Anda di halaman 1dari 24

Makalah

Disusun untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah

Manajemen Keuangan dan Keuangan Internasional

Disusun oleh:

Angelina 0291802006

Budiman Sutanto 0291802002

Hendri Eko Purnomo 0801801001

Kiki Ariady Putra 0801801005

PROGRAM STUDI

MAGISTER AKUNTANSI dan MAGISTER MANAJEMEN

JAKARTA

2018

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................. 2


BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 3
1.2 Struktur Organisasi Perusahaan digambarkan sebagai berikut: ................................... 4
1.3 Manajemen Perusahaan ...................................................................................................... 4
1.4 Visi dan Misi Perusahaan ..................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 6
2.1 Analisa Rasio ......................................................................................................................... 6
2.2 Analisa Horisontal (Trend Analysis) .................................................................................. 9
2.2.1. Posisi Keuangan........................................................................ 9
2.2.2. Laba Rugi Komprehensif ............................................................ 10
2.3 Analisa Vertikal (Common Size Analysis) ....................................................................... 11
2.3.1. Laporan Posisi Keuangan ............................................................ 11
2.3.2. Laporan Laba Rugi.................................................................... 12
2.4 Analisa Arus Kas .................................................................................................................. 13
2.4.1. Arus Kas Operasi ...................................................................... 14
2.4.2. Arus Kas Investasi .................................................................... 15
2.4.3. Arus Kas Pendanaan ................................................................. 17
2.4.4. Arus Kas Bebas (Free Cash Flow) .................................................. 18
2.5 Analisa Dupont .................................................................................................................... 19
2.5.1. ROE ...................................................................................... 19
BAB III KESIMPULAN ..................................................................................22
3.1 L ............................................................................................................................................ 22
3.2 P ............................................................................................................................................ 22
BAB IV LAMPIRAN .....................................................................................23
4.1 Z ............................................................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................24

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

PT Bumi Resources Tbk didirikan pada tanggal 26 Juni 1973 berdasarkan Akta No. 130 dan No.
103 tanggal 28 November 1973, yang keduanya dibuat dihadapan Djoko Soepadmo, S.H., notaris
di Surabaya dan mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia pada tanggal
12 Desember 1973 melalui surat keputusan No. Y.A.5/433/12 dan didaftarkan di Buku Register
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Surabaya dibawah No. 1822/1973, No. 1823/1973, No.
1824/1973 tanggal 27 Desember 1973, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia
No. 1 tanggal 2 Januari 1974, Tambahan No. 7. Sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan,
ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi kegiatan eksplorasi dan eksploitasi kandungan
batubara (termasuk pertambangan dan penjualan batubara) dan eksplorasi minyak.

Berdasarkan surat Ketua Bapepam No. SI-117/SHM/MK.10/1990 tanggal 18 Juni 1990, atas nama
Menteri Keuangan, Perusahaan telah menawarkan 10.000.000 saham atas nama dengan harga
nominal Rp 1.000 per saham (setara dengan AS$ 0,54) kepada masyarakat pada tanggal 25 Juni
sampai 30 Juni 1990 dengan harga perdana Rp 4.500 (setara dengan AS$ 2,44) per saham. Saham
tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tanggal 30 Juli 1990.

Tiga tahun setelah penawaran saham perdana yang dilakukan oleh perusahaan, perusahaan
melakukan tindakan aksi korporasi (Corporate action) dengan melakukan Penawaran Umum
Terbatas I (PUT I) dan telah mendapatkan surat efektif dari Bapepam pada tanggal 1 Maret 1993.
Penawaran Umum Terbatas I (PUT I) yang ditawarkan oleh perusahaan berjumlah sebanyak
10.000.000 saham biasa atas nama dengan perbandingan setiap tujuh (7) pemegang saham lama
berhak membeli dua (2) saham baru yang ditawarkan dengan harga penawaran Rp 2.900 (setara
dengan US$ 1,40) per saham.

Kemudian pada tahun 1997, perusahaan kembali melakukan aksi korporasi (Corporate action)
dengan kembali melakukan Penawaran Umum Terbatas II (PUT II), dimana aksi ini dpat dikatakan
hebat mengingat kondisi perkonomian Indonesia pada tahun tersebut sedang berada dalam krisis
ekonomi yang melanda di seluruh Negara Asia. Perusahaan melakukan aksi korporasi tersebut
dengan berlandaskan kepada surat efektif dari Bapepam pada tanggal 4 November 1997, dimana
Perusahaan melakukan Penawaran Umum Terbatas II (PUT II) sebanyak 594.000.000 saham biasa
atas nama dengan perbandingan setiap satu (1) pemegang saham lama berhak membeli tiga (3)
saham baru yang ditawarkan dengan harga penawaran Rp 500 (setara dengan US$ 0,15) per
saham.

Selanjutnya untuk kesekian kalinya, Berdasarkan surat efektif dari Bapepam pada tanggal
18 Pebruari 2000, Perusahaan kembali melakukan Penawaran Umum Terbatas III (PUT III)
sebanyak 18.612.000.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp 500 (setara dengan US$ 0,07)
per saham. Setelah PUT III, modal dasar Perusahaan menjadi 20.000.000.000 saham dan modal
ditempatkan dan disetor penuh menjadi 19.404.000.000 saham.

Pada tahun 2017, BUMI melakukan penerbitan saham baru dalam Penawaran Umum Terbatas
(PUT) V sebanyak 28.749.536.197 saham biasa seri B. BUMI juga melakukan penerbitan Obligasi
Wajib Konversi (OWK) sebanyak 8.457.165.000.000 unit OWK dengan jumlah pokok sebesar Rp.
8.457.165.000.000. Selama tahun 2017, Perseroan tidak mengalami penghentian sementara
perdagangan saham/penghapusan/pencatatan saham.

