Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam penjelasan Umum Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang
Pelayaran menyebutkan bahwa Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Negara
Kesatuan Republik Indonesia telah dianugerahi sebagai negara kepulauan yang
terdiri atas beribu pulau, sepanjang garis khatulistiwa, di antara dua benua dan dua
samudera sehingga mempunyai posisi dan peranan penting dan strategis dalam
hubungan antarbangsa.Posisi strategis Negara Kesatuan Republik Indonesia harus
dimanfaatkan secara maksimal sebagai modal dasar pembangunan nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 untuk mewujudkan Indonesia yang aman, damai, adil, dan
demokratis, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.Dalam rangka pelaksanaan
pembangunan nasional dan perwujudan Wawasan Nusantara, telah disusun sistem
transportasi nasional yang efektif dan efisien, dalam menunjang dan sekaligus
menggerakkan dinamika pembangunan, meningkatkan mobilitas manusia, barang,
dan jasa, membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis,
serta mendukung pengembangan wilayah dan lebih memantapkan perkembangan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, turut mendukung pertahanan
dan keamanan, serta peningkatan hubungan internasional.
Transportasi merupakan sarana untuk memperlancar roda perekonomian,
memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, dalam rangka memantapkan
perwujudan Wawasan Nusantara, meningkatkan serta mendukung pertahanan dan
keamanan negara, yang selanjutnya dapat mempererat hubungan antarbangsa dan
pentingnya transportasi tersebut tercermin pada penyelenggaraannya yang
mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara serta semakin
meningkatnya kebutuhan jasa angkutan bagi mobilitas orang dan barang dalam
negeri serta ke dan dari luar negeri.Di samping itu, transportasi juga berperan

1
sebagai penunjang, pendorong, dan penggerak bagi pertumbuhan daerah yang
memiliki potensi sumber daya alam yang besar tetapi belum berkembang, dalam
upaya peningkatan dan pemerataan pembangunan serta hasil- hasilnya.
Menyadari pentingnya peran transportasi tersebut, angkutan laut sebagai
salah satu moda transportasi ditata dalam satu kesatuan sistem transportasi
nasional yang terpadu dan mampu mewujudkan penyediaan jasa transportasi yang
seimbang sesuai dengan tingkat kebutuhan dan tersedianya pelayanan angkutan
yang selamat, aksesibilitas tinggi, terpadu, kapasitas mencukupi, teratur, lancar
dan cepat, mudah dicapai, tepat waktu, nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman,
polusi rendah, dan efisien.
Angkutan laut yang mempunyai karakteristik pengangkutan secara
nasional dan menjangkau seluruh wilayah melalui perairan perlu dikembangkan
potensi dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung antarwilayah, baik
nasional maupun internasional termasuk lintas batas, karena digunakan sebagai
sarana untuk menunjang, mendorong, dan menggerakkan pembangunan nasional
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat serta menjadi perekat Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Sejatinya definisi pelayaran1 merupakan satu kesatuan yang terdiri atas
angkutan di perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan pelayaran, dan
perlindungan lingkungan maritim, merupakan bagian dari sistem transportasi
nasional yang harus dikembangkan potensi dan peranannya untuk mewujudkan
sistem transportasi yang efektif dan efisien, serta membantu terciptanya pola
distribusi nasional yang mantap dan dinamis dimana perkembangan lingkungan
strategis nasional dan internasional yang menuntut penyelenggaraan pelayaran
yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dibutuhkan pula peran serta swasta dan persaingan usaha, otonomi daerah, dan
akuntabilitas penyelenggara negara, dengan tetap mengutamakan keselamatan dan
keamanan pelayaran demi kepentingan nasional.Untuh hal tersebut keselamatan

