Anda di halaman 1dari 32

PENCEMARAN SUMBER AIR BERSIH PADA SUMUR RUMAH

TANGGA

(Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Pengelolaan Sumber Daya
Air)

Oleh
Diya Megawati
NIM 132110101056

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2016
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan hidayahnya
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Xeroftalmia Sebagai Akibat
Dari Kekurangan Vitamin A” dengan baik dan lancar.

Terimakasih saya ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam


penyelesaian karya tulis ini diantaranya :
1. Ellyke S.KM., M.KL selaku dosen matakuliah Dasar Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku.
2. Bahan-bahan baik buku maupun jurnal sebagai acuan dalam menulis
makalah ini.
3. Teman-teman FKM yang telah memberikan dukungan.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca berkenaan
dengan tahapan – tahapan dalam mengenal masalah status gizi. Terlepas dari
semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca. Saran dan kritik
yang membangun sangat saya perlukan dalam rangka perbaikan karya tulis ini.

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................. ii

Daftar Gambar ................................................................................................... iii

Bab 1. Pendahuluan ............................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2. Tujuan ...................................................................................................... 1

1.3 Manfaat ..................................................................................................... 2

Bab 2. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 3

2.1. Air dan Pencemaran Air .......................................................................... 3

2.1.1. Sumber Air di Alam ......................................................................... 3

2.1.2. Manfaat Air ...................................................................................... 5

2.1.3. Hubungan antara Pencemaran Air dengan Keluhan Kesehatan ....... 6

2.2. Siklus Hidrologi ...................................................................................... 7

2.3. Sumber Daya Air ..................................................................................... 8

2.4. Manfaat Sumber Daya Air ...................................................................... 9

2.5. Pengelolaan Sumber Air Bersih .............................................................. 9

2.6. Tiga Pilar Pengelolaan Sumber Daya Air ............................................... 9

2.6.1. Konservasi Pada Pengelolaan Air Tanah ......................................... 9

2.6.2. Pendayagunaan pada Pengelolaan Air tanah .................................. 10

2.6.3. Pengendalian Daya Rusak Air tanah pada Pengelolaan Air tanah . 12

Bab 3. Analisis ................................................................................................. 14

3.1. Pencemaran Sumber Air Bersih ............................................................ 14

3.2. Penanganan Pencemaran Sumber Air Bersih ........................................ 16

ii
3.2.1. Sanitasi Air Bersih.......................................................................... 16

3.2.2. Sarana Jamban Keluarga ................................................................ 16

3.2.3. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) ...................................... 17

3.2.4.Sarana Pembuangan Sampah........................................................... 18

3.3. Aktivitas Yang Menimbulkan Dampak ................................................. 19

Bab 4. Penutup ................................................................................................. 20

4.1. Kesimpulan ............................................................................................ 20

4.2. Saran ...................................................................................................... 21

Daftar Pustaka .................................................................................................. 22

Lampiran 1 ....................................................................................................... 24

Lampiran 2 ....................................................................................................... 26

Daftar Gambar
Gambar 1. Siklus Hidrologi................................................................................ 8

iii
Bab 1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Air merupakan sumber daya alam abiotik di muka bumi ini yang dibutuhkan
oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Ketersediaan air tidak terlepas dari
adanya siklus hidrologi dimana air merupakan komponen penting dalam siklus
tersebut. Air tanah tersebar secara luas, tetapi ketersediannya tidak merata serta
cara mendapatkan air bersih memiliki tingkat kesulitan yang bervariasi. Daerah-
daerah tertentu air tanah cukup tersedia sepanjang tahun, sementara di daerah lain
air tanah hanya bisa didapatkan pada musim penghujan. Mengingat bahwa jumlah
air yang dibutuhkan sangat banyak maka perlu adanya pengelolaan kuantitas dan
kualitasnya agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Konsep pengelolaan sumberdaya air pada dasarnya mencakup upaya serta
kegiatan pengembangan pemanfaatan dan pelestarian sumber daya air berupa
penyaluran air yang tersedia dalam konteks ruang dan waktu, dan komponen mutu
serta komponen volume pada suatu wilayah untuk memenuhi kebutuhan pokok
kehidupan makhluk hidup. Dengan demikian pengelolaan sumber daya air yang
berkelanjutan merupakan suatu system dalam rangka upaya membentuk
lingkungan hidup yang serasi dan lestari serta memenuhi kebutuhan secara terus
menerus Berdasarkan daur hidrologi, volume air di bumi ini jumlahnya relative
konstan. Namun demikian dalam satuan ruang dan waktu, ketersediaan air tidak
sesuai dengan kebutuhan kita. Sering manusia mengalami kekurangan air di
musim kemarau. Untuk menghindari hal tersebut, diperlukan system pengelolaan
sumber daya air terutama pada perlindungan dan pelestarian sumber daya air
harus dilakukan sebaik-baiknya guna menjamin tersedianya sumber daya air
sebagai kebutuhan berbagai sektor termasuk kebutuhan masyarakat.

1.2. Tujuan
1. Mengetahui permasalahan pencemaran sumber air bersih.
2. Mengetahui penyebab dari permasalahan pencemaran sumber air bersih.

1
3. Mengetahui solusi atau penanganan dari permasalahan pencemaran
sumber air bersih

1.3 Manfaat
1. Bisa memanfaatkan air dengan sebaik mungkin
2. Mengetahui bagaimana cara pengelolaan air
3. Bisa menghemat penggunaan air

2
Bab 2. Tinjauan Pustaka

2.1. Air dan Pencemaran Air


Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan
tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air
laut yang berada di darat (PP, 2008). Air adalah salah satu diantara pembawa
penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang
masuk ketubuh manusia baik berupa makanan dan minuman tidak menyebabkan
penyakit maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau
distribusi adalah mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara
kotoran sebagai sumber penyakit
Pencemaran air ialah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi,
dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh
kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi
lagi sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran sumber air bersih pada sumur
rumah tangga bisa dikarenakan masuknya bahan-bahan B3 (Bahan Berbahaya
dan Beracun) serta tercemarnya bakteri E. Coli.