3
1.2 Struktur Organisasi Perusahaan digambarkan sebagai berikut:

1.3 Manajemen Perusahaan

1.4 Visi dan Misi Perusahaan

1.4.1. Visi
Menjadi perusahaan operator bertaraf international dalam sektor energi dan
pertambangan.

4
1.4.2. MISI
Menjaga kesinambungan usaha dan daya saing perseroan dalam menghadapi persaingan
terbuka dimasa mendatang dengan tujuan untuk:

 Meningkatkan hasil investasi dan nilai yang optimal bagi para pemegang saham
 Memperbaiki kesejahteraan para karyawan
 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah operasi pertambangan
 Menjaga kelestarian lingkungan pada seluruh wilayah operasi pertambangan

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisa Rasio


Rasio keuangan merupakan teknik analisis dalam bidang manajemen keuangan yang
dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu
ataupun hasil - hasil usaha dari suatu perusahaan pada satu periode tertentu dengan jalan
membandingkan dua buah variabel yang diambil dari laporan keuangan perusahaan, baik daftar
neraca maupun laba rugi. Pada umumnya analisis rasio keuangan terdri dari beberapa jenis yang
dapat dijabarkan sebagai berikut:

2.1.1. Analisis Rasio Likuiditas


Rasio Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban hutang jangka pendeknya saat jatuh tempo. Rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya saat jatuh tempo. Rasio yang
kami gunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan adalah sebagai berikut:

Ukuran 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Rata - Rata


Current Ratio 0.88 0.41 0.15 0.10 0.69 0.57 0.47
Quick Ratio 0.78 0.37 0.15 0.10 0.69 0.55 0.44

Dari hasil analisa diatas dapat dilihat bahwa rasio lancar atau current ratio selama
periode pengamatan berfluktuaftif dengan pertumbuhan rata rata sebesar 0,47, rasio
lancar tertinggi terjadi pada tahun 2012 dan yang terendah terjadi pada tahun 2015
masing masing sebesar 0,88 dan 0,10. Rasio lancar yang baik pada umumnya berada
diatas 1, sedangkan rasio yang dimiliki oleh Perusahaan selama periode pengamatan
tidak pernah berada diatas 1 atau menyamai satu. Hal ini menyebabkan kemampuan
perusahaan agak sedikit dipertanyakan untuk menutupi kewajiban yang dimilikinya.

Jika dianalisa lebih lanjut dengan mengeluarkan persediaan yang dimiliki. Kenapa
dikeluarkan, walaupun persediaan tergolong dalam aset lancar akan tetapi persediaan
tidak dengan lancar dapat dijual untuk memenuhi kewajiban perusahaan. Dari Analisa
yang dilakukan hasil yang serupa dapat ditemui dimana rasio cepat perusahaan juga
tidak bisa menyentuh angka 1. Posisinya sama dengan rasio lancar dimana selama
periode pengamatan selalu berada di bawah 1 dengan pertumbuhan rata – rata sebesar
0,44.

2.1.2. Analisis Rasio Aktifitas

Ukuran 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Rata - Rata


Inventory
10.16 15.24 - - - - 5.8
Turnover
Receivable
28.42 43.64 - 8.21 - 3,411.39 503
Turnover
Payable
41.12 31.40 706.83 - - - 115
Turnover
Total Assets
0.51 0.51 0.01 0.01 0.01 0.00 0.23
Turnover

6
Ukuran 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Rata - Rata

Working
Capital (12.75) (1.28) (0.01) (0.01) (0.10) (0.03) 0.36
Turnover

Rasio aktifitas adalah rasio yang menunjukan keefektifan sebuah perusahaan dalam
menggunakan asset yang dimilikinya dan rasio ini juga digunakan untuk menilai efisiensi
perusahaan dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya yang dimilikinya. Jenis
– jenis rasio aktifitas perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Inventory Turnover
Rasio perputaran persediaan ini mengukur efisiensi pemakaian persediaan barang
dagang pada perusahaan sehingga kinerja manajemen dalam mengendalikan modal
yang ada pada persediaan bisa terlihat baik ataupun kurang baik. Selama periode
pengamatan rasio perputaran persediaan hanya tercatat pada dua tahun pertama
yaitu pada tahun 2012 dan 2013 sedangkan untuk tahun berikutnya tercatat tidak
ada. Jika diihat secara detil pada laporan posisi keuangannya persediaan yang
dimiliki oleh perusahaan pun hanya tercatat pada tahu n2012 sampai dengan 2013
dan untuk selebihnya tidak ada.

Walaupun di dalam tahun buku 2014 masih tercatat adanya saldo dalam COGS akan
tetapi jumlah persediaan yang dimiliki sudah tidak ada lagi dan aktifitas penjualan
yang dilakukan bisa diasumsikan terdiri dari: 1). Aktifitas penjualan atas sisa
persediaan yang ada di tahun 2013; dan 2). Aktifitas penagihan piutang atas
penjualan yang sudah dilakukan pada tahun – tahun sebelumnya.

b. Receivable Turnover
Rasio ini mengukur rata-rata piutang yang dikumpulkan dalam satu tahun sehingga
kualitas piutang dan efisiensi perusahaan dalam pengumpulan piutang dan
kebijakan kreditnya. Rasio ini biasanya digunakan untuk menganalisis modal kerja
dengan mengukur seberapa cepat piutang perusahaan berputar atau bisa
ditentukan menjadi kas.

Selama periode pengamatan, rasio perputaran piutang perusahaan berfluktuatif


dengan rata – rata perputaran piutang sebesar 503 hari. Untuk rasio perputaran
piutang yang terendah atau tercepat terjadi pada tahun 2015 dan yang terlama
terjadi pada tahun 2017 dengan perbandingan masing – masing sebesar 8,21 hari
dan 3,411 hari. Kinerja manajemen perusahaan dapat dikatakan sangat tidak
efisien Jika dibandingkan dengan rata – rata perputaran piutang dari kelompok
industri yang sama selama periode pengamatan sebesar 43 hari.

c. Payable Turnover
Untuk rasio perputaran hutang perusahaan selama periode pengamatan
berfluktuatif dengan rata rata lamanya jumlah hari hutang perusahaan sebesar 115
hari, sedangkan untuk perputaran hutang perusahaan yang terlama terjadi pada
tahun 2014 selama 707 hari dan yang tercepat terjadi pada tahun 2013 selama
31 hari. Untuk selanjutnya mulai dari tahun 2015 sampai dengan 2017 perusahaan
tidak mempunya rasio perputaran hutang disebabkan tidak adanya aktifitas
penambangan ataupun aktifitas lainnya yang terjadi. Saldo hutang usaha yang
tercatat dalam laporan keuangan lebih banyak disebabkan oleh kegiatan
administrasi.