1
Pasal1 butir 1 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran

2
dan keamanan pelayaran2didefinisikan adalah suatu keadaan terpenuhinya
persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan,
kepelabuhanan, dan lingkungan maritime, itulah sebabnya Indonesia yang
merupakan salah satu jalur transportasi laut Internasional yang banyak dilewati
oleh kapal dari berbagai negara di dunia. Selain itu Indonesia adalah negara
kepulauan yang memiliki ribuan pulau dari sabang sampai merauke, sehingga
salah satu alat transportasi yang penting adalah transportasi laut yaitu kapal3 yang
berarti kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan
tenaga angin, tenaga mekanik dan energi lainnya, yang ditarik atau ditunda,
termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah
permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-
pindah.
Seiring perkembangan industri dan kebutuhan akan transportasi khususnya
transportasi laut baik domestik maupun Internasional di Indonesia semakin
meningkat, maka tidak dapat dipungkiri semakin banyak jumlah kapal yang
beroperasi di wilayah Indonesia,tak hanya kapal domestik saja melainkan kapal-
kapal Internasional. Pada akhir abad ke- 20 kecelakaan serta musibah yang
melibatkan kapal semakin banyak terjadi dan dalam frekuensi yang lebih tinggi,
hal ini dipicu juga dengan pertumbuhan penduduk dunia, yang dengan sendirinya
juga ikut menyebabkan bertambahnya kebutuhan sehingga bertambah ramai pula
angkutan melalui laut dan akibatnya adalah laut semakin dipenuhi oleh lalu lintas
kapal dari berbagai jenis dan ukuran serta juga dengan aneka muatan dan tidak
dipungkiri sering terjadi kasus kecelakaan laut dengan berbagai sebab. Istilah
musibah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya kejadian menyedihkan
yang menimpa atau malapetaka (bencana).Jadi musibah kapal adalah kejadian
atau malapetaka/bencana yang menimpa kapal.4
Bahwa kecelakaan pada kapal dapat meliputi 5:

2
ibid
3
ibid
4
Shipping, Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut, Capt.R.P. Suyono, PPM:2003
Edisi Ketiga Hal167
5
Pasal 2 (2) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 Tentang Kecelakaan Kapal

3
a) Kapal tenggelamdapat disebabkan atas beberapa faktor antara lain adalah
adalah kesalahan manusia dalam bernavigasi dimana jika terdapat
kesalahpahaman terhadap ketentuan bernavigasi (P2TL) maka kapal akan
mengalami tubrukan atau berada pada posisi perairan dangkal sehingga kapal
dapat tenggelam, juga bencana alam atau lingkungan, dan faktor dari
permesinan kapal seperti kegagalan mesin (engine failure), kebakaran
diruang mesin, meskipun kapal dibangun telah sesuai peraturan yang ketat
dan adanya peraturan klasifikasi (Class) , yang memungkinkan tidak ada
kelemahan lagi lagi pada bangunan dan keamanannya, tetap masih terdapat
kemungkinan kapal dapat tenggelam6

Sumber :

https://www.google.co.id/search?q=kapal+tenggelam&newwindow

b) Kapalterbakar merupakan suatu peristiwa dimana penyebabnya banyak


dikarenakan faktor kesalahan manusia (bahaya rokok, navigasi), muatan
kapal atau penanganan muatan (batu bara, minyak dan sebagainya), bagian

6
http://www.maritimeworld.web.id/2010/12/penyebab-kapla-dapat-tenggelam.html

4
dari kapal yang terbuat dari bahan yang mudah terbakar, atau hubungan
pendek dari permesinan kapal (korstleting)7

Sumber :

https://www.google.co.id/search?newwindow=1&biw=1920&bih=979&tbm=isch&sa=1&q=ship+fire

