Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN THALASEMIA

Nama : RESTU AMANAH

Nim : PO.71.20.1.15.067

Dosen Pembimbing : Rosnani M.Kep., Sp.Mat

JURUSAN DIII KEPERWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG
TAHUN PELAJARAN 2015-2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatNya

sehingga kami dapat menyelesaikan makalahini tepat pada waktunya.

Kami menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan


dalam penyusunan makalahini, baik dari isi maupun penulisannya. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan demi
penyempurnaan makalahini di masayang akan datang.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
segala bantuan semuapihak sehingga makalah ini dapat terselesaika

Palembang , Nopember 2016

Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Saat ini, penyakit thalassemia merupakan penyakit genetika yang paling banyak di
Indonesia. Frekuensinya terus meningkat dengan penderita sekitar 2000 orang per tahun.
Walupun begitu, masyarkat tidak menaruh perhatian yang cukup besar terhadap penyakit
yang sudah menjadi salah satu penyakit genetika terbanyak ini. Hal ini disebabkan karena
gejala awal dari penyakit sangat umum seperti anemia dan muntah-muntah. Padahal gejala
akhir yang ditimbulkan akan sangat fatal jika tidak ditangani secara akurat, cepat, dan tepat.
Hemoglobin (Hb) terbentuk dari heme dan globin yang terdiri dari 4 rabtal polipeptida (α β γ
δ) atau biasa yang disebut tentramen. Orang dewasa normal membentuk Hb A (Adult A)
kadarnya mencapai lebih kurang 95% dari seluruh Hemoglobin. Sisanya terdiri dari Hb A2
yang kadarnya tidak lebih dari 2%. Sedangkan HbF (foetus) setelah lahir senantiasa kadar
menurun dan pada usia 6 bulan ke atas mencapai kadar seperti pada orang dewasa, yaitu tidak
lebih dari 4% pada keadaan normal. Tentramenglobin. Hb A1 terdiri atas rantal polipeptida :
2 rantai α dan 2 rantai β, sedangkan polipeptida Hb A2 terdiri dari 2 rantai α dan 2 rantai δ
(delta). Pada HbF terdiri atas 2 rantai α dan 2 rantai γ.
Thalasemia merupakan golongan anemia hipokromix yang diwariskan dengan berbagai
tingkat keparahan. Pada beberapa orang kelainan dasar genetik termasu abnormalitas
pemrosesan mesenger RNA serta hilangnya materi genetik pada yang lain dan menyebabkan
berkurangnya sintesis rantai polipeptida hemoglobin berbagai tipe talasemia dengan berbagai
manifestasi klinis dan biokimia berkaitan dengan kelainan masing-masing polipeptida (α β γ
δ).
Genetik paling umum dari talasemia melibatkan gangguan produksi rantai β (talasemia
β). Gen ini prevelen pada golongan etnis dari aerah sekeliling laut Tengah terutama Itali,
Yunani dan juga di temukan di India dan Asia Tenggara. Tiga-8% orang Amerika keturunan
Italia,Yunani dan 0,5% kulit hitam Amerika membawa gen talasem. Insidens talasemia pada
orang-orang yang bukan berasal dari laut tengah sangat rendah tetapi kasus tipikal ditemukan
pada berbagai golongan ras. Banyak kasus dapat diklasifikasikan sebagai talisemia mayor
atau minor yang umumnya berkaitan dengan genotip homozigoot dan heterozigot.
Di negara maju seperti Italia, misalnya, diagnosa gen talasemia bukan hal baru. Setiap
pasangan yang akan menikah melakukan pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui apakah ia

4
memiliki gen pembawa talasemia. Apapun hasilnya, setiap pasangan diberi kebebasan untuk
memilih apakah tetap ingin menikah atau tidak. Di Indonesia, menurut Sangkot, belum
sampai pada taraf ini.Belum Ada Obatnya
Sampai hari ini, talasemia merupakan penyakit yang belum bisa disembuhkan 100
persen. Penyakit ini ditandai dengan anemia atau kekurangan darah berat akibat kerusakan sel
darah merah. Padahal sel darah merah berfungsi mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh.
Dengan kekurangan oksigen maka seluruh organ tubuh tidak bekerja baik. Yang paling fatal
tentu saja organ jantung.
Kondisi macam ini bisa ditanggulangi dengan cara tranfusi darah. Malangnya, kendati
terus melakukan tranfusi ditambah obat-obat lain, harapan hidup pasien talasemia hanya bisa
mencapai 30-40 tahun. Bahkan tanpa tranfusi, pasien cuma bertahan di bawah 10 tahun
pertama dalam hidupnya. Metode tranfusi sendiri, menurut Iswari, memberi efek negatif
kalau terus-menerus dilakukan dalam jangka panjang. Bahan asing seperti besi yang
seringkali masuk ke dalam tubuh memicu penyumbatan nafas yang mampu berakhir dengan
kematian.
Kendati orang Indonesia masih awam terhadap talasemia, sering ada anggapan bahwa
penyakit ini hanya diderita oleh kelas menengah ke atas. Itu anggapan yang salah. ”Penyakit
ini tidak membedakan kelas sosial atau jenis kelamin. Yang membedakan adalah frekuensi
penderita pada etnis tertentu,” ungkap Iswari
Di Indonesia jumlah penderita penyakit ini telah mencapai ribuan tanpa pengobatan
optimal. Untuk mengetahui lebih awal apakah janin yang dikandung mengandung gen
talasemia, bisa dilakukan prenatal diagnosa. Setelah usia 10 minggu, jaringan bakal plasenta
diambil untuk diperiksa direct nucleus acid (DNA)-nya. Pada usia kehamilan lebih tua
pemeriksaan DNA bisa melalui cairan ketuban.
Sampai hari ini, peneliti di Lembaga Eijkman berhasil menyibak misteri kelainan molekul
talasemia beta pada etnis Batak-Sumatera Utara, Melayu-Sumatera Selatan, Jawa Tengah,
juga Toraja, Bugis Makasar dan Mandar di Sulawesi Selatan. Obsesi mereka adalah mengurai
genom manusia seluruh ras yang ada di Indonesia yang ditujukan bukan hanya untuk
pengobatan talasemia. Gen terapi talasemia sendiri masih dalam tahap perampungan
mencapai hasil optimal.

