaksud dengan Penelitian Eksperimen?
2) Bagaimana karakteristik Penelitian Eksperimen?
3) Bagaimana pengendalian Validitas internal dan validitas eksternal terhadap penelitian
eksperimen
4) Bagaimanakah Desain eksperimen?

C. TUJUAN PENULISAN
1) Mengetahui yang dimaksud dengan Penelitian Eksperimen?
2) Memahami karakteristik Penelitian Eksperimen?
3) Mengetahui pengendalian Validitas internal dan validitas eksternal terhadap penelitian
eksperimen
4) Mengetahui Desain eksperimen?

D. MANFAAT PENULISAN
Manfaat penulisan dari makalah ini adalah.
1) Sebagai bahan pustaka untuk bidang yang relevan,
2) Sebagai bahan aktualisasi diri, dan
3) Sebagai bahan penilaian perkuliahan
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENELITIAN EKSPERIMEN


Penelitian eksperimen merupakan suatu penelitian yang menjawab pertanyaan “jika kita
melakukan sesuatu pada kondisi yang dikontrol secara ketat maka apakah yang akan
terjadi?”. Untuk mengetahui apakah ada perubahan atau tidak pada suatu keadaan yang di
control secara ketat maka kita memerlukan perlakuan (treatment) pada kondisi tersebut dan
hal inilah yang dilakukan pada penelitian eksperimen. Sehingga penelitian eksperimen dapat
dikatakan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiono : 2010).
Menurut Solso & MacLin (2002), penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang di
dalamnya ditemukan minimal satu variabel yang dimanipulasi untuk mempelajari hubungan
sebab-akibat. Oleh karena itu, penelitian eksperimen erat kaitanya dalam menguji suatu
hipotesis dalam rangka mencari pengaruh, hubungan, maupun perbedaan perubahan terhadap
kelompok yang dikenakan perlakuan.
Menurut Yatim Riyanto (1996:28-40), penelitian eksperimen merupakan penelitian yang
sistematis, logis, dan teliti didalam melakukan kontrol terhadap kondisi. Dalam pengertian
lain, penelitian eksperimen adalah penelitian dengan melakukan percobaan terhadap
kelompok eksperimen, kepada tiap kelompok eksperimen dikenakan perlakuan-perlakuan
tertentu dengan kondisi-kondisi yang dapat di kontrol.
Wiersma (1991) dalam Emzir (2009) mendefinisikan eksperimen sebagai suatu situasi
penelitian yang sekurang-kurangnya satu variabel bebas, yang disebut sebagai variabel
eksperimental, sengaja dimanipulasi oleh peneliti.
Arikunto (2006) mendefinisikan eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan
sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti
dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang
mengganggu.
Jadi, dengan kata lain, suatu penelitian eksperimen pada prinsipnya dapat didefinisikan
sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab
akibat (causal-effect relationship). Contoh hubungan sebab akibat dibidang pendidikan
misalnya, seorang mahasiswa yang mempunyai nilai matematika tinggi cenderung berhasil
dalam menyelesaikan mata kuliah merencana mesin. Penelitian eksperimen pada umumnya
dilakukan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan sesuatu jika
dilakukan pada kondisi yang dikontrol dengan teliti, maka apa yang akan terjadi?. Disamping
itu, penelitian eksperimen dilakukan oleh peneliti dengan tujuan mengatur situasi dimana
pengaruh beberapa variabel terhadap satu atau variabel terikat dapat diidentifikasi.