7
Jika dibandingkan dengan rata – rata perputaran hutang untuk kelompok industri
yang sama jumlah hari perputaran hutangnya hanya sebesar 44 hari.

d. Working Capital Turnover


Perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan modal
kerja bersih dimana modal kerja bersih dapat dihitung dengan cara asset lancar
dikurangi liabilitas lancar. Rasio ini juga digunakan untuk mengukur aktivitas bisnis
terhadap kelebihan aset lancar atas liabilitas lancar serta menunjukkan banyaknya
penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah dari
modal kerja yang digunakan.

Berdasarkan kepada perhitungan yang dilakukan selama periode pengamatan, rasio


perputaran modal kerja perusahaan berfluktuatif dan berada dalam posisi negatif.
Artinya penjualan yang dilakukan oleh perusahaan tidak mampu untuk menutupi
kebutuhan dan membiayai kegiatan operasional sehingga diperlukan sumber dana
lainnya yang dilakukan dalam bentuk hutang. Bisa dilihat pada laporan posisi
keuangan di sisi liabilitas hutang perusahaan terus mengalami peningkatan. Situasi
tersebut juga tercermin dalam laporan arus kas perusahaan pada bagian arus kas
operasi berposisikan negatif.

2.1.3. Analisis Rasio Solvabilitas

Ukuran 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Rata - Rata

Debt Ratio 1.06 0.96 0.86 0.54 0.53 1.08 0.89


Debt to Equity
17.75 (24.12) (7.17) (2.17) (2.11) 11.91 (0.99)
Ratio
Time Interest
(0.01) 0.13 (0.57) 3.50 (0.96) (2.50) (0.33)
Earned Ratio

Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukan besarnya aset perusahaan yang dibiayai
oleh hutang. Rasio ini juga menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar
seluruh kewajibannya baik yang bersifat jangka pendek ataupun jangka panjang.
Perusahaan yang memiliki rasio solvabilitas yang tinggi cenderung memiliki risiko
kerugian yang lebih besar. Beberapa ukuran rasio solvabilitas yang sering digunakan
adalah:

a. Debt Ratio
Rasio ini menunjukan seberapa besar pendanaan perusahaan yang dibiayai melalui
hutang dibandingkan dengan jumlah aset yang dimiliki. Selama periode
pengamatan, rata – rata rasio hutang (Debt Ratio) perusahaan berada di angka 0,89,
angka tersebut mencerminkan bahwa hutang yang dimiliki sebesar 80% dari jumlah
aset.

b. Debt to Equity Ratio (DER)


Rasio ini menunjukan nilai relatif antara jumlah hutang dengan jumlah modal atau
ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Dari formula yang diteapkan dalam rasio ini
dapat diketahui atau menunjukan besarnya aset dan operasional yang dibiayai
melalui hutang dibandingkan dengan pembiayaan melalui ekuitas. Rasio DER yang
dihitung selama periode pengamatan menunjukan rasio sebesar 0,99 yang berarti
seluruh aset dan kegiaatan operasional dibiayai dengan hutang.

8
Jika dilihat secara lebih mendalam, perusahaan memiliki peningkatan hutang yang
cukup signifikan teruatama pada tahun 2012 dan 2013 masing – masing sebesar
19,91% dan 22,17%. Labih lanjut, jika dilihat dari kepatuhan atas Regulasi
Pemerintah No. 169/PMK.010/2015 yang mengatur tentang batas maksimum hutang
yang boleh dimiliki oleh perusahaan swasta ukuran dan Batasan tersebut sudah
dilewati oleh perusahaan.

2.1.4. Analisis Rasio Profitabilitas.

Ukuran 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Rata - Rata

2.2 Analisa Horisontal (Trend Analysis)

2.2.1. Posisi Keuangan


Jumlah aset perusahaan secara keseluruhan selama masa periode pengamatan
mempunyai data yang berfluktuatif dengan kecendrungan untuk terus menurun dengan
rata rata laju penurunan sebesar negatif 12,6% untuk aset lancar dan sebesar negatif -
6,6% untuk aset tidak lancar. Secara keseluruhan selama periode pengamatan jumlah
aset perusahaan mengalami penurunan rata – rata setiap tahunnya sebesar negatif -9,2%.

Untuk jumlah aset lancar penurunan yang terjadi disebabkan oleh berkurangnya
beberapa aset perusahaan secara signifikan seperti Piutang, Wesel Tagih dan Persediaan.
Seiring dengan banyaknya pembiayaan yang dilakukan dengan menggunakan hutang
membuat perusahaan harus mencari cara untuk mendapatkan dana tunai dengan memilih
melakukan penjualan aset baik lancaar maupun tidak lancar.

Satu – satunya yang membuat perusahaan ini masih bisa bertahan karena masih
tersisanya tagihan dalam bentuk jasa manajemen (Management Fee’s) kepada anak
perusahaan disertai dengan pada tahun 2014 juga perusahaan melakukan penjualan atas
anak perusahaan yang dimilikinya dan juga adanya piutang lain lain dalam bentuk
perjanjian dimana Bumi akan menerbitkan saham baru untuk membantu membiayai
kegiatan operasional perusahaannya.

Sedangkan untuk aset tidak lancar penurunan yang terjadi disebabkan oleh adanya
penjualan anak perusahaan yang sebelumnya sudah diuraikan dan juga aset eksplorasi.
Aset explorasi perusahaan menurun disebabkan mulai melambatnya kegiatan perusahaan
sehubungan dengan semakin tingginya hutang yang digunakan untuk membiayai kegiatan
operasional. Berkurang atau berhentinya kegiatan eksplorasi perusahaan menyebabkan
perusahaan tidak mempunyai persediaan yang dijual sehingga hal ini berdampak atau
sejalan dengan penurunan penjualan yang terjadi selama periode pengamatan yang
dilakukan.

9
Dari sisi Liabilitas lancar, peningkatan terjadi pada akun akrual dan juga pinjaman bank
yang digunaan untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Karena kesulitan dalam
memperoleh kas banyak beban yang pembayarannya ditangguhkan sehingga
menyebabkan saldo pada beban akrual meningkat dengan rata – rata pertumbuhan
selama periode pengamatan sebesar 221%. Keadaan tersebut semakin bertambah buruk
dimana perusahaan juga mempunyai kewajiban sebagai penjamin dari obligasi wajib
konversi yang diterbitkan oleh salah satu anak perusahaannya.