2.1.1. Sumber Air di Alam


Sumber air di alam terdiri atas air laut, air atmosfir (air metereologik), air
permukaan, dan air tanah (Sutrisno, 2004).
1. Air Laut Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl.
Kadar garam NaCl dalam air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum.
2. Air Atmosfir, Air Meteriologik Dalam kehidupan sehari-hari air ini dikenal
sebagai air hujan. Dapat terjadi pengotoran dengan adanya pengotoran udara
yang disebabkan oleh kotoran – kotoran industri/debu dan lain sebagainya
tatapi dalam keadaan murni sangat bersih. Sehingga untuk menjadikan air
hujan sebagai sumber air minum/masak hendaknya tidak menampung air hujan
pada saat hujan baru turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Selain
itu air hujan memiliki sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur
maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya

3
korosi (karatan). Disamping itu air hujan ini mempunyai sifat lunak sehingga
akan boros terhadap pemakaian sabun.
3. Air Permukaan Menurut Chandra (2006) dalam buku Pengantar Kesehatan
Lingkungan, air permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku
air bersih. Faktor-faktor yang harus diperhatikan, antara lain:
a. Mutu atau kualitas baku
b. Jumlah atau kuantitasnya
c. Kontinuitasnya
Air permukaan seringkali merupakan sumber air yang paling tercemar, baik
karena kegiatan manusia, fauna, flora, dan zat-zat lainnya. Air permukaan
meliputi :
a. Air Sungai: Air sungai memiliki derajat pengotoran yang tinggi sekali. Hal ini
karena selama pengalirannnya mendapat pengotoran, misalnya oleh lumpur,
batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Oleh
karena itu dalam penggunaannya sebagai air minum haruslah mengalami suatu
pengolahan yang sempurna.
b. Air Rawa: Kebanyakan air rawa berwarna kuning coklat yang disebabkan oleh
adanya zat – zat organis yang telah membusuk, misalnya asam humus yang
larut dalam air. Dengan adanya pembusukan kadar zat organis yang tinggi
tersebut, maka umumnya kadar mangan (Mn) akan tinggi pula dan dalam
keadaan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka unsur-unsur mangan (Mn)
ini akan larut.
4. Air Tanah Menurut Chandra (2006) dalam buku Pengantar Kesehatan
lingkungan , air tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai
permukaan bumi dan menyerap ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah.
Sebelum mencapai lapisan tempat air tanah, air hujan akan menembus
beberapa lapisan tanah dan menyebabkan terjadinya kesadahan pada air.
Kesadahan pada air ini akan menyebabkan air mengandung zat-zat mineral
dalam konsentrasi. Zat-zat mineral tersebut antara lain kalsium, magnesium,
dan logam berat seperti besi dan mangan.

4
a. Air Tanah Dangkal: Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air
dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian
bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat
kimia (garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang
mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah.
Lapisan tanah di sini berfungsi sebagai saringan. Disamping penyaringan,
pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada muka air yang dekat
dengan muka tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air yang akan
terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan
untuk sumber air minum melaui sumur-sumur dangkal.
b. Air Tanah Dalam: Air tanah dalam dikenal juga dengan air artesis. Air ini
terdapat diantara dua lapisan kedap air. Lapisan diantara dua lapisan kedap air
tersebut disebut lapisan akuifer. Lapisan tersebut banyak menampung air. Jika
lapisan kedap air retak, secara alami air akan keluar ke permukaan. Air yang
memancar ke permukaan disebut mata air artesis. Pengambilan air tanah dalam,
tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan
memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya
antara 100-300 m) akan didapatkan suatu lapis air. Jika tekanan air tanah ini
besar, maka air dapat menyembur ke luar dan dalam keadaan ini, sumur ini
disebut dengan sumur artesis. Jika air tidak dapat ke luar dengan sendirinya,
maka digunakan pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam ini.
c. Mata Air: Mata air merupakan air tanah yang keluar dengan sendirinya ke
permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak
terpengaruh oleh musim dan kualitas/ kuantitasnya sama dengan keadaan air
dalam. Berdasarkan keluarnya (munculnya ke permukaan tanah) mata air dapat
dibedakan atas :
1. Mata Air Rembesan, yaitu mata air yang airnya keluar dari lereng-lereng,
2. Umbul, yaitu mata air dimana airnya keluar ke permukaan pada suatu dataran.

2.1.2. Manfaat Air


Pemanfaatan air untuk berbagai keperluan adalah:

5
1. Untuk keperluan air minum.
2. Untuk kebutuhan rumah tangga I (cuci pakaian, cuci alat dapur, dan lain-lain).
3. Untuk kebutuhan rumah tangga II (gelontor, siram-siram halaman)
4. Untuk konservasi sumber baku PAM.
5. Taman rekreasi (tempat-tempat pemandian, tempat cuci tangan).
6. Pusat perbelanjaan (khususnya untuk kebutuhan yang dikaitkan dengan proses
kegiatan bahan-bahan/ minuman, WC dan lain-lain).
7. Perindustrian I (untuk bahan baku yang langsung dikaitkan dalam proses
membuat makanan, minuman seperti the botol, coca cola, perusahaan roti dan
lain-lain).
8. Pertanian/ irigasi
9. Perikanan dll.
Menurut Alamsyah (2007), manfaat air bagi tubuh manusia adalah:
1. Membantu proses pencernaan
2. Mengatur proses metabolisme
3. Mengangkut zat-zat makanan
4. Menjaga keseimbangan suhu tubuh

2.1.3. Hubungan antara Pencemaran Air dengan Keluhan Kesehatan


Air dalam kehidupan manusia, selain memberikan manfaat yang
menguntungkan dapat juga memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan
manusia. Air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media
penularan penyakit. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi
dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan
penyakit terbagi menjadi empat (Chandra, 2006), yaitu:
1. Waterborne mechanism: Di dalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air
yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan melalui mulut atau
sistem percernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini
antara lain kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler, dan poliomielitis.

