Oleh :
Nama : Finna Fernanda Hapsari
NIM : B1A015122
Kelompok :4
Rombongan :I
1.1 Tujuan
1.2 Manfaat
2.1 Materi
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah mencit jantan/betina
umur minimal 8 minggu, akuabides, larutan monosodium glutamate (5 dan 10 mg),
gluco-stick nomor 8, air minum mencit, pakan pelet 495, dan sekam padi.
Alat yang digunakan adalah kandang mencit ukuran 34x28x14 cm3,
GlucoDR, spuit injeksi 1 ml dengan jarum ukuran 27,5 G, sonde, dan timbangan
digital.
3.1 Hasil
Perlakuan Kontrol
15
10
0
M1-M0 M2-M1 M2-M0
BB KGD
Grafik 3.1.2 Pengaruh Perlakuan Dosis 5 mg terhadap Berat Badan dan Kadar
Glukosa darah
Perlakuan Dosis 5 mg
50
40
30
20
10
0
M1-M0 M2-M1 M2-M0
BB KGD
Grafik 3.1.3 Pengaruh Perlakuan Dosis 10 mg terhadap Berat Badan dan Kadar
Glukosa darah
Perlakuan Dosis 10 mg
14
12
10
8
6
4
2
0
M1-M0 M2-M1 M2-M0
BB KGD
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang didapat pada Tabel 3.1.3., pada rerata berat badan
mencit dengan perlakuan kontrol naik secara konstan yakni 28,65, 29,24, dan
31,7 gram. Perlakuan dosis 5 mg fluktuatif menuju minggu 1 turun dari 32,04
menjadi 28, 98 gram, kemudian pada minggu 2 naik dari 28,98 menjadi 30,67
gram. Perlakuan dosis 10 mg juga fluktuatif menuju minggu 1 naik dari 28,22
menjadi 30,08 gram, kemudian di minggu 2 turun dari 30,08 menjadi 25,61
gram. Menurut penelitian Muharani (2016), berat badan tikus Sprague-Dawley
naik secara konstan selama 2 minggu setelah diberi MSG. Berat badan mencit
yang fluktuatif pada praktikum bisa disebabkan karena stres lingkungan
sehingga dari minggu ke minggu menjadi tidak konstan naik.
Berdasarkan hasil yang didapat pada Tabel 3.1.3, pada rerata kadar
glukosa darah mencit dengan perlakuan kontrol fluktuatif menuju minggu 1
turun dari 133,2 menjadi 124,8 mg/dl, kemudian pada minggu 2 naik menjadi
136,2 mg/dl. Perlakuan dosis 5 mg fluktuatif menuju minggu 1 turun dari 129,4
menjadi 88,4 mg/dl, kemudian pada minggu 2 naik menjadi 120,6 mg/dl.
Perlakuan dosis 10 mg juga fluktuatif menuju minggu 1 naik dari 28,22 menjadi
30,08 gram, kemudian di minggu 2 turun dari 30,08 menjadi 25,61 gram.
Menurut penelitian Ismawati (2003), pemberian MSG dapat meningkatkan kadar
glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus). Kadar gula darah yang fluktuatif
pada praktikum bisa disebabkan karena saat akan diambil darahnya mencit stress
sehingga kadar gula darah yang terukur oleh GlucoDr menjadi tidak stabil dari
minggu ke minggu.
Berdasarkan penelitian yang diakukan oleh Ismawati (2003), pemberian
MSG dapat meningkatkan kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus),
makin tinggi dosis MSG yang diberikan, maka makin tinggi pula kadar glukosa
darahnya. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Muharani
(2016), bahwa berat badan tikus Sprague-Dawley sebelum perlakuan pemberian
MSG konstan lebih rendah dibanding setelah diberi MSG. Selain itu, menurut
Nijima (2000) pemberian MSG dapat menyebabkan penyimpangan perilaku
terhadap hewan uji, hal ini dikarenakan pemberian MSG dapat mengakibatkan
kerusakan sel pada bagian cerebellum.
Berdasarkan hasil penelitian untuk batasan metabolisme (30 mg/kg/hari),
rata-rata dalam sehari dibatasi penambahan MSG maksimal 2,5-3,5 g (untuk
berat badan 50-70 kg) dengan perhitungan dosis untuk satu sendok teh
pemakaian rata-rata berisi 4-6 gram MSG dan tisak disarankan untuk
dikonsumsi dalam dosis tinggi sekaligus (Prawirohadjono et al., 2000).