B. KARAKTERISTIK PENELITIAN EKSPERIMEN


Ciri utama penelitian eksperimen yang membedakannya dengan semua jenis penelitian
lainnya adalah perlakuan atau manipulasi ternadap variabel bebas untuk mengetahui efeknya
terhadap variabel terikat. Variabel yang dilibatkan, yaitu variabel bebas dan variabel terikat,
sudah ditetapkan secara tegas oleh peneliti sejak awal penelitian. Variabel bebas (disebut juga
variabel perlakuan, variabel independen, atau variabel penyebab) adalah variabel yang
dimanipulasi secara sistematis dalam eksperimen. Contoh variabel bebas adalah metode
pembelajaran, ienis-jenis penguatan, frekuensi penguatan media pembelajaran, iingkungan
belajar, mater pembelajaran, jumlah kelompok belajar, dan sebagainya. Sedangkan variabel
terikat (disebut iuga variabel kriteria atau variabel dependen) adalah variabel yang diukur
sebagai akibat adanya perlakuan terhadap variabel bebas. Contoh variabel terikat dalam
penelitian pendidikan, antara lain adalah hasil belajar siswa, kesiapan belajar siswa,
kemandirian belajar, dan/atau skor tes.
Menurut Christensen (1988), penelitian eksperimen memiliki beberapa ciri khas, yaitu:
a. Variabel penelitian dan situasi perlakuan diatur secara ketat, dengan menetapkan perlakuan,
kontrol. dan pengacakan.
b. Adanya kelompok pergendali sebagai pembanding bagi kelompok eksperimen.
c. Mengendalikan variansi untuk memaksimalkan variansi variabel yang berkaitan dengan
hipotesis penelitian, meminimalisir variansi variabel pengganggu yang mungkin
mempengaruhi hasil eksperimen. juga meminimalisir variansi kekeliruan. termasuk
kekeliruan pengukuran. Pemilihan dan penentuan subyek serta penempatan subyek dalam
kelompok perlakuan dan kelompok pengendalian juga dilakukan secara acak.
d. Validitas internal diperlukan pada desain eksperimen guna mengetahui apakah manipulasi
benar-benar berdampak pada perbedaan hasil yang dicapai.
e. Validitas eksternal berkaitan dengan bagaimana keterwakilan populasi dan
ketergeneralisasian hasil eksperimen.
Eksperimen dalam bidang pendidikan berdasarkan lokasinya dapat dibedakan atas dua
bentuk, yaitu eksperimen di laboratorium dan eksperimen di luar laboratorium. Eksperimen
di laboratorium dilaksanakan Peneliti dalam sebuah ruangan tertutup atau dalam kondisi
tertentu untuk meningkatkan akurasi hasil penelitian. Sedangkan eksperimen di luar
laboratorium (juga disebut eksperimen lapangan) biasanya dilakukan oleh peneliti guna
mendapatkan hasil eksperimen dalam lingkungan yang sebenamya, misalnya di kelas atau di
masyarakat.
Dari kedua bentuk penelitian eksperimen tersebut eksperimen diluar laboratorium adalah
bentuk eksperimen yang paling banyak dilakukan, karena mempunyai beberapa keunggulan,
misalnya:
a. lebih mudah dalam pemberian perlakuan;
b. memungkinkan untuk melakukan eksperimen pada kondisi yang sebenarnya;
c. hasil eksperimen lebih sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh para pendidik.
Sedangkan kelemahan utamanya adalah sulit untuk mengendalikan variabel-variabel luar
yang mengancam validitas internal dan validitas eksternal hasil eksperimen.
Eksperimen laboratorium memiliki keunggulan utama, yaitu sangat cocok untuk
mendalami masalah yang berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk
ilmu pendidikan. Dalam pelaksanaan eksperimen ini memungkinkan untuk mengendalikan
variabel-variabel luar yang mengancam validitas internal dan validitas eksternal hasil
eksperimen. Namun karena ketatnya pengendalian terhadap variabel-variabel luar, sehingga
hasil eksperimen ini adakalanya tidak memungkinkan untuk diterapkan pada kondisi yang
sebenarnya.
Ada tiga hal yang menjadi karakteristik penelitian eksperimental:
1. Manipulasi, dimana peneliti menjadikan salah satu dari sekian variabel bebas untuk menjadi
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh peneliti, sehingga variabel lain dipakai sebagai
pembanding yang bisa membedakan antara yang memperoleh perlakuan/manipulasi dengan
yang tidak memperoleh perlakuan/manipulasi.
2. Pengendalian, dimana peneliti menginginkan variabel yang diukur itu mengalami kesamaan
sesuai dengan keinginan peneliti dengan menambahkan faktor lain ke dalam variabel atau
membuang faktor lain yang tidak diinginkan peneliti dari variable.
3. Pengamatan, dimana peneliti melakukan suatu kegiatan mengamati untuk mengetahui apakah
ada pengaruh manipulasi variabel (bebas) yang telah dilakukannya terhadap variabel lain
(terikat) dalam penelitian eksperimental yang dilakukannya.
Danim (2002) menyebutkan beberapa karakteristik penelitian eksperimen, yaitu :
1. Variabel-veniabel penelitian dan kondisi eksperimen diatur secara tertib ketat (rigorous
management), baik dengan menetapkan kontrol, memanipulasi langsung, maupun random
(acak).
2. Adanya kelompok kontrol sebagai data dasar (base line) untuk dibandingkan dengan
kelompok eksperimen.
3. Penelitian ini memusatkan diri pada pengontrolan variansi, untuk memaksimalkan variansi
variabel yang berkaitan dengan hipotesis penelitian, meminimalkan variansi variabel
pengganggu yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi tidak menjadi tujuan
penelitian. Di samping itu, penelitian ini meminimalkan variansi kekeliruan, termasuk
kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya pemilihan dan penentuan subjek, serta
penempatan subjek dalarn kelompok-kelompok dilakukan secara acak.
4. Validitas internal (internal validity) mutlak diperlukan pada rancangan penelitian
eksperimen, untuk mengetahui apakah manipulasi eksperimen yang dilakukan pada saat studi
ini memang benar-benar menimbulkan perbedaan.
5. Validitas eksternalnya (external validity) berkaitan dengan bagaimana kerepresentatifan
penemuan penelitian dan berkaitan pula dengan menggeneralisasikan pada kondisi yang
sama.
6. Semua variabel penting diusahakan konstan, kecuali variabel perlakuan yang secara sengaja
dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.
Selain itu, dalam penelitian eksperimen ada tiga unsur penting yang harus diperhatikan
dalam melakukan penelitian ini, yaitu kontrol, manipulasi, dan pengamatan. Variabel kontrol
disini adalah inti dari metode eksperimental, karena variabel control inilah yang akan menjadi
standar dalam melihat apakah ada perubahan, maupun perbedaan yan terjadi akibat perbedaan
perlakuan yang diberikan. Sedangkan manipulasi disini adalah operasi yang sengaja
dilakukan dalam penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini, yang dimanipulasi adalah
variabel independent dengan melibatkan kelompok-kelompok perlakuan yang kondisinya
berbeda. Setelah peneliti menerapkan perlakuan eksperimen, ia harus mengamati untuk
menentukan apakah hipotesis perubahan telah terjadi (Observasi).
Dari beberapa penjelasan diatas secara garis besar dapat kita simpulkan karakteristik
penelitian eksperimen adalah antara lain :
1. Menggunakan kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk dibandingkan dengan
kelompok yang dikenai perlakuan eksperimental.
2. Menggunakan sedikitnya dua kelompok
3. Harus mempertimbangkan kesahihan ke dalam (internal validity).
4. Harus mempertimbangkan kesahihan keluar (external validity).
C. PENGENDALIAN VALIDITAS INTERNAL DAN VALIDITAS EKSTERNAL
TERHADAP PENELITIAN EKSPERIMEN
Suatu eksperimen dikatakan valid jika hasil yang diperoleh hanya disebabkan oleh
variabel bebas yang dimanipulasi, dan jika hasil tersebut dapat digeneralisasikan pada situasi
di luar setting eksperimental (Emzir:2009) Sehingga ada dua kondisi yang harus diterima
yakni faktor internal dan eksternal.
Untuk meyakinkan bahwa desain penelitian eksperimen layak untuk pengujian hipotesis
penelitian, maka dilakukan pengendalian terhadap validitas internal dan validitas eksternal.
1. Validitas Internal
Pengendalian terhadap validitas internal dimaksudkan agar hasil penelitian yang
diperoleh dapat mencerminkan hasil pelakuan yang diberikan dan dapat digeneralisasikan ke