c) Tubrukan kapaldapat disebakan oleh faktor mesin kapal, hal ini terjadi karena
mesin kapal memiliki kelemahan, berbeda dengan kendaraan di darat, alat
untuk memberhentikan kapal bila sedang melaju adalah dengan mengubah
arah baling-baling kapal yang sedang berada dalam posisi berputar maju
menjadi berputar mundur, dengan demikian mesin yang berada pada posisi
maju harus diubah hingga berada pada posisi mundur atau baling-baling akan
berputar pada arah berlawanan dari semula. Untuk itu, diperlukan waktu
untuk beberapa menit mengubah mesin dari maju menjadi mundur dan juga
akan menghasilkan kekuatan mesin yang berbeda. Kekuatan mesin mudur
rendemennya berbeda ketika maju karena akan kehilangan sebesar 60%
hingga 80% dari kekuatan majunya, dengan pembuatan kapal yang semakin
besar akan berpengaruh juga terhadap olah gerak kapal waktu sekarang yang
secara tiba-tiba akan berada dalam situasi yang mendadak. Jika masa dahulu
untuk kapal sebesar 10.000 DWT kekuatan mesinnya adalah 8500 HP maka
pada saat rasio kekuatan mesin dengan makin besarnya kapal tidak akan

7
http://suhirnoo.blogspot.com/2012/09/sumber-penyebab-terjadinya-kebakaran-di.html

5
sebanding lagi, terutama hal ini berlaku bagi kapal-kapal besar ukuran
Panamax dan Cape Size Ships, oleh karena kapal dilajukan dan diberhentikan
secara tiba-tiba, kekuatan memberhentikannya hanya tergantung dari
kekuatan memundurkan mesin saja. Namun, dengan massa kapal yang lebih
besar dan dengan muatan penuh, dapat diperkirakan bahwa kapal akan dapat
meluncur sebanyak tiga hingga sepuluh kali dari panjangnya kapal atau lebih
sebelum dapat berhenti. Jarak berhenti kapal tergantung dari banyak factor,
terutama pada kapal yang bermuatan penuh maka jarak berhenti boleh
dikatakan adalah dua kali jarak berhenti kapal sewaktu muatan kosong. Daya
kekuatan mesin juga akan sangat mempengaruhi jarak berhenti kapal , bila
daya kekuatan mesin kapal dilipatkan dua kali kekuatannya maka jarak
berhenti kapal akan separuhnya sehingga bila kapal jalan tidak dengan
kecepatan penuh maka jarak berhentinya akan lebih pendek. Jarak berhenti
kapal boleh dikatakan sebanding dengan pangkat dua dari laju kapal pada
kecepatan penuh. Jika kapal mempunyai kecepatan 10 mil dan didalam kabut
terpaksa berlayar dengan 5 mil maka jarak berhenti kapal adalah 5²/10²=¼
dari daya bila kapal berlayar dengan kecepatan penuh. Dengan bertambah
ramainya lalu lintas di laut, mudah sekali bagi sebuah kapal untuk terkena
musibah, sehingga setiap kapal sudah harus siap untuk menanggulanginya
termasuk harus diperkuat dengan bukti bahwa kapal telah melakukan segala
upaya agar hal ini tidak terjadi, dan pengenalan pertama yang paling
mendasar adalah terkait dengan permesinan kapal, terutama kekuatannya,
karena akan berhubungan dengan kecepatan maupun daya berhenti kapal.8
Selain itu penyebab tubrukan kapal secara persentase banyak diakibatkan
oleh faktor dari kesalahan manusia (human error) dan di dalam kaitan
International Safety Management (ISM) Code suatu ketentuan yang mengatur
system manajemen keselamatan kapal, disebutkan bahwa selain dari pada
faktor internal kapal seperti system kemudi dan propulsi kapal, system
bernavigasi, kondisi muatan, struktur bangunan kapal yang terkait dengan
stabilitas kapal, dan faktor eksternal kapal seperti kondisi cuaca, kondisi alur

