Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kanker paru merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia, dengan prognosis
yang sering kali buruk. Kanker paru biasanya tidak dapat di obati dan penyembuhan hanya
mungkin dilakukan dengan jalan pembedahan, di mana sekitar 13% dari klien yang
menjalani pembedahan mampu bertahan selama 5 tahun. Metastasis penyakit biasanya
muncul dan hanya 16% klien yang penyebaran penyakitnya dapat dilokalisasi pada saat
diagnosis. Dikarenakan terjadinya metastasis, penatalaksanaan kanker paru sering kali hanya
berupa tindakan paliatif (mengatasi gejala) di bandingkan dengan kuratif (penyembuhan).
Di perkirakan 85% dari kanker paru terjadi akibat merokok. Oleh karena itu pencegahan
yang paling baik adalah ”jangan memulai untuk merokok”(Somantri, 2012 : 112).
Sebetulnya suatu proses kanker di paru dapat berasal dari saluran pernapasan itu
sendiri dari jaringan ikat diluar saluran pernapasan. Dari saluran pernapasan, sel kanker
dapat berasal dari sel bronkus, alveolus, atau dari sel-sel yang memproduksi mucus yang
mengalami degenerasi maligna. Karena pertumbuhan suatu proses keganasan selalu cepat
dan bersifat infasif, proses kanker tersebut selalu sudah mengenai saluran pernapasan, sel-
sel penghasil mucus, maupun jaringan ikat (Danusantoso, 2013 : 311).
Pada kasus kanker paru dengan stadium lanjut, kadang kala pasien menjadi bosan
dan capek dengan berbagai pengobatan yang diberikan. Menjadi hak semua pasien untuk
mendapatkan perawatan yang terbaik sampai akhir hayatnya. Untuk itu penderita kanker
paru dengan stadium lanjutan atau tidak berangsur-angsur sembuh perlu mendapat
pelayanan kesehatan sehingga penderitaannya dapat dikurangi. Untuk mendapatkan
dukungan psikis dan moral, pasien perlu juga diberikan perawatan paliatif.
Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan
menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya untuk
mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya,
juga memberikan support kepada keluarganya. Meskipun pada akhirnya pasien meninggal,
yang terpenting sebelum meninggal pasien sudah siap secara psikologis dan spiritual, serta
tidak stress menghadapi penyakit yang dideritanya (RSU Dr. Soetomo, 2009)

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keperawatan paliatif ?
2. Apa saja tujuan dari keperawatan paliatif?
3. Apa peranan perawat paliatif terhadap pasien penderita kanker ?
4. Apa yang dimaksud dengan Ca Paru ?
5. Apa etiologi dari Ca Paru ?
6. Apa saja klasifikasi dari Ca Paru?
7. Bagaimana tahapan stadium dari penyakit Ca Paru ?
8. Bagaimana patofisiologi terjadinya penyakit Ca Paru ?
9. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit Ca Paru ?
10. Bagaimana pengobatan dari penderita Ca Paru ?
11. Apa saja pemeriksaan diagnostic dari Ca Paru ?
12. Bagaimana penatalaksanaan dari Ca Paru ?
13. Bagaimana prognosis dari Ca Paru ?
14. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien paliatif dengan masalah sistem
pernapasan (Ca. Paru)?

C. Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu dan mengerti tentang bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada
klien paliatif dengan masalah sistem pernapasan (Ca. Paru).
Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi mengenai keperawatan paliatif ?
2. Mengetahui tujuan dari keperawatan paliatif?
3. Mengetahui peranan perawat paliatif terhadap pasien penderita kanker ?
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Ca Paru ?
5. Mengetahui etiologi dari Ca Paru ?
6. Mengetahui klasifikasi dari Ca Paru?
7. Mengetahui tahapan stadium dari penyakit Ca Paru ?
8. Mengetahui patofisiologi terjadinya penyakit Ca Paru ?
9. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit Ca Paru ?
10. Mengetahui pengobatan dari penderita Ca Paru ?
11. Mengetahui pemeriksaan diagnostic dari Ca Paru ?
2
12. Mengetahui penatalaksanaan dari Ca Paru ?
13. Mengetahui prognosis dari Ca Paru ?
14. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien paliatif dengan masalah sistem
pernapasan (Ca. Paru)?