populasi pensampelan. Pengendalian validitas internal dari suatu desain penelitian sangat
dibutuhkan agar hasil penelitian yang diperoleh benar-benar rnerupakan akibat dari pelakuan
yang diberikan. Beberapa variabel yang mengancam validitas internal sehingga harus
dikendalikan dalam penelitian eksperimen adalah:
a. Ciri khas subyek. Beberapa ciri khas subyek yang mempengaruhi hasil eksperimen adalah:
umur, jenis kelamin, kecakapan. intelegensi, status sosial ekonomi, agama, kemampuan
membaca. kematangan, dan lain-lain. pada suatu eksperimen mungkin saja kelompok-
kelompok subjek yang dikenal perlakuan kebetulan, mempunyai ciri khas yang berbeda,
sehingga hasil yang dicapai menjadi berbeda yang disebabkan oleh ciri khas yang berbeda
tersebut, bukan karena hasil perlakuan. Ciri khas responden dapat dikendalikan melalui
pemilihan secara acak, melalui pengunaan kelompok yang setara, dan/atau melalui pemilihan
kelas paralel yang mempunvai ciri khas yang sama sebagai kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
b. Lokasi. Ancaman lokasi penelitian terjadi karena pemilihan lokasi penelitian yang berbeda,
baik dari segi ketersediaan fasilitas belajar, kemampuan mengajar guru tingkat kecerdasan
siswa, ataupun faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Pengaruh lokasi
penelitian antara lain dapat dikendalikan melalui pemilihan sekolah-sekolah yang memiliki
kualifikasi yang sama, kelas yang memiliki fasilitas dan kondisi ruang belajar yang sama, dan
kelas yang memiliki siswa yang memiliki kemampuan yang setara
c. Instrumentasi. Penggunaan instrumen penelitian ada kalanya juga dapat mengancam
validitas internal hasil perlakuan. Beberapa ancaman yang terkait dengan instrumentasi,
antara lain: penggunaan instrumen yang tidak valid dan tidak reliabel, penggunaan instrumen,
yang berbeda pada kelompok-kelompok subyek penelitian, pengujian yang dilakukan pada
waktu yang berbeda, penskoran yang tidak obyektif. perbedaan kecemasan subyek terhadap
tes, dan/atau pengumpul data yang berpihak pada kelompok tertentu. Pengaruh instrumentasi
dikendalikan dengan cara menggunakan instrumen yang valid dan reliabel, penggunaan
instrumen yang sama pada kelompok - kelompok subyek penelitian, pengujian dilakukan
bersamaan pada kelompok-kelompok subyek penelitian, penskoran secara obyektif,
dan/atau penggunaan pelaksana eksperimen yang tidak berpihak pada kelompok-kelompok
tertentu.
d. Pengujian. Dalam penelitian eksperimen ada kalanya dilakukan dua kali tes, yaitu tes awal
dan tes akhir. Pemberian tes awal ini mungkin akan mendorong siswa untuk lebih berhati-
hati, lebih responsif terhadap perlakuan, lebih termotivasi untuk belajar, atau sebagian
subyek yang kuat ingatannya mungkin masih tetap mengingat jawabannya pada tes awal
terutama pada penggunaan tes awal dan tes akhir yang sama, akibatnya akan
mempengaruhi hasil yang dicapai pada tes akhir, apapun jenis perlakuan yang diberikan.
e. Sejarah. Hal ini dimaksudkan sebagai semua kejadian di luar perlakuan yang muncul
bersamaan dengan pelaksanaan eksperimen sehingga sangat mungkin hasil eksperimen akan
terganggu atau terkotori oleh adanya kejadian tersebut. Pengaruh sejarah dikontrol melalui
pengacakan dan melalui pemberian perlakuan dalam jangka waktu yang sama.
f. Kematangan. Manusia pada umumnya selalu rnengalami perubahan. Perubahan itu berkaitan
dengan proses kematangan, baik biologis maupun psikologis. Dengan bertambahnva
kematangan pada subjek ini akan berpengaruh terhadap variabel terikat. Dengan demikian,
maka perubahan yang terjadi pada variabel terikat bukan saja karena adanya eksperimen,
tetapi juga disebabkan proses kematangan pada subjek yang mendapatkan perlakuan.
Variabel ini dapat dikendalikan antara lain dengan cara pengacakan subyek dan/atau melalui
pemberian perlakuan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, namun masih memenuhi
persyaratan penelitian, sehingga subyek penelitian tidak sampai mengalami perubahan fisik
dan mental yang dapat mempengaruhi hasil perlakuan.
g. Sikap subyek. Cara subyek dalam menanggapi dan terlibat dalam penelitian akan dapat
mengancam validitas internal hasil perlakuan. Hal ini biasa dikenal dengan pengaruh
"hawthome". Jika suatu kelompok subyek mengetahui statusnya sebagai kelompok
eksperimen maka mungkin mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai hasil
yang lebih baik, atau sebaliknya mungkin akan besikap tidak perduli terhadap perlakuan
itu sehingga hasil yang dicapai tidak sesuai dengan kemampuan mereka yang sebenarnya.
Akibatnya hasil yang dicapai dalarn kondisi seperti ini tidak akan valid secara internal.
Pengaruh hawthome ini dikontrol dengan tidak memberitahukan status subyek sebagai
kelompok eksperimen, melaksanakan eksperimen sesuai dengan kondisi apa adanya, dan/atau
dengan menggunakan guru yang sudah dikenal siswa sehingga pembelajaran tetap berjalan
sebagaimana mestinya.
h. Kehilangan subyek. Ancaman ini terjadi apabila dalam proses pelaksanaan eksperimen
beberapa anggota kelompok keluar karena alasan-alasan tertentu, misalnya: sakit, pindah
sekolah, tidak mengikuti tes akhir, dan/atau tidak menjawab instrumen pengukuran.
Keluarnya anggota kelompok ini mungkin akan mempengaruhi hasil eksperimen. Misalkan
subyek yang keluar pada kelompok eksperimen memiliki skor rendah pada tes awal maka
pada tes akhir rata-rata kelompok eksperimen akan meningkat bukan karena hasil perlakuan
tetap; karena keluamya beberapa subyek yang mempunyai skor rendah.
i. Regresi statistik. Regresi statistik disebut juga menurun ke rata-rata adalah suatu fenomena
yang kadang-kadang terjadi sebagai akibat dari penetapan subyek eksperimen berdasarkan
skor tertinggi dan skor terendah pada tes awal. Pada kenyataannva, subyek yang memperoleh
skor tertinggi pada tes awal akan cenderung menurun. (mendekati rata-rata) pada tes akhir,
sebaliknya subvek yang memperoleh skor terendah pada tes awal akan cenderung meningkat
(mendekati rata-rata) pada tes akhir. Peningkatan atau penurunan skor ini mungkin
disebabkan oleh antara lain: kesalahan pemilihan subyek, penggunaan instrumen yarg
berbeda antara tes awal dan tes atau tes akhir, dan/atau penggunaan instrumen yang tidak
valid dan tidak reliabel. untuk mengatasi masalah ini maka peneliti perlu berhati-hati dalam
memillki subyek penelitian serta menggunakan instrumen yang yang valid dan relabel, baik
pada tes oval ataupun pada tes akhir.
j. Harapan pelaksana eksperimen. Karena satu dan lain hal, pelaksana eksperimen, secara
sadar atau tidak sadar sangat mungkin, mempunyai pengharapan tertentu atas
berhasilnya eksperimen. Akibat dari adanya harapan ini sangat mungkin tanpa sadar
yang bersangkutan memberikan kunci- kunci keberhasilan kepada subjek
eksperimen. Akibatnya, hasil eksperimen akan dikotori oleh pengaruh harapan pelaksana
eksperimen tersebut. Cara mengatasinya adalah menggunakan pelaksana eksperimen yang
tidak tahu atau tidak sadar kalau dia sedang melakukan eksperimen.
k. Pemilihan subyek. Dalam pemilihan subyek penelitian mungkin terjadi kesalahan.
Kemampuan awal kelompok yang satu mungkin berbeda dengan kemampuan awal kelompok
lainnya. Akibatnya, validitas internal hasil eksperimen akan terancam akibat dari perbedaan
kemampuan awal tersebut. Ancaman ini dapat diatasi dengan pemilihan subyek yang
benar-benar setara, misalnya pemilihan subyek secara acak atau melalui penggunaan
kelompok yang sepadan.
l. Interaksi kematangan dan seleksi. Ancaman ini sering terjadi pada desain eksperimen semu,
dimana kelompok-kelompok yang diteliti diambil apa adanya tanpa melalui pengacakan
(misalnya kelas yang sudah terbentuk disekolah). Kendatipun pada tes awal beberapa kelas
yang dibandingkan mempunyai rata-rata kemampuan yang setara, namun jika tingkat
kematangan suatu kelas lebih cepat dari kelas lainnya maka hal ini kemungkinan akan
menyebabkan perbedaan hasil akhir perlakuan. Jika hal ini tidak dikendalikan maka hasil
penelitian ini menjadi tidak valid secara internal.

