Anda di halaman 1dari 17

KOPERASI REVOLUSI INDUSTRI 4.

NAMA KELOMPOK :
ELSA DWI RACHMADHANI
KRISDIANTO DWI CAHYONO
M. IMAM SHAFATUL ULLA
RIRIN NUNING AFRIYANTY

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
OKTOBER 2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala
rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah tentang materi “Koperasi Revolusi Industri.”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
A. Kewajiban Revolusi Industri 4.0
Menurut UU Perkoperasian No. 25 Tahun 1992 Pasal 1 ayat 1, Koperasi
adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi merupakan
milik para anggotanya sendiri dan diatur sesuai keinginan para anggota. Dalam
koperasi tidak ada paksaan atau campur tangan pihak lain yang tidak ada sangkut
pautnya dengan koperasi. Pembagian pendapatan benar-benar harus berdasarkan besar
kecilnya karya dan jasa anggota.
Koperasi memiliki beberapa fungsi dan kewajiban, yaitu:
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi dan sosial.
2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia
dan masyarakat.
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Selain itu, koperasi juga memiliki tujuan untuk menyejahterakan anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta mengikuti tatanan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan
makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

B. Kendala Koperasi Revolusi Industri 4.0


Perkembangan koperasi di Indonesia terus berkembang. Perkembangan
tersebut ditandai dengan banyaknya pertumbuhan koperasi di Indonesia. Tetapi di
dalam perkembangan tersebut banyak terjadi hambatan-hambatan. Ada bebeapa faktor
penyebab banyaknya koperasi tidak aktif, di antaranya pengelolaan yang tidak
profesional. Namun demikian hingga kini kementerian masih melakukan pendataan
untuk mengetahui hal tersebut. Dalam hal ini, kementrian terus melakukan pengkajian.
Rencananya koperasi yang tidak sehat tersebut akan dipilah sesuai kondisinya. Namun
bila sudah tidak ada pengurusnya, koperasi yang tidak aktif tersebut akan dibubarkan.
Beberapa kendala koperasi revolusi industri antara lain :
 Kurangnya Partisipasi Anggota
Bagaimana mereka bisa berpartisipasi lebih kalau mengerti saja
tidak mengenai apa itu koperasi. Hasilnya anggota koperasi tidak
menunjukkan partisipasinya baik itu kontributif maupun insentif terhadap
kegiatan koperasi sendiri. Kurangnya pendidikan serta pelatihan yang
diberikan oleh pengurus kepada paraanggota koperasi ditengarai menjadi
faktor utamanya, karena para pengurus beranggapan hal tersebut tidak akan
menghasilkan manfaat bagi diri mereka pribadi. Kegiatan koperasi yang tidak
berkembang membuat sumber modal menjadi terbatas. Terbatasnya usaha ini
akibat kurangnya dukungan serta kontribusi dari para anggotanya untuk
berpartisipasi membuat koperasi seperti stagnan. Oleh karena itu, semua
masalah berpangkal pada partisipasi anggota dalam mendukung terbentuknya
koperasi yang tangguh, dan memberikan manfaat bagi seluruh anggotanya,
serta masyarakat sekitar.
 Sosialisasi Koperasi
Tingkat partisipasi anggota koperasi masih rendah, ini disebabkan
sosialisasi yang belum optimal. Masyarakat yang menjadi anggota hanya
sebatas tahu koperasi itu hanya untuk melayani konsumen seperti biasa, baik
untuk barang konsumsi atau pinjaman. Artinya masyarakat belum tahu esensi
dari koperasi itu sendiri, baik dari sistem permodalan maupun sistem
kepemilikanya. Mereka belum tahu betul bahwa dalam koperasi konsumen
juga berarti pemilik, dan mereka berhak berpartisipasimenyumbang saran
demi kemajuan koperasi miliknya serta berhak mengawasi kinerja pengurus.
Keadaan seperti ini tentu sangat rentan terhadap penyelewengan dana oleh
pengurus, karena tanpa partisipasi anggota tidak ada kontrol dari anggotanya
sendiri terhadap pengurus.