1.2 TUJUAN
1. Tujuan umum
Dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan talasemia

5
2. Tujuan khusus
a. Dapat mengetahui definisi talasemia
b. Dapat mengetahui etiologi talasemia
c. Dapat menjelaskan tanda dan gejalatalasemia
d. Dapat menjelaskan patofisiologi talasemia
e. Dapat menjelaskan penalalaksanaan medis pada kasus talasemia
f. Dapat memberikan asuhan keperawatan

6
BAB II
KONSEP DASAR

2.1 DEFINISI

Talasemia adalah suatu penyakit kongenital herediter yang diturunkan secara


autosomal, berdasarkan kelainan hemoglobin, yaitu : satu atau lebih rantai polipeptida
hemglobin kurang atau tidak berbentuk, dengan akibat terjadi anemia hemolitik ( Pedoman
Diagnosis dan Terapi : RSUD Dr. Soetomo Surabaya,1994).
Talasemia secara relatif merupakan anemia yang umum pada orang keturunan Laut
Tengah, terutama mereka dari Italia, Sisilia, Siprus an Yunani. Talasemia merupakan tipe
anemia hemolitik cacat primer pada sintesis hemoglobin, di mana eritrosit secara abnormal
cenderung mengalami hemolisis ( Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2,1994).
Talasemia merupakan sindrom kelainan yag diwariskan dan masuk dalam kelompok
hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan gangguan sintesis Hb akibat mutasi
didalam ataudekat gen globin.(Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V.Aru W.
Sudoyo.dkk.2009)
Talasemia kelompok heterogen anemia hemolitik herediter yang ditandai oleh
penurunan kecepatan sintesis satu rantai polipeptida hemoglobin atau lebih diklasifikasikan
menurut rantai yang terkena (alfa, beta, gamma) ; dua kategori mayor adalah alfa-dan beta-
thalasemia, alfa-t, thalasemia yang disebabkan oleh penurunan kecepatan sintesis rantai alfa
hemoglobin.(Kamus Dorlan,2000 )
Thalassemia adalah suatu kelompok anemia hemolitik kongenital herediter yang
diturunkan secara autosomal, disebabkan oleh kekurangan sintesis rantai polipeptid yang
menyusun molekul globin dalam hemoglobin. (www.pediarik.com)

2.2 Macam-macam Talasemia


a) Thalasemia digolongkan berdasarkan rantai asam amino yang terkena 2jenis yang
utama adalah :
i. Alfa – Thalasemia (melibatkan rantai alfa) Alfa – Thalasemia paling sering ditemukan
pada orang kulit hitam (25%minimal membawa 1 gen).
ii. Beta – Thalasemia (melibatkan rantai beta) Beta – Thalasemia pada orang di daerah
Mediterania dan Asia Tenggara
b) Secara umum, terdapat 2 (dua) jenis thalasemia yaitu :

7
i Thalasemia Mayor (bentuk homozigot), karena sifat sifat gen dominan. Thalasemia mayor
merupakan penyakit yang ditandai dengan kurangnya kadar hemoglobin dalam
darah (memberikan gejala klinis yang jelas).
Akibatnya, penderita kekurangan darah merah yang bisa menyebabkan anemia. Dampak
lebih lanjut, sel-sel darah merahnya jadi cepat rusak dan umurnya pun sangat pendek, hingga
yang bersangkutan memerlukan transfusi darah untuk memperpanjang hidupnya. Penderita
thalasemia mayor akan tampak normal saat lahir, namun di usia 3-18 bulan akan mulai
terlihat adanya gejala anemia. Selain itu, juga bisa muncul gejala lain seperti jantung berdetak
lebih kencang dan facies cooley. Faies cooley adalah ciri khas thalasemia mayor, yakni
batang hidungmasuk ke dalam dan tulang pipi menonjol akibat sumsum tulang yang bekerja
terlalu keras untuk mengatasi kekurangan hemoglobin. Penderita thalasemia mayor akan
tampak memerlukan perhatian lebih khusus. Pada umumnya, penderita thalasemia mayor
harus menjalani transfusi darah dan pengobatan seumur hidup. Tanpa perawatan yang baik,
hidup penderita thalasemia mayor hanya dapat bertahan sekitar 1-8 bulan. Seberapa sering
transfusi darah ini harus dilakukan lagi-lagi tergantung dari berat ringannya penyakit. Yang
pasti, semakin berat penyakitnya, kian sering pula si penderita harus menjalani transfusi
darah.

ii. Thalasemia Minor (biasanya tidak memberikan gejala klinis), si individu hanya membawa
gen penyakit thalasemia, namun individu hidup normal, tanda-tanda penyakit thalasemia
tidak muncul. Walau thalasemia minor tak bermasalah, namun bila ia menikah dengan
thalasemia minor juga akan terjadi masalah. Kemungkinan 25% anak mereka menerita
thalasemia mayor. Pada garis keturunan pasangan ini akan muncul penyakit thalasemia
mayor dengan berbagai ragam keluhan. Seperti anak menjadi anemia, lemas, loyo dan sering
mengalami pendarahan. Thalasemia minor sudah ada sejak lahir dan akan tetap ada di
sepanjang hidup penderitanya, tapi tidak memerlukan transfusi darah di sepanjang
hidupnya.(Ilmu Kesehatan Anak, FKUI.2007)

2.3 ETIOLOGI
Adapun etiologi dari thalasemia adalah faktor genetik (herediter). Thalasemia merupakan
penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah didalam pembuluh
darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari). Penyebab kerusakan
tersebut karena hemoglobin yang tidak normal (hemoglobinopatia ) dan kelainan hemoglobin

8
ini karena adanya gangguan pembentukan yang disebabkan oleh Gangguan struktural
pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal). (Ilmu Kesehatan Anak.2007.FKUI)
2.4 PATOFISIOLOGI
Molekul globin terdiri atas sepasang rantai-a dan sepasang rantai lain yang menentukan
jenis Hb. Pada orang normal terdapat 3 jenis Hb, yaitu Hb A (merupakan > 96% dari Hb
total, tersusun dari 2 rantai-a dan 2 rantai-b = a2b2), Hb F (< 2% = a2g2) dan HbA2 (<
3% = a2d2). Kelainan produksi dapat terjadi pada ranta-a (a-thalassemia), rantai-b (b-
thalassemia), rantai-g(g-thalassemia), rantai-d (d-thalassemia), maupun kombinasi kelainan
rantai-d dan rantai-b (bd-thalassemia).
Pada thalassemia-b, kekurangan produksi rantai beta menyebabkan kekurangan
pembentukan a2b2 (Hb A); kelebihan rantai-a akan berikatan dengan rantai-g yang secara
kompensatoir Hb F meningkat; sisanya dalam jumlah besar diendapkan pada membran
eritrosit sebagai Heinz bodiesdengan akibat eritrosit mudah rusak (ineffective erythropoesis).
(www.pediatrik.com)

2.6 TANDA DAN GEJALA


Gejala Klinis Thalasemia mayor, gejala klinik telah terlihat sejak anak baru berumur kurang
dari 1 tahun, yaitu:
a. Lemah
b. Pucat
c. Perkembangan fisik tidak sesuai dengan umur
d. Berat badan kurang
e. Tidak dapat hidup tanpa transfusi
Thalasemia intermedia : ditandai oleh anemia mikrositik, bentuk heterozigot.
Thalasemia minor/thalasemia trait : ditandai oleh splenomegali, anemia berat, bentuk
homozigot.
Pada anak yang besar sering dijumpai adanya:
a) Gizi buruk
b) Perut buncit karena pembesaran limpa dan hati yang mudah diraba
c) Aktivitas tidak aktif karena pembesaran limpa dan hati (Hepatomegali ), Limpa yang
besar ini mudah ruptur karena traumaringan saja.
Gejala khas adalah:
a) Bentuk muka mongoloid yaitu hidung pesek, tanpa pangkal hidung, jarak antara kedua
mata lebar dan tulang dahi juga lebar.