6
2. Waterwashed mechanism Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan
kebersihan umum dan perorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara
penularan, yaitu:
a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare.
b. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trakhoma.
c. Penularan melalui binatang pengerat seperti penyakit leptospirosis.
3. Water-based mechanism Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini
memiliki agens penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam
tubuh vektor atau sebagian intermediate host yang hidup di dalam air.
Contohnya skistosomiasis dan penyakit akibat Dracunculus medinensis.
4. Water-related insect vector mechanism Agent penyakit ditularkan melalui
gigitan serangga yang berkembang biak di dalam air. Contoh: filariasis,
dengue, malaria, dan yellow fever.

2.2. Siklus Hidrologi


Siklus hidrologi air tergantung pada proses evaporasi dan presipitasi. Air yang
terdapat di permukaan bumi berubah menjadi uap air di lapisan atmosfer melalui
proses evaporasi (penguapan) air sungai, danau dan laut, serta roses
evapotranspirasi atau penguapan airoleh tanaman. Uap air bergerak ke atas hingga
membentukawan yang dapat berpindah karena tiupan angin. Ruang udara yang
mendapat akumulasi uap air secara continue akan menjadi jenuh. Oleh karena
pengaruh udara dingin pada lapisan atmosfer, uap air tersebut mengalami
sublimasi segingga butiran-butiran uap air membesar dan akhirnya jatuh sebagai
hujan.

7
Gambar 1. Siklus Hidrologi

Proses evaporasi yang berlangsung di laut lebih banyak daripada proses


evaporasi di perairan daratan. Di laut proses evaporasi juga melebihi proses
presipitasi sehingga lautan merupakan sumber air utama bagi proses presipitasi.
Sebaliknya di daratan proses presipitasi lebih banyak daripada evaporasi, di
daratan sekitar 50% air yang diperoleh melalui presipitasi akan mengalami
evaporasi; dan sisanya tersimpan di danau, sungai, maupun sebagai air tanah.
Keseimbangan air terjadi melalui proses evaporasi dan presipitasi air di bumi.
Air yang jatuh sebagai hujan tidak semuanya dapat mencapai permukaan tanah,
sebagian tertahan oleh vegetasi dan bangunan. Sebagian air yang mencapai
permukaan tanah akan masuk ke dalam tanah dan menjadi air tanah melalui
proses infiltrasi, sebagian lagi mengalir ke badan air sebagai air permukaan
(Effendi, 2003).

2.3. Sumber Daya Air


Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di
dalamnya. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang
terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah (UU, 2004). Sumber
daya air merupakan sumber daya alam yang berfungsi sebagai unsur paling
esensial, penentu terpenting dalam kehidupan setiap makhluk hidup dan pada
beberapa keadaan dapat merupakan faktor yang menetukan tingkat kemakmuran
masyarakat bangsa.

8
2.4. Manfaat Sumber Daya Air
Dalam proses perjalanannya sumber daya air dimanfaatkan untuk berbagai
macam keperluan. Daya air dipakai untuk energi misalnya pembangkit listrik
tenaga air (PLTA). Maka air dipakai sebagai salah satu sumber air, demikian pula
waduk dipakai sebagai wadah air yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
air. Air baku digunakan untuk irigasi, air bersih untuk keperluan domestik dan
non-domestik. Secara alami air dipakai oleh makhluk hidup untuk
melangsungkan kehidupannya (Kodoatie, 2010).

2.5. Pengelolaan Sumber Air Bersih


Menurut (UU, 2004) pengelolaan sumberdaya air adalah upaya merencanakan,
melaksanakan,memantau, dan mengevaluasi penyelenggara konservasi
sumberdaya air, pendayagunaansumberdaya air, dan pengendalian daya rusak air.
Terdapat dua komponen utama sumberdaya air,yaitu air permukaan dan air tanah.

2.6. Tiga Pilar Pengelolaan Sumber Daya Air


2.6.1. Konservasi Pada Pengelolaan Air Tanah
(Hendrayana, 2014) Konservasi sumber daya air selalu berkaitan dengan
konservasi tanah, sehingga keduanya sering disebut sebagai konservasi tanah dan
air. Hal ini mengandung makna, bahwa kegiatan konservasi tanah akan
berpengaruh tidak hanya pada perbaikan kondisi lahan tetapi juga perbaikan
kondisi sumber daya air., demikian juga sebaliknya. Konservasi air tanah adalah
upaya melindungi dan memelihara keberadaan, kondisi dan lingkungan air tanah
guna mempertahankan kelestarian atau kesinambungan ketersediaan dalam arti
kuantitas dan kualitas yang memadai, demi kelangsungan fungsi dan
kemanfaatannya untuk memenuhi kebutuhan mahkluk hidup, baik waktu sekarang
maupun pada generasi yang akan datang. Pada awalnya konservasi air tanah
diartikan sebagai menyimpan air dan menggunakan untuk keperluan yg produktif.
Konsep ini disebut sebagai konservasi segi pasokan. Perkembangan selanjutnya
konservasi lebih mengarah pada pengurangan atau efisiensi penggunaan air,
dan dikenal sebagai konservasi segi kebutuhan.