Selain itu liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo juga mengalami kenaikan
signifikan, tercatat selama periode pengamatan bertumbuh lebih dari 200% yaitu sebesar
217.40% tahun 2012 dan 226.4% di tahun 2013. Perusahaan harus mengambil langkah
melalukan re-financing atau pembiayaan kembali untuk tetap bisa melanjutkan kegiatan
usahanya.

Dampak dari tidak mampunya membayar hutang ditambah dengan adanya penerbitan
obliges wajib konversi ke dalam bentuk saham menyebabkan perusahaan harus
menanggung beban yang cukup tinggi sehingga pada akhirnya diberikan solusi untuk
mengksekusi opsi konversi yang melekat pada instrumen hutang yang dikeluarkan oleh
perusahaan. Eksekusi opsi konversi tersebut menyebabkan bertambahnya jumlah modal
yang dimiliki oleh perusahaan seperti yang tersaji dalam laporan keuangan tahun 2014
dan 2017 tapi juga membuat para pemegang saham lama otomatis terdilusi.

Walaupun sejumlah hutang dan obligasi sudah dikonversikan menjadi saham akan tetapi
beban bunga yang terjadi tidak bisa dihapuskan begitu saja. Besarnya beban keuangan
yang terjadi ditambah dengan kinerja penjualan perusahaan yang tidak optimal
menyebabkan laba ditahan perusahaan mengalami penurunan yang signifikan sebesar
140.6% dan mempuyai kecendrungan untuk terus menurun selama periode pengamatan.
Kerugian tersebut ada akhirnya menyebabkan perusahaan berada dalam situasi yang
dikenal dengan capital deficiency atau kerugian yang menggerus modal.
2.2.2. Laba Rugi Komprehensif
Sales perusahaan mempunyai tren yang menurun dengan penurunan rata – rata sebesar
35%, untuk penurunan tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar 98.3% dan berlanjut
sampai dengan tahun 2015 dengan kembali menurun sebesar 34.6%. Untuk selanjutnya
pendapatan perusahaan tidak berasal dari kegiatan penjualan lagi dikarenakan adanya
pengurangan kegiatan eksplorasi dan pertambangan dan juga adanya perubahan
kegiatan bisnis perusahaan sehingga sejak tahun 2014 sampai dengan sekarang
pendapatan perusahaan hanya berasal dari jasa manajemen.

Untuk COGS perusahaan mengalami fluktuasi selama periode pengamatan, terhitung dari
tahun 2012 sampai dengan 2013 terjadi kenaikan sebesar 16% dan selanjutnya COGS
perusahaan terus menerus mengalami penurunan dengan penurunan tersebsar terjadi
pada tahun 2015 sebesar 100%. Pada tahun 2015 perusahaan sudah tidak lagi mempunyai
COGS karena adanya perpindahan usaha utama sejak dijualnya entitas anak.

Perusahaan tidak lagi mengeluarkan biaya untuk Explorasi dan Evaluasi sejak tahun 2013.
Kerugian terus menerus perusahaan dimulai pada tahun 2012 ketika sales turun 6%
namun COGS naik 16% dan operating expense naik. Dari situ keuntungan perusahaan
turun sebesar 45% dari tahun 2012 dan terus menerus merugi sampai tahun 2017.

10
2.3 Analisa Vertikal (Common Size Analysis)

2.3.1. Laporan Posisi Keuangan


Komposisi penyusun jumlah aset untuk perusahaan selama periode pengamatan terdiri
dari jumlah aset ancardan aset tidak lancar dengan komposisi rata rata masing masing
sebesar 21,4% dan 78,6% sehingga jumlah tersebut menjadi genap 100%. Untuk aset
lancar tersusun atas komposisi aset lepasan yang merupakan termasuk dalam kategori
aset yang siap untuk dijual dimana di dalamnya mayoritas berisikan atas kepemilikan
sama perusahaan pada entitas anak dan piutang lain lain yang berupa piutang
pemesanan saham melalui mekanisme Penawaran Umum Terbatas (PUT)

Sedangkan untuk aset tidak lancar komposisi penyusunnya terkontribusi dari investasi
pada anak perusahaan, aset eksplorasi dan aset tetap. Untuk aset eksplorasi terhitung
pada tahun 2017 kembali mulai digerakan setelah sebelumnya sempat dilepas untuk
membiayai kegiatan operasional perusahaan secara tidak langsung dengan melunasi
beberapa hutang telah jatuh tempo. Aset eksplorasi ini dimiliki oleh entitas anak
perusahaan dan salah satu entitasnya sudah bisa mendapatkan ijin untuk merubah
statusnya dari hanya eksplorasi menjadi eksplorasi dan pertambangan. Sedangkan untuk
Aset tetap kontribusinya terhadap total aset perusahaan selalu berfluktuasi, Hal ini
disebabkan karena aset tetap banyak yang sudah dijual karena berhentinya operasi
perusahaan dan juga digunakan untuk memenuhi kekurangan kas untuk memenuhi
kewajiban perusahaan.

Dari sisi kiri yaitu Liabilitas dan Ekuitas, komponen penyusunan jumlah total terdiri dari
liabilitas sebesar 130,5% dan ekuitas dengan posisi negatif 30,5 sehingga total
keseluruhan menjadi 100%. Untuk liabilitas sendiri terbagi menjadi liabilitas jangka
pendek dan liabilitas jangka Panjang dengan masing masing memberikan kontribusi
sebesar 71,9% dan 58,6%.

