Persamaan difusi untuk daerah jaringan dengan konsumsi oksigen linier ter-
hadap konsentrasi diberikan oleh
2
∂ c̃ 1 ∂c̃
Dj + = κc̃. (4.1)
∂r̃ 2 r̃ ∂r̃
Pada Bab III, telah diasumsikan bahwa konsentrasi oksigen di dinding kapiler
sama dengan nilai konsentrasi oksigen di dalam darah. Pada bab ini dia-
sumsikan dinding kapiler mempunyai koefisien perpindahan massa h, yang
didefinisikan :
∂c̃
−Dj = h(c̃k − c̃) pada r̃ = a, (4.2)
∂r̃
dimana c̃k adalah konsentrasi oksigen di kapiler, yang dalam arah radial ni-
lainya konstan, c̃k = c̃k (z̃). Persamaan (4.2) merupakan syarat batas yang
menghubungkan persamaan difusi di jaringan dengan persamaan untuk perbe-
daan konsentrasi di darah dan di dinding kapiler. Pada dinding luar jaringan,
aliran konsentrasi oksigen bernilai nol, sehingga
∂c̃
(b) = 0. (4.3)
∂r̃
23
Masalah syarat batas (4.1)-(4.5) dapat dituliskan dalam bentuk tak berdi-
mensi, dengan penskalaan:
dck
−huiπa = 2πah(ck − c) pada r = 1. (4.7)
dz
Syarat batas untuk persamaan (4.6) dan (4.7) diberikan oleh:
∂c b
= 0 pada r = , (4.8)
∂r a
∂c ha
= − (ck − c) pada r = 1. (4.9)
∂r Dj
ck = 1 pada z = 0. (4.10)
ck (z) b b
c(r, z) = I0 (kr)K1 (k ) + K0 (kr)I1 (k ) , (4.12)
̟ + βυ a a
1
(κDj ) 2 2 1
dimana β = h
, k = ( κa
Dj
) 2 , I dan K adalah fungsi Bessel Termodifikasi,
serta
b b
̟ = I0 (k)K1 (k ) + K0 (k)I1 (k ), (4.13)
a a
b b
υ = K1 (k)I1 (k ) − I1 (k)K1 (k ). (4.14)
a a
Langkah penyelesaian persamaan (4.7) dan (4.6), secara rinci terdapat pada
lampiran B. Gambar 4.1 dan 4.2 berturut-turut menunjukkan penyebaran ok-
b
sigen dalam arah aksial dan radial untuk parameter a
= 11, κ = 5sec−1 , Dj =
1600µ2/sec, h = 100µ/sec, cin = 0.2ml O2 /ml darah, dan hui = 400µ/sec.
kapiler
1 r=1.005
r=11
0.8
0.6
c
0.4
0.2
0 5 10 15 20
z
1 z=0
z=10
z=20
0.8
0.6
0.4
0.2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Untuk daerah kapiler, penyebaran oksigen dalam arah radial telah diasumsikan
bernilai konstan. Sedangkan dalam arah aksial, semakin besar jarak dari inlet
konsentrasi oksigen semakin kecil. Karena terdapat ketahanan perpindahan
massa pada dinding kapiler, maka penyebaran oksigen pada dinding kapiler
tidak kontinu. Sejalan dengan bertambah besarnya jarak dari dinding kapiler,
nilai konsentrasi oksigen di jaringan menurun.
Pada kasus laju konsumsi oksigen linier ini, dikaji juga beberapa keadaan fisis
dari pembuluh kapiler beserta jaringan yang melingkupinya.
Jika jarak antara sebuah kapiler dengan kapiler yang lainnya berdekatan, maka
daerah jaringan mempunyai ukuran tipis. Berdasarkan persamaan (4.12)-
b
(4.11), untuk a
→ 1, penyebaran konsentrasi oksigen di kapiler dan jaringan
ditunjukkan oleh Gambar 4.3 dan Gambar 4.4. Parameter yang digunakan
b
adalah a
= 1.03, h = 100µ/sec, κ = 5sec−1 , Dj = 1600µ2/sec.
26
1.05
kapiler
r=1.0004
r=1.03
0.95
0.9
0 5 10 15 20
z
1.04 z=0
z=10
1.02 z=20
0.98
0.96
0.94
yang digunakan hanyalah K0 (kr), dan kondisi batas (4.5) tidak digunakan
(lihat lampiran B).
" ! #
2h 1
ck (z) = exp Db
−1 z . (4.16)
hui [(1 + 2k) 2ha + 1]
kapiler
1 r=1.05
r=15
0.8
0.6
c
0.4
0.2
0 5 10 15 20
z
1 z=0
z=10
0.8 z=20
0.6
c
0.4
0.2
0 5 10 15
r
Gambar 4.6: Penyebaran Konsentrasi Oksigen dalam Arah Radial
untuk ab → ∞.