9
Konservasi yang baik merupakan gabungan kedua konseptersebut, yaitu
menyimpan air pada saat berlebihan dan menggunakan seminimal mungkin untuk
keperluan yang produktif. Konservasi air domestic berarti menggunakan air
secukupnya untuk mandi, cuci, sanitasi dan penggunaan rumah tangga lainnya.
Konservasi air industri berarti menggunakan air secukupnya untuk menghasilkan
suatu produk. Konservasi air pertanian artinya menggunakan air secukupnya
untuk menghasilkan hasil pertanian sebanyak-banyaknya. Untuk mendukung
konservasi air tanah, maka diselenggarakan pemantauan air tanah. Obyek
pemantauan air tanah adalah pemantauan muka air tanah, debit aliran,
jumlah pengambilan air tanah, kuantitas, kualitas dan lingkungan keberadaan air
tanah. Sumur pantau adalah salah satu alat pemantauan dalam rangka konservasi
air tanah. Penentuan zona konservasi air tanah dilaksanakan untuk mengetahui
tingkat perubahan kondisi dan lingkungan air tanah yang disebabkan oleh proses
alami dan atau akibat kegiatan manusia. Pelaksanaan kegiatan penentuan zona
konservasi air tanah dilakukan untuk menentukan upaya konservasi air tanah
dalam kegiatan pendayagunaan air tanah. Penentuan zona konservasi air tanah
merupakan salah satu unsur untuk menyusun rencana pengambilan, penyediaan,
pemanfaatan, pengembangan, pengusahaan air tanah, dan rencana tata ruang
wilayah pada suatu cekungan air tanah. Zona konservasi air tanah ditentukan
berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut :
a. Keterdapatan dan potensi ketersediaan air tanah
b. Perubahan kedudukan muka air tanah
c. Perubahan kualitas air tanah
d. Perubahan lingkungan air tanah
e. Ketersediaan sumber air selain air tanah
f. Prioritas pemanfaatan air tanah
g. Kepentingan masyarakat dan pembangunan

2.6.2. Pendayagunaan pada Pengelolaan Air tanah


(Hendrayana, 2014) Pendayagunaan air tanah diutamakan pada pemenuhan
kebutuhan pokok hidup masyarakat secara adil dan berkelanjutan serta

10
dilaksanakan berdasarkan rencana pengelolaan air tanah dan dilaksanakan oleh
Pemerintah dengan melibatkan masyarakat (PP, 2008). Pendayagunaan air tanah
diarahkan untuk mendukung upaya efektivitas dan efisiensi penggunaan air tanah
yang dapat menerus serta berkelanjutan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan
pokok sehari-hari. Selanjutnya, penggunaan air tanah dapat digunakan juga untuk
pertanian, sanitasi lingkungan, perindustrian, pertambangan, pariwisata dan
sebagainya, setelah kebutuhan pokok tercukup Pendayagunaan air tanah
dilakukan melalui kegiatan: penatagunaan, penyediaan, penggunaan,
pengembangan dan pengusahaan air tanah seperti pada gambar di bawah ini.
pendayagunaanair tanah di bawah ini. Penatagunaan air tanah ditujukan untuk
menetapkan zona pemanfaatan air tanah dan peruntukan air tanah pada cekungan
air tanah yang disusun berdasarkan zona konservasi air tanah (PP, 2008).
Penetapan zona pemanfaatan air tanah dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. Sebaran dan karakteristik akuifer; kelulusan dan keterusan akuifer.
b. Kondisi hidrogeologi; sistem akuifer, pola aliran air tanah.
c. Kondisi dan lingkungan air tanah; kuantitas dan kualitas.
d. Kawasan lindung air tanah; daerah imbuhan, zona kritis dan zona rusak.
e. Kebutuhan air bagi masyarakat dan pembangunan.
f. Data dan informasi hasil inventarisasi air tanah.
g. Ketersediaan air permukaan
Zona Pemanfaatan air tanah merupakan acuan dalam penyusunan rencana
pengeboran, penggalian,pemakaian, pengusahaan dan pengembangan air tanah
serta penyusunan rencana tata ruangwilayah. Sedangkan penetapan peruntukan air
tanah pada cekungan air tanah dilaksanakan denganmempertimbangkan:
a. Kuantitas dan kualitas air tanah.
b. Daya dukung akuifer terhadap pengambilan air tanah.
c. Jumlah dan sebaran penduduk dan laju pertambahannya.
d. Proyeksi kebutuhan air tanah.
e. Pemanfaatan air tanah yang sudah ada.

11
2.6.3. Pengendalian Daya Rusak Air tanah pada Pengelolaan Air tanah
(Hendrayana, 2014) Pengendalian daya rusak air tanah dilakukan dengan
mengendalikan pengambilan air tanah dan meningkatkan jumlah imbuhan air
tanah untuk menghambat/mengurangi laju penurunan muka air tanah. Penurunan
muka air tanah menyebabkan ketidakseimbangan kondisi hidrogeologi, sehingga
dapat menyebabkan terjadinya intrusi air laut dan atau amblesan muka tanah.
Pengendalian daya rusak air tanah meliputi upaya pencegahan, penanggulangan
dan pemulihan. Untuk mencegah intrusi air laut dilakukan dengan membatasi
pengambilan air tanah di daerah pantai. Untuk menanggulangi intrusi air laut
dilakukan dengan cara melarang pengambilan air tanah didaerah pantai,
sedangkan untuk memulihkan kondisi air tanah yang telah terkena intrusi air laut
dengan cara menciptakan imbuhan atau resapan buatan atau dengan sumur injeksi
di daerah yang tercemar air laut. Pengendalian pada amblesan tanah
meliputi kegiatan pencegahan terjadinya amblesan tanah dengan mengurangi
pengambilan air tanah bagi pemegang ijin pemakaian air tanah atau pemegang ijin
pengusahaan air tanah pada zona kritis dan zona rusak. Upaya penghentian
terjadinya amblesan dilakukan dengan menghentikan pengambilan air tanah,
sedangkan untuk mengurangi terjadinya amblesan tanah juga dilakukan untuk
menanggulangi intrusi air laut dengan membuat sumur resapan.
(Kementrian PUPR, 2015) Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk
mencegah, menanggulangi, dan memulihkan kerusakan kulitas lingkungan yang
disebabkan oleh daya rusak air. Daya rusak air adalah daya air yang dapat
merugikan kehiduman. Aspek pengendalian daya rusak air, khususnya terhadap:
a. Terjadinya bencana, meliputi kejadian bencana (banjir, longsor, gempa,
tsunami, abrasi pantai), wilayah yang rawan terhadap bencana, upaya
pengendalian yang telah dilakukan, hambatan dan permasalahan yang
dihadapi;
b. Erosi tebing dan degradasi sungai;
c. Sedimentasi muara sungai; dan
d. Pencemaran sungai, yang meliputi kualitas air sungai, jenis, jumlah dan lokasi
limbah yang dibuang ke sungai.

