0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
453 tayangan17 halaman
Makalah ini membahas tentang koperasi revolusi industri 4.0 dan peranannya dalam e-commerce. Koperasi memiliki peran penting dalam perekonomian namun menghadapi berbagai kendala seperti kurangnya partisipasi anggota, sosialisasi, manajemen, dan sumber daya manusia. Untuk menghadapi tantangan revolusi industri 4.0, koperasi perlu mengembangkan e-commerce guna meningkatkan pelayanan kepada anggota.
Makalah ini membahas tentang koperasi revolusi industri 4.0 dan peranannya dalam e-commerce. Koperasi memiliki peran penting dalam perekonomian namun menghadapi berbagai kendala seperti kurangnya partisipasi anggota, sosialisasi, manajemen, dan sumber daya manusia. Untuk menghadapi tantangan revolusi industri 4.0, koperasi perlu mengembangkan e-commerce guna meningkatkan pelayanan kepada anggota.
Makalah ini membahas tentang koperasi revolusi industri 4.0 dan peranannya dalam e-commerce. Koperasi memiliki peran penting dalam perekonomian namun menghadapi berbagai kendala seperti kurangnya partisipasi anggota, sosialisasi, manajemen, dan sumber daya manusia. Untuk menghadapi tantangan revolusi industri 4.0, koperasi perlu mengembangkan e-commerce guna meningkatkan pelayanan kepada anggota.
NAMA KELOMPOK : ELSA DWI RACHMADHANI KRISDIANTO DWI CAHYONO M. IMAM SHAFATUL ULLA RIRIN NUNING AFRIYANTY
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN OKTOBER 2018 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat- Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah tentang materi “Koperasi Revolusi Industri.” Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. A. Kewajiban Revolusi Industri 4.0 Menurut UU Perkoperasian No. 25 Tahun 1992 Pasal 1 ayat 1, Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi merupakan milik para anggotanya sendiri dan diatur sesuai keinginan para anggota. Dalam koperasi tidak ada paksaan atau campur tangan pihak lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan koperasi. Pembagian pendapatan benar-benar harus berdasarkan besar kecilnya karya dan jasa anggota. Koperasi memiliki beberapa fungsi dan kewajiban, yaitu: 1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial. 2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. 3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya. 4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Selain itu, koperasi juga memiliki tujuan untuk menyejahterakan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta mengikuti tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
B. Kendala Koperasi Revolusi Industri 4.0
Perkembangan koperasi di Indonesia terus berkembang. Perkembangan tersebut ditandai dengan banyaknya pertumbuhan koperasi di Indonesia. Tetapi di dalam perkembangan tersebut banyak terjadi hambatan-hambatan. Ada bebeapa faktor penyebab banyaknya koperasi tidak aktif, di antaranya pengelolaan yang tidak profesional. Namun demikian hingga kini kementerian masih melakukan pendataan untuk mengetahui hal tersebut. Dalam hal ini, kementrian terus melakukan pengkajian. Rencananya koperasi yang tidak sehat tersebut akan dipilah sesuai kondisinya. Namun bila sudah tidak ada pengurusnya, koperasi yang tidak aktif tersebut akan dibubarkan. Beberapa kendala koperasi revolusi industri antara lain : Kurangnya Partisipasi Anggota Bagaimana mereka bisa berpartisipasi lebih kalau mengerti saja tidak mengenai apa itu koperasi. Hasilnya anggota koperasi tidak menunjukkan partisipasinya baik itu kontributif maupun insentif terhadap kegiatan koperasi sendiri. Kurangnya pendidikan serta pelatihan yang diberikan oleh pengurus kepada paraanggota koperasi ditengarai menjadi faktor utamanya, karena para pengurus beranggapan hal tersebut tidak akan menghasilkan manfaat bagi diri mereka pribadi. Kegiatan koperasi yang tidak berkembang membuat sumber modal menjadi terbatas. Terbatasnya usaha ini akibat kurangnya dukungan serta kontribusi dari para anggotanya untuk berpartisipasi membuat koperasi seperti stagnan. Oleh karena itu, semua masalah berpangkal pada partisipasi anggota dalam mendukung terbentuknya koperasi yang