D. MANFAAT
Memberikan manfaat bagi pembaca mengenai asuhan keperawatan paliatif pada
penderita Ca Paru

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perawatan Paliatif Pada Kanker Kronis


a. Definisi Perawatan Paliatif
Definisi awal dari pengobatan paliatif mulai dikenal di Inggris pada tahun1987.
“Palliative medicine is the study and management of patients with active, progressive,
far-advanced disease for whom the prognosis is limited and the focus of care is the
quality of life.”
(Pengobatan paliatif merupakan suatu studi dan penanganan terhadap pasien dengan
penyakit yang aktif, progresif dan lama yang mana prognosisnya terbatas dan fokus
perawatannya adalah pada kualitas hidup).
Organisasi kesehatan dunia atau WHO mendefinisikan perawatan paliatif sebagai
berikut:
“Semua tindakan aktif guna meringankan beban penderita, terutama yang tak mungkin
disembuhkan. Tindakan aktif yang dimaksud antara lain menghilangkan nyeri dan
keluhan lain, serta mengupayakan perbaikan dalam aspek psikologis, sosial dan
spiritual”.

b. Tujuan Perawatan Paliatif


Masih menurut WHO, tujuan perawatan paliatif adalah untuk mencapai kualitas
hidup maksimal bagi penderita dan keluarga. Perawatan paliatif tidak hanya diberikan
bagi penderita menjelang akhir hayatnya, namun sudah dapat dimulai segera setelah
diagnosis penyakit (kanker) di tegakkan, dan dilaksanakan bersama dengan pengobatan
kuratif. Lebih lanjut lagi, Organisasi Kesehatan Dunia menekankan bahwa pelayanan
paliatif berpijak pada pola dasar, berikut ini:
1. Meningkatkan kulaitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses normal
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu
4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual
4
5. Mengusahakan agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
6. Mengusahakan membantu mengatasi suasana duka cita pada keluarga
Sehingga dari uraian diatas, jelas bahwa pemanfaatan sistem perawatan medis
memegang peranan penting untuk diterapkan dalam prinsip perawatan paliatif.

c. Peranan Perawatan Paliatif Penyakit Kanker


Disuatu pusat penanggulangan penyakit kanker, biasanya penderita terbanyak
adalah pasien stadium paliatif. Dianut pengertian bahwa:
1. Kelanjutan dan kesinambungan perawatan adalah hal yang sangat penting dan
diutamakan. Tim paliatif harus dikenal oleh penderita dan keluarga, dan berperan
sebagai sumber informasi dan sumber dukungan mental
2. Nyeri dan gejala lain dievaluasi secara cermat dan didokumentasi sehingga
perkembangannya dapat dikontrol. Protokol untuk pengawasan perawatan di rumah
diberikan kepada pelaku rawat (care giver)
3. Tim paliatf harus dapat menganalisis dan menentukan prioritas penyelesaian, bila
ada masalah yang tekait dengan pasien, keluarga, dan upaya medis
4. Perawatan di rumah penderita harus dipersiapkan dengan matang. Penyuluhan
kepada penderita dan keluarga telah dimulai sejak penderita berkonsultasi dengan
pihak rumah sakit. Tim perawat dan terapis untuk perawatan di rumah segera
dipersiapkan, termasuk jadwal kunjungan rumah. Ikatan antara rumah dakit dengan
penderita di rumah selalu terjalin, lebih baik lagi, bila dokter keluarga menjadi
jembatan dalam ikatan ini

d. Masalah-Masalah Sosial Pasien dan Anggota Keluarga Pasien dalam Perawatan


Paliatif
Hubungan dengan orang lain, baik itu keluarga maupun teman, memiliki
pengaruh yang besar untuk mengatasi permasalahan tentang penyakit kanker yang
menimpa pasien. Tanpa perlindungan yang cukup, hubungan yang erat membentuk
sebuah alat untuk melawan stress karena penyakit yang dideritanya. Berikut ini adalah
masalah sosial pasien:
1. Masalah dalam hubungan antar pribadi
a) Karena reaksi pasien terhasap penyakitnya : seperti kecemasan, ketakutan,
amarah, merasa bersalah, depresi, antisipatoris, mengeluh
5
b) Karena reaksi orang lain terhadap penyakit pasien : seperti kecemasan,
ketakutan, amarah, merasa bersalah, depresi, antisipatoris, mengeluh
c) Membuat masalah antar pribadi menjadi lebih buruk dari sebelum sakit
d) Masalah pernikahan
e) Ketidak-sepakatan mengenai terapi anti kanker
2. Masalah Keluarga
Keluarga dari pasien yang terkena penyakit kanker akan rentan merasakan
ketegangan dan tekanan, baik secara psikis dan fisik. Akan terlihat lebih nyata bila
pasien dirawat di rumah tetapi bisa diseimbangkan dengan penyesuaian diri lebih
mudah setelah kematian pasien dan perasaaan dalam tenang sesuatu yang bermanfaat
dalam merawat pasien di rumah.
a) Pergantian peran
Kondisi yang menurun, membuat tugas-tugas yang biasanya pasien dapatkan
didalam keluarga akan digantikan oleh orang lain terutama dalam hal finansial,
sehingga seorang pasien dapat merasa tidak berguna, terisolasi dan depresi
b) Peran baru
Keluarga pasien mendapat peran baru dalam merawat pasien di rumah, terutama
dalam hal mengganti baju, keperluan toilet pasien yang sebelumnya diajari oleh
orang-orang yang lebih profesional sehingga keluarga tentang merasa cemas
apabila ternyata terdapat kesalahan dalam merawat pasien serta tidak dapat
mengantiipasi masalah yang mungkin muncul.
c) Koping mekanisme bagi yang tidak dapat menyesuaikan diri
Seperti halnya pasien individual, koping mekanismenya oleh keluarga yang
memungkinkan menderita secar tertutup daripada menguranginya. Sebuah
keluarga yang terlalu melindungi memungkinkan untuk mencoba untuk mem-
blok komunikasi dari tim pelayanan kesehatan, membiarkan pasien dengan
kecemasan atau ketidakpastian dan perasaan terisolasi.
d) Kelelahan
Kelelahan secara psikologis dan fisik terjadi berulangkali didalam anggota
keluarga pasien yang tidak mungkin terselamatkan.
3. Peningkatan Masalah Fisik dan Psikis dengan Perkembangan Penyakit