12
13
Bab 3. Analisis

3.1. Pencemaran Sumber Air Bersih


Pencemaran sumber air bisa disebabkan masuknya bahan B3 dan tercemarnya
bakteri kedalamnya. Bahan B3 dan Bakteri mempengaruhi kualitas air dalam
penggunaanya akan memberikan dampak yang berakibat pada kondisi kesehatan
makhluk hidup. (PerMenKes, 1990) Air yang baik adalah air yang tidak tercemar
secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain air
raksa (Hg), alumunium (Al), arsen (As), barium (Ba), besi (Fe), flourida (F),
tembaga (Cu), derajat keasaman (pH), dan zat kimia lainnya. Kandungan zat
kimia dalam air bersih yang digunakan sehari-hari hendaknya tidak melebihi
kadar maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990. Penggunaan air yang
mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimia yang melebihi ambang batas
berakibat tidak baik bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia,
contohnya antara lain sebagai berikut :
a. Ph: pH Air sebaiknya tidak asam dan tidak basa (netral) untuk mencegah
terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air. pH yang
dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5 – 9.
b. Besi (Fe): Kadar besi (Fe) yang melebihi ambang batas (1,0 mg/l)
menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru dan menimbulkan rasa, warna
(kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan
kekeruhan.
c. Klorida: Klorida adalah senyawa halogen klor (Cl) dalam jumlah banyak, klor
(Cl) akan menimbulkan rasa asin, korosi pada pipa sistem penyediaan air
panas. Sebagai desinfektan, residu klor (Cl) di dalam penyediaan air sengaja
dipelihara, tetapi klor (Cl) ini dapat terikat pada senyawa organic dan
membentuk halogenhidrokarbon (Cl-HC) banyak diantaranya dikenal sebagai
senyawa-senyawa karsinogenik. Kadar maksimum klorida yang diperbolehkan
dalam air bersih adalah 600 mg/l.

14
d. Tembaga (Cu): Tembaga (Cu) sebetulnya diperlukan bagi perkembangan tubuh
manusia. Tetapi, dalam dosis tinggi dapat menyebabkan gejala GI, SSP, ginjal,
hati; muntaber, pusing kepala, lemah, anemia, kramp, konvulsi, shock, koma
dan dapat meninggal. Dalam dosis rendah menimbulkan rasa kesat, warna, dan
korosi pada pipa, sambungan, dan peralatan dapur.
e. Mangan (Mn): Mangan (Mn) adalah metal kelabu-kemerahan. Keracunan
seringkali bersifat khronis sebagai akibat inhalasi debu dan uap logam. Gejala
yang timbul berupa gejala susunan syaraf: insomnia, kemudian lemah pada
kaki dan otot muka sehingga ekspresi muka menjadi beku dan muka tampak
seperti topeng (mask). Bila pemaparan berlanjut maka bicaranya melambat dan
monoton, terjadi hyperrefleksi, clonus pada patella dan tumit, dan berjalan
seperti penderita parkinsonism.
f. Seng (Zn): Di dalam air minum akan menimbulkan rasa kesat dan dapat
menyebakan gejala muntaber. Seng (Zn) menyebabkan warna air menjadi
opalescent dan bila dimasak akan timbul endapan seperti pasir. Kadar
maksimum seng (Zn) yang diperbolehkan dalam air bersih adalah 15 mg/l.
g. Nitrat: Kadar nitrat pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1
mg/l. Kadar nitrat lebih dari 5 mg/L menggambarkan terjadinya pencemaran
antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan. Kadar nitrat
yang lebih dari 0,2 mg/l dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi (pengayaan
perairan), yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan alga dan tumbuhan air
secara pesat. Kadar nitrat dalam air tanah dapat mencapai 100 mg/l. Air hujan
memiliki kadar nitrat sekitar 0,2 mg/L. Kadar nitrat untuk keperluan air minum
sebaiknya tidak melebihi 10 mg/L (Effendi, 2003). Kandangan nitrat yang
tinggi dalam air akan menyebabkan gangguan ginjal, diare bercampur darah.
Keracunan kronis menyebabkan depresi umum, sakit kepala dan gangguan
mental (Darmono, 2001).
Bakteri adalah suatu organisme yang jumlahnya paling banyak dan tersebar
luas dibandingkan dengan organisme lainnya di bumi. Bakteri umumnya
merupakan organisme uniseluler (bersel tunggal), prokariota/prokariot, tidak
mengandung klorofil, serta berukuran mikroskopik (sangat kecil). Bakteri ini

15
terdapat sangat banyak pada feses organisme berdarah panas, dapat juga
ditemukan di lingkungan perairan, di tanah dan pada vegetasi.
Keberadaan E. coli dalam air dapat menjadi indikator adanya pencemaran oleh
air tinja. Bakteri-bakteri ini apabila ditemukan di dalam sampel air maka air
tersebut mengandung bakteri patogen, sebaliknya bila sampel air tidak
mengandung bakteri-bakteri ini berarti tidak ada pencemaran oleh tinja manusia
dan hewan, menunjukkan bahwa ia bebas dari bakteri pathogen (Pitojo,2002).
Indikator yang paling baik untuk menunjukkan bahwa air rumah tangga sudah
dikotori feses adalah dengan adanya Escherichia coli dalam air tersebut, karena
dalam feses manusia, baik sakit maupuun sehat terdapat bakteri ini.