tangguh, dan memberikan manfaat bagi seluruh anggotanya, serta masyarakat sekitar. Sosialisasi Koperasi Tingkat partisipasi anggota koperasi masih rendah, ini disebabkan sosialisasi yang belum optimal. Masyarakat yang menjadi anggota hanya sebatas tahu koperasi itu hanya untuk melayani konsumen seperti biasa, baik untuk barang konsumsi atau pinjaman. Artinya masyarakat belum tahu esensi dari koperasi itu sendiri, baik dari sistem permodalan maupun sistem kepemilikanya. Mereka belum tahu betul bahwa dalam koperasi konsumen juga berarti pemilik, dan mereka berhak berpartisipasimenyumbang saran demi kemajuan koperasi miliknya serta berhak mengawasi kinerja pengurus. Keadaan seperti ini tentu sangat rentan terhadap penyelewengan dana oleh pengurus, karena tanpa partisipasi anggota tidak ada kontrol dari anggotanya sendiri terhadap pengurus. Manajemen Kurang berkembangnya koperasi juga berkaitan sekali dengan kondisi modal keuangan badan usaha tersebut. Kendala modal itu bisa jadi karena kurang adanya dukungan modal yang kuat dan dalam atau bahkan sebaliknya terlalu tergantungnya modal dan sumber koperasi itu sendiri. Jadi untuk keluar dari masalah tersebut harus dilakukan melalui terobosan structural, maksudnya dilakukannya restrukturasi dalam penguasaan faktor produksi, salah satu hambatan yang dihadapi selama ini diantaranya manajemen dan modal usaha. Untuk mengantisipasi berbagai hambatan dimaksud khususnya manajemen terus berupaya mengatasinya melalui pendidikan dan pelatihan serta pemberian modal usaha. Sumber Daya Manusia Banyak anggota, pengurus maupun pengelola koperasi kurang bisa mendukung jalannya koperasi. Dengan kondisi seperti ini maka koperasi berjalan dengan tidak profesional dalam artian tidak dijalankan sesuai dengan kaidahsebagimana usaha lainnya. Dari sisi keanggotaan, sering kali pendirian koperasi itudidasarkan pada dorongan yang dipaksakan oleh pemerintah. Akibatnya pendirian koperasi didasarkan bukan dari bawah melainkan dari atas. Pengurus yang dipilih dalam rapat anggota seringkali dipilih berdasarkan status sosial dalam masyarakat itusendiri. Dengan demikian pengelolaan koperasi dijalankan dengan kurang adanya control yang ketat dari para anggotanya. Pengelola ynag ditunjuk oleh pengurusseringkali diambil dari kalangan yang kurang profesional. Sering kali pengelola yang diambil bukan dari yang berpengalaman baik dari sisi akademis maupun penerapan dalam wirausaha. Pemanjaan Koperasi Pemerintah terlalu memanjakan koperasi, ini juga menjadi alasan kuat mengapa koperasi Indonesia tidak maju maju. Koperasi banyak dibantu pemerintah lewat dana dana segar tanpa ada pengawasan terhadap bantuan tersebut. Sifat bantuanya pun tidak wajib dikembalikan. Tentu saja ini menjadi bantuan yang tidak mendidik, koperasi menjadi ”manja” dan tidak mandiri hanya menunggu bantuan selanjutnya dari pemerintah. Selain merugikan pemerintah bantuan seperti ini pulaakan menjadikan koperasi tidak bisa bersaing karena terus terusan menjadi benalu negara. Seharusnya pemerintah mengucurkan bantuan dengan sistem pengawasannya yang baik, walaupun dananya bentuknya hibah yang tidak perlu dikembalikan.Dengan demikian akan membantu koperasi menjadi lebih profesional, mandiri dan mampu bersaing. Demokrasi ekonomi yang kurang Dalam arti kata demokrasi ekonomi yang kurang ini dapat diartikan bahwa masih ada banyak koperasi yang tidak diberikan keleluasaan dalam menjalankan setiap tindakannya. Setiap koperasi seharusnya dapat secara leluasa memberikan pelayanan terhadap masyarakat, karena koperasi sangat membantu meningkatkan tingkat kesejahteraan rakyat oleh segala jasa-jasa yang diberikan, tetapi hal tersebut sangat jauh dari apa ayang kita pikirkan. Keleluasaan yang dilakukan oleh badan koperasi masih sangat minim, dapat dicontohkan bahwa KUD tidak dapat memberikan pinjaman terhadap masyarakat dalam memberikan pinjaman, untuk usaha masyarakat itu sendiri tanpa melalui persetujuan oleh tingkat kecamatan dll. Oleh karena itu seharusnya koperasi diberikan sedikit keleluasaan untuk memberikan pelayanan terhadap anggotanya secara lebih mudah, tanpa syarat yang sangat sulit.