9
b) Keadaan kuning pucat pada kulit, jika sering ditransfusi, kulitnya menjadi kelabu
karena penimbunan besi.

2.7 MANIFESTASI KLINIS DAN KOMPLIKASINYA


a) Kelesuan
b) Bibir,lidah,tangan,kaki berwarna pucat mulanya tidak jelas , biasanya menjadi lebih
berat dalam tahun pertama kehidupan dan pada kasus yang berat terjadi dalam beberapa
minggu setelah lahir.
c) Sesak nafas
d) Hilang selera makan dan bengkak dibagian abdomen
Pada thalasemia mayor gejala klinik telah terlihat sejak umur kurang dari 1 tahun gejalah
yang tampak adalah anak lemah,pucat,perkembangan fisik tidak sesuai dengan umur,berat
badan kurang. Pada anak yang besar sering dijumpai adanya gisi buruk,perut
membuncit,karena adanya pembesaran limfa dan hati. Adanya pembesaran limfa dan hati
mempengharui gerak sipasien karena kemampuan terbatas. Limfa yang besar akan mudah
ruptur.gejalah ini adalah bentuk muka yang mongoloid dan hidung pesek tanpa pangkal
hidung,jarak antara kedua mata lebar dan tulang dahi juga lebar,hal ini disebabkan karena
adanya gangguan perkembangan ketulang muka dan tengkorak.
Keadaan kulit pucat kekuning-kuningan jika pasien telah sering dapat tranfusi darah,kulit
menjadi kelabu seperti besi akibat penimbunan besi dalam kuli, seperti pada jaringan tubuh
yaitu limfa,hati,jantun sehingga menyebabkan gangguan pada alat-alat tersebut
(hemokromatosis)
Komplikasi yang dapat terjadi pada Klien Dengan Thalasemia
a) Fraktur patologis
b) Hepatosplenomegali
c) Gangguan Tumbuh Kembang
d) Disfungsi organ
e) Gagal jantung
f) Hemosiderosis
g) Hemokromatosis
h) Infeksi

2.8 Pemeriksaan penunjang


1. Darah tepi :

10
a. Hb rendah dapat sampai 2-3 g%
b. Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel target, anisositosis berat
dengan makroovalositosis, mikrosferosit, polikromasi, basophilic stippling, benda Howell-
Jolly, poikilositosis dan sel target. Gambaran ini lebih kurang khas.
c. Retikulosit meningkat.
2. Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis) :
a. Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari jenis asidofil.
b. Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat.
3. Pemeriksaan khusus :Hb F meningkat : 20%-90% Hb total
a. Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb F.
b. Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia mayor
merupakan trait(carrier) dengan Hb A2 meningkat (> 3,5% dari Hb total).
4. Pemeriksaan lain :
a. Foto Ro tulang kepala : gambaran hair on end, korteks menipis, diploe melebar dengan
trabekula tegak lurus pada korteks.
b. Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang sehingga
trabekula tampak jelas.

2.9 PENATALAKSANAAN
Hingga sekarang tidak ada obat yang dapat menyembuhkannya. Namun terdapat cara
penanganan yang secara umum untuk menangani penyakit Talasemia, diantaranya :
I. Medikamentosa
Pemberian iron chelating agent (desferoxamine): diberikan setelah kadar feritin serum sudah
mencapai 1000 mg/l atau saturasi transferin lebih 50%, atau sekitar 10-20 kali transfusi
darah. Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari subkutan melalui pompa infus
dalam waktu 8-12 jam dengan minimal selama 5 hari berturut setiap selesai transfusi
darah.Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk meningkatkan efek
kelasi besi. Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.Vitamin E
200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur sel darah merah.
II. Bedah
Splenektomi, dengan indikasi:
Limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan peningkatan
tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya rupturHipersplenisme ditandai dengan

11
peningkatan kebutuhan transfusi darah atau kebutuhan suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250
ml/kg berat badan dalam satu tahun.
III. Suportif
Transfusi darah : Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan
kedaan ini akan memberikan supresi sumsum tulang yang adekuat, menurunkan tingkat
akumulasi besi, dan dapat mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan penderita.
Pemberian darah dalam bentuk PRC (packed red cell), 10 ml/kg BB untuk setiap kenaikan
Hb 1 g/dl. Ada beberapa cara transfusi :
A. Low Transfusion : transfusi bila Hb < 6 g/dl.
B. High Transfusion : Hb dipertahankan pada 10 g/dl.
C. Super Transfusion : Hb dipertahankan pada 12 g/dl.
IV. Pencegahan
a. Menjalani penyaringan bagi mereka yang mempunyai sejarah keluarga menghidap
Talasemia.
b. Nasihat perkawinan dan diagnosis pra kelahiran sangat penting untuk mencegah lahirnya
talasemia mayor. Sedapt mungkin hindari perkawinan antara dua insan heterozigot, agar tidak
terjadi bayi homozigot.
V. Pemantauan
I. Terapi
Pemeriksaan kadar feritin setiap 1-3 bulan, karena kecenderungan kelebihan besi
sebagai akibat absorbsi besi meningkat dan transfusi darah berulang.
Efek samping kelasi besi yang dipantau: demam, sakit perut, sakit kepala, gatal, sukar
bernapas. Bila hal ini terjadi kelasi besi dihentikan.

II.Tumbuh Kembang
Anemia kronis memberikan dampak pada proses tumbuh kembang, karenanya diperlukan
perhatian dan pemantauan tumbuh kembang penderita.

III. Gangguan jantung, hepar dan endokrin


Anemia kronis dan kelebihan zat besi dapat menimbulkan gangguan fungsi jantung (gagal
jantung), hepar (gagal hepar), gangguan endokrin (diabetes melitus, hipoparatiroid) dan
fraktur patologis.