3.2. Penanganan Pencemaran Sumber Air Bersih


Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas sanitasi, yaitu: sarana air bersih,
jamban keluarga, saluran pembuangan air limbah, pembuangan sampah, dan
fasilitas dapur. Hal tersebut guna untuk meberikan sumber air resapan tidak
tercemar oleh mikroorganisme patogen.

3.2.1. Sanitasi Air Bersih


Sarana air bersih adalah semua sarana sebagai sarana air bersih bagi
pemenuhan rumah yang dipakai sehari-hari. Sarana air bersih yang memenuhi
syarat apabila:
1. Jarak antara sumber air bersih dengan sumber pengotoran septic tank, tempat
pembuangan sampah, dan tempat pembuangan air limbah minimal 11 meter.
2. Pada sumur gali dan bor, diberi tembok kedap air dengan kedalaman 3 meter
dari permukaan tanah, dilengkapi tutup dan bibir sumur setinggi ± 70 cm, dan
lantai diplester kedap air dalam jarak 1 meter sekeliling atau dari bibir.
3. Sumber air tersebut harus memiliki kualitas fisik, kimia, dan biologi yang
memenuhi syarat kesehatan

3.2.2. Sarana Jamban Keluarga


Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan
mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat

16
tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori
permukaan (Kusnoputranto, 1997). Sementara itu menurut Soemardi (1999)
pengertian jamban adalah pengumpulan kotoran manusia disuatu tempat sehingga
tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan
mengganggu estetika.
Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan
kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Pembuangan kotoran harus di suatu
tempat tertentu atau jamban yang sehat. Jamban keluarga sehat adalah jamban
yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (DepKes, 2004):
1. Tidak mencemari sumber air bersih, letak lubang penampung kotoran berjarak
10- 15 meter dari sumber air bersih.
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak
mencemari tanah di sekitarnya.
4. Mudah dibersihkan dan aman penggunannya.
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna.
6. Cukup penerangan.
7. Lantai kedap air.
8. Ventilasi cukup baik.
9. Tersedia air dan alat pembersih.

3.2.3. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)


Air limbah atau air kotoran adalah air yang tidak bersih dan mengandung
berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan dan
lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk industrialisasi (Azwar,
2005). Saluran pembuangan air limbah adalah suatu bangunan yang digunakan
untuk membuang air dari kamar mandi, tempat cuci, dapur, dan lain-lain bukan
dari jamban. (Depkes RI, 1999).
Sarana pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi persyaratan
kesehatan,yaitu tidak mencemari sumber air bersih, tidak menimbulkan genangan
air yang menjadi sarang serangga/nyamuk, tidak menimbulkan becek, kelembaban

17
dan pandangan yang tidak menyenangkan, bentuk saluran pembuangan tertutup,
dan lancar (Depkes RI, 1993).
Menurut (DepKes, 1995)salah satu upaya untuk mengetahui kualitas sarana
penyediaan air bersih, diantaranya dengan cara melakukan pengawasan atau
inspeksi terhadap kualitas sumber air. Tujuan inspeksi ini antara lain untuk
mengidentifikasi sumber-sumber yang berpotensi menyebabkan terjadinya
pencemaran. Meningkatnya industri di indonesia dibarengi dengan meningkatnya
jumlah limbah yang dihasilkan, terutama limbah cair yang dibuang melalui aliran
air. Tidak adanya pengolahan limbah yang dimiliki industri, langsung dibuang ke
perairan berdampak pada komposisi air di wilayah tersebut. Tercemarnya badan
air oleh limbah dapat menyebabkan bahaya bagi kesehatan manusia yang hidup di
lingkungan industri tersebut. Masalahnya ialah minyak, tidak dapat menyatu
dengan air.

3.2.4.Sarana Pembuangan Sampah


Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi
ataupun sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak
terjadi dengan sendirinya (Notoatmodjo, 2003). Sampah erat kaitanya dengan
kesehatan masyarakat karena dari sampah tersebut akan hidup berbagai
mikroorganisme penyebab penyakit dan juga binatang serangga sebagai
pemindah/penyebar penyakit (vektor). Oleh karena itu sampah harus dikelola
dengan baik sampai sekecil mungkin, tidak mengganggu atau mengancam
kesehatan masyarakat (Notoadmodjo, 2007). Syarat-syarat Tempat Sampah yang
Memenuhi Syarat Kesehatan Syarat-syarat tempat sampah antara lain:
1. Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah berseraknya
sampah.
2. Mempunyai tutup,mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat
dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori
tangan.
3. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu
orang.

18
3.3. Aktivitas Yang Menimbulkan Dampak
(Siahaan, 2004) Analisis dampak lingkungan merupakan bagian dari kegiatan
studi kelayakan rencana usaha dan/atau kegiatan, dimana hasil suatu analisis
digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan wilayah. Apabila suatu
rencana kegiatan diwajibkan melaksanakan analisis dampak lingkungan, maka
persetujuan atas analisis mengenai dampak lingkungan tersebut harus diajukan
bersama dengan permohonan izin melakukan kegiatan. Analisis mengenai
dampak lingkungan sudah harus disusun dan mendapatkan keputusandari instansi
yang bertanggung jawab sebelum kegiatan konstruksi usaha dan kegiatan tersebut
dilaksanakan. Kriteria yang dipakai untuk mengatur dampak lingkungan penting
dan besar adalah:
a. Jumlah manusia yang akan terkena dampak
b. Luas wilayah penyebaran dampak
c. Intensitas dampak dan lamanya dampak berlangsung
d. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena
e. Sifat kumulatif dampak tersebut
f. Berbalik (reversible) atau tidak berbalik (irreversible) dampak
Industri yang mendirikan suatu usaha hendaknya memikirkan dampak
lingkungan akibat limbah yang dihasilkan dari barang yang di produksinya.
Apabila dampak yang dihasilkan tidak segera diatasi, industri tersebut berhak
untuk dituntut agar ditutup, karena akan mengganggu estetika lingkungan dan
mengganggu kesehatan bagi makhluk hidup yang tinggal di lingkungan tersebut.