C. E-Commers Koperasi Revolusi Industri 4.0
Koperasi memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi di suatu negara khususnya Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional mapun modern. Peranan koperasi dan usaha kecil tersebut sangat diutamakan oleh pemerintah Indonesia dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola oleh dua departemen, yaitu Departemen Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah serta Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Namun pada kenyataannya, usaha pengembangan yang telah dilakukan oleh pemerintah masih belum memuaskan hasilnya dikarenakan kemajuan keduanya sangat kecil dibandingkan dengan kemajuan yang sudah dicapai perusahaanperusahaan besar. Era globalisasi telah merubah cara manusia berinteraksi dengan manusia lainnya, khususnya pada sektor perekonomian. Era ekonomi baru ditandai dengan penerapan teknologi informasi dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Penerapan teknologi informasi yang dibutuhkan oleh koperasi ialah pengembangan model aplikasi bisnis berbasis web atau yang biasa disebut electronic commerce. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan daya saing para koperasi dari ancaman perusahaan-perusahaan besar. Sehingga inovasi pada koperasi sangatlah dibutuhkan pada era globalisasi seperti saat ini. Hal tersebut guna mempertahankan eksistensi koperasi yang sudah mulai tergerus oleh perusahaan-perusahaan besar. Salah satu caranya ialah dengan pengimplementasian e-commerce yang akan membantu koperasi dalam memperluas usahanya. Sudah banyak contoh dari penerapan e-commerce yang sukses dalam mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan banyaknya faktor pendukung dalam pengimplementasian sistem e-commerce di negara ini. Saat ini, industri e-commerce sedang berkembang pesat di Indonesia, hal tersebut dapat dilihat dari maraknya iklan e-commerce yang ada pada televisi. Hal itu dapat terjadi dikarenakan karakteristik Negara Indonesia dan masyarakatnya yang cocok untuk layanan berbasis e-commerce. Indonesia merupakan negara berpulauan dengan belasan ribu pulau, serta penduduknya yang berjumlah lebih dari dua ratus juta dan tersebar di kepulauan-kepulauan tersebut. Dari karakteristik Indonesia yang berjenis kepulauan tersebut, maka penerapan bisnis secara online sangatlah cocok untuk diterapkan di Indonesia karena para pelaku koperasi akan dapat menjangkau seluruh penduduk Indonesia hingga yang berada di kepulauan terpencil sekalipun. Tentu saja hal itu juga merupakan peluang bisnis bagi sebuah koperasi untuk dapat mempertahankan eksistensinya di pasar Indonesia. Kelebihan yang akan didapatkan oleh koperasi dari pengimplementasian e-commerce sangatlah banyak, yaitu : 1. Memperluas jaringan pemasaran baik di nasional bahkan hingga internasional. 2. Mempersingkat atau bahkan menghilangkan saluran distribusi pemasaran (intermediary). 3. Membantu koperasi untuk dapat berkompetisi dengan perusahaan skala besar. 4. Membuat saluran distribusi dari koperasi menjadi lebih jelas dan sistematis. Selain itu pengaplikasian e-commerce juga akan memberikan banyak keuntungan bagi pelanggan, yaitu : 1. Memberi kesempatan kepada pelanggan untuk memilih produk yang diinginkan 2. Memberikan informasi tentang produk secara detail dan cepat 3. Memberi kesempatan kepada para pelanggan untuk berinteraksi dalam suatu komunitas secara digital dan dapat bertukar pikiran. Sehingga pengimplementasian e-commerce pada koperasi akan menguntungkan segala pihak, baik itu pelaku koperasi maupun pelanggannya. Pada dasarnya, transaksi penjualan dan pembelian dalam sistem e-commerce hampir sama dengan transaksi yang dilakukan secara tradisional. Hal yang membedakan hanyalah cara pemesanan dan pembayarannya yang dilakukan secara online. Sehingga seharusnya para pelaku koperasi tidak sulit untuk mempelajari cara e-commerce dapat bekerja di bisnis