12
(Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak.1994.LAB/UPF.RSUD Dr.Soetomo
Surabaya, Ilmu Kesehatan Anak.2007.FKUI dan www.pediatrik.com)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
1. Asal Keturunan / Kewarganegaraan
Thalasemia banyak dijumpai pada bangsa di sekitar laut Tengah (Mediteranial) seperti Turki,
Yunani, dll. Di Indonesia sendiri, thalasemia cukup banyak dijumpai pada anak, bahkan
merupakan penyakit darah yang paling banyak diderita.
2. Umur
Pada penderita thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala telah terlihat sejak anak
berumur kurang dari 1 tahun, sedangkan pada thalasemia minor biasanya anak akan dibawa
ke RS setelah usia 4 tahun.
3. Riwayat Kesehatan Anak
Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran pernapasan atas atau infeksi lainnya. Ini
dikarenakan rendahnya Hb yang berfungsi sebagai alat transport.
4. Pertumbuhan dan Perkembangan
Seirng didapatkan data adanya kecenderungan gangguan terhadap tumbang sejak masih bayi.
Terutama untuk thalasemia mayor, pertumbuhan fisik anak, adalah kecil untuk umurnya dan
adanya keterlambatan dalam kematangan seksual, seperti tidak ada pertumbuhan ramput
pupis dan ketiak, kecerdasan anak juga mengalami penurunan. Namun pada jenis thalasemia
minor, sering terlihat pertumbuhan dan perkembangan anak normal.
5. Pola Makan
Terjadi anoreksia sehingga anak sering susah makan, sehingga BB rendah dan tidak sesuai
usia.
6. Pola Aktivitas
Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak seusianya. Anak lebih banyak tidur/istirahat
karena anak mudah lelah.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga

13
Thalasemia merupakan penyakit kongenital, jadi perlu diperiksa apakah orang tua juga
mempunyai gen thalasemia. Jika iya, maka anak beresiko terkena talasemia mayor.
8. Riwayat Ibu Saat Hamil (Ante natal Core – ANC)
Selama masa kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam adanya faktor resiko
talasemia. Apabila diduga ada faktor resiko, maka ibu perlu diberitahukan resiko yang
mungkin sering dialami oleh anak setelah lahir.
9. Data Keadaan Fisik Anak Thalasemia
a. KU = lemah dan kurang bergairah, tidak selincah anak lain yang seusia.
b. Kepala dan bentuk muka. Anak yang belum mendapatkan pengobatan mempunyai
bentuk khas, yaitu kepala membesar dan muka mongoloid (hidung pesek tanpa pangkal
hidung), jarak mata lebar, tulang dahi terlihat lebar.
c. Mata dan konjungtiva pucat dan kekuningan
d. Mulut dan bibir terlihat kehitaman
e. Dada, Pada inspeksi terlihat dada kiri menonjol karena adanya pembesaran jantung dan
disebabkan oleh anemia kronik.
f. Perut, Terlihat pucat, dipalpasi ada pembesaran limpa dan hati (hepatospek nomegali).
g. Pertumbuhan fisiknya lebih kecil daripada normal sesuai usia, BB di bawah normal
h. Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas tidak tercapai dengan
baik. Misal tidak tumbuh rambut ketiak, pubis ataupun kumis bahkan mungkin anak tidak
dapat mencapai tapa odolense karena adanya anemia kronik.
i. Kulit, Warna kulit pucat kekuningan, jika anak telah sering mendapat transfusi warna
kulit akan menjadi kelabu seperti besi. Hal ini terjadi karena adanya penumpukan zat besi
dalam jaringan kulit (hemosiderosis).

2.2 Diagnosa Keperawatan


Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman O2 ke sel.
Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam , pasien mampu
mempertahankan perfusi jaringan adekuat ditandai Dengan Kriteria hasil : Nadi perifer
teraba,kulit hangat,tidak terjadi sianosis
Intervensi :
a) Awasi tanda vital,palpasi nadi perifer
b) Lakukan pengkajian neurofaskuler periodik misalnya sensasi,gerakan nadi,warna kulit atau
suhu

14
c) Berikan oksigen sesuai indikasi
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 dan
kebutuhan.
Tujuan : Stlah dlakukan asuhan kep slama 1x24 jam diharapkan klien mampu mlakukan
aktifitas shari2 dgn kriteria hasil: anak bermain dan beristirahat dgan tnang srta dapat
mlakukan aktivitas esuai kemampuan
Intervensi :
a) .Kaji toleransi fisik anak dan bantu dlam aktivitas yg mlebihi toleransi anak
b) Berikan anak aktifitas pengalihan mis’ bermain
c) 3.Berikan anak periode tidur sesuai kondisi dan usia
Rasional :
a) Menentukan kemampuan atau kebutuhan klien
b) Aktifitas pgalihan dpat membantu anak mlakukan aktivitas sesuai kemampuan
c) Istirahat yg cukup berguna untuk mempercepat pemulihan kemanpuan anak
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absorbsi nutrien yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah normal.
Tujuan : menunjukkan pemahaman pentingnya nutrisi
Kriteria hasil :
-mununjukan peningkatan bb progresif sesuai yang di inginkan
-tidak adanya malnutrisi (kekurangan nutrisi)
Intervensi:
a) Pantau jumlah dan jenis intake dan output pasien
b) Timbang berat badan klien
c) Beri Health Education tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
d) Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional:
a) Untuk mengetahui jenis dan jumlah asupan nutrisi yang penting bagi pasien
b) Membantu menentukan keseimbangan nutrisi yang tepat
c) Untuk membantu pasien dan keluarga memahami pentingnya nutrisi bagi tubuh
d) Untuk memberikan diet yang adekuat sesuai dengan kebutuhan pasien yang mendukung
proses penyembuhan.
Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sirkulasi dan neurologis.