 Manajemen
Kurang berkembangnya koperasi juga berkaitan sekali dengan
kondisi modal keuangan badan usaha tersebut. Kendala modal itu bisa jadi
karena kurang adanya dukungan modal yang kuat dan dalam atau bahkan
sebaliknya terlalu tergantungnya modal dan sumber koperasi itu sendiri. Jadi
untuk keluar dari masalah tersebut harus dilakukan melalui terobosan
structural, maksudnya dilakukannya restrukturasi dalam penguasaan faktor
produksi, salah satu hambatan yang dihadapi selama ini diantaranya
manajemen dan modal usaha. Untuk mengantisipasi berbagai hambatan
dimaksud khususnya manajemen terus berupaya mengatasinya melalui
pendidikan dan pelatihan serta pemberian modal usaha.
 Sumber Daya Manusia
Banyak anggota, pengurus maupun pengelola koperasi kurang bisa
mendukung jalannya koperasi. Dengan kondisi seperti ini maka koperasi
berjalan dengan tidak profesional dalam artian tidak dijalankan sesuai dengan
kaidahsebagimana usaha lainnya. Dari sisi keanggotaan, sering kali pendirian
koperasi itudidasarkan pada dorongan yang dipaksakan oleh pemerintah.
Akibatnya pendirian koperasi didasarkan bukan dari bawah melainkan dari
atas. Pengurus yang dipilih dalam rapat anggota seringkali dipilih
berdasarkan status sosial dalam masyarakat itusendiri. Dengan demikian
pengelolaan koperasi dijalankan dengan kurang adanya control yang ketat
dari para anggotanya. Pengelola ynag ditunjuk oleh pengurusseringkali
diambil dari kalangan yang kurang profesional. Sering kali pengelola yang
diambil bukan dari yang berpengalaman baik dari sisi akademis maupun
penerapan dalam wirausaha.
 Pemanjaan Koperasi
Pemerintah terlalu memanjakan koperasi, ini juga menjadi alasan
kuat mengapa koperasi Indonesia tidak maju maju. Koperasi banyak dibantu
pemerintah lewat dana dana segar tanpa ada pengawasan terhadap bantuan
tersebut. Sifat bantuanya pun tidak wajib dikembalikan. Tentu saja ini
menjadi bantuan yang tidak mendidik, koperasi menjadi ”manja” dan tidak
mandiri hanya menunggu bantuan selanjutnya dari pemerintah. Selain
merugikan pemerintah bantuan seperti ini pulaakan menjadikan koperasi
tidak bisa bersaing karena terus terusan menjadi benalu negara. Seharusnya
pemerintah mengucurkan bantuan dengan sistem pengawasannya yang baik,
walaupun dananya bentuknya hibah yang tidak perlu dikembalikan.Dengan
demikian akan membantu koperasi menjadi lebih profesional, mandiri dan
mampu bersaing.
 Demokrasi ekonomi yang kurang
Dalam arti kata demokrasi ekonomi yang kurang ini dapat diartikan
bahwa masih ada banyak koperasi yang tidak diberikan keleluasaan dalam
menjalankan setiap tindakannya. Setiap koperasi seharusnya dapat secara
leluasa memberikan pelayanan terhadap masyarakat, karena koperasi sangat
membantu meningkatkan tingkat kesejahteraan rakyat oleh segala jasa-jasa
yang diberikan, tetapi hal tersebut sangat jauh dari apa ayang kita pikirkan.
Keleluasaan yang dilakukan oleh badan koperasi masih sangat minim, dapat
dicontohkan bahwa KUD tidak dapat memberikan pinjaman terhadap
masyarakat dalam memberikan pinjaman, untuk usaha masyarakat itu sendiri
tanpa melalui persetujuan oleh tingkat kecamatan dll. Oleh karena itu
seharusnya koperasi diberikan sedikit keleluasaan untuk memberikan
pelayanan terhadap anggotanya secara lebih mudah, tanpa syarat yang sangat
sulit.