mereka. Namun, pengimplementasian e-commerce di Indonesia masih harus menempuh jalan yang panjang dan berliku. Berbagai hambatan dalam pengimplementasiannya yang dapat berupa hambatan teknis dan nonteknis sangatlah banyak, sehingga berbagai upaya dan dukungan sangatlah dibutuhkan. Dukungan yang dibutuhkan antara lain berupa kerjasama yang utuh antara pemerintah, pengembang dari e-commerce, pelaku koperasi dan para konsumen pemanfaatannya. Seperti produk teknologi informasi lainnya, ecommerce juga masih membutuhkan waktu yang lama untuk dapat dikenal dan diterima oleh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat pedesaan yang belum begitu mengenal internet. D. Struktur Organisasi Fakultas Hukum 4.0 Kepemimpinan Kepemimpinan efektif mengarahkan dan mempengaruhi perilaku semua unsur dalam program studi, mengikuti nilai, norma, etika, dan budaya organisasi yang disepakati bersama, serta mampu membuat keputusan yang tepat dan cepat. Kepemimpinan mampu memprediksi masa depan, merumuskan dan mengartikulasi visi yang realistis, kredibel, serta mengkomunikasikan visi ke depan, yang menekankan pada keharmonisan hubungan manusia dan mampu menstimulasi secara intelektual dan arif bagi anggota untuk mewujudkan visi organisasi, serta mampu memberikan arahan, tujuan, peran, dan tugas kepada seluruh unsur dalam perguruan tinggi. Dalam menjalankan fungsi kepemimpinan dikenal kepemimpinan operasional, kepemimpinan organisasi, dan kepemimpinan publik. Kepemimpinan operasional berkaitan dengan kemampuan menjabarkan visi, misi ke dalam kegiatan operasional program studi. Kepemimpinan organisasi berkaitan dengan pemahaman tata kerja antar unit dalam organisasi perguruan tinggi. Kepemimpinan publik berkaitan dengan kemampuan menjalin kerjasama dan menjadi rujukan bagi publik. Fakultas Hukum dipimpin oleh seorang Dekan yang bertanggungjawab langsung kepada Rektor. Dekan adalah penanggung jawab utama tingkat fakultas, di samping memberikan arahan serta kebijakan umum, menetapkan peraturan, norma dan tolok ukur penyelenggaraan Fakultas. Dalam melaksanakan tugasnya, Dekan dibantu oleh Kepala Bidang Ilmu Hukum, Kepala Laboratorium, Ketua BKBH, dan tenaga administrasi. Ketua Program mempunyai tanggung jawab untuk merancang, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi dan melakukan tindak lanjut semua aktivitas akademik di tingkat program/program. Ketua Progam dan pelaksana akademik dibantu oleh unsur pelaksana administratif yaitu staf administrasi yang menangani urusan administrasi akademik, urusan administrasi kemahasiswaan dan hubungan alumni. Struktur tersebut merupakan sistem penyelenggaraan fakultas hukum yang juga dilengkapi dengan tugas dan fungsi dari masing-masing unsur sehingga terbentuk pembagian kerja dan hubungan kerja yang efektif. Tugas dan fungsi dari setiap unit sudah dirumuskan cukup jelas pada statuta universitas yang kemudian dijabarkan lagi dalam deskripsi kerja. Interaksi antar unsur terjaga dalam suasana kebersamaan team dimana seluruh anggotanya bersinergi dan tetap kondusif dalam rangka pencapaian visi, misi dan tujuan. Komunikasi antar unsur terjalin dengan baik dengan memprioritaskan komunikasi yang efektif, sehingga keserasian dengan motivasi kerja dapat berjalan dengan baik. Keseluruhan bagian tersebut membentuk suatu sistem yang dipahami oleh seluruh unsur. Visi, misi, tujuan, dan sasaran Fakultas Hukum dijadikan dasar bagi penyelenggaraan semua aktivitas, yang disertai dengan aturan-aturan dan pedoman-pedoman pelaksanaannya sehingga diharapkan kesepahaman yang ada akan menciptakan suasana akademis yang kondusif. Deskripsi Kerja Tiap-Tiap Unit Kerja Dekan : 1. Mengkoordinasikan pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat di tingkat fakultas; 2. Merencanakan dan mengkoordinasikan peningkatan jumlah mahasiswa di tingkat fakultas; 3. Merencanakan dan mengkoordinasikan peningkatan kualitas lulusan; 4. Merencanakan dan