8
RP.Suyono. Op.Cit hal 169

6
(traffic) maupun pelabuhan, kapal atau bangunan lain yang berada di
perairan, juga menyumbang kondisi unsafety dalam pelayaran yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kapal. Terkait dengan faktor human error
ini setiap keputusan yang diambil oleh Nahkoda dan ABK (anak buah kapal)
lainnya dalam melayarkan kapal akan selalu berhadapan dengan risiko yang
berarti beban kerugian yang diakibatkan karena sesuatu peristiwa diluar
kesalahannya9. Pendapat lain risiko adalah suatu kondisi yang mengandung
kemungkinan terjadinya penyimpangan yang lebih buruk dari hasil yang
diharapkan10 dan pada kecelakaan kapal khususnya tubrukan kapal yang
terjadi diperairan di Indonesia banyak menyisakan persoalan-persoalan yang
langsung maupun tidak langsung dapat merugikan secara financial yang tidak
saja pemilik kapal atau operator kapal tetapi juga pihak lain seperti pemilik
muatan, ABK, bahkan masyarakat sekitar pantai yang dapat terkena dampak
dari kecelakaan kapal tersebut, terlepas dari dampak kerusakan kapal oleh
karena tubrukan kapal, contohnya yang melibatkan kapal tanker atau kapal
kimia dimana ada kemungkinan tinggi dari bahan kimia atau minyak bocor ke
laut dan tumpahan minyak tersebut dapat berskala kecil, menengah hingga
berskala besar dapat menyebabkan kondisi yang tak diinginkan bagi
kehidupan biota laut dan pesisir pantai yang dapat ber-konsekuensi panjang
yang merugikan bagi masyarakat sekitar pantai.

9
Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Hukum Pertangungan , H.M.N Purwosutjipto, SH,
Penerbit Djambatan, 1996 Cetakan ke Enam, Hal 47
10
Hukum Asuransi Indonesia, Dr. A. Junaedy Ganie,
SE.,SH.,M.H.,ANZIF,CIP,AAIK,ChFC,CLU, Sinar Grafika, 2011, hal 40

7
Sumber
:https://www.google.co.id/search?newwindow=1&biw=1920&bih=979&tbm=isch&sa=1&q
=ship+collission

d) Kecelakaan kapal yang menyebabkan jiwa manusia dan kerugian harta


bendamerupakan suatu kondisi kecelakaan kapal (ship accident) atau
kecelakaan laut (maritime casualty) yang dapat mengakibatkan hal-hal
sebagai berikut11 :

1. Kematian/hilangnya nyawa seseorang, cedera/luka berat atas seseorang


yang disebabkan karena berkaitan dengan kegiatan pelayaran atau
operasional kapal
2. Hilangnya seseorang dari kapal atau sarana apung lainnya yang
disebabkan karena atau berkaitan dengan kegiatan pelayaran atau
pengoperasional kapal
3. Hilangnya atau menghilangnya sebuah kapal atau lebih
4. Kerusakan material pada sebuah kapal atau lebih
5. Kandasnya atau tidak mampunya sebuah kapal atau lebih, atau keterlibatan
sebuah kapal dalam kejadian tabrakan
6. Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh rusaknya sebuah kapal

11
Safety of Navigation & Collision Regulation, Capt. Arso Martopo, Bahan Presentasi, Sekolah
Tinggi Ilmu Pelayaran, Jakarta 2012

8
Sumber
:https://www.google.co.id/search?newwindow=1&biw=1920&bih=979&tbm=isch&sa=1&q
=ship+accident

e) Kapal kandasadalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, karena biasanya


kapalakan berada dipihak yang salah, mungkin disebabkan kesalahan
navigasi atau penyebab lainnya.12

Sumber
:https://www.google.co.id/search?newwindow=1&biw=1920&bih=979&tbm=isch&sa=1&q=kapal+ter
dampar

Data kecelakaan kapal dari Laporan Tahun 2013 Direktorat Jenderal


Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan menyebutkan bahwa 13:
a) Kapal Tenggelam 58 Kasus

b) Kapal Terbakar 30 Kasus

c) Kapal Tubrukan 14 Kasus

d) Kapal Kandas 35 Kasus

Untuk memperkecil risiko yang mungkin timbul maka ketentuan peraturan


perundang-undangan mengatur dengan sangat jelas tentang kewajiban pengangkut

12
RP.Suyono. Op.Cit hal 176
13
Buku Laporan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, RI Tahun 2014

9
sebagai pemilik/operator kapal dalam memberikan jasa pengangkutan dengan
angkutan laut dimana pengangkut wajib bertanggung jawab atas kerugian yang
diderita oleh penumpang dan pemilik barang yang disebabkan oleh
kesalahan/kelalaian pemilik/operator kapal dalam pengoperasian kapalnya.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran mengatur
kewajiban pengangkut yaitu pemilik/operator kapal yaitu dalam pasal 40 dan 41 :
Pasal40
a. Perusahaan angkutan di perairan bertangggung jawab terhadap keselamatan
dan keamanan penumpang dan/atau barang yang diangkutnya.