C. E-Commers Koperasi Revolusi Industri 4.0


Koperasi memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi di suatu
negara khususnya Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar jumlah
penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di
sektor tradisional mapun modern. Peranan koperasi dan usaha kecil tersebut sangat
diutamakan oleh pemerintah Indonesia dalam setiap perencanaan tahapan
pembangunan yang dikelola oleh dua departemen, yaitu Departemen Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah serta Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Namun
pada kenyataannya, usaha pengembangan yang telah dilakukan oleh pemerintah masih
belum memuaskan hasilnya dikarenakan kemajuan keduanya sangat kecil
dibandingkan dengan kemajuan yang sudah dicapai perusahaanperusahaan besar. Era
globalisasi telah merubah cara manusia berinteraksi dengan manusia lainnya,
khususnya pada sektor perekonomian. Era ekonomi baru ditandai dengan penerapan
teknologi informasi dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Penerapan teknologi
informasi yang dibutuhkan oleh koperasi ialah pengembangan model aplikasi bisnis
berbasis web atau yang biasa disebut electronic commerce. Hal tersebut bertujuan
untuk meningkatkan daya saing para koperasi dari ancaman perusahaan-perusahaan
besar. Sehingga inovasi pada koperasi sangatlah dibutuhkan pada era globalisasi
seperti saat ini. Hal tersebut guna mempertahankan eksistensi koperasi yang sudah
mulai tergerus oleh perusahaan-perusahaan besar. Salah satu caranya ialah dengan
pengimplementasian e-commerce yang akan membantu koperasi dalam memperluas
usahanya. Sudah banyak contoh dari penerapan e-commerce yang sukses dalam
mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan
banyaknya faktor pendukung dalam pengimplementasian sistem e-commerce di negara
ini.
Saat ini, industri e-commerce sedang berkembang pesat di Indonesia, hal
tersebut dapat dilihat dari maraknya iklan e-commerce yang ada pada televisi. Hal itu
dapat terjadi dikarenakan karakteristik Negara Indonesia dan masyarakatnya yang
cocok untuk layanan berbasis e-commerce. Indonesia merupakan negara berpulauan
dengan belasan ribu pulau, serta penduduknya yang berjumlah lebih dari dua ratus juta
dan tersebar di kepulauan-kepulauan tersebut. Dari karakteristik Indonesia yang
berjenis kepulauan tersebut, maka penerapan bisnis secara online sangatlah cocok
untuk diterapkan di Indonesia karena para pelaku koperasi akan dapat menjangkau
seluruh penduduk Indonesia hingga yang berada di kepulauan terpencil sekalipun.
Tentu saja hal itu juga merupakan peluang bisnis bagi sebuah koperasi untuk dapat
mempertahankan eksistensinya di pasar Indonesia. Kelebihan yang akan didapatkan
oleh koperasi dari pengimplementasian e-commerce sangatlah banyak, yaitu : 1.
Memperluas jaringan pemasaran baik di nasional bahkan hingga internasional. 2.
Mempersingkat atau bahkan menghilangkan saluran distribusi pemasaran
(intermediary). 3. Membantu koperasi untuk dapat berkompetisi dengan perusahaan
skala besar. 4. Membuat saluran distribusi dari koperasi menjadi lebih jelas dan
sistematis. Selain itu pengaplikasian e-commerce juga akan memberikan banyak
keuntungan bagi pelanggan, yaitu : 1. Memberi kesempatan kepada pelanggan untuk
memilih produk yang diinginkan 2. Memberikan informasi tentang produk secara
detail dan cepat 3. Memberi kesempatan kepada para pelanggan untuk berinteraksi
dalam suatu komunitas secara digital dan dapat bertukar pikiran. Sehingga
pengimplementasian e-commerce pada koperasi akan menguntungkan segala pihak,
baik itu pelaku koperasi maupun pelanggannya. Pada dasarnya, transaksi penjualan
dan pembelian dalam sistem e-commerce hampir sama dengan transaksi yang
dilakukan secara tradisional. Hal yang membedakan hanyalah cara pemesanan dan
pembayarannya yang dilakukan secara online. Sehingga seharusnya para pelaku
koperasi tidak sulit untuk mempelajari cara e-commerce dapat bekerja di bisnis
mereka. Namun, pengimplementasian e-commerce di Indonesia masih harus
menempuh jalan yang panjang dan berliku. Berbagai hambatan dalam
pengimplementasiannya yang dapat berupa hambatan teknis dan nonteknis sangatlah
banyak, sehingga berbagai upaya dan dukungan sangatlah dibutuhkan. Dukungan yang
dibutuhkan antara lain berupa kerjasama yang utuh antara pemerintah, pengembang
dari e-commerce, pelaku koperasi dan para konsumen pemanfaatannya. Seperti produk
teknologi informasi lainnya, ecommerce juga masih membutuhkan waktu yang lama
untuk dapat dikenal dan diterima oleh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat
pedesaan yang belum begitu mengenal internet.