15
Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat, penurunan Hb,
leukopenia atau penurunan granulosit.
Kurang pengetahuan tentang prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
interpretasi informasi dan tidak mengenal sumber informasi.
2.3 Intervensi Keperawatan
1. Dx 1 Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman O2 ke sel.
Kriteria hasil :
a) Tidak terjadi palpitasi
b) Kulit tidak pucat
c) Membran mukosa lembab
d) Keluaran urine adekuat
e) Tidak terjadi mual/muntah dan distensil abdomen
f) Tidak terjadi perubahan tekanan darah
g) Orientasi klien baik.
Rencana keperawatan / intervensi :
a. Awasi tanda-tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/ membran mukosa, dasar
kuku.
b. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi (kontra indikasi pada pasien dengan
hipotensi).
c. Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi.
d. Kaji respon verbal melambat, mudah terangsang, agitasi, gangguan memori, bingung.
e. Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan, dan tubuh hangat sesuai
indikasi.
f. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium, Hb, Hmt, AGD, dll.
g. Kolaborasi dalam pemberian transfusi.
h. Awasi ketat untuk terjadinya komplikasi transfusi.
Rasional:
a) Indikator umum status sirkulasi dan keadekuatan sirkulasi
b) Untuk mengetahui ststus kesadaran pasien
c) Untuk mensuplai kebutuhan organ tubuh
2. Dx. 2 intoleransi aktivitas berhubungan degnan ketidakseimbangan antara suplai O2 dan
kebutuhan.
Kriteria hasil :

16
Menunjukkan penurunan tanda fisiologis intoleransi, misalnya nadi, pernapasan dan Tb
masih dalam rentang normal pasien.
Intervensi :
a) Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas, catat kelelahan dan kesulitan dalam
beraktivitas.
b) Awasi tanda-tanda vital selama dan sesudah aktivitas.
c) Catat respin terhadap tingkat aktivitas.
d) Berikan lingkungan yang tenang.
e) Pertahankan tirah baring jika diindikasikan.
f) Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
g) Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan untuk meningkatkan istirahat.
h) Pilih periode istirahat dengan periode aktivitas.
i) Beri bantuan dalam beraktivitas bila diperlukan.
j) Rencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien, tingkatkan aktivitas sesuai toleransi.
k) Gerakan teknik penghematan energi, misalnya mandi dengan duduk.
Rasional:
a) Menentukan kemampuan atau kebutuhan klien
b) Aktifitas pgalihan dpat membantu anak mlakukan aktivitas sesuai kemampuan
c) Istirahat yg cukup berguna untuk mempercepat pemulihan kemanpuan anak
3. Dx. 3 perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna / ketidakmampuan mencerna makanan / absorbsi nutrien yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah normal.
Kriteria hasil :
a) Menunjukkan peningkatan berat badan/ BB stabil.
b) Tidak ada malnutrisi.
Intervensi :
a) Berikan makanan yang bergisi.
b) Berikan minuman yang bergisi misalnya susu
c) Beri makanan sedikit tapi sering.
d) Berikan suplemen atau vitamin pada anak
e) Berikan lingkungan yang menyenangkan
Rasional :
a) Untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan mempercepat pemuluhan
b) untuk memenuhi kebutuhan kalori

17
c) merangsang nafsu makan
d) memudahkan absorsi makanan
e) meningkatkan nafsu makan
4. Dx. 4 Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
dan novrologis.
Kriteria hasil :
a) Kulit utuh.
Intervensi :
a) Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, aritema dan
ekskoriasi.
b) Ubah posisi secara periodik.
c) Pertahankan kulit kering dan bersih, batasi penggunaan sabun.
a) Rasional :
b) Memberikan informasi dasar tentang peneneman dan kemungkinan petunjuk tentang
sirkulasi darah.
c) Menurunkan risiko infeksi infrak.
d) Gerakan jaringan dibawa dapat merubah posisi dan dapat mempengharui penyembuhan
optimal.
e) Perbaikan nutrisi akan mempercepat penyembuhan luka pada anak
f) Mengurangi jumlah Fe dalam tubuh.
g) Untuk mengi,bangi jumlah Fe yang tinggi dalam darah
5. Dx. 5. resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat:
a) Kriteria hasil :
a. Tidak ada demam
b. Tidak ada drainage purulen atau eritema
c. Ada peningkatan penyembuhan luka
Intervensi :
a) Pertahankan teknik septik antiseptik pada prosedur perawatan.
b) Dorong perubahan ambulasi yang sering.
c) Tingkatkan masukan cairan yang adekuat.
d) Pantau dan batasi pengunjung.
e) Pantau tanda-tanda vital.
f) Kolaborasi dalam pemberian antiseptik dan antipiretik.

18
6. Dx. 6. Kurang pengetahuan tentang prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan salah interpretasi informasi dan tidak mengenal sumber informasi.
a) Kriteria hasil :
a. Menyatakan pemahaman proses penyakit, prosedur diagnostika rencanapengobatan.
b. Mengidentifikasi faktor penyebab.
c. Melakukan tindakan yang perlu/ perubahan pola hidup.
a) Intervensi :
a. Berikan informasi tentang thalasemia secara spesifik.
b. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya thalasemia.
c. Rujuk ke sumber komunitas, untuk mendapat dukungan secara psikologis.
d. Konseling keluarga tentang pembatasan punya anak/ deteksi dini keadaan janin melalui
air ketuban dan konseling perinahan: mengajurkan untuk tidak menikah dengan sesama
penderita thalasemia, baik mayor maupun minor.

Contoh Kasus Askep Thalasemia


3.2 Pengkajian
Identitas Klien
Nama : An.B
TTL : 10 Juni 2002
Usia : 10 tahun
Nama Ayah : Tn. S
Pekerjaan : Guru
Pendidikan : Sarjana
Nama ibu : Ny. R
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Perumahan Miranti 53 Purworejo Jateng
Tanggal masuk : 5 Juni 2012
Tanggal pengkajian: 7 Juni 2012

II. KELUHAN UTAMA

19
Muka pucat dan badan terasa lemah, tidak bisa beraktifitas dengan normal

III. Riwayat Penyakit


Riwayat penyakit sekarang
Klien datang ke Poliklinik anak RS. Dr Sardjito dengan keluhan muka pucat dan badan
terasa lemah. Klien adalah penderita Talasemia b mayor, terdiagnosis 2 tahun yang lalu. Hasil
pemeriksaan laboratorium Hb 5,2 gr/dl,leuko 9200/mmk,Trombosit 284.000,segmen 49
%,Limfosit 49%,batang 1%. Atas keputusan dokter akhirnya klien dianjurkan rawat inap di
Ruang B4 untuk mendapatkan tranfusi.

IV. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran


1. Prenatal : Selama hamil ibu klien memeriksakan kehamilannya secara teratur di RS
Islam Jakarta sebanyak 15 kali, Ibu mendapat multivitamin dan zat besi,Imunisasi TT 1x dan
selama kehamilan tidak ada keluhan.
2. Intra natal : Anak lahir pada umur kehamilan cukup bulan,lahir di puskesmas setempat
secara spontan, pervaginam letak sungsang,lahir langsung menangis BBL 2900 gram dan PB
51 cm dan kondisi saat lahir sehat.
3. Post natal : Pemeriksaan bayi dan masa nifas dilakukan di RS Puskesmas setempat.
Kondisi klien pada masa itu sehat .