2. Validitas Eksternal
Validitas ini mengacu pada kemampuan generalisasi suatu penelitian. Dimana
dibutuhkan kemampuan suatu sampel populasi yang benar-benar bisa digeneralisasikan ke
populasi yang lain pada waktu dan kondisi yang lain.
Campbell dan Stanley dalam Gay (1981) yang dikutip Emzir (2009) mengidentifikasi
beberapa ancaman terhadap validitas eksternal, diantaranya:
 Interaksi Prates-Perlakuan, dimana biasanya sering muncul bila respons subjek berbeda pada
setiap perlakuan karena mengikuti prates.
 Interaksi Seleksi-Perlakuan, dimana akibat yang muncul bila subjek tidak dipilih secara acak
sehingga seleksi subjek yang berbeda diasosiasikan dengan ketidakvalidan internal.
 Spesifisitas Variabel, adalah suatu ancaman terhadap yang tidak mengindahkan
generalisabilitas dari desain eksperimental yang digunakan.
 Pengaturan Reaktif, mengacu pada faktor-faktor yang diasosiasikan dengan cara bagaimana
penelitian dilakukan dan perasaan serta sikap subjek yang dilibatkan.
 Interferensi Perlakuan Jamak, biasanya sering muncul bila subjek yang sama menerima lebih
dari satu perlakuan dalam pergantian.
 Kontaminasi dan Bias Pelaku Eksperimen, sering muncul bila keakraban subjek dan peneliti
mempengaruhi hasil penelitian.
Pengendalian terhadap validitas eksternal dimaksudkan agar hasil penelitian dapat
digeneralisasikan atau diberlakukan ke situasi lain yang belum diteliti. Validitas eksternal ini
terdiri atas validitas populasi dan validitas ekologis. Validitas populasi berarti suatu hasil
penelitian dapat digeneralisasikan kepada populasi pensampelan atau kepada populasi lain
yang memiliki ciri khas yang sama meskipun populasi itu belum diteliti. Validitas ekologis
berarti suatu hasil peneliti harus menguraikan secara lengkap tentang kondisi pelaksanaan
eksperimen itu, sehingga para pembaca dapat menilai sejauh mana hasil eksperimen itu dapat
diterapkan ke situasi lain.
Pengendalian terhadap validitas ekologis meliputi:
a) Pengaruh perlakuan ganda, dikontrol dengan memberikan perlakuan yang sama atau hanya
dengan memberi satu perlakuan kepada masing-masing kelompok
subyek;
b) pelaksana dan subyek yang mengetahui status mereka dalam eksperimen (hawthome effect);
dikontrol dengan tidak memberitahukan keterlibatan pelaksana dan subyek dalam eksperimen
dan/atau pelaksanaan eksperimen disesuaikan dengan kondisi yang sebenamya,
c) pengaruh ciri khas pelaksana eksperimen dikendalikan dengan menggunakan pelaksana yang
sama atau yang memiliki kemampuan yang setara sebagai pelaksana eksperimen, baik pada
kelompok eksperimen, ataupun pada kelompok kontrol;
d) pengaruh tes awal dikendalikan dengan cara memberikan tes awal yang sama antara
Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dan/atau jika memungkinkan tidak memberikan
tes awal,
e) pengaruh ujian akhir dikendalikan dengan menggunakan instrumen, yang benar-benar
mewakili materi ajar dan ujian itu sendiri dilaksanakan sesegera mungkin setelah menberikan
perlakuan.
Untuk memastikan bahwa penelitian menghasilkan laporan yang valid, maka keseluruhan
ancaman validitas di atas harus dikendalikan oleh peneliti. Teknik yang dilakukan sangat
beragam, tergantung kebutuhan dan jenis ancaman yang muncul. Bila ancaman-ancaman ini
diabaikan, sangat mungkin hasil penelitian tidak valid dan tidak memberikan
kesimpulan yang berarti.
D. DESAIN EKSPERIMEN
Desain penelitian mempunyai dua batasan, yaitu secara luas dan secara sempit. Secara
sempit berarti penggambaran secara jelas tentang hubungan antara variabel sehingga
diperoleh gambaran keterkaitan antara variabel. Sedangkan secara luas berarti semua proses
yang diperlukan dalam penelitian, yang bermula dari penemuan ide sampai dengan pengujian
hipotesis dan pengambilan kesimpulan atas hasil pengujian tersebut.
Dikenal sejumlah desain penelitian eksperimen, yang dibagi dalam tiga kelompok besar,
yaitu: desain praeksperimen, desain eksperimen mumi, dan desain eksperimen semua.
1. Desain Pra eksperimen (Pre- Experimental Designs (Nondesigns))
Desain ini merupakan desain yang paling lemah karena tidak menggunakan variabel
kontrol dan hanya satu variabel. Tidak adanya kelompok kontrol menyebabkan peneliti akan
kesulitan untuk memastikan sejauh mana efektivitas perlakuan yang diberikan. Desain pra
eksperimen terdiri atas:
a. Desain Studi Kasus Satu Kelompok (One-Shot Cose Study)
Desain ini hanya menggunakan satu kelompok tanpa tes awal. Kelemahan utama desain ini
adalah, karena tidak menggunakan kelompok pengendalian tanpa tes awal, maka pelaksana
eksperimen tidak dapat beranggapan bahwa hasil akhir yang dicapai disebabkan oleh
perlakuan. Contoh desain studi kasus satu kelompok adalah sebagai berikut:
Desain studi kasus satu kelompok
Kelompok Perlakuan Tes
akhir
Eksperimen X Y
Desain ini tidak dianjurkan untuk digunakan karena tidak memiliki validitas internal. Skor
minat belajar yang dicapai siswa pada tes akhir mungkin saja disebabkan oleh variabel lain di
luar perlakuan yang diberikan.
b. Desain satu kelompok tes awal-akhir (One- Group Pretest-Posttest Design)
Desain ini menggunakan satu kelompok subyek yang diberi tes awal dan-tes akhir. Contoh
desain satu kelompok tes awal-akhir adalah sebagai berikut:
Desain satu kelompok tes awal- akhir
Kelompo Tes Awal Perlaku Tes
k an akhir
Eksperim Y1 X Y2
en
Kelemahan utama desain ini adalah karena tidak menggunakan kelompok kontrol, sehingga
peneliti tidak dapat beranggapan bahwa perubahan skor yang terjadi pada tes awal dan tes
akhir disebabkan oleh perlakuan yang diberikan. Namun selalu ada kemungkinan bahwa
variabel luarlah yang menyebabkan sebagian atau keseluruhan perubahan tersebut. Dengan
demikian maka desain ini juga tidak memiliki validitas internal.
c. Desain perbandingan dua kelompok statis (Intact-Group Comparison)
Desain ini mengunakan dua kelompok subyek yang diberi perlakuan yang berbeda. Kedua
kelompok itu ditetapkan tanpa acak (misalnya diambil kelas yang telah terbentuk) namun
diasumsikan memiliki kemampuan yang setara dalam semua aspek yang relevan, yang
berbeda hanyalah didalam pemberian perlakuan. Contoh desain perbandingan dua kelompok
statis adalah sebagai berikut:
Desain perbandingan dua kelompok statis
Kelompok Perlakuan Tes
acak akhir
Eksperimen X1 Y1
Kontrol X2 Y2
Adanya kelompok kontrol menyebabkan desain ini dapat mengontrol ancaman beberapa
variabel luar, misalnya: sejarah, kematangan dan regresi statistik.
d. Desain dua kelompok statis tes awal-akhir.
Desain ini menggunakan dua kelompok subyek yang diberi perlakuan berbeda dan diberi
tes awal dan tes akhir. Kedua kelompok itu ditetapkan tanpa acak (intact group) namun
diasumsikan memiliki kekemampuan yang setara. Contoh desain dua kelompok statis tes
awal-akhir adalah sebagai berikut :
Desain dua kelompok statis tes awal-akhir
Kelompok Tes Perlakuan Tes
acak Awal akhir
Eksperimen Y1 X1 Y1
Kontrol Y2 X2 Y2
Adanya tes awal dan kelompok control menyebabkan desain ini memiliki beberapa
kelebihan dibanding dengan desain pra eksperimen lainnya, yaitu memungkinkan untuk
mengontrol ancaman beberapa variabel luar, seperti: ciri khas subyek, sejarah,kematangan,
dan regresi statistik. Namun disisi lain, penggunaan tes awal juga sekaligus menyebabkan
peneliti sulit untuk mengontrul efek dan pengujian.
2. Desain Eksperimen Murni (Tru-Experimental design)
Perbedaan utama antara desain eksperimen murni dengan desain lainnya adalah adanya
penagacakan subyek baik pada kelompok eksperimen ataupun pada kelompok kontrol.
Sementara itu, pengacakan subyek penelitian merupakan teknik yang paling tepat untuk
mengontrol ancaman ciri khas subyek terhadap validitas internal hasil penelitian.
Terdapat beberapa desain eksperimen murni yang sering digunakan dalam penelitian
pendidikan, diantaranya adalah desain tes akhir dua kelompok diacak, desain tes awal-akhir
dua kelompok diacak, desain tes awal-akhir dipadankan dan diacak, desain empat kelompok
solomon diacak.