mengkoordinasikan peningkatan SDM di tingkat Fakultas; 5. Merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan akademik dan penunjang akademik di tingkat fakultas; 6. Merencanakan pengembangan program studi; 7. Menciptakan iklim kerja yang sehat di tingkat Fakultas; 8. Melaksanakan fungsi organisasi dan kepemimpinan secara efektif dan efisien; 9. Mengkoordinasikan kegiatan kemahasiswaan di tingkat fakultas; 10. Melaksanakan tugas-tugas lain atas perintah atasan langsung demi kepentingan lembaga. Kepala Bidang/prodi Ilmu Hukum : 1. Membuat perencanaan Proses Belajar Mengajar (PBM) di tingkat program studi; 2. Melaksanakan dan memonitor pelaksanaan Proses Belajar Mengajar; 3. Melaksanakan dan mengkoordinasikan kegiatan akademik dan penunjang akademik di tingkat program/program; 4. Mengkoordinasikan pelaksanaan penelitian dan pengabdian masyarakat di tingkat program studi; 5. Mengkoordinasikan kegiatan kemahasiswaan di tingkat program studi; 6. Melaksanakan tugas–tugas lain atas perintah atasan demi kepentingan lembaga. Kepala Laboratorium : 1. Melayani kegiatan praktek bagi mahasiswa, baik untuk pendidikan dan pengajaran maupun penelitian dan pengabdian pada masyarakat; 2. Mempersiapkan sarana penunjang Laboratorium untuk kegiatan pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat; 3. Menyusun buku penunjang praktik hukum untuk mahasiswa; 4. Menyusun program pengembangan sarana laboratorium sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu teknologi atau seni tertentu; 5. Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pengembangan sarana Laboratorium. 6. Membuat dan memonitor tata tertib dalam pelaksanaan praktikum. 7. Merencanakan dan membuat laporan anggaran praktikum. 8. Melaksanakan tugas–tugas lain atas perintah atasan demi kepentingan lembaga. E. Peran Koperasi Revolusi Industri. Demi menghindari kesalahan pembangunan ekonomi masa lalu (berbasis pada mahzab kapitalisme) yang telah mengakibatkan jurang (ketimpangan sosial) yang sangat lebar antara kelompok penduduk kaya dan miskin di Indonesia maupun di tingkat dunia. Maka, desain dan implementasi Peta Jalan Pembangunan Ekonomi Nasional (Making Indonesia 4.0) diatas harus melibatkan seluruh rakyat Indonesia di seluruh wilayah NKRI, dan kue (berkah) pertumbuhan ekonominya mesti dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia secara berkeadilan dan berkelanjutan. Implementasi Industri 4.0 jangan hanya menjangkau perusahaan besar (konglomerat), tetapi terutama Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang jumlahnya lebih dari 95% total unit usaha di Indonesia dan sebagian besar masih miskin. Ketimpangan sosial-ekonomi yang sangat buruk dan mengkhawatirkan di Indonesia disebabkan oleh dua faktor penyebab utama. Pertama adalah fakta bahwa kebanyakan perusahaan besar (konglomerat) di bidang pertambangan, perkebunan, properti, industri manufaktur, dan lainnya sampai saat ini menggaji karyawan (buruh) nya masih rendah, tidak melebihi upah minimum regional (UMR). Kedua, hampir semua UMKM (rakyat kecil) susah mendapatkan kredit perbankan (modal), teknologi, infrastruktur, akses pasar, informasi, dan aset ekonomi produktif lainnya. Sementara itu, perusahaan- perusahaan besar (konglomerat) dengan leluasa dan acap kali semena-mena dengan mudahnya mendapatkan semua jenis aset ekonomi produktif yang diinginkan dari pemerintah. Oleh sebab itu, Koperasi sebagai salah satu soko guru ekonomi Indonesia, selain perusahaan swasta dan BUMN, merupakan lembaga yang paling tepat untuk mengatasi ketimpangan sosial-ekonomi yang sangat lebar dan membahayakan kesatuan bangsa ini. Pasalnya, falsafah dasar dari pendirian Koperasi adalah dari anggota dan untuk anggota. Dengan perkataan lain, keuntungan (profit) yang diperoleh dari usaha Koperasi akan dibagikan kepada seluruh anggotanya secara transparan dan berkeadilan (Bachrudin, 2010; Arifin, 2012). Koperasi adalah salah satu elemen