D. Struktur Organisasi Fakultas Hukum 4.0
 Kepemimpinan
Kepemimpinan efektif mengarahkan dan mempengaruhi perilaku semua unsur
dalam program studi, mengikuti nilai, norma, etika, dan budaya organisasi yang
disepakati bersama, serta mampu membuat keputusan yang tepat dan cepat.
Kepemimpinan mampu memprediksi masa depan, merumuskan dan mengartikulasi
visi yang realistis, kredibel, serta mengkomunikasikan visi ke depan, yang
menekankan pada keharmonisan hubungan manusia dan mampu menstimulasi secara
intelektual dan arif bagi anggota untuk mewujudkan visi organisasi, serta mampu
memberikan arahan, tujuan, peran, dan tugas kepada seluruh unsur dalam perguruan
tinggi.
Dalam menjalankan fungsi kepemimpinan dikenal kepemimpinan operasional,
kepemimpinan organisasi, dan kepemimpinan publik. Kepemimpinan operasional
berkaitan dengan kemampuan menjabarkan visi, misi ke dalam kegiatan operasional
program studi. Kepemimpinan organisasi berkaitan dengan pemahaman tata kerja
antar unit dalam organisasi perguruan tinggi. Kepemimpinan publik berkaitan dengan
kemampuan menjalin kerjasama dan menjadi rujukan bagi publik.
Fakultas Hukum dipimpin oleh seorang Dekan yang bertanggungjawab langsung
kepada Rektor. Dekan adalah penanggung jawab utama tingkat fakultas, di samping
memberikan arahan serta kebijakan umum, menetapkan peraturan, norma dan tolok
ukur penyelenggaraan Fakultas. Dalam melaksanakan tugasnya, Dekan dibantu oleh
Kepala Bidang Ilmu Hukum, Kepala Laboratorium, Ketua BKBH, dan tenaga
administrasi.
Ketua Program mempunyai tanggung jawab untuk merancang, melaksanakan,
mengendalikan, mengevaluasi dan melakukan tindak lanjut semua aktivitas akademik
di tingkat program/program. Ketua Progam dan pelaksana akademik dibantu oleh
unsur pelaksana administratif yaitu staf administrasi yang menangani urusan
administrasi akademik, urusan administrasi kemahasiswaan dan hubungan alumni.
Struktur tersebut merupakan sistem penyelenggaraan fakultas hukum yang juga
dilengkapi dengan tugas dan fungsi dari masing-masing unsur sehingga terbentuk
pembagian kerja dan hubungan kerja yang efektif. Tugas dan fungsi dari setiap unit
sudah dirumuskan cukup jelas pada statuta universitas yang kemudian dijabarkan lagi
dalam deskripsi kerja.
Interaksi antar unsur terjaga dalam suasana kebersamaan team dimana seluruh
anggotanya bersinergi dan tetap kondusif dalam rangka pencapaian visi, misi dan
tujuan. Komunikasi antar unsur terjalin dengan baik dengan memprioritaskan
komunikasi yang efektif, sehingga keserasian dengan motivasi kerja dapat berjalan
dengan baik. Keseluruhan bagian tersebut membentuk suatu sistem yang dipahami
oleh seluruh unsur. Visi, misi, tujuan, dan sasaran Fakultas Hukum dijadikan dasar
bagi penyelenggaraan semua aktivitas, yang disertai dengan aturan-aturan dan
pedoman-pedoman pelaksanaannya sehingga diharapkan kesepahaman yang ada akan
menciptakan suasana akademis yang kondusif.
 Deskripsi Kerja Tiap-Tiap Unit Kerja
Dekan :
1. Mengkoordinasikan pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan pengajaran,
penelitian dan pengabdian masyarakat di tingkat fakultas;
2. Merencanakan dan mengkoordinasikan peningkatan jumlah mahasiswa di tingkat
fakultas;
3. Merencanakan dan mengkoordinasikan peningkatan kualitas lulusan;
4. Merencanakan dan mengkoordinasikan peningkatan SDM di tingkat Fakultas;
5. Merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan akademik dan penunjang
akademik di tingkat fakultas;
6. Merencanakan pengembangan program studi;
7. Menciptakan iklim kerja yang sehat di tingkat Fakultas;
8. Melaksanakan fungsi organisasi dan kepemimpinan secara efektif dan efisien;
9. Mengkoordinasikan kegiatan kemahasiswaan di tingkat fakultas;
10. Melaksanakan tugas-tugas lain atas perintah atasan langsung demi kepentingan
lembaga.