19
Bab 4. Penutup

4.1. Kesimpulan
Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan
tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air
laut yang berada di darat (PP, 2008). Pencemaran air ialah masuknya atau
dimasukannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air
dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam,
sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Air
dalam kehidupan manusia, selain memberikan manfaat yang menguntungkan
dapat juga memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan manusia

Sumber air di alam terdiri atas air laut, air atmosfir (air metereologik), air
permukaan, dan air tanah (Sutrisno, 2004). Menurut Alamsyah (2007), manfaat air
bagi tubuh manusia adalah:
a. Membantu proses pencernaan
b. Mengatur proses metabolisme
c. Mengangkut zat-zat makanan
d. Menjaga keseimbangan suhu tubuh
Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di
dalamnya. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang
terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah (UU, 2004). Air baku
digunakan untuk irigasi, air bersih untuk keperluan domestik dan non-domestik.
Secara alami air dipakai oleh makhluk hidup untuk melangsungkan kehidupannya
(Kodoatie, 2010).
Menurut UU No.7/2004 pengelolaan sumberdaya air adalah upaya
merencanakan, melaksanakan,memantau, dan mengevaluasi penyelenggara
konservasi sumberdaya air, pendayagunaansumberdaya air, dan pengendalian
daya rusak air.

20
Tiga pilar pengelolaan sumber daya air yaitu: konservasi pada pengelolaan
sumber daya air, pendayagunaan pada pengelolaan air tanah sertapengendalian
daya rusak air tanah pada pengelolaan air tanah.

4.2. Saran
Sebelum membangun septic tank hendaknya mengetahui ada tidaknya sumber
air di lingkungan tersebut serta menentukan jarak pembangunan dengan sumber
air. Menjaga sanitasi disekitar lingkungan sumber air, serta memperhatikan
estetika lingkungan. Pembangunan industri hendaknya memperhatikan dampak
yang akan ditimbulkan akibat dari usaha yang telah didirikan, serta membangun
instalasi pembuangan air limbah agar limbah yang dihasilkan bisa dikelola dan
tidak di buang ke sumber air.

21
Daftar Pustaka
Azwar, S. (2005). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.

DepKes. (1995). Metode Pengambilan Contoh Air dan Pemeriksaan Bakteriologi


Air. Departemen Kesehatan .

DepKes. (2004). Sistem Kesehatan Nasional 2004.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

Hendrayana, H. (2014). Pengelolaan Sumber Daya Air Tanah di Indonesia. Hal


11-14.

Kementrian PUPR. (2015). Tata Cara Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya
Air. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat .

Kodoatie, R. J. (2010). Tata Ruang Air. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

PerMenKes. (1990). Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Peraturan


Menteri Kesehatan No. 416 .

22
PP. (2008). Air Tanah. Pasal 47.

PP. (2008). Air Tanah. Pasal 48.

PP. (2008). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no.42 Tentang


Pengelolaan Sumber Dya Air.

Siahaan, N. (2004). Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Surabaya:


Erlangga.

UU. (2004). Undang-Undang Republik Indonesia no. 7 Tentang Sumber Daya


Air.

Saktiyawan. 2016. Pengaruh Kondisi Lingkungan Permukiman Terhadap Kualitas


Air Tanah Di Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Naskah Pubilkasi.
http://eprints.ums.ac.id/45478/43/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf. Diakses
pada [20 Oktober 2016]

Samidjo, Jacobus. 2014. Pengelolaan Sumber Daya Air. Naskah Publikasi.


http://download.portalgaruda.org/article.php?article=251790&val=6766&titl
e=Pengelolaan%20Sumber%20Daya%20Air. Diakses pada [20 Oktober
2016]

23
Lampiran 1
Bahaya, 80 persen sumur warga di Solo tercemar bakteri E-coli

Reporter : Arie Sunaryo | Rabu, 28 Januari


2015 09:01

ilustrasi sumur tua. ©panoramio.com

Merdeka.com - 80 Persen air sumur milik warga Solo tercemar bakteri


Escherichia coli (E-coli). Kondisi tersebut dipicu sistem pembuatan septic tank
warga yang tidak sesuai standar. Jarak antara septic tank dengan air sumur terlalu
dekat. Hal tersebut diperparah dengan dibuangnya kotoran langsung ke tanah
tanpa pengolahan terlebih dulu. "Akibatnya banyak bakteri yang meresap
mencemari sumur dan sumber air tanah dangkal yang dikonsumsi warga," ujar
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Solo, Ahyani, Rabu
(28/1).

Lebih lanjut Ahyani mengungkapkan, selain sumur, hampir semua sungai di


Solo juga tercemar bakteri yang sama. Pihaknya mengaku sudah melakukan
penelitian dan hasilnya sebagian besar sungai di Solo juga tercemar bakteri yang
membahayakan bagi sistem pencernaan manusia itu. "Sungai yang juga tercemar
di antaranya Sungai Gajah Putih, Kali Anyar, Pepe, Brojo, Jenes, dan
Bhayangkara," jelasnya. Pihaknya juga telah memetakan kelurahan yang juga

24
berisiko tinggi mengalami pencemaran air. Menurutnya ada 7 kelurahan yang
masuk zona merah paling tinggi risiko pencemaran air limbah dan 16 kelurahan
lainnya masuk kategori tinggi. "Kelurahan yang masuk zona merah atau sangat
tinggi tingkat pencemaran adalah Kelurahan Pajang, Kadipiro, Jebres, Semanggi,
Sangkrah, dan Gandekan," katanya.