penting dalam pengelolaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), yang melandaskan kegiatannya sesuai amanat dalam UUD 1945 Pasal 33, bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan. Tujuan Koperasi tercantum dalam UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, yaitu untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan pada Pacasila dan UUD 1945. Sayangnya, sejak awal berdirinya pada 12 Juli 1947, kinerja sebagian besar Koperasi di Indonesia masih jauh dari memuaskan. Buktinya pada 2017 kontribusi Koperasi sebagai lembaga terhadap PDB masih kurang dari 5 persen (Kementerian Koperasi dan UKM, 2018). Pada 2016, hanya ada 1 Koperasi Indonesia yang mampu masuk 300 Koperasi terbesar dunia, yaitu Koperasi Warga Semen Gresik (peringkat- 183) dengan simpanan anggota Rp 135,86 miliar dan dana pinjaman anggota Rp 148,54 miliar (International Co-operative Alliance, 2016). Pada 2017, dari total 209.305 unit Koperasi di Indonesia, sekitar 27 persen (56.641 unit) tidak aktif lagi (Kementerian Koperasi dan UKM, 2018). Padahal, di negara-negara industri maju nan makmur, seperti Perancis, Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Belanda, Inggris, Swiss, Finlandia, Italia, dan Korea peran serta kontribusi bagi kemajuan negara dan kesejahteraan rakyatnya sangatlah signifikan (ICA, 2016). Oleh karena itu, pasti ada yang salah dengan cara-cara kita selama ini mengelola Koperasi di tanah air tercinta ini. Banyak faktor yang menyebabkan kinerja Perkoperasian di Indonesia masih rendah, mulai dari penyebab internal seperti kompetensi dan kapasitas para pengurus Koperasi yang rendah, kekurangan modal, dan rendahnya akses pasar, sampai dengan penyebab eksternal, terutama keberpihakan pemerintah, perusahaan swasta besar, dan BUMN serta rendahnya kesadaran masyarakat tentang arti penting dan strategis Koperasi. Terlebih di era Industri 4.0 yang baru mulai tiga tahun terakhir ini, tantangan yang dihadapi Perkoperasian di Indonesia terasa semakin kompleks dan rumit (Sudjatmoko, 2018). Hal ini didorong oleh perubahan gaya hidup generasi milenial (zaman now) yang begitu cepat dan tidak menentu (disruptif), akibat perkembangan teknologi informasi, robotic, artifical intelligence, transportasi, dan komunikasi yang sangat pesat. Pola dan gaya hidup generasi milenial bercirikan segala sesuatu yang lebih cepat (real time), mudah, murah, nyaman, dan aman. Beranjak dari fenomena generasi milenial diatas, maka lembaga dan insan Koperasi mesti mulai sekarang juga mentransformasi dirinya untuk menata organisasi dan strategi bisnisnya sesuai dengan perkembangan zaman dan IPTEKS di era Industri 4.0. Strategi transformasi yang dimaksud mencakup empat langkah. Pertama, modernisasi organisasi dan menejemen dengan melakukan organizational reengineering yang berbasis pada sistem operasi yang cepat, mudah, transparan, dan mempunyai akuntabiltas tinggi sehingga membangun kepercayaan anggota. Kedua, pemanfaatan tekhnologi informasi dalam pengelolaan bisnis berbasis sistem aplikasi yang memudahkan anggota mendapatkan pelayanan usaha koperasi. Ketiga, fokus mengembangkan bisnis didasarkan pada skala dan kelayakan ekonomi dan menangkap setiap peluang bisnis yang ada, Keempat, membangun close look economydalam koperasi yang captive market sehingga koperasi mempunyai bergaining position yang kuat. Koperasi juga harus menjalankan prinsip-prinsip serta nilai koperasi dalam tata kelola organisasi dan bisnisnya secara konsisten dan sungguh-sungguh. F. Pengembangan Koperasi Revolusi Industri 4.0 Proses pendirian koperasi di Indonesia sangat berbeda dengan koperasi di negara maju. Gerakan koperasi di Indonesia tidak mengalami proses perjuangan dan tantangan serta konflik yang menyebabkan koperasi memang benar-benar matang dan perlu untuk ditegakkan. Walaupun dalam merumuskan UUD'45 dirasakan perlu menegaskan adanya sistem perekonomian yang bersifat kolektif (pasal 33), namun akar dan sejarah dari gerakan koperasi sendiri tidak ada. Dalam perjalanan pembangunan ekonomi Indonesia berbagai pihak menginterpretasikan sendiri-sendiri makna rumusan yang ada dalam UUD'45 tersebut. ada yang merumuskan perekonomian Pancasila, perekonomian kerakyatan dan perekonomian gotong royong. Prinsipnya adalah kekeluargaan sehingga lahirlah koperasi. Dalam perkembangannya koperasi memang menjadi beragam, namun praktek kolektivisme koperasi tidak terjadi. Jadilah gerakan koperasi hanya dipahami sebagai jargon yang didengang-dengungkan oleh pemerintah. Belakangan banyak pihak lebih memilih membentuk yayasan ketimbang membentuk koperasi. Sebagai yayasan, bisnis yang dilakukan yayasan akan terhindar dari pajak, dan memungkinkan melakukan penumpukan kekayaan secara individual. Sedangkan bila badan usahanya berbentuk koperasi akan menghambat penumpukan kekayaan yang dilakukan oleh segelintir orang. Dalam kondisi sosial dan ekonomi yang sangat diwarnai peranan dunia usaha, mau tidak mau peran dan kedudukan koperasi dalam masyarakat akan sangat ditentukan oleh peran pemerintah dan peran koperasi dalam kegiatan usaha (bisnis). Bahkan peran kegiatan usaha koperasi menjadi penentu bagi peran lain, seperti peran koperasi sebagai lembaga sosial. Ke depan, strategi pengembangan usaha koperasi dapat dipertajam dengan jaringan kerjasama dan keterkaitan usaha antar koperasi, bukan hanya keterkaitan organisasi tetapi pada potensi untuk dikembangkan yaitu kerjasama antar koperasi primer dengan primer, serta sekunder. Sebagai komparasi di berbagai negara lain, koperasi telah kembali berkembang dan salah satu kunci keberhasilannya adalah spesialisasi kegiatan usaha koperasi dan kerjasama antar koperasi. Dengan dimulainya era revolusi industri 4.0, tantangan baru yang dihadapi perkoperasian di Indonesia terasa semakin kompleks dan rumit. Hal ini disebabkan adanya perubahan gaya hidup generasi milenial yang begitu cepat dan tidak menentu (disruptif), akibat perkembangan teknologi informasi, robotik, artifical inteligence, transportasi, dan komunikasi yang sangat pesat. Pola dan gaya hidup generasi milenial bercirikan segala sesuatu yang lebih cepat, mudah, murah, nyaman, dan aman. Lalu bagaimana perkoperasian di Indonesia terkait revolusi industri 4.0? Seperti halnya manusia, setiap organisasi termasuk koperasi harus mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Jika tidak maka akan tergilas oleh adanya perubahan lingkungan. Koperasi era revolusi industri 4.0 juga mangharuskan koperasi untuk dapat beradaptasi dan bertransformasi dalam menghadapi lingkungan yang senantiasa dinamis tersebut. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam transformasi koperasi adalah membangun karakter kreatif dan inovatif bagi insan penggerak koperasi. Kreatifitas mengharuskan insan koperasi dapat berpikir berbeda dibandingkan insan yang lain, sedangkan inovatif mengharuskan insan koperasi dapat bertindak berbeda dengan insan yang lain. Insan yang kreatif dan inovatif akan dapat lebih cepat beradaptasi dengan lingkungannya. Insan koperasi yang harus disiapkan di era revolusi industri 4.0 adalah insan koperasi yang mempunyai kreativitas dan inovasi yang tinggi. Dengan insan yang kreatif dan inovatif koperasi dapat memulai transformasi dirinya untuk menata organisasi dan strategi bisnisnya sesuai era industri 4.0. Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan koperasi adalah: Pertama, melakukan pengelolaan organisasi secara profesional dalam arti luas yaitu memilih insan koperasi yang bertanggungjawab, bermoral, beretika, bermartabat dan memiliki keahlian bidang pengelolaan koperasi serta bisnis. Kedua, Memanfaatkan tehnologi informasi dalam menjalankan usaha koperasi. Ketiga, memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan (anggota koperasi). Keempat, menjalankan koperasi sesuai dengan prinsip dan nilai-nilai koperasi.