Kepala Bidang/prodi Ilmu Hukum :
1. Membuat perencanaan Proses Belajar Mengajar (PBM) di tingkat program studi;
2. Melaksanakan dan memonitor pelaksanaan Proses Belajar Mengajar;
3. Melaksanakan dan mengkoordinasikan kegiatan akademik dan penunjang
akademik di tingkat program/program;
4. Mengkoordinasikan pelaksanaan penelitian dan pengabdian masyarakat di tingkat
program studi;
5. Mengkoordinasikan kegiatan kemahasiswaan di tingkat program studi;
6. Melaksanakan tugas–tugas lain atas perintah atasan demi kepentingan lembaga.
Kepala Laboratorium :
1. Melayani kegiatan praktek bagi mahasiswa, baik untuk pendidikan dan
pengajaran maupun penelitian dan pengabdian pada masyarakat;
2. Mempersiapkan sarana penunjang Laboratorium untuk kegiatan pendidikan dan
pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat;
3. Menyusun buku penunjang praktik hukum untuk mahasiswa;
4. Menyusun program pengembangan sarana laboratorium sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan ilmu teknologi atau seni tertentu;
5. Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pengembangan sarana Laboratorium.
6. Membuat dan memonitor tata tertib dalam pelaksanaan praktikum.
7. Merencanakan dan membuat laporan anggaran praktikum.
8. Melaksanakan tugas–tugas lain atas perintah atasan demi kepentingan lembaga.
E. Peran Koperasi Revolusi Industri.
Demi menghindari kesalahan pembangunan ekonomi masa lalu (berbasis
pada mahzab kapitalisme) yang telah mengakibatkan jurang (ketimpangan sosial) yang
sangat lebar antara kelompok penduduk kaya dan miskin di Indonesia maupun di
tingkat dunia. Maka, desain dan implementasi Peta Jalan Pembangunan Ekonomi
Nasional (Making Indonesia 4.0) diatas harus melibatkan seluruh rakyat Indonesia di
seluruh wilayah NKRI, dan kue (berkah) pertumbuhan ekonominya mesti dapat
dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia secara berkeadilan dan berkelanjutan.
Implementasi Industri 4.0 jangan hanya menjangkau perusahaan besar
(konglomerat), tetapi terutama Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang
jumlahnya lebih dari 95% total unit usaha di Indonesia dan sebagian besar masih
miskin.
Ketimpangan sosial-ekonomi yang sangat buruk dan mengkhawatirkan di
Indonesia disebabkan oleh dua faktor penyebab utama. Pertama adalah fakta bahwa
kebanyakan perusahaan besar (konglomerat) di bidang pertambangan, perkebunan,
properti, industri manufaktur, dan lainnya sampai saat ini menggaji karyawan (buruh)
nya masih rendah, tidak melebihi upah minimum regional (UMR).
Kedua, hampir semua UMKM (rakyat kecil) susah mendapatkan kredit
perbankan (modal), teknologi, infrastruktur, akses pasar, informasi, dan aset ekonomi
produktif lainnya. Sementara itu, perusahaan- perusahaan besar (konglomerat) dengan
leluasa dan acap kali semena-mena dengan mudahnya mendapatkan semua jenis aset
ekonomi produktif yang diinginkan dari pemerintah.
Oleh sebab itu, Koperasi sebagai salah satu soko guru ekonomi Indonesia,
selain perusahaan swasta dan BUMN, merupakan lembaga yang paling tepat untuk
mengatasi ketimpangan sosial-ekonomi yang sangat lebar dan membahayakan
kesatuan bangsa ini. Pasalnya, falsafah dasar dari pendirian Koperasi adalah dari
anggota dan untuk anggota. Dengan perkataan lain, keuntungan (profit) yang
diperoleh dari usaha Koperasi akan dibagikan kepada seluruh anggotanya secara
transparan dan berkeadilan (Bachrudin, 2010; Arifin, 2012).
Koperasi adalah salah satu elemen penting dalam pengelolaan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM), yang melandaskan kegiatannya sesuai amanat
dalam UUD 1945 Pasal 33, bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas azas kekeluargaan. Tujuan Koperasi tercantum dalam UU No. 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian, yaitu untuk memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur
berdasarkan pada Pacasila dan UUD 1945.
