Disusun oleh:
KELOMPOK 2
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia,
dan anugerah-Nya kepada kita semua. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Ilmu Akuntansi ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam juga
tidak lupa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabatnya.
Makalah ini akan membahas dua pokok bahasan dalam teori akuntansi yaitu
mengenai Regulasi Akuntansi Keuangan dan Teori Akuntansi Normative – Kasus
Perubahan Harga. Tujuan makalah ini disusun adalah mahasiswa mampu mencari
alternatif pemecahan masalah ilmu akuntansi lebih luas dan mendalam, melatih
mahasiswa dalam berpikir aktif, aspiratif dan secara kritis.
PENYUSUN
CHAPTER III
REGULASI AKUNTANSI KEUANGAN
A. Biaya Historis
Biaya historis mengasumsikan bahwa yang memiliki daya beli yang konstan
(tetap). Komponen ekonomi yang kurang valid dibandingkan ketika biaya historis
dikembangkan antara lain:
1. Perubahan tingkat harga spesifik karena pergeseran preferensi konsumen
dikemajuan teknologi
2. Inflasi
3. Fluktuasi nilai tukar.
Di saat harga naik, biaya historis kurang relevan karena nilai asset saat ini
mungkin berbeda dari biaya historis. Selain itu, terdapat masalah aditif dimana
keuntungan dapat dilebihkan saat harga naik, distribusi keuntungan menyebabkan
erosi kapasitas akuntansi biaya historis.
Beberapa dukungan terhadap akuntansi biaya historis antara lain bahwa metode
ini di dominasi untuk mempertahankan dukungan profesi, masih terdapat entitas
bisnis yang menggunakan akuntansi biaya historis, standar akuntansi terbaru telah
mencakup “nilai wajar” sebagai basis pengukuran.
Perspektif pemeliharaan modal merupakan pertimbangan atas kesejahteraan.
Perspektif pemeliharaan modal finansial adalah perspektif dalam akuntansi biaya
historis dimana kekuatan pembelian disesuaikan dengan perubahan daya beli
dollar, perspektif ini juga termasuk pemeliharaan modal fisik. Gagasan yang
berbeda tentang pemeliharaan modal memberikan perspektif pendapatan yang
berbeda.
Pengembangan akuntansi untuk perubahan harga awalnya terkait dengan
penggunaan indeks harga untuk menyatakan bahwa historis mempertimbangkan
perubahan harga. Saat ini literature banyak memuat mengenai akuntani biaya saat
ini mengindikasikan dasar pengukuran berubah dari nilai historis menjadi nilai saat
ini.
B. Current Purchasing Power Accounting (Akuntansi Daya Beli Saat Ini)
CPPA sering disebut juga daya beli akuntansi yang berlaku umum atau
akuntansi tingkat harga umum atau akuntansi tingkat dolar konstan. Konsep ini
menilai uang menurut daya belinya pada barang dan jasa secara umum. Tujuan
konsep ini untuk mempertahankan nilai modal menurut harganya yang tetap,
dengan ukuran indeks harga. Nilai harta, hutang dan modal yang terpengaruh oleh
perubahan harga disesuaikan dengan faktor indeks harga, sehingga dapat
dinyatakan dengan nilai uang yang sama.
Konsep ini digunakan pada saat kenaikan harga, jika suatu entitas
mendistribusikan keuntungan yang disesuaikan berdasarkan harga perolehan
hasilnya bisa menjadi penurunan nilai rill dari suatu entitas. Dimana secara rill
entitas bisa mengambil resiko dalam mendistribusikan sebagian dari modal. Saat
menerapkan konsep ini maka indeks harga dibutuhkan. Indeks harga adalah rata-
rata tertimbang dari harga saat barang dan jasa yang berhubungan dengan rata-rata
tertimbang harga saat dalam periode sebelumnya (periode dasar). Indeks harga
yang digunakan dalam konsep ini dapat indeks harga umum maupun indeks harga
khusus.
Dalam menghitung indeks harga, dapat menggunakan indeks harga umum atau
khusus dengan menghitung rata-rata tertimbang harga barang dan jasa saat ini
terkait dengan rata-rata tertimbang harga periode sebelumnya. Indeks harga
digunakan pada saat akuntansi ini diterapkan. Penyesuaian pada akuntansi ini
dilakukan pada akhir periode dan dilakukan pada akun biaya historis. Asset
moneter dan non-moneter dianggap terpisah dimana nilai moneter tidak berubah
karena inflasi dan kewajiban dianggap sebagai item moneter. Daya beli asset
relative lebih sedikit pada akhir periode dibanding awal periode. Karena itu pemilik
asset akan mengalami kerugian. Pemilik kewajiban justru mendapat keuntungan
karena jumlah yang harus mereka membayar pada akhir periode lebih kecil
daripada awal periode.
Asset non-moneter disajikan kembali dengan daya beli saat ini sehingga tidak
ada laba atau rugi yang diakui menyebabkan tidak adanya perubahan dalam daya
beli saat ini. Dalam melakukan mutasi asset moneter bersih harus dilakukan
identifikasi perubahan dalam asset tersebut sebagai hasil dari pendapatan atau
pengeluaran. Pada saat inflasi, aka nada kelemahan dalam daya beli uang tunai kas
sepanjang tahun, lebih banyak biaya dibayarkan pada awal tahun karena uang yang
dibutuhkan untuk biaya pada tahun sebelumnya juga lebih banyak.
Keuntungan penyesuaian daya beli saat ini antara lain:
Bergantung pada data yang tersedia dari akuntansi biaya historis
Tidak perlu biaya atau upaya untuk mengumpulkan data nilai asset saat ini
Data Consumer Price Index (CPC) tersedia
Kekurangan penyesuaian daya beli saat ini:
Pergerakan harga barang dan jasa dalam indeks harga umum mungkin tidak
mencerminkan pergerakan harga tertentu dalam industry yang berbeda
Informasi yang dihasilkan mungkin membingungkan bagi pengguna
Studi reaksi harga saham gagal menemukan dukungan untuk kegunaan
keputusan dari data akuntansi ini.
Dengan semua kekurangan tersebut maka banyak yang menganggap bawa data
yang disajikan CPPA tidak relevan terhadap pengambilan keputusan.
Tidak ada perbedaan antara gain yang direalisasi atau tidak direalisasi-
semua gains diperlakukan sebagai bagian dari profit
Profit adalah jumlah yang dapat didistribusikan, is the amount that can
be distributed, sewaktu memelihara kemampuan entitas untuk
beradaptasi (adaptive capital)
evenues diakui pada saat pembelian atau produksi dari pada penjualan
Aset dengan sifat tertentu dianggap tidak memiliki nilai karena tidak
bisa dipisahkan (mengabaikan “nilai pakai aset”)