V. Riwayat Masa Lampau.


1. Penyakit waktu kecil : Pada waktu kecil klien jarang sakit dan setelah berumur 2 tahun
ketahuan anak menderita Talasemia.
2. Pernah dirawat dirumah sakit : Anak sering dirawat di RS karena Talasemia terakhir
Bulan Oktober 2004
3. Obat-obatan yang digunakan : Anak belum pernah diberikan obat sendiri selain dari
petugas kesehatan
4. Tindakan (operasi) : Belum pernah pernah dilakukan operasi pada An. B
5. Alergi : Tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat-obatan
6. Kecelakaan : Anak belum pernah mengalami kecelakaan
7. Imunisasi : Lengkap
· Hepatitis B I,II,III umur 12 bulan,14 bulan dan 20 bulan
· BCG 1 Kali umur 1 bulan
· DPT I,II,III umur 2,3,4 bulan

20
· Polio I,II,III,IV umur 2,3,4,5 bulan
· Campak 1 kali umur 9 bulan

VI. Kesehatan Fungsiolnal.


1. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan :
Orang tua klien bila anaknya sakit selalu memeriksakan kesehatan anaknya pada petugas
kesehatan di Rumah Sakit.
2. Nutrisi :
Makanan yang disukai : Anak suka makan nasi dengan daging ayam
Alat makan yang dipakai : Sendok dan piring
Pola makan/jam : Selama di RS anak makan 3 kali sehari masing-masing
habis setengah porsi
Jenis makanan : Nasi TKTP

3. Aktivitas
Aktivitas klien di RS terbatas di tempat tidur, berbaring, duduk dan membaca buku di tempat
tidur.

4. Tidur dan istirahat


· Pola tidur : Anak tidur cukup 8-9 jam
· Kebiasaan sebelum tidur : Tidak ada kebiasaan khusus
Tidur siang : Anak tidur siang 1-2 jam

5. Eleminasi :
· BAB : Anak BAB 1 kali sehari konsistensi lembek warna kecoklatan
· BAK : Anak BAK 6-8 kali sehari warna kuning.
·
6. Pola hubungan
· Yang mengasuh : Anak diasuh sendiri oleh orang tuanya
· Hubungan dengan anggota keluarga : baik
· Hubungan anak dengan orang tua : baik
· Pembawaan secara umum : Anak berpenampilan rapi
· Lingkungan rumah : Lingkungan rumah bersih,rumah permanen milik
sendiri ventilasi cukup sinar matahari cukup,lantai keramik atap genteng.

21
7. Koping keluarga :
· Stressor pada anak/keluarga : Anak dan keluarga cukup familiar dengan petugas dan
rumah sakit karena sudah sering dirawat di RS.

8. Kongnitif dan persepsi


· Pendengaran : Anak tidak mengalami gangguan pendengaran
· Penglihatan : Penglihatan anak normal
· Penciuman : Penciuman anak baik
· Taktil dan pengecapan : Anak dapat membedakan halus dan kasar.

9. Konsep diri :
Selama ini anak merasa tidak ada masalah dengan penampilan dan pergaulannya
dengan teman-temannya. Klien termasuk anak yang mudah bergaul dan disukai oleh teman-
temannya.

10. Seksual :
Anak berjenis kelamin laki-laki tidak ada kelainan genetalia.

11. Nilai dan kepercayaan :


Anak dilahirkan pada lingkungan keluarga beragama Islam,rajin dan sudah mulai belajar
untuk beribadah secara aktif. Keluarga memberikan kesempatan pada anak untuk aktif dalam
kegiatan TPA di tempat tinggalnya.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


v Keadaan umum : KU lemah,kesadaran CM.
v TB/ BB : 125 Cm23 Kg
v Lingkar kepala : 54 Cm
v Mata : Conjuctiva anemis,Sklera ikterus
v Hidung : Tidak ada kelainan,Discharge (-)
v Mulut : Mukosa mulut pucat ,mulut bersih.gigi caries (+)
v Telinga : Tidak ada kelainan,discharge (-)
v Tengkuk : Tidak ada kaku kuduk dan tidak ada pembesaran kel.limfe
v Dada : Bentuk simetris, Ictus cordis tak tampak

22
v Jantung : Bunyi Jantung I S1 tunggal, S2 split tak konstan,bising jantung (-)
v Paru-paru : Suara nafas vesikuler,Wheezing tidak ada
v Perut : Pembesaran Hepar tak teraba, Pembesaran Lien : (+)
Distensi abdomen(-),kembung(-), peristaltic usus (+)
v Genetalia : Genetalia tak ada kelainan
v Ekstremitas : Tangan kanan terpasang infus, gerakan ekstemitas bebas, tonus
otot normal, tidak ada edema,akral agak dingin
v Kulit : Kulit bersih,turgor kulit normal,hiperpigmentasi (-)
v Tanda vital : Suhu 36,4°C, Nadi 94x/mnt, Respirasi 24 x/mnt

IX. Keadaan Kesehatan Saat Ini.


1. Diagnosa medis : Talasemia b
2. Tindakan operasi : -
3. Status nutrisi : Diit TKTP 3 x 1 porsi, FCM 2 x 200 cc
Menurut NCHS BB : 23/33,3 x 100% = 69,06% (Gizi Kurang)
4. Status cairan : Melalui oral (minum) ± 1000cc/hari dan melalui infus dan darah 800
cc/hari. Total kebutuhan cairan anak 1800 cc/hari.
5. Obat-obatan : Infus KaEN3B
Asam Folat 1 x 5mg
Transfusi PRC 4 kolf
Disferal 500 mg dalam 200 cc Nacl
6. Aktivitas : Berbaring dan duduk serta membaca buku di tempat tidur
7. Tindakan keperawatan : Observasi TTV dan KU penderita, memberi Transfusi PRC dan
mengawasi reaksi transfusi, membantu memberi makan minum dan obat oral,mengevaluasi
asupan nutrisi,membantu ADL,merawat infus, dan mengambil darah untuk pemeriksaan
laboratorium
8. Hasil laboratorium :
Tanggal Mei 2005 : HGB = 5,2 gr/dl AL = 9200/mmk Trombosit = 284.000 Segmen =
49%,Limfosit 49%,batang 1%, Normoblast 25/100 leuko.
Tanggal Mei 2005: HGB = 10,2 gr/dl , HCT = 34%
9. Hasil Rontgen : Tidak dilakukan