Sayangnya, sejak awal berdirinya pada 12 Juli 1947, kinerja sebagian besar
Koperasi di Indonesia masih jauh dari memuaskan. Buktinya pada 2017 kontribusi
Koperasi sebagai lembaga terhadap PDB masih kurang dari 5 persen (Kementerian
Koperasi dan UKM, 2018). Pada 2016, hanya ada 1 Koperasi Indonesia yang mampu
masuk 300 Koperasi terbesar dunia, yaitu Koperasi Warga Semen Gresik (peringkat-
183) dengan simpanan anggota Rp 135,86 miliar dan dana pinjaman anggota Rp
148,54 miliar (International Co-operative Alliance, 2016).
Pada 2017, dari total 209.305 unit Koperasi di Indonesia, sekitar 27 persen
(56.641 unit) tidak aktif lagi (Kementerian Koperasi dan UKM, 2018). Padahal, di
negara-negara industri maju nan makmur, seperti Perancis, Amerika Serikat, Jerman,
Jepang, Belanda, Inggris, Swiss, Finlandia, Italia, dan Korea peran serta kontribusi
bagi kemajuan negara dan kesejahteraan rakyatnya sangatlah signifikan (ICA, 2016).
Oleh karena itu, pasti ada yang salah dengan cara-cara kita selama ini
mengelola Koperasi di tanah air tercinta ini. Banyak faktor yang menyebabkan kinerja
Perkoperasian di Indonesia masih rendah, mulai dari penyebab internal seperti
kompetensi dan kapasitas para pengurus Koperasi yang rendah, kekurangan modal,
dan rendahnya akses pasar, sampai dengan penyebab eksternal, terutama keberpihakan
pemerintah, perusahaan swasta besar, dan BUMN serta rendahnya kesadaran
masyarakat tentang arti penting dan strategis Koperasi.
Terlebih di era Industri 4.0 yang baru mulai tiga tahun terakhir ini, tantangan
yang dihadapi Perkoperasian di Indonesia terasa semakin kompleks dan rumit
(Sudjatmoko, 2018). Hal ini didorong oleh perubahan gaya hidup generasi milenial
(zaman now) yang begitu cepat dan tidak menentu (disruptif), akibat perkembangan
teknologi informasi, robotic, artifical intelligence, transportasi, dan komunikasi yang
sangat pesat. Pola dan gaya hidup generasi milenial bercirikan segala sesuatu yang
lebih cepat (real time), mudah, murah, nyaman, dan aman.
Beranjak dari fenomena generasi milenial diatas, maka lembaga dan insan
Koperasi mesti mulai sekarang juga mentransformasi dirinya untuk menata organisasi
dan strategi bisnisnya sesuai dengan perkembangan zaman dan IPTEKS di era Industri
4.0.
Strategi transformasi yang dimaksud mencakup empat langkah. Pertama,
modernisasi organisasi dan menejemen dengan melakukan organizational
reengineering yang berbasis pada sistem operasi yang cepat, mudah, transparan, dan
mempunyai akuntabiltas tinggi sehingga membangun kepercayaan anggota.
Kedua, pemanfaatan tekhnologi informasi dalam pengelolaan bisnis berbasis
sistem aplikasi yang memudahkan anggota mendapatkan pelayanan usaha koperasi.
Ketiga, fokus mengembangkan bisnis didasarkan pada skala dan kelayakan ekonomi
dan menangkap setiap peluang bisnis yang ada, Keempat, membangun close look
economydalam koperasi yang captive market sehingga koperasi mempunyai
bergaining position yang kuat. Koperasi juga harus menjalankan prinsip-prinsip serta
nilai koperasi dalam tata kelola organisasi dan bisnisnya secara konsisten dan
sungguh-sungguh.
F. Pengembangan Koperasi Revolusi Industri 4.0
Proses pendirian koperasi di Indonesia sangat berbeda dengan koperasi di
negara maju. Gerakan koperasi di Indonesia tidak mengalami proses perjuangan dan
tantangan serta konflik yang menyebabkan koperasi memang benar-benar matang dan
perlu untuk ditegakkan. Walaupun dalam merumuskan UUD'45 dirasakan perlu
menegaskan adanya sistem perekonomian yang bersifat kolektif (pasal 33), namun
akar dan sejarah dari gerakan koperasi sendiri tidak ada.