Untuk liabilitas lancar komponen penyusun utamanya terdiri dari liabilitas yang akan
jatuh tempo dalam waktu 1 tahun dengan kontribusi sebesar 37,6% dan kemudian diikuti
oleh beban akrual sebesar 8,2%. Sedangkan untuk liabilitas tidak lancar komponen
penyusun utamanya terdiri dari pinjaman jangka panjang dan hutang afiliasi dengan
komposisi rata rata selama periode pengamatan masing masing sebesar 43,1% dan 11,4%.
Perusahaan berusaha semaksimal mungkin untuk mengurangi beban hutangnya dengan
melakukan pembayaran dan terlihat dalam laporan keuangan jumlah hutangnya sedikit
demi sedikit mengalami penurunan yaitu 51,35% pada tahun 2012 dan kemudian
menurun kembali menjadi 33,87% pada tahun 2013. Selama beberapa tahun perusahaan
berusaha membenahi keuangannya akan tetapi sepertinya kurang berjalan sehingga
kembali pada tahun 2016 jumlah hutangnya kembali mengalami peningkatan sebesar
124,55% dan terus bertumbuh.

Sedangkan untuk hutang afiliasi, walaupun secara prosentase rata – rata memberikan
kontribusi yang rendah akan tetapi jika pergerakannya diamati selama periode
pengamatan menunjukan trend yang terus mengalami peningkatan. Kontribusi hutang
afiliasi yang tertinggi secara berturut turut untuk tahun 2015 dan 2016 adalah 24,18%
dan 26,44%. Hal ini meniunjukan selain dengan pinjaman berbeban bunga, pembiayaan
perusahaan juga di dukung oleh adanya pembiayaan dari pihak grup perusahaan.

11
2.3.2. Laporan Laba Rugi
COGS perusahaan

PT Bumi juga perlahan mengalami penurunan ratio dari total penjualan dari tahun 2013
sampai dengan tahun 2014, dari ratio 80,66% menjadi 9,23%. Tahun 2015 PT. BUMI tidak
mempunyai COGS dikarenakan ada nya penjualan entitas anak.

PT Bumi juga tidak lagi mengeluarkan biaya untuk explorasi dan evaluasi sejak tahun
2013.

12
2.4 Analisa Arus Kas

Pengertian Arus Kas (Cash Flow)


Arus kas (cash flow) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi,
kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi pembiayaan/pendanaan serta kenaikan atau
penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan selama satu periode.

Menurut PSAK No.2 (2002 :5) Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Laporan
arus kas merupakan revisi dari mana uang kas diperoleh perusahaan dan bagaimana mereka
membelanjakannya. Laporan arus kas merupakan ringkasan dari penerimaan dan pengeluaran kas
perusahaan selama periode tertentu (biasanya satu tahun buku).

Laporan arus kas (cash flow) mengandung dua macam aliran/arus kas yaitu :

1. Cash inflow

Cash inflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang melahirkan keuntungan kas
(penerimaan kas). Arus kas masuk (cash inflow) terdiri dari:

• Hasil penjualan produk/jasa perusahaan.


• Penagihan piutang dari penjualan kredit.
• Penjualan aktiva tetap yang ada.
• Penerimaan investasi dari pemilik atau saham bila perseroan terbatas.
• Pinjaman/hutang dari pihak lain.
• Penerimaan sewa dan pendapatan lain.

2. Cash out flow

Cash out flow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang mengakibatkan beban
pengeluaran kas. Arus kas keluar (cash out flow) terdiri dari :

• Pengeluaran biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya pabrik lain-lain.
• Pengeluaran biaya administrasi umum dan administrasi penjualan.
• Pembelian aktiva tetap.
• Pembayaran hutang-hutang perusahaan.
• Pembayaran kembali investasi dari pemilik perusahaan.
• Pembayaran sewa, pajak, deviden, bunga dan pengeluaran lain-lain.

Laporan arus kas ini memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas
dari perusahaan dari suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi berdasarkan pada
kegiatan operasi, investasi dan pendanaan.

Menurut PSAK No.2 (2002:9) Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu
yang diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

13
2.4.1. Arus Kas Operasi

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

ARUS KAS DARI AKTIVITAS


OPERASI
PENERIMAAN DARI
PELANGGAN 3,849,302,333 3,829,280,777 3,415,479,396 17,928,455 11,582,639 24,296,328 897,273,943
PENERIMAAN DARI
PENGHASILAN BUNGA 5,293,122 5,046,705 7,118,938 519,325 141,793 94,833 145,547
PEMBAYARAN KEPADA
PEMASO, KARYAWAN, DAN (2,225,266,319) (2,367,544,354) (2,541,503,797) (54,843,614) (11,464,292) (54,105,466) (560,366,623)
LAIN-LAIN
PEMBAYARAN PAJAK
PENGHASILAN (579,774,949) (391,384,450) (155,341,801) (18,641,814) (19,213,578) (19,591,424) (316,990,842)
PEMBAYARAN KEPADA
PEMERINTAH (392,605,769) (287,912,075) (277,686,806) - - - (147,698,949)
PEMBAYARAN BUNGA DAN
BEBAN KEUANGAN (461,683,685) (546,640,175) (418,775,013) (132,778,117) (12,931,726) (3,751,245) (70,589)
KAS NETO DIPEROLEH DARI
AKTIVITAS OPERASI 195,264,733 240,846,428 29,290,917 (187,815,765) (31,885,164) (53,056,974) (127,707,513)