23
XII .Analisa Data
NO DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
1 Data Subyektif Proses penyakit PK. Anemia
Ibu mengatakan badan
anaknya terasa lemah
Data Obyektif
§ Muka pucat
§ Conjunctiva anemis
§ Mukosa bibir pucat
§ Hb 5,2 gr/dl
2 Data Subyektif tidakseimbangan Fatigue/Kelemahan
Anak mengeluh kebutuhan
badannya terasa lemah pemakaian dan
Data Obyektif suplai
· Aktivitas oksigen/penurunan
kebutuhan sehari-hari intake nutrisi
dibantu/ADL dibantu
· Skala ADL : 2
3. Data Subyektif : - Tindakan invasive Risiko Infeksi
Data Obyektif dan penurunan daya
§ Terpasang infus tahan tubuh
§ Anak

24
anemis(conjuctiva dan
membran mukosa
pucat)
§ Hb : 5,2 gr/dl
4. Data Subyektif Intake inadequat Ketidakseimbangan
- Ibu mengatakan nutrisi kurang dari
nafsu makan anaknya kebutuhan
menurun
Data Obyektif
§ Porsi makanan yang
disediakan hanya habis
½ porsi
· Menurut NCHS
BB : 23/33,3 x 100% =
69 % (Gizi kurang)

XIII. Diagnosa Keperawatan yang muncul:


1. Anemia b.d berkurangnya proses penyakit
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d Intake inadequat
Fatique/Kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan kebutuhan pemakaian
dan suplai oksigen/penurunan intake nutrisi
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan prosedur/tindakan invasive/penurunan status
imunitas klien.

IX. Rencana Keperawatan


NO Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan (NOC) (NIC)
1. Anemia Dapat Monitor
meminimalkan © TD minimal 3 kali
atau mengatasi seminggu
komplikasi anemia © Kadar HMT dan
selama perawatan retikulosit setiap minggu

25
3x24 jam ditandai © Fe, kapasitas ikatan
dengan : Fe total dan nilai feritin
© Hb > atau total
sama dengan 10 © Kalium serum
gr% © Status Fe
© Toleransi © Kadar aluminium
terhadap aktifitas © Anjurkan untuk
© Konjungtiva menyingkirkan antasida
tidak anemis luminium
© Tidak © Resiko kehilangan
sianosis darah
© Kaji penyebab yang
mendasari
Pantau tanda dan gejala
anemia
© Hb < 10gr/dl
© Wajah pucat,sklera
icteric, konjungtiva
anemis
© Perubahan fungsi
mental, gelisah
© Kulit dingin,
lembab
© Gangguan
hemodinamik
Kolaborasi dokter untuk
pemberian
© Terapi intravena,
tranfusi darah dan diet
2. Ketidakseimbangan Keseimbangan Nutrient management
nutrisi kurang dari nutrisi dapat © Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh tercapai setelah terhadap makanan
b/d intake dilakukan tindakan © Kolaborasi dengan

26
inadequat keperawatan ahli gizi jumlah kalori
selama 3x24 jam dan tipe nutrisi yang
ditandai dengan: dibutuhkan.
© Tidak terjadi © Anjurkan
penurunan atau meningkatkan intake
peningkatan BB kalori, Fe, dan vit C k/p
dengan cepat © Monitor jumlah
© Turgor kulit kalori dan intake nutrisi
normal tanpa © Bantu klien
udema menerima program
© Kadar nutrisi yang dibuat
albumin plasma dirumah sakit
3,5-5,0 gr/dl Nutrient konseling
© Melaporkan © Komunikasi
peningkatan selera terapeutik
makan © Bina hubungan
saling percaya
© Kaji pola
kebiasaan makan
sebelum sakit
© Diskusikan
makanan kesukaan dan
tidak disukai
© Evaluasi kemajuan
program modifikasi diet
(tujuan)
3. Resiko Infeksi Pasien Infection Control
menunjukkan © Terapkan
kontrol terhadap pencegahan universal
resiko setelah © Berikan hiegine
dilakukan yang baik lingkungan
perawatan 3x24 atau personal
jam dengan © Batasi jumlah

27
indikator : pengunjung dan
© Bebas dari anjurkan cuci tangan
tanda dan gejala ketika kontak dengan
infeksi. klien
© Mampu © Lakukan dresing
menjelaskan tanda pada IV line dan Kateter
dan gejala infeksi © Tingkatkan intake
© Leukosit nutrisi dan istirahat yang
dalam batas cukup
normal Infection Protection
© Tanda vital © Monitor tanda dan
dalam batas gejala infeksi
normal lokal/sistemik
© Pantau hasil
pemeriksaan
laboratorium yang
mengindikasikan infeksi
(WBC)
© Amati faktor2 yang
dapat meningkatkan
infeksi
© Observasi area
invasive
© Pertahankan
tekhnik aseptic dalam
perawatan klien
Monitor Vital Sign
© Pantau suhu tubuh
setiap 8 jam
Enviroment management
© Batasi pengunjung
yang sedang
demam/influensa/sakit

28
infeksi
Health education
© Jelaskan mengapa
sakit dan pengobatan
meningkatkan resiko
infeksi
© Anjurkan untuk
menjaga kesehatan
personal untuk
melindungi dari infeksi
© Ajarkan metode
aman untuk
pengamanan/penyiapan
makanan
© Pengendalian
infeksi : Ajarkan tekhnik
cuci tangan
© Ajarkan tanda2
infeksi
© Anjurkan untuk
lapor perawat/dokter bila
dirasakan muncul tanda2
infeksi
Medication
Administration
© Kelola Therapi
sesuai advis
© Pantau efektifitas,
keluhan yang muncul
pasca pemberian
antibiotik

4. Fatique/Kelemahan Aktifitas Self Assistance

29
kehidupan sehari- Self care : mandi
hari adekuat © Tempatkan
dengan kriteria : perawatan mandi di
- kemampuan dekat bed pasien
klien dalam © Fasilitasi klien
memenuhi ADL untuk menggosok gigi
- toleransi © Fasilitasi klien
terhadap tanda2 untuk membersihkan diri
vital © Monitor kebersihan
gigi dan kuku
© Libatkan keluarga
dalam membantu klien
Self care makan :
© Identifikasi diet
© Ciptakan
lingkungan yang
nyaman saat makan
© Lakukan oral
higene sebelum makan
Self care toileting
© Identifikasi
kebutuhan toileting
© Jaga privaci klien
© Libatkan keluarga
dalam membantu klien

X. Catatan Keperawatan/Catatan Perkembangan

No.Dx Hari, tgl, Jam Implementasi Evaluasi


1. Selasa. · Mengobservasi Ku penderita S : klien mengatakan
8 Juni 2012 · Mengukur tanda-tanda vital badannya masih lemah
07.40 · Mengobservasi keluhan nyeri dan O : Muka dan mukosa bibir