b. perusahaan angkutan di perairan bertanggung jawab terhadap muatan kapal


sesuai dengan jenis dan jumlah yang dinyatakan dalam dokumen muatan
dan/atau perjanjian atau kontrak pengangkutan yang telah disepakati.

Pasal 41
(1) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 dapat ditimbulkan
sebagai akibat pengoperasian kapal, berupa:

a. kematian atau lukanya penumpang yang diangkut;


b. musnah, hilang, atau rusaknya barang yang diangkut;
c. keterlambatan angkutan penumpang dan/atau barang yang diangkut;atau
d. kerugian pihak ketiga.
(2) Jika dapat membuktikan bahwa kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, huruf c, dan huruf d bukan disebabkan oleh kesalahannya,
perusahaan angkutan di perairan dapat dibebaskan sebagian atau seluruh
tanggung jawabnya.

(3) Perusahaan angkutan di perairan wajib mengasuransikan tanggung


jawabnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan melaksanakan asuransi
perlindungan dasar penumpang umum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Selain itu terdapat sanksi didalam pasal Pasal 292 Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran yang menyebutkan bahwa :

10
“Setiap orang yang tidak mengasuransikan tanggung jawabnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6
(enam) bulan dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah),
Artinya bahwa semua pelaku bisnis perkapalan seyogyanya menyadari
betapa pentingnya risiko tanggung jawab keuangan yang timbul dari
pengoperasian kapal, dengan demikian maka kewajiban pemilik/operator kapal
wajib bertanggung jawab terhadap keselamatan penumpang dan muatan yang
diangkutnya apabila terjadi kecelakaan sehingga menyebabkan cedera atau
menimbulkan kerugian bagi penumpang, maupun kehilangan/kerusakan muatan
yang diangkut, dan cara untuk mengatasi risiko yang dapat terjadi akibat
pengoperasian kapal yaitu dengan cara mengalihkan risiko (transfer of risk)
kepada pihak lain dimana pihak lain sebagai penerima risiko dan mampu
mengelola risiko tersebut adalah perusahaan asuransi. Pengalihan risiko kepada
perusahan asuransi tidak terjadi begitu saja tanpa kewajiban apa-apa kepada pihak
yang mengalihkan risiko. Hal tersebut harus diperjanjikan terlebih dahulu dengan
apa yang disebut perjanjian asuransi.
Dalam perjanjian asuransi pihak yang mengalihkan risiko disebut sebagai
Tertanggung dan pihak yang menerima pengalihan risiko disebut sebagai
Penanggung dan selanjutnya para pihak dalam perjanjian asuransi tanggung gugat
(liability insurance), mempunyai hak dan kewajiban masing-masing dimana akan
mempengaruhi pelaksanaan perjanjian asuransi tanggung gugat itu sendiri, apabila
peristiwa yang tidak pasti atau risiko yang tidak diharapkan betul-betul terjadi,
khususnya dalam kaitan pelaksanaan klaim.
Pemilik maupun operator kapal dapat menjamin risiko-risiko tanggung
jawab yang timbul dengan asuransi (P & I Club)yang bersifat mutual
premiumdimana premi awal perhitungan sementara (initial call) yang harus
dibayar terlebih dahulu oleh member pada saat penutupan disetujui oleh P&I
Club, dan pembayaran akan diperhitungkan sesuai dengan ketentuan Asuransi
P&I pada akhir tahun penutupan, besar kecilnya mutual premium/advance call
tersebut ditentukan sesuai dengan kondisi kapal dan penilaian pengelolaan kapal
dari calon member, serta rasio klaim sebelumnya yang ditetapkan dengan bunga