Dalam perjalanan pembangunan ekonomi Indonesia berbagai pihak
menginterpretasikan sendiri-sendiri makna rumusan yang ada dalam UUD'45 tersebut.
ada yang merumuskan perekonomian Pancasila, perekonomian kerakyatan dan
perekonomian gotong royong. Prinsipnya adalah kekeluargaan sehingga lahirlah
koperasi.
Dalam perkembangannya koperasi memang menjadi beragam, namun praktek
kolektivisme koperasi tidak terjadi. Jadilah gerakan koperasi hanya dipahami sebagai
jargon yang didengang-dengungkan oleh pemerintah.
Belakangan banyak pihak lebih memilih membentuk yayasan ketimbang
membentuk koperasi. Sebagai yayasan, bisnis yang dilakukan yayasan akan terhindar
dari pajak, dan memungkinkan melakukan penumpukan kekayaan secara individual.
Sedangkan bila badan usahanya berbentuk koperasi akan menghambat penumpukan
kekayaan yang dilakukan oleh segelintir orang.
Dalam kondisi sosial dan ekonomi yang sangat diwarnai peranan dunia usaha,
mau tidak mau peran dan kedudukan koperasi dalam masyarakat akan sangat
ditentukan oleh peran pemerintah dan peran koperasi dalam kegiatan usaha (bisnis).
Bahkan peran kegiatan usaha koperasi menjadi penentu bagi peran lain, seperti peran
koperasi sebagai lembaga sosial.
Ke depan, strategi pengembangan usaha koperasi dapat dipertajam dengan
jaringan kerjasama dan keterkaitan usaha antar koperasi, bukan hanya keterkaitan
organisasi tetapi pada potensi untuk dikembangkan yaitu kerjasama antar koperasi
primer dengan primer, serta sekunder.
Sebagai komparasi di berbagai negara lain, koperasi telah kembali
berkembang dan salah satu kunci keberhasilannya adalah spesialisasi kegiatan usaha
koperasi dan kerjasama antar koperasi.
Dengan dimulainya era revolusi industri 4.0, tantangan baru yang dihadapi
perkoperasian di Indonesia terasa semakin kompleks dan rumit. Hal ini disebabkan
adanya perubahan gaya hidup generasi milenial yang begitu cepat dan tidak
menentu (disruptif), akibat perkembangan teknologi informasi, robotik, artifical
inteligence, transportasi, dan komunikasi yang sangat pesat.
Pola dan gaya hidup generasi milenial bercirikan segala sesuatu yang lebih
cepat, mudah, murah, nyaman, dan aman. Lalu bagaimana perkoperasian di Indonesia
terkait revolusi industri 4.0?
Seperti halnya manusia, setiap organisasi termasuk koperasi harus mampu
beradaptasi dengan lingkungannya. Jika tidak maka akan tergilas oleh adanya
perubahan lingkungan. Koperasi era revolusi industri 4.0 juga mangharuskan koperasi
untuk dapat beradaptasi dan bertransformasi dalam menghadapi lingkungan yang
senantiasa dinamis tersebut.
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam transformasi koperasi adalah
membangun karakter kreatif dan inovatif bagi insan penggerak koperasi.
Kreatifitas mengharuskan insan koperasi dapat berpikir berbeda dibandingkan
insan yang lain, sedangkan inovatif mengharuskan insan koperasi dapat bertindak
berbeda dengan insan yang lain. Insan yang kreatif dan inovatif akan dapat lebih cepat
beradaptasi dengan lingkungannya.
Insan koperasi yang harus disiapkan di era revolusi industri 4.0 adalah insan
koperasi yang mempunyai kreativitas dan inovasi yang tinggi. Dengan insan yang
kreatif dan inovatif koperasi dapat memulai transformasi dirinya untuk menata
organisasi dan strategi bisnisnya sesuai era industri 4.0.
Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan koperasi
adalah: Pertama, melakukan pengelolaan organisasi secara profesional dalam arti luas
yaitu memilih insan koperasi yang bertanggungjawab, bermoral, beretika, bermartabat
dan memiliki keahlian bidang pengelolaan koperasi serta bisnis. Kedua,
Memanfaatkan tehnologi informasi dalam menjalankan usaha
koperasi. Ketiga, memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan (anggota
koperasi). Keempat, menjalankan koperasi sesuai dengan prinsip dan nilai-nilai
koperasi.

Anda mungkin juga menyukai