a. Desain Tes Akhir Dua Kelompok Diacak (Pottest-Only Control Design)


Desain ini merupakan salah satu desain eksperimen yang paling kuat tetapi paling
sederhana. Desain ini memerlukan dua kelompok subyek yang dipilih secara acak dan
masing-masing kelompoak diberi perlakuan yang berbeda. Pengacakan subyek menyebabkan
desain ini sangat baik dalam mengontrol beberapa ancaman validitas internal, seperti: ciri
khas subyek, kematangan, dan regresi statistik. Disamping itu karena pengujian hanya
dilakuakan pada akhir perlkuan maka desain itu juga sangat baik dalam mengontrol pengaruh
pengujian
Desain tes akhir dua kelompok diacak
Kelompok acak perlakuan Tes Akhir
Eksperimen X1 Y1
Kontrol X2 Y2
Namun demikian, desain ini memiliki beberapa keterbatasan dalam mengontrol beberapa
ancaman terhadap validitas internal, misalnya : kehilangan subyek, pengaruh pengujian,
pengaruh instrumentasi, pengaruh sejarah dan pengaruh sikap subyek.

b. Desain Tes Awal-Akhir Dua kelompok diacak (Pretest-posttest control group design)
Desain ini memerlukan dua kelompok subyek yang dipilih secara acak dan dan masing-
masing kelompok dites sebanyak dua kalo, yaitu diiberi tes awal sebelum perlakuan dan tes
akhir setelah perlakuan. Pengjian dilakukan secara bersamaan kepada kedua keloompok
tersebut.
Desain tes awal-akhir dua kelompok diacak
Kelompok acak Tes awal Perlakuan Tes akhir
Eksperimen Y1 X1 Y2
Kontrol Y2 X2 Y2
Kekuatan utama desain ini terletak pada pengacakan, yang menjamin adanya kesamaan
stastistik antara kedua kelompok itu sebelum eksperimentasi. Namun penggunaan tes awal
menyebabkan validitas hasil perlakuan terancam oleh pengaruh iteraksi tes denagn
perlakuan, pengaruh pengujian, dan pengaruh instrumentasi.

c. Desain Dua Kelompok Dipadankan Dan Diacak.