I0 (kr)K1 (k ab ) + K0 (kr)I1 (k ab )
c(r, z) = ck (z), (4.18)
̟
dan " 12 #
−2υ kDj
ck (z) = exp z . (4.19)
̟ hui2
29
z=0
1 z=1
z=3
0.8
0.6
c
0.4
0.2
0 2 4 6 8 10
r
kapiler
1 r=2
r=11
0.8
0.6
c
0.4
0.2
0 1 2 3 4 5 6
z
Sedangkan untuk daerah kapiler, karena tidak ada oksigen yang berpindah ke
jaringan, maka fungsi konsentrasi pada daerah ini bernilai konstan, yaitu sama
dengan c pada posisi z = 0.
−2βυ h
lim ck (z) = lim exp z (4.22)
h→0 h→0 ̟ + βυ hui
= 1 (4.23)
2π
c̃(a, t̃) = ca + ca sin( t̃), (4.24)
T1
∂c̃
(b, t̃) = 0, (4.25)
∂r̃
c̃(r̃, 0) = ca , (4.26)
31
1.8
1.6
1.4
1.2
f(t)
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25 30
t
a2
c̃ = ca c, r̃ = ar, t̃ = t.
Dj
Sehingga diperoleh:
∂c ∂ 2 c 1 ∂c
− + + = kc, (4.27)
∂t ∂r 2 r ∂r
dengan batas:
2π
c(1, t) = 1 + sin( t), (4.28)
T
∂c b
,t = 0, (4.29)
∂r a
c(r, 0) = 1, (4.30)
κa2 T1 Dj
dimana k = Dj
,T = a2
.
Untuk menyederhanakan masalah nilai awal dan syarat batas tersebut, dibuat
pemisalan:
c(r, t) = c1 (r, t) + c2 (r, t) + c3 (r, t),
1 1 1
-c1t + c1rr+ c1r -c2t + c2rr+ c2 r -c3t + c3rr+ c3 r
r r r
æ 2p t ö
b b sin ç ÷
c1r ( ) c2 r ( ) è T ø
a a b
c3r ( )
a
Misalkan c1 (r , t )
1 1
urr + ur -wt + wrr + wr
r r
b b
ur ( ) wr ( )
a a
1
−Φ(r)Ψ′ (t) + Φ′′ (r)Ψ(t) + Φ′ (r)Ψ(t) − kΦ(r)Ψ(t) = 0,
r
Φ′′ (r) 1 Φ′ (r) Ψ′ (t)
+ −k = = −λ2 .
Φ(r) r Φ(r) Ψ(t)
Akibatnya diperoleh dua buah persamaan diferensial, yaitu:
0 = C2 J0 (σ) + C3 Y0 (σ),
b b
0 = −C2 σJ1 (σ ) − C3 σY1 (σ ).
a a
33
b b
−J0 (σ)Y1 (σ ) + Y0 (σ)J1 (σ ) = 0. (4.33)
a a
dimana
Φn (r) = Y0 (σn )J0 (σn r) − J0 (σn )Y0 (σn r). (4.36)
∞
X
1= αn Φn (r).
n=1
Sehingga
R b/a
rΦn (r)dr
αn = R1b/a
1
rΦ2n (r)dr
πJ12 (σn ab )
= − .
J02 (σn ) − J12 (σn ab )
Untuk mencari w(r, t), prosesnya sama seperti mencari c2 (r, t), yang membe-
dakan adalah koefisien untuk kombinasi liniernya.
∞
X
w(r, t) = βn Φn (r) exp(−λ2n t),
n=1
R b/a R b/a
−u(r)rΦn (r)dr [ −u(r)rΦn (r)dr ]J12 (σn ab )π 2 σn
2
dimana βn = 1
R b/a = 1
2[J02 (σn )−J12 (σn ab )]
.
1 rΦ2n (r)dr
Nilai βn dihitung dengan bantuan program Mapple 9.
Z
t
d sin 2πτ
T
c3 (r, t) = s(r, t − τ ) dτ,
0 dτ
Z t
2π 2πτ
c3 (r, t) = u(r) cos dτ +
0 T T
Z "∞ #
t
2π X 2 2πτ
βn Φn (r) exp(−λn (t − τ )) cos dτ.
0 T n=1 T
2πt
c3 (r, t) = u(r) sin +
T
∞
" #
2π X 2π
T
sin 2πt
T
+ λ2n cos 2πt
T
− λ2n exp(−λ2n t)
βn Φn (r) .
T n=1 2π 2
T
+ λ4n
t=6 t=20
2 2
Analitik Analitik
1.8 Numerik 1.8 Numerik
1.6 1.6
1.4 1.4
1.2 1.2
c c
1 1
0.8 0.8
0.6 0.6
0.4 0.4
0.2 0.2
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
r* r*
r*
Gambar 4.12: Proses Penyebaran Oksigen di Jaringan
dengan Laju Konsumsi Linier.