Dalam laporan arus kas operasi dari tahun 2011 kas neto diperoleh dari aktivitas operasi
perusahaan sebesar 195,264,733. kemudian pada tahun 2012 kas neto dari aktivitas operasi
menjadi 240,846,428. Hal tersebut diakibatkan pembayaran pajak penghasilan mengalami
penurunan signifikan dari 579,774,949 di tahun 2011 menjadi 391,384,450. Sedangkan kas
yang bersumber dari penerimaan pelanggan tidak banyak mengalami perubahan dari tahun
2011 ke tahun 2012 yaitu sebesar 3,849,302,333 menjadi 3,829,280,777, sedangkan pada
tahun 2013 kas neto dari aktivitas operasi sebesar 29,290,917 adalah yang terkecil selama
tiga tahun terakhir hal ini disebabkan oleh penerimaan dari pelanggan mengalami penurunan
menjadi sebesar 3,415,479,396 di tahun 2013 atau turun sebesar 413,801,381 atau sebesar
10,8% dibanding penerimaan pada tahun 2012, namun pembayaran kepada pemasok,
karyawan dll mengalami peningkatkan dibanding tahun 2012 yaitu menjadi 2,541,503,797
pada tahun 2013 hal tersebut yang mengakibatkan kas neto pada tahun 2013 menjadi relatif
kecil. Sedangkan pada tahun 2014 kas neto dari aktivitas operasi minus 187,815,765 hal
tersebut menunjukan kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasi semakin
lemah, hal tersebut dibuktikan dengan penerimaan dari pelanggan yang hanya sebesar
17,928,455 namun pembayaran terhadap pemasok, karyawan dll sebesar 54,843,612 hal
tersebut menunjukan ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibanya pada
tahun 2014, hal tersebut berlanjut pada tahun 2015 kas neto dari aktivitas operasi masih
minus 31,885,164, pada tahun tahun ini perusahaan mencoba melakukan restrukturisasi atas
pembayaran bunga dan beban keuangan sehingga pembayaran bunga dan beban keuangan
turun menjadi 12,931,726, keadaan yang sama masih berlanjut hingga tahun 2016 dimana
kas dari aktivitas operasi masih minus sebsar 53,056,974 hal tersebut diakibatkan oleh
aktivitas kas dari pelanggan yang belum naik signifikan yang hanya sebesar 24,296,328
namun pembayaran kepada pemasok sebesar 54,105,466. Sehingga arus kas pada tahun 2016
masih minus, dan di tahun 2017 penerimaan dari sisi pelanggan mengalami peningkatan
sebesar 897,273,943 hal tersebut dipengaruhi oleh harga batubara yang terkerek naik dari
tahun-tahun sebelumnya sehingga permintaan untuk pertambangan juga mengalami
peningkatan namun hal tersebut belum mampu membuat arus kas operasi perusahaan
membaik dan kas neto dari aktivitas operasi masih dalam posisi minus sebesar 127,707,513.
Hal tersebut diakibatkan adanya kenaikan kas keluar dari pos pembayaran kepada karyawan,
pembayaran pajak dan pembayaran ke pemerintah.

14
2.4.2. Arus Kas Investasi

ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

PEMBELIAN ASET TETAP


(318,182,885) (289,068,264) (36,491,162) (212,155) (668,103) (21,534) (1,090,528)
PEMBAYARAN BIAYA EXPLORASI DAN
PENGEMBANGAN (36,837,384) (48,502,289) (9,465,492) (12,005,666) (4,690,413) (9,441,680) (35,710,695)
PENURUNAN (KENAIKAN ) PIUTANG
BERELASI 174,227 (65,279,714) 13,992,946 6,908,291 (2,441,035) 57,543,767 8,403,084
PENERIMAAN DARI PENEBUSAN (
PENEMPATAN ) WESEL TAGIH 4,921,326 (464,443) 81,034,424 - - - -
PINJAMAN YANG DIBERIKAN KEPADA
PIHAK KETIGA (8,532,016) (8,248,002) (1,191,917) - - - -
PENERIMAAN DARI PINJAMAN YANG
DIBERIKAN KEPADA PIHAK KETIGA - 8,455,656 - - - - -
PENARIKAN ATAS ASET KEUANGAN
TERSEDIA UNTUK DIJUAL - 10,000,000 - - - - -
PENARIKAN DEPOSITO BERJANGKA
8,675,240 985,747 2,052,483 - - - -
PENERIMAAN DIVIDEN
48,000,000 - - - - - -
PENERIMAAN DARI PENJUALAN ASET
TETAP 11,829 - 83,141 - 85,911 9,939 -
UANG MUKA PROYEK PENGEMBANGAN
USAHA (57,516,048) - - - - -
PENEBUSAN ASET DERIVATIF
- - - 7,444,581 - - -
MUTASI PROPERTI TAMBANG
- - (50,076,578) - - - -
PENGEMBALIAN DARI BIAYA PROYEK
PENGEMBANGAN USAHA - - 112,778,779 - - - -
PEMBAYARAN BIAYA PROYEK UNIT USAHA
- - - (3,884,601) (3,383,053) - -
PEMBAYARAN BIAYA PROPERTI
PERTAMBANGAN - - - (1,332,050) (1,448,434) (2,498,756) (3,179,149)
PENERIMAAN DARI PENJUALAN ENTITAS
ANAK - - - - 67,850,000 20,540,712 -
KAS NETO DIGUNAKAN DARI AKTIVITAS
INVESTASI (359,285,711) (392,121,309) 112,716,624 (3,081,600) 55,304,873 66,132,448 (31,577,288)

15
Analisa arus kas investasi pada perusahaan PT. Bumi Resources pada tahun 2011 mengalami
minus sebesar 359,285,711 hal tersebut dipengaruhi dari pembelian aset tetap 318,182,885 dan
biaya ekplorasi dan pengembangan sebesar 36,837,384 serta uang muka pengembangan proyek
sebesar 57,516,048 di sisi penerimaan deviden hanya sebesar 48,000,000 hal tersebut bisa
disimpulkan bawah perusahaan masih fokus dalam pengembangan dan ekplorasi tambang baru,
dimana terlihat dari aktivitas pembelian aset tetap, pembayaran biaya ekplorasi dan
pengembangan usaha baru, sehingga kas neto pada tahun 2011 masih minus. Pada tahun 2012
aktivitas ekplorasi dan pengembangan mengalami peningkatan dari tahun 2011 ke tahun 2012
yaitu menjadi 48,502,289 dan adanya pemberian hutang berelasi sebesar 65,279,714
menjadikan kas neto dari aktivitas investasi tahun 2012 minus sebesar 392,121,309, seiring
merosotnya harga pasaran batubara perusahaan juga pada tahun 2013 aktivitas pembelian aset
tetap pada tahun tersebut mengalami penurunan yang signifikan hanya sebesar 36,491,162 dan
perusahaan juga mengurangi kegiatan investasi di biaya eksplorasi dan pengembangan turun
menjadi hanya 9,465,492 hal tersebut karena terjadi kelesuan permintaan komiditas batubara,
yang menjadikan kas neto dari aktivitas investasi positif sebesar 112,716,624 didapatkan dari
aktivitas pengembalian proyek pengembangan usaha sebesar 112,778,779 dan penerimaan wesel
tagih sebesar 81,034,424, mengacu pada trend penurunan harga batubara di tahun 2014
perusahaan mengurangi investasi hal ini ditunjukan dari aktivitas investasi terlihat dari aktivitas
penegembangan usaha dan pembelian aset tetap yang relatif menurun dibanding tahun
sebelumnya, sehingga tercatat pada tahun 2014 kas neto dari aktivitas investasi minus
3,081,600, hal tersebut tidak banyak berubah hingga tahun 2016 hal tersebut dikarenakan
permintaan akan komoditas batubara masih cenderung menurun yang mengakibatkan harga
tergerus hingga 51,2 US$/ton pada juni tahun 2016, sehingga untuk bertahan perusahaan
terpaksa menjual entitas anak usaha dan penjualan aset tetap sehingga pada tahun 2015 dan
2016 kas neto dari aktivitas investasi positif sebesar 55,304,873 dan 66,132,448, baru pada
tahun 2017 seiring dengan meningkatnya harga pasaran batubara yang mencapai 101,69 US$/ton
pada januari 2017 meskipun masih terjadi fluktuasi tapi menjelang semestar 2 harga batubara
kembali menunjukan kinerja yang positif sehingga hal tersebut berdampak terhadap aktivitas
perusahaan dimana mulai lagi menggenjot investasi dengan pembelian aset tetap sebesar
1,090,528 dan pembayaran biaya eksplorasi sebesar 35,710,695 sehingga kas neto aktivitas
investasi minus sebesar 31,557,288 dikarenakan perusahaan coba kembali fokus dalam eksplorasi
dan pengembangan. Berikut juga kami lampirkan pergerakan harga batubara 5 tahun terakhir.