Untuk mendapatkan dua kelompok subyek yang benar-benar setara maka dalam desain
penelitian memungkinkan pula untuk digunakan teknik pemadanan dan pengacakan subyek
penelitian secara bersamaan. Subyek dibuat sepadan dlam satu atau lebih variabel ysng
diukur, misalnya IQ, sikap, motivasi, atau skor membaca. Sudah barang tentu variabel yang
dipadankan itu adalah variabel yang berdasarkan penelitian terdahulu, teori dan/atau
pengalaman peneliti berkorelasi signifikan dengan variabel terkaiat.
Setelah dilakukan pemadanan maka pasangan-pasangan subyek yang sepadan dimasukan
dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara acak. Desain eksperimen sepert ini
sangat cocok diterapkan pada dua desin eksperimen murni yang telah dibahs sebelumnya
yaitu: desain tes akhir dua kelompok diacak dan desasin tes awal-akhir dua kelompok diacak.
Hasil modifikasi kedua desain tersebut sebagai berikut:
Desain tes akhir dua kelompok dipadankan dan diacak
Pengelompokkan Perlakuan Tes akhir
Dipadankan dan diacak X1 Y1
Dipadankan dan diacak X2 Y2
Desain tes awal akhir dua kelompok dipadankan dan diacak
Tes awal Pengelompokan Perlakuan Tes akhir
Y1 Dipadankan dan X1 Y2
Y2 diacak X2 Y2
Dipadankan dan
diacak
Dua kelemahan utama dan teknik pemadanan ini adalah
1. Sangat sulit untuk memadankan lebih dari dua variabel sehingga adakalanya peneliti hanya
memadankan variabel-variabel tertentu yang berpengaruh sangat signifikan terhadap variabel
terikat.
2. Untuk membuat kesepadanan maka sejumlah subyek yang tidak memiliki padanan tidak akan
diikutsertakan, sehingga sampel penelitian akan berkurang.

d. Desain Empat Kelompok Solomon Diacak (The Solomon Four-Group Design.)


Desain ini berusaha untuk mengatasi pengaruh tes awal. Penempatan subyek dalam setiap
kelmpok subyek dilakukan secara acak. Dua kelompok diberikan tes awal dan dua kelompok
lainnya tidak. Satu kelompok yang diberi tes aawal dan satu kelompok lainnya yang tidak
diberi tes awal dijadikan sebagai kelompok eksperimen. Sedangkan dua kelompok lainnya
dijadikan sebagai kelompok kontrol.
Desain empaat kelompok solomon diacak
Kelompok acak Tes awal Perlakuan Tes
Akhir
Eksperimen Y1 X1 Y2
Kontrol Y3 X2 Y4
Eksperimen X3 Y5
Kontrol X4 Y6
Dalam desain ini terlihat bahwa :
 Penempatan subyek pada semua kelompok diacak
 Dua kelompok sebagai kelompok eksperimen
 Satu kelompok eksperimen diberi tes awal (y1)
 Dua kelompok seagai kelompok kontrol
 Satu kelompok kontrol diberi tes awal (y3)
 Semua kelompok diberi tes akhir (y2,y4.y5.y6)
Desain ini menggabungkan dua desain eksperimen murni yang dibahas sebelumnya. Dua
kelompok pertama menunjukan desain tes awal-akhir dua kelompok diacak sedangkan dua
kelompok berikutnya menunjukan desain tes akhir dua kelompok diacak.
Desain empat kelompok solomon sangat cocok untuk mengontrol ancaman validitas internal
seperti telah dibahas sebelumnya. Namun kelemahan utama desain ini adalah membutuhkan
banyak sampel untuk dimasukan kedalam empat kelompok penelitian, juga membutuhkan
banyak waktu dan tenaga untuk memberikan perlakuan pada keempat kelompok tersebut.
3. Desain Faktorial (Factorial Design)
Beberapa desain yang telah dibahas sebelumnya merupakan desain yang hanya
menggunakan variabel tunggal. Dalam desain-desain tersebut, peneliti memanipulasi satu
variabel bebas untuk mendapatkan eveknya terhadap variabel terkait. Namun dalam kasus
gejala sosial yang lebih rumit biasanyaterdapat beberapa variabel yang saling berinteraksi
secara simultan, sehingga usaha untuk membatasi kajian hanya satu variabel tertentu akan
sama artinya dengan penyederhanaan situasi sosial yang seharusnya jauh lebih kompleks.
Variabel bebas itu sendiri mungkin berinteraksi dengan variabel lainnya, sehingga penelitian
yang dicapai dari desain satu variabel tunggal mungkin tidak memberikan arti yang
signifikan. Sebagai contoh, koeefektifan metode pembelajaran tertentu mungkin tergantung
pada sejumlah variabel, misalnya tingkat kecerdasan siswa, keperibadian guru, kondisi ruang
kelas, dan sebagainya. Pengajaaran terprogram misalnya, mungkin lebih efektif bagi siswa
yang kurang cerdas daripada siswa yang cerdas. Desain satu variabel tunggal tidak akan dapat
mengungkapkan pengaruh interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat kecerdasan
tersebut.
Informasi yang diberikan terhadap suaatu eksperimen dapat ditingkatkan secara nyaata
dngan cara menegaskan efek simultan dari dua atau lebih variabel bebas dengan
menggunakan desain faktorial. Dalam desain faktorial dua atau lebih variabel bebas
dimanipulasi secara simultan untuk menyelidiki pengaruhnya terhadap variabel terkait,
disamping itu juga pengaruh yang disebabkan oleh interaksi antara beberapa variabel itu
sekaligus dapat diukur melalui desain faktorial ini.
Dalam desain faktorial peneliti memungkinkan untuk memanipulasi hanya satu variabel
bebas namu dengan mengontrol variabel-variabel atribut yang mempengaruhi variabel bebas
itu. Beberapa contoh variabel atribut yang dikontrol itu adalah umur, jenis kelamin,
kecerdasan, sikap, motivasi, presepsi, status sosial ekonomi, dan debagainya. Penggunaan
variabel atribut dalam desain eksperimen faktorial dimaksud untuk meningkatkan keakuratan
dan ketergeneralisasian hasil penelitian.
Dalam desain faktorial, fariabel eksperimen dan variabel atribut biasanya dibagi atas
beberapa level. Contoh desaim faktorial 2x2 ( 2 level variabel eksperimen dan 2 level
variabel atribut, sebagai berikut
Variabel Variabel eksperimen jumlah
Atribut (A)
(B) Perlakuan A1 Perlakuan A2
Level B1 A1B1 A2B1 B1
Level B2 A1B2 A2B2 B2
jumlah A1 A2
Berdasarkan desain faktorial 2x2 tersebut peneliti dapat menentukan :
1. Pengaruh utama (main effect) variabel eksperimen (A) terhadap variabel terikat tanpa
mempertimbangkan pengaruh variabel tersebut.
2. Pengaruh utama (main effect) variabel atribut (B) terhadap variabel terkait tamoa
mempertimbangkan pengaruh variabel eksperimen
3. Pengaruh ineraksi antara variabel eksperimen (A) dan variabel atribut (B) terhadap variabel
terikat
4. Pengaruh sederhana (simple effect) perlakuan A1 terhadap masing-masing level variabel
atribut B (B1,B2,B3)
5. Pengaruh sederhana (simple effect) perlakuan A2 terhadap maing-masing level variabel
atribut B (B1,B2,B3)
Dalam desain fariabel eksperimen faktorial memungkinkan pula bagi peneliti untuk
memanipulasi lebih dari satu variabel bebas secara bersamaan. Contoh : desain faktorial 2x2
yang memanipulasi dua variabel bebas adalah sebagai berikut
Variabel Variabel eksperimen jumlah
Eksperimen (A)
(B) Perlakuan A1 Perlakuan A2
Perlakuan B1 A1B1 A2B1 B1
Perlakuan B2 A1B2 A2B2 B2
Jumlah A1 A2
Melalui desainini dapat diuji :
1. Pengaruh utama (main effect) variabel eksperimen (A) terhadap variabel terkait tanpa
mempertimbangkan pengaruh variabel eksperimen (B)
2. Pengaruh utama (main efect) variabel eksperimen (B) terhadap variabel terikat tanpa
mempertimbangkan variabel eksperimen (A)
3. Pengaruh interaksi antara variabel eksperimen (A) dan variabel eksperimen (B) terhadap
variabel terkait
4. Pengaruh sederhana (simple effect) perlakuan A1 terhadap masing-masing level variabel
eksperimen B n(B1 dan b2)
5. Pengaruh sederhana (simple effect) perlakuan A2 terhadap masing-masing level variabel
eksperimen B (B1 dan b2)
Desain faktorial dapat diperluas menjadi desain eksperimen yang lebih rumit yaitu dengan
melibatkan lebih dari dua variabel bebas, misalnya desain fariabel 2x2x2. Angka-angka
dalam desain ini menunjukan banyaknya lefel variabel bebas yang dilibatkan. Jadi desain
eksperimen faktorial 2x2x2 berarti digunakan tiga variabel bebas yang memiliki 2 level, 2
level dan 2 level.
Secara teoritis dalam desain fakatorial dapaat dilibatkan variabel bebas berapapun
banyaknya dengan level yang bervariasi pula dan dengan menggunakan rangan faktorial yang
lebih rumit. Hambatan yang mungkin ditemui peneliti jika menggunakan desain faktorial
yang lebih kompleks adalah akan kesultan dalam mengatur subyek dalam kelompok-
kelompok penelitian serta analisis statistiknya akan menjadi rumit. Namun dengan demikian,
dengan menggunakan desain faktorial ini maka memungkinkan bagi peneliti untuk ;
1. Menguji pengaruh interaksi antara fariabel bebas terhadap fariabel terkait, menguji pengaruh
utama (main effect) variabel bebas terhadap variabel terkait, dan menguji pengaruh sederhana
(simple effect) masing-masing level variabel bebas terhadap variabel terkait.
2. Penggunaan beberapa variabel bebas dengan level yang berbeda menyebabbkan variabel-
variabel tersebut saling mengintrol antara satu dengan yang lainnya, sehingga hasial
pengujian hipotesis penelitian menjadi lebih akurat.
3. Dalam sekali eksperimen dapat menjawab lebih banyak masalah dibandingkan dengann jika
hanya menggunakan desain eksperimen satu variabel tunggal.