Menurut Ahyani, di ketujuh kelurahan tersebut jumlah penduduknya sangat


padat dan kumuh. Kondisi tersebut menjadi pemicu buruknya sanitasi.
"Untuk mengatasi pencemaran air sumur warga ini, kami sudah memberikan
arahan untuk membuat sumur tanah berjarak minimal 10 meter dari septic tank.
Sementara itu guna mengatasi masalah sanitasi, Pemkot bekerja sama dengan
Indonesia Infrastructure Initiative (IndII). Mereka, kata Ahyani, akan
menghibahkan dana untuk pembangunan sambungan sanitasi ke rumah,
pembuatan sarana pengolahan limbah terpusat dengan skala permukiman dan
sambungan ke rumah (sAIIG), serta pembangunan sarana pengolahan limbah
terpusat skala kota.

Sumber: https://www.merdeka.com/peristiwa/bahaya-80-persen-sumur-warga-
di-solo-tercemar-bakteri-e-coli.html

25
Lampiran 2
Senin 18 Jan 2016, 17:37 WIB
Ribuan Sumur di Mojokerto Diduga Tercemar Limbah B3,
Penyakit Bermunculan
Imam Wahyudiyanta - detikNews

Foto: Enggran Eko Budianto/detikcom

Mojokerto - Ribuan keluarga di lima dusun di Desa Lakardowo, Kecamatan


Jetis, Kabupaten Mojokerto sejak setahun terakhir tak lagi bisa menikmati
segarnya air bersih. Rasa, warna, dan bau air sumur warga berubah menjadi tak
layak konsumsi. Beberapa penyakit aneh pun mulai bermunculan menyerang
warga. Diduga air sumur ribuan keluarga di Desa Lakardowo tersebut tercemar
limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dari sebuah pabrik pengolahan limbah
yang berdiri di desa tersebut.

Salah satu kampung yang air sumurnya tak layak konsumsi adalah Dusun
Kedung Palang. Warga setempat, Muhammad Yasin (44) menjelaskan, sejak
setahun lalu air sumur di rumahnya berubah warna menjadi kekuning-kiningan,
berbau busuk, dan terasa getir. Perubahan itu juga terjadi di sumur warga lainnya
di kampung yang dihuni 300 keluarga itu. "Air sumur kami warnanya berubah
dari jernih menjadi kekuning-kuningan, ada yang kecoklat-coklatan, terdapat
endapan warna hitam. Baunya menyengat. Kalau diminum rasanya sudah tidak

26
tawar lagi, ada rasa getir," kata Yasin kepada wartawan sembari menunjukkan air
sumur miliknya, Senin (18/1/2016).

Menurut Yasin, perubahan air sumur warga itu terjadi sejak setahun lalu. Yakni
sejak berdirinya pabrik pengolahan limbah B3 di Desa Lakardowo, PT Putra
Restu Ibu Abadi (PRIA). Pabrik yang berjarak sekitar 250 meter dari Dusun
Kedung Palang itu mengolah berbagai jenis limbah B3. Mulai dari limbah pabrik
kertas, limbah kimia cair, limbah batu bara, hingga limbah medis. "Rusaknya air
sumur warga akibat pencemaran PT PRIA. Limbah B3 dari pabrik-pabrik lain
dikubur dalam lubang sedalam 10-15 meter. Itu yang meresap ke air sumur dan
sawah warga. Karena sebelum ada pabrik ini, air sumur warga normal. Warnanya
jernih dan tidak berbau," ungkapnya.

Selain Kedung Palang, lanjut Yasin, air sumur di empat dusun lainnya di Desa
Lakardowo juga mengalami hal serupa. Yakni Dusun Sambigembol, Kedung
Bulu, Sumber Wuluh, dan Lakardowo. Maklum saja, keempat kampung yang
dihuni ribuan keluarga itu berjarak sekitar 300 meter dari pabrik pengolahan
limbah B3 tersebut. Tak hanya membuat air sumur warga tak layak untuk
dikonsumsi, pencemaran yang diduga berasal dari PT PRIA itu juga membuat
beberapa penyakit aneh menyerang warga. Mulai dari gatal-gatal dan bengkak
pada kaki, mendadak lumpuh, hingga sakit-sakit pada persendian tubuh. "Masuk
musim hujan begini banyak warga sini yang kakinya bengkak dan gatal-gatal usai
menggarap sawah. Karena limbah pabrik yang tumpah ke sawah warga. Dulu
tidak ada seperti itu," imbuh Yasin.

Seperti yang dirasakan Muhammad Wahyu Zakariya (9). Bocah kelas 3


sekolah dasar ini mendadak tak bisa berjalan. Untuk aktivitas sehari-hari, Wahyu
harus memakai alat bantu jalan, "Sakitnya sejak 4 bulan lalu. Persendian tangan
dan kaki sakit semua," ujar anak pertama Yasin ini tertunduk menahan air mata
sebab tak bisa berjalan normal seperti anak seusianya.

Dampak tercemarnya air sumur oleh limbah B3 itu juga dirasakan Sulastri (36).
Ibu rumah tangga warga Dusun Kedung Palang ini terpaksa membeli air isi ulang

27
untuk masak dan minum keluarganya. "Untuk masak dan minum beli air galon
(air isi ulang). Kalau memakai air sumur hanya untuk mandi dan mencuci baju.
Takutnya nanti kena penyakit, soalnya air sumur sudah berubah begitu," tuturnya.

Warga berharap kepada pemerintah agar segera turun tangan untuk menutup
pabrik pengolah limbah B3. "Harapan kami agar pabrik limbah segera ditutup.
Limbah yang ditanam di dalam tanah segera digali kembali dan dibuang ke tempat
lain," tandasnya. (fat/iwd)

Sumber: http://news.detik.com/berita-jawa-timur/3121251/ribuan-sumur-di-
mojokerto-diduga-tercemar-limbah-b3-penyakit-bermunculan

28

Anda mungkin juga menyukai