16
2.4.3. Arus Kas Pendanaan

ARUS KAS DARI AKIVITAS PENDANAAN 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

PEMBAYARAN ATAS PINJAMAN


(973,414,766) (752,041,161) (151,152,606) (36,367,323) (55,330,025) (18,601,054) (94,650)
PENERIMAAN DARI PINJAMAN
1,213,500,279 838,539,934 79,333,332 61,800,000 - - -
KENAIKAN ( PENURUNAN ) UTANG
PIHAK BERELASI (55,276,806) 91,419,832 (20,313,479) 149,190,137 33,714,058 (260,470) 188,939,594
PENARIKAN KAS DI BANK YANG
DIBATASI PENGGUNAANNYA 4,152,474 65,235,008 27,904,326 15,497,809 (53,930) 113,399 -
PEMBAYARAN UTANG SEWA
PEMBIAYAAN (79,167,064) (87,814,857) (75,768,973) - - - -
PEMBAYARAN DIVIDEN
(98,639,060) (27,180,104) - - - - -
PEMBAYARAN OBLIGASI KONVERSI
(7,900,000) - - - - - -
KAS NETO DIPEROLEH DARI
AKTIVITAS PENDANAAN 3,255,057 128,158,652 (139,997,400) 190,120,623 (21,669,897) (18,748,125) 188,844,944

Dari laporan arus kas pendanaan dapat dinilai perusahaan dari tahun 2011 masih
mengandalkan pinjaman untuk menjalankan operationalnya hal tersebut terlihat
penerimaan pinjaman dalam tahun 2011 sebesar 1,213,500,279 dan pembayaran atas
pinjaman sebesar 973,414,766 hal tersebut mengindikasikan perusahaan dalam
operationalnya tutup lubang gali lubang hal tersebut terlihat besaran pembayaran hutang
dan penerimaan hutang tidak terpaut cukup jauh hanya 240,085,513. Dan pada tahun 2011
perusahaan juga melakukan pembayaran deviden sebesar 98,639,060 dan pembayaran utang
sewa pembiayaan 79,167,064 sehingga kas neto dari aktivitas pendanaan positif di angka
3,255,057 secara keseluruhan tahun 2011 bisa dibilang lebih baik dibandingkan tahun 2012
dimana aktivitas penerimaan pinjaman sebesar 838,539,934 digunakan untuk membayar
pinjaman sebesar 752,041,161, guna menutupi operational perusahaan harus melakukan
penarikan kas di bank sebesar 65,235,008, dan kenaikan utang relasi sebesar 65,235,008 jadi
meskipun saldo posituf diakhir tahun 2012 kinerja perusahaan terbilang kurang begitu baik
karena aliran arus kan banyak diambil dari hutang dan penarikan kas di bank, pada tahun
2013 kesulitan atas pembayran pinjaman terlihat dari pembayaran hutang menurun drastis
hanya 151,152,606 yang dana tersebut juga di dapat dari pinjaman sebesar 79,333,332 dan
adanya penarikan saldo kas sebesar 27,904,326. Sehingga kas neto pada aktivitas pendanaan
minus 139,997,400 hal ini mengindikasikan perusahaan dalam kesulitan dalam memenuhi
kewajibanya. Di tahun 2014 dimana harga batubara juga terus mengalami trend penurunan
harga mengakibatkan arus kas didominasi oleh penarikan kas di bank sebesar 15,497,809,
penerimaan pinjaman 61,800,000 dan adanya kenaikan hutang sebesar 149,190,137 hal
tersebut mengindikasikan bahwa kas neto pada arus kas pendanaan positif 190,120,623 hal
tersebut mengindikasikan bahwa operational perusahaan didominasi dari pinjaman dan
penarikan kas, di tahun 2015 juga tidak ada perubahan yang terlalu signifikan dalam
kegiatan arus kas pendanaan perusahaan dimana kas neto minus 21,669,897 didominasi oleh
pembayaran hutang, hal tersebut berlangsung sampai dengan tahun 2016 dimana kas neto
minus di angka 18,784,125 dimana tidak ada penerimaan hutang baru, perusahaan hanya
membayar hutang dan pinjaman serta penarikan kas di bank yang nilainya tidak terlalu
signifikan, baru pada tahun 2017 dimana harga batubara mencapai harga level tertinggi yang

17
mencapai angka 101 US$/ton, perusahaan kembali melakukan pinjaman untuk kegiatan
operational dimana permintaan juga meningkat sehingga perusahaan membutuhkan kas
dalam melakukan kegiatan eksplorasinya, kas neto pada tahun 2017 dari aktivitas pendanaan
positif sebesar 188,884,944.