4. Desain Eksperimen Semu


Merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan.
Mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol
variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Dalam kondisi tertentu kadang- kadang tidak memungkinkan untuk memilih dan
menempatkan subyek penelitian secara acak kedalm kelompok-kelopok eksperimen.
Kendatipun sebenarnya pengacakan itu sendiri merupakan cara terbaik untuk menendalikan
variabel-variabel luar yang mengnacam validitas internal-eksternal hasil eksperimen. Dalam
kondisi seperti ini, desain eksperimen yang dapat dipilih adalah desain desain eksperimen
semua. Dengan demikian maka desain eksperimen semua dapat digunakan apabila ;
1. Tidak memungkikan untuk mendapatkan subyek secara acak pada kelompok-kellompok
penelitian
2. Dipastikan bahwa kelompok-kelompok yang akan dilibatkan dalam penelitian memiliki
kemampuan awal yang setaara terutama terkait dengan variabel yang diteliti dan variabel lain
yang mempengaruhinya
3. Tidak memungkinkan untuk mengontrol sebagian atau sebagian besar variabel-variabel luar
yang mengancam validitas internal-eksternal asil penelitian.
Berdasarkan pada penjelasan ini maka pada umumnya penelitian eksperimen dalam
pendidikan yang menggunakan kelas yangtelah terbentuk sebagai subyek penelitian dapaat
dikategorikan svagai eksperimen semua. Walaupun untuk mendapat kelas itu telah dilakukan
pengavcakan dari beberapa kelas yang ada, namun jika yang menjadi unit analisis penelitian
adalah siswa (bukan kelas ) maka tetap digolongkan sebagai dedsain eksperimen semu.
Beberapa contoh desain eksperimen semu yang dapaat diterapkan dalam bidang pendidikan
adalah :
a. Desain tes awal-akhir dua kelompok tanpa acak
Desain ini memerlukan dua kelompok subyek yang dipilih tanpa acak (tidak
memungknkan untuk diacak, misal kelas) karena tanpa acak maka harus dipastikan bahwa
kedua kelompok itu memiliki kemampuan awal yang setera. Pasa desai ini, masing=masing
kelompok dites sebanyak dua kali, yaitu dari tes awal sebelm perlakuan dan tes akhir setelah
perlakuan. Pengujian dilakukan secara bersamaan kepada kedua kelompok tersebut.
Desain tes awal-akhir dua kelompok tanpa acak
Kelompok tanpa Tes awal Perlakuan Tes akhir
Acak
Eksaperimen Y1 X1 Y2
kontrol Y1 X2 Y2
Kelemahan utama desain ini tidak adanya pengacakan sehingga beberapa ancaman terhadap
validitas internal tidak dapat dikontrol seperti : perbedaan karena seleksi dan regresi
stastistik. Demikian pula pengguna tes awal menyebabkan validitas eksperimen terancam
oleh pengaruh interaksi tes dengan perlakuan, pengaruh peengujian, dan pengaruh
instrumentasi.