30
rasa dingin. pucat,Conjuctiva anemis
· Mengganti cairan infus dengan Suhu : 36,80C R : 30 x/mnt
Nacl Nadi : 100x/mnt
08.05 · Memberi obat Avil 1 tablet Pusing (-),sesak nafas (-)
sebelum tranfusi HCT post tranfusi PRC kolf II
· Memasang transfusi PRC kolf II 25 %.
200 cc A : Masalah belum teratasi
09.30 · Mengobservasi reaksi transfusi P : Lanjutkan intervensi

1.
10.00 S : Klien mengatakan badannya
· Mengobservasi KU penderita terasa lebih segar dan tidak lemah
· Mengukur tanda-tanda vital O : Muka dan mukosa bibir
· Mengbservasi tetesan transfusi masih pucat,Conjunctiva anemis
Rabu, darah PRC kolf III 200 cc berkurang. Suhu : 36,50C Nadi :
9 Juni 2012 · Mengganti cairan infus 88 x/mnt,R : 24 x/mnt
Nacl(spoeling) Pusing(-),sesak napas (-) HCT
07.30 · Mengganti cairan infus Nacl 200 post transfusi III 28%.
cc + 0,5 gram disferal 8 tpm A : Masalah teratasi sebagian
08.00 · Mengobservasi reaksi pemberian P : Intervensi Lanjut
transfuse
· Mengukur tanda Vital
S : Klien mengatakan bahwa
1. badannya merasa segar dan sudah
sembuh
10.30 · Mengambil darah untuk O : Conjunctiva, mukosa bibir
pemeriksaan lab HGB dan HCT merah muda.
· Mengobservasi KU penderita S : 36,2oC Nadi : 84x/mnt R :
· Mengukur tanda-tanda vital 22 x/mnt
· Memonitor tetesan infus KaEN Post transfusi PRC kolf IV
3A HGB 10,2 gr/dl HCT 34 %.
11.00 · mengobservasi keluhan nyeri dan A : Masalah teratasi
dingin P : Beri HE untuk perawatan

31
· Memberi HE untuk kontrol sesuai dirumah
Kamis jadwal
10Juni 2012
pk.08.00

11.00
12.00

12.05

2. Selasa. · Mengobservasi Ku penderita S : Klien mengatakan makan


8 Juni 2012 · Mengkaji status gizi klien terasa kurang enak
07.40 · Membantu menyiapkan makanan O : Porsi makanan yang
pagi disediakan habis ½ porsi, susu
· Memotivasi klien untuk habis 100 cc (1/2 gelas)
menghabiskan porsi makanan yang A : Masalah belum teratasi
08.05 disediakan P : Intervensi lanjutkan
· Mengobservasi asupan nutrisi
klien
· Memberi obat oral asam folat 5
09.30 mg
· Pk.10.00 Memberi minum susu
2. FCM
10.00 1 gelas
S : Ibu klien mengatakan nafsu
makan anaknya meningkat
O : Porsi makann yang
Rabu, · Mengobservasi KU penderita disediakan habis ¾ porsi, minum
9 Juni 2012 · Membantu menyiapkan diet klien susu 1 gelas (200cc)

32
· Memotivasi klien untuk A : Masaah belum teratasi
08.00 menghabiskan porsi makanan yang P : Lanjutkan intervensi
disediakan
· Menilai nafsu makan anak
· Mencatat asupan nutrisi klien

2. 10.30 S : Ibu klien mengatakan nafsu


makan anaknya meningkat
O : Porsi makann yang
11.00 disediakan habis ¾ porsi, minum
· Membantu menyiapkan susu 1 gelas (200cc) BB : 23,5 kg
diet/makanan pagi A : Masalah teratasi sebagian
· Memotivasi klien untuk P : Beri HE pada klien/keluarga
menghabiskan makanan yg untuk meningkatkan asupan
disediakan nutrisi.
· Menilai nafsu makan klien
· Mencatat asupan nutrisi klien
Kamis · Memberi obat oral asam folat 5
10Juni 2012 mg
pk.08.00 · Menimbang Berat Badan
· Memberi HE pada klien/keluarga
untuk meningkatkan porsi makan
11.00
12.00

12.05

3. Selasa. · Mengkaji kekuatan dan status S : Klien mengatakan badan


8 Juni 2012 fungsi otot klien. masih lemah belum bisa turun

33
07.40 · Menyiapkan buku-buku bacaan dari Tempat tidur.
untuk klien O : Kebutuhan sehari/hari (ADL)
· Membantu mendekatkan alat-alat mandi,makan dan BAK masih
keperluan makan dibantu,Skala ADL : 2
08.05 · Membantu klien BAK A : Masalah belum teratasi
· Menganjurkan klien/orang tua P : Lanjutkan intervensi
agar melakukan aktivitas secara
bertahap sesuai dengan kemampuan
09.30 · Mengevaluasi KU penderita
setelah
· melakukan aktivitas
S : Kien mengatakan
4. Rabu, · Mengobservasi Ku penderita bhw badannya terasa lebih enak
9 Juni 2012 · Menyiapkan air hangat untuk dan tidak lemah lagi
mandi O : Kebutuhan mandi dan bak
07.30 · Membantu memanikan penderita masih dibantu,makan dan
· Membantu BAK memakai baju,menyisir rambut
08.00 · Menyiapkan buku-buku bacaan sendiri. Tidak pusing dan tidak
untuk klien sesak napas.
10.30 · Mengobservasi KU klien A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

S : Kien merasa sudah sehat dan


5. Kamis · Mengobservasi KU penderita segar
10Juni · Membantu klien turun dari tempat O : Wajah nampak segar,mandi
2005 pk.08.00 tidur ,memakai baju,buang air kecil
· Mengevaluasi KU klien setelah tanpa bantuan tidak sesak napas
11.00 beraktivitas dan tidak pusing
12.00 A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan perawatan

34
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan kata lain thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik, dimana terjadi kerusakan
sel darah merah didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang
dari 120 hari) penyebab kerusakan tersebut adalah Hb yang tidak normal sebagai akibat dari
gangguan dalam pembentukan jumlah rantai globin atau struktur Hb
Secara klinis thalasemia dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1. Talasemia minor
Talasemia minor merujuk kepada mereka yang mempunyai kecacatan gen talasemia tetapi
tidak menunjukkan tanda-tanda talasemia atau pembawa.
2. Talasemia major
Talasemia major merujuk kepada mereka yang mempunyai baka talasemia sepenuhnya dan
menunjukkan tanda-tanda talasemia.

35
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus.22 September 2010.Talasemia.25 Oktober 2012.12.00


WIB.http://id.wikipedia.org/wiki/Talasemia
RS Dr. Soetomo Surabaya.Talasemia.25 Oktober 2012.12.00 WIB.www.pediatrik.com.

36

Anda mungkin juga menyukai