2.4.4. Arus Kas Bebas (Free Cash Flow)

Pengertian Arus Kas Bebas adalah sisa perhitungan arus kas yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan di akhir suatu periode keuangan (kuartalan atau tahunan)—setelah membayar
gaji, biaya produksi, tagihan, cicilan hutang berikut bunganya, pajak, dan juga belanja
modal (capital expenditure) untuk pengembangan usaha. Sisa uang inilah yang disebut Arus
Kas Bebas. Meski dinamankan bebas tapi manajemen tidak bisa sebebasnya menggunakan
uang ini karena uang sisa inilah yang bisa digunakan untuk mengembangkan usaha, kalau
tidak mengambil dana dari hutang dan sumber dana lainnya.

Rumus Arus Kas Bebas

Rumus untuk menghitung Arus Kas Bebas adalah berikut:

Arus Kas Bebas = Arus Kas dari Operasi – Belanja Modal

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Arus 195,264,733 240,846,428 29,290,917 (187,815,765) (31,885,164) (53,056,974) (127,707,573)


Kas
Operasi
Belanja (318,182,885) (289,068,264) (36,491,162) (212,515) (668,103) (21,534) (1,090,528)
Modal

Arus (122,918,152) (48,221,836) (7,200,245) (188,028,280) (32,553,267) (53,078,508) (128,798,101)


kas
bebas

Arus kas perusahaan dari tahun 2011 sampai dengan 2017 masih menunjukan angka yang
negativ, hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan operational tidak mampu
menghasilkan laba guna menunjang ekspansi atau pengembangan usaha. Jadi menjadi
warning yang berbahaya bagi perusahaan karena arus kas bebas selalu menunjukan trend
negativ yang artinya harus ada sumber dana pengganti yaitu dari hutang, dan jika melihat
kinerja dan harga pasaran batubara akan sangat berbahaya bagi perusahaan jika salah
perhitungan dalam pendanaan bisa berpotensi gagal bayar hutang perusahaan. Meskipun
arus kas bebas ditahun 2017 masih menunjukan angka minus 128,798,101 hal tersebut
dikarenakan adanya pengembangan dan kegiatan operational perusahaan guna dapat
menghasilkan pendapatan dikarenakan harga batubara pada tahun 2017 beranjak naik
hingga menyentuh angka 101,69 US$/ton, hal tersebut bisa menjadi peluang yang baik bagi Bumi
Resources untuk meningkatkan pendapatan.

18
2.5 Analisa Dupont
2.5.1. ROE
ROE (Return on Equity) pada dasarnya merupakan ratio profitabilitas suatu perusahaan.
Di dalamnya terkandung informasi berapa banyak keuntungan dihasilkan dari investasi
pemegang saham, bukan dari keseluruhan investasi perusahaan pada aset.

ROE adalah persamaan sederhana Return dibagi Equity. Tetapi ketika kita menggunakan
analisa DuPont maka hal menjadi tidak sesederhana itu saja. Hal ini dikarenakan di
dalamnya terkandung beberapa ratio yang dapat dipergunakan untuk lebih memahami
kondisi keuangan perusahaan.

Pada tahun 1914, F. Donaldson Brown bergabung dengan DuPont Corporation di


departemen tresuri. Pada saat itu DuPont telah memiliki sekian persen kepemilikan
General Motors, sehingga Donaldson ditugaskan untuk mengeluarkan DuPont dari celaka
keuangan. Kemudian Donaldson mencoba metode analisa unik yang menurutnya mungkin
berguna. Dan analisa tersebut dinamakan analisa DuPont.

Jika kita memperhatikan ROE dari sudut pandang yang berbeda, kita akan memperoleh
rumus berikut:

ROE = ROA * FLM

ROE = (NPM * TATO) * (Total Assets / Common Stock Equity)

ROE = ((Earnings / Sales) * (Sales / Total Assets)) * ((Total Liabilities + Shareholders


Equity) / Common Stock Equity)

Informasi ROE sangtlah berguna. Tetapi bagi investor yang ingin mengetahui “mengapa”
diperoleh ROE tersebut (tinggi atau rendah), mereka memerlukan analisa DuPont untuk
mengetahui dengan jelas di mana letak permasalahan dan di mana titik kuat perusahaan.

Dalam model DuPont, kita dapat melihat tiga ratio yang mana dapat dipergunakan untuk
mengambil keputusan apakah bijak untuk berinventasi ke perusahaan atau tidak.

Dengan menggunakan model analisa DuPont, kita dapat mengurangi peluang kerugian
dengan memperhatikan Profit Margin dan Asset Turnover dan sebaliknya.

Berikut adalah laporan laba rugi BUMI:

19
ROE (2017) = 84.77%

ROE = ROA * FLM

84.77% = 6.57% * 12.91

ROE = (NPM * TATO) * (Total Assets / Common Stock Equity)

84.77% = (1397.77% * 0.0047) * (3,696,498,624 / 286,351,002)

ROE = ((Earnings / Sales) * (Sales / Total Assets)) * ((Total Liabilities + Shareholders


Equity) / Common Stock Equity)

84.77% = ((242,746,183 / 17,366,667) * (17,366,667 / 3,696,498,624)) * ((3,410,147,622


+ 286,351,002) / 286,351,002)

Dapat disimpulkan bahwa untuk BUMI:

- Penjualan perlu ditingkatkan.

- Hutang perlu dikurangi.

Namun analisa DuPont memiliki kekurangan, di antaranya:

20
- Terlalu banyak input yang dibutuhkan. Sehingga jika ada satu kesalahan pada
perhitungan, keseluruhannya menjadi salah. Terlebih lagi, sumber informasi harus dapat
diandalkan. Kesalahan perhitungan sama dengan kesalahan interpretasi.

- Faktor musiman harus dimasukkan ke dalam pertimbangan dalam menghitung ratio.


Pada kasus analisa DuPont, faktor musiman harus dimasukkan ke dalam perhitungan yang
mana sering kali hal ini tidak memungkinkan.

Terlepas dari hal ini semua, analisa DuPont sangatlah berguna, dan jika investor dapat
menghitung ratio tanpa ada kesalahan, mereka akan memperoleh kejelasan yang lebih
mendalam tentang perusahaan yang sedang ditelaah.

21
BAB III
KESIMPULAN

3.1 L

3.2 P

22
BAB IV
LAMPIRAN

4.1 Z

23
DAFTAR PUSTAKA

24

Anda mungkin juga menyukai