Peningkatan penggunaan MSG di dunia terjadi dari tahun 1995 hingga 2007
dengan rata-rata konsumsi 3-4 g/hari (Mahidin et al., 2018). MSG dapat
ditemukan dengan kadar yang cukup tinggi pada daging, brokoli, jamur, telur,
ayam, kentang, kecap, saus, keju, dan masih ada beberapa lainnya termasuk
dalam hal ini penyedap rasa alami seperti vanili atau daun pandan. Makanan
cepat saji tentunya juga tidak terlepas dari peran MSG sebagai pemberi cita rasa
enak atau umami (Sharma dan Deshmukh, 2015).
Asam glutamat berperan sebagai neurotransmiter pada otak serta
mengaktivasi regulasi dari sifat-sifat sel-sel saraf. Peran lainnya adalah dalam
metabolisme energi dan sintesis amino seperti glutation dan protein (Cooper dan
Jeitner, 2016). Selain berperan sebagai neurotransmiter pada sinaps eksitatori di
sistem saraf pusat, glutamate disini juga memodulasi eksitabilitas sel dan
transmisi sinaps melalui second messenger signaling. L-glutamat akan berikatan
dengan mGluR4 (metabotropic glutamate receptors) sebagai reseptor yang ada
pada taste bud, yang akan dipresentasikan sebagai rasa umami dioleh otak
(Ardyanto, 2004). Kadar MSG yang terlalu tinggi berbahaya terhadap kesehatan
pankreas. Dalam patologi pankreas, sedikit atau tidak ada insulin diproduksi,
atau sel-sel tubuh tidak merespon insulin yang dihasilkan mengarah ke
akumulasi glukosa dalam darah atau peningkatan tingkat (hiperglikemia) yang
mengakibatkan diabetes mellitus. Pankreas adalah organ retroperitoneal yang
sangat penting untuk pencernaan makanan usus. Sebagian besar pankreas terdiri
dari kelenjar eksokrin yang mensintesis dan mensekresikan sebagian besar
enzim pencernaan ke anak-anak saluran pankreas dan ke duodenum. Lipase
pankreas adalah enzim utama yang bertanggung jawab untuk pencernaan
trigliserida diet. Glukosa adalah sumber energi utama yang digunakan oleh sel.
Namun, glukosa tidak dapat masuk sel kecuali di hadapan insulin. Dalam fungsi
fisiologis normal pankreas, jumlah insulin yang tepat diproduksi untuk
mengangkut glukosa ke dalam sel (Abdulsalam et al., 2018).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Saran untuk praktikum ini adalah sebaiknya kode tinta pada tubuh mencit
dicek setiap hari agar apabila tinta tersebut pudar dapat langsung dilakukan
penandaan kembali. Perlu dilakukan latihan penyondean agar praktikan dapat lebih
lancar menyonde.
DAFTAR REFERENSI
Abdulsalam, H., Adamu, S., Sambo, S. J., Chiroma1, M. A., Gadzama, J. J.,
Mohzo1, D. L. & Atata, J. A., 2018. Monosodium glutamate-induced changes
on plasma markers of pancreatic function in adult male Wistar rats. Sokoto
Journal of Veterinary Sciences, 16(2), pp. 21-27.
Cooper, A. J. L. & Jeitner, T. M., 2016. Central Role of Glutamate Metabolism in the
Maintenance of Nitrogen Homeostasis in Normal and Hyperammonemic
Brain. Biomolecules, 6(2), pp. 16-21.
Ismawati, I., 2003. Pengaruh Monosodium Glutamate terhadap Kadar Glukosa Darah
Tikus Putih (Rattus norvegicus) [skripsi]. Surabaya: Universitas Airlangga.
Muharani, E., 2016. Pengaruh Pemberian MSG (Monosodium glutamate) pada Tikus
Sprague-Dawley Betina Usia Reproduktif Selama 2 minggu terhadap Kadar
Enzim Penanda Kerusakan Sel Hati (AST/ALT) [skripsi]. Jakarta:
Universitas Islam Negeri.
Prawirohardjono, W., Dwiprahasto, I., Astuti, I., Hadiwandowo, S., Kristin, E.,
Muhammad, M., Kelly, M. F., 2000. The administration to Indonesians of
monosodium L-glutamate in Indonesian foods: an assessment of adverse
reactions in a randomized double-blind, crossover, placebo-controlled study.
J Nutr, Volume 130, pp. 1074-1076.
Sharma, V. & Deshmukh, R., 2015. Ajinomoto (MSG): a fifth taste or a bio bomb.
EJMPR, 5(2), pp. 381-400.