b. Desain seri waktu


Desain ini merupakan perluasan desain tes awal-akhir satu kelompok. Bedanya pada
desain seri waktu ini subyek diberi tes awal lebih dari satu kali. Pemberian tes awal dan tes
akhir seharusnya tidak lebih dari empa kali agar tidak menimbulkan kebosanan bagi subyek
penelitian. Sedangkan pengaruh pelakuan dilihat dari ada tidaknya perbedaan hasil tes
sebelum dan setelah perlakuan
Desain ini tidak dapat di pilih secara randum. Sebelum diberi perlakuan kelompok diberi
pretest sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui keistabilan dan kejelasan
kelompok sebelum di beri perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilanya
berbeda-beda, berarti kelompok tersebut labil, dan konsisten.

O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8

Hasil pre test yang baik adalah O1 = O2= O3 = O4 dan perlakuan yang baik adalah O5 = O6
= O7 = O8. besarnya pengaruh perlakuan adalah= (O5 + O6 + O7 O8) – (O1 + O2 + O3 +
O4).

Desain eksperimen seri waktu satu kelompok


Tes awal Perlakuan Tes Akhir
Y1 Y2 Y3 Y4 X Y5 Y6 Y7 Y8

Desain eksperimen seri waktu dua kelompok


Tes Awal Perlakuan Tes Akhir
Y1 Y2 Y3 Y4 X1 Y5 Y6 Y7 Y8
Y1 Y2 Y3 Y4 X2 Y5 Y6 Y7 Y8

Desain seri waktu satu kelompok dapat pula diperluas dengan menggunakan kelompok
kontrol. Penggunaan kelompok kontrol pada desain ini akan dapar mengatasi kelemahan
desain yang pertama, seperti ancaman sejarah dan regresi statistik. Namun pengujian
beberapa kali pada kedua desain ini menyulitkan untuk mengndalikan efek pengujian,
instrumentasi,interaksi tes dengan perlakuan, dan/atau sikap subyek.

c. Desain berimbang
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain
ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Dalam
desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati
kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada
diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan postes.
Desain berimbang merupakan cara lain untuk menyetarakan kelompok-kelompok subyek
penelitian. Dalam desainini semua kelompok diberi perlakuan yang sama dalam waktu yang
berbeda selama masa eksperimen. Pengaruh perlakuan dapat diketahui dengan cara
membandingkan rata-raata skor tes akhir pada masing-masing perlakuan. Dalam hal ini
dengan membandingkan rata-rata skor akhir tes semua kelompok pada perlakuan 1,2,dan 3.
Desain ini efektif untuk mengendalikan ancaman ciri khas subyek terhadap validitas internal,
namun ancaman-ancaman pengaruh perlakuan ganda terhadap validitas eksternal sulit untuk
di kendalikan. Contoh desain berimbang adalah sebagai berikut :
Desain berimbang tiga kelompok
Kelompok Perlakuan Tes Perlakuan tes Perlakuan tes
A X1 Y1 X2 Y2 X3 Y3
B X2 Y1 X3 Y2 X1 Y3
C X3 Y1 X1 Y2 X2 Y3
Desain ini melibatkan tiga kelompok subyek, dimana:
1. Kelompok A pada awalnya diberi perlakuan 1 diikuti oleh perlakuan 2 dan perlakuan 3. Pada
akhir masing-masing perlakuan diberi tes akhir
2. Keelompok B pada awalnya diberi perlakuan 2 diikuti oleh [perlakuan 3 dan perlakuan 1.
Pada akhir masing-masing perlakuan diberi tes akhir.
3. Kelompok C pada awalnya diberi perlakuan 3 diikuti oleh perlakuan 1 dan perlakuan 2. Pada
akhir masing-masing perlakuan diberi tes akhir.

d. Desain subyek tunggal


Desain subyek tunggal merupakan adaptasi daari desain seri waktu. Bedanya, pada desai
subyek tunggal hanya melibatkan satu subyek, sehingga data hanya diperoleh dari subyek itu
dalam satu periode waktu tertentu. Contah desain eksperimen subyek tunggal sebagai berikut
:
Desain eksperimen subyek tunggal
a. Desain A-B Y1 X1 Y2 X2 Y3 X3 Y4 X4
Y1 Y2 Y3 Y4 Periode perlakuan
Periode tanpa perlakuan (B)
(A)
a. A-B-A Y1 X1 Y2 X2 Y3 X3 Y4 Y1 Y2 Y3 Y4
Y1 Y2 Y3 Y4 X4 Periode tanpa perlakuan
Periode tanpa Periode perlakuan A
perlakuan B
A

a. A-B-C Y1 X1 Y2 X2 Y1 Y2 Y3 Y4 Y1 X1 Y2 X2
Y1 Y2 Y3 Y4 Y3 X3 Y4 X4 Periode tanpa Y3 X3 Y4 X4
Periode tanpa Periode perlakuan Periode
perlakuan perlakuan A perlakuan
A B B

Pada periode tanpa perlakuan subyek penelitian dites beberapa kali samapai diperoleh
hasil yang konsisten. Pada periode perlakuan, subyek penelitian diberi perlakuan beberapa
kali yang diikuti dengan tespada setiap akhir perlakuan. Jika ditemukan adnya peningkatan
hasil yang dicapai setiap akhir perlakuan maka eksperimen itu dapat dikatakan efektif. Untuk
lebih meyakinkan sejumalah efektifitas perlakuan yang diberikan maka siklus perlakuan dan
tanpa perlakuan dapat diulangi beberapa kali seperti terlihat dalam desain A-B-A dan A-B-A-
B pada tabel diatas.
Daftar Pustaka

1.Arikunto, Suharsimi : Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta: 2006.
2.Domu, Ichdar : Bahan Kuliah Metodologi Penelitian, Program Studi Manajemen Pendidikan Pasca
Sarjana Universitas Negeri Manado: 2009.
3.Emzir : Metodologi Penelitian Pendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta:
2009.
4.Sugiyono : Metodologi Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Alfabeta, Bandung: 2009.

Anda mungkin juga menyukai