11
tertentu dan dikalikan dengan gross register ton (GRT) dari kapasitas (tonnage)
masing-masing kapal yang akan ditutup risikonya dengan Asuransi P&I dan juga
Asuransi P&I (Protection & Idemnity) yang menerapkan fix premiumyangartinya
pembayaran premi dimuka pada saat penutupan yang berlaku 1 (satu) tahun, maka
sudah tidak ada lagi tambahan premi untuk tahun yang berjalan dan hanya berlaku
untuk satu tahun periode penutupan saja14, dan hal ini juga disamping asuransi
kerugian hilang/rusaknya kapal dan peralatan kapal itu sendiri yang dijamin oleh
Asuransi Hull & Machinery.
Dalam perkembangan nya di Indonesia Asuransi P&I yang menerapkan fix
premium sudah sangat berkembang dan animo pemilik kapal cukup baik terbukti
telah banyak perusahan asuransi P&I dari luar negeri menjual produknya di tanah
air melalui local corespondent dengan premi yang kompetitif dan jasa pelayanan
yang berorientasi terhadap kepuasaan tertanggung (member).
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagai tersebut di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah prosedur klaim atas tubrukan kapal pada Carina P& I Club
Fix Premium oleh member PT. Energy Transporter Indonesia sebuah
perseroan terbatas yang inti bisnisnya adalah transportir batubara dan
merupakan group dari PT. Kreasindo Resources Indonesia
2. Apakah hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan atas tubrukan kapal
pada Carina P& I Club Fix Premium oleh member PT. Energy Transporter
Indonesia ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan uraian diatas, dibawah ini dikemukakan tujuan penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui dan mendapat gambaran yang jelas mengenai prosesprosedur
klaim atas tubrukan kapal pada Carina P& I Club Fix Premium oleh
member PT. Energy Transporter Indonesia
14
Hukum Asuransi Maritim, Protection & Idemnity (P&I) Insurance , FX.Sugiyanto, Salemba
Humanika, 2009 , hal 33

12
2. Guna mengetahui tentang hambatanprosedur klaim atas tubrukan kapal
pada Carina P& I Club Fix Premium oleh member PT. Energy Transporter
Indonesia
D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat praktis
a. Memberikan sumbangan pemikiran kepada para pemilik/operator kapal
dalam mengikatkan diri dalam asuransi tanggung gugat untuk
mengalihkan resiko yang di deritanya
b. Memberikan sumbangan pemikiran mengenai proses klaim asuransi
laut yang dijamin oleh Protect & Idemnity (fix premium) kepada
tertanggung sebagai pemilik/operator kapal
2. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan pemikiran kepada ilmu hukum pada umumnya
dan hukum pelayaran di Indonesia pada khususnya.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kapal, SOLAS (SAFETY OF LIFE AT SEA)& ISM (International Safety
Management) Code
B. Perjanjian Asuransi
C. Asuransi Pelayaran menurut Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD)&Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran
D. Asuransi Pelayaran Internasional

13
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Bahan atau Materi Penelitian
C. Lokasi
D. Penentuan Responder dan Narasumber
E. Alat dan Teknik Pengumpulan Data
F. Analisis Data
G. Kesulitan Dalam Penelitian dan Cara Mengatasinya

BAB IVPROSEDUR& PENYELESAIAN KLAIM ATAS TUBRUKAN


KAPAL PADA CARINA P& I CLUB FIX PREMIUM OLEH
MEMBER PT. ENERGY TRANSPORTER INDONESIA

A. Prosedur Penyelesaian Klaim atas Tubrukan Kapal Pada Carina P&I Club Fix
Premium oleh Member PT. Energy Transporter Indonesia
B. Hambatan dalam Penyelesaian Klaim atas Tubrukan Kapal Pada Carina P&I
Club Fix Premium oleh Member PT. Energy Transporter Indonesia

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

14

Anda mungkin juga menyukai