6
e. Ketakutan akan Kematian dan Tahapan dalam Menghadapi Penyakit Kanker
Stadium Lanjut (IV)
Ketika menengok masa lampau dan mempelajari budaya serta masyarakat kuno,
kita akan terkesan mengetahui bahwa kematian tidak disukai, dan mungkin akan terus
demikian. Pasien yang menjelang ajal harus melalui banyak tahap dalam perjuangannya
untuk menerima penyakit dan kematiannya, kemungkinan selama beberapa waktu ia
menolak berita buruk tersebut dan terus bersikap seolah-olah ia sehat dan sekuat
sebelum ia sakit.
Lebih jauh lagi berkaitan dengan masalah-masalah psikologis dan sosial yang
dihadapi oleh pasien dengan penyakit terminal, telah mengidentifikasi lima tahap yang
mungkin dilewati oleh pasien penyakit terminal, yang divonis tidak akan hidup lama
lagi, yaitu:
1) Tahap Kaget
Biasanya hal ini sudah dilalui oleh penderita penyakit terminal (terminal-ill). Tetapi
adakalanya mereka masih juga “kaget” dan tidak percaya bila diberitahu atau
menyadari kondisi sebenarnya. Dalam situasi ini penderita tampak kebingungan
bahkan yang bersangkutan dapat melakukan segala sesuatu tanpa disadari atau
tampak seperti orang linglung. Kecelakaan mudah terjadi pada saat ini. Adakalanya
orang-orang tertentu ingin menyendiri untuk mengumpulkan energi mental dan
ingin membuat rencana masa depannya.
2) Tahap Penolakan
Pada tahap ini penolakan sering terjadi tidak saja pada penderita tetapi juga pada
keluarga. Untuk perawatan yang berkualitas sebaiknya keluarga diberi penerangan-
penerangan yang intensif agar timbul kesadaran dan tidak lari darikenyataan.
3) Tahap Amarah
Pada tahap ini penderita marah-marah dan tidak jarang menyalahkan keluarga, tim
medis bahkan Tuhan atau takdir yang diterimanya. Kondisi yang hipersensitif dan
ledakan emosi tidak jarang menjemukan keluarga bahkan tim medis, yang tidak
jarang diakhiri dengan saling balas-membalas oleh anggota tim.
4) Tahap Tawar-Menawar
Pada tahap ini tampak sekali penderita berada dalam konflik antar “mengetahui”
ajal mendekat dengan keinginan menyelesaikan tujuan hidup. Dalam fase ini ada
7
juga perasaan takut sekarat, takut mati dan takut pergi sendirian. Untuk itu
masukan-masukan keagamaan sudah harus diperhatikan.
5) Tahap Depresi
Disini penderita pasif sekali bahkan ada yang melakukan penelantaran diri bahkan
percobaan bunuh diri. Pada umumnya untuk para Dokter, ini adalah “tanda-tanda”
ajal makin mendekat. Adakalanya dalam keadaan depresi, orangorang ingin
menyendiri untuk mengumpulkan sisa tenaga dan pemikiran membuat keputusan
yang tepat.
6) Tahap Pasrah
Sebetulnya bila seseorang mendekati ajalnya maka ia akan sampai ke tahap pasrah.
Pada tahap ini bila ia masih memiliki kekuatan fisik dan kejernihan berpikir maka
masih ada harapan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Lebih lanjut lagi, Ross
(dalam Zastrow, 1996) mencatat bahwa tidak setiap orang akan mengalami
kemajuan ketika melewati tahap-tahap tersebut, seringkali terjadi perubahan yang
amat tidak diduga dan malah mengalami kemunduran ke tahap sebelumnya.
Misalnya, seorang pasien akan dapat mengatasi tahap penolakan menjadi depresi,
menjadi kegusaran dan kemarahan, dan kembali lagi ke penolakan, kemudian
menjadi tawar-menawar, depresi, dan selanjutnya.

B. Definisi Kanker Paru


Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan
paru-paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok
(Suryo, 2010: 27).

8
Menurut World Health Organization(WHO), kanker paru-paru merupakan penyebab
kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita. Sebagaian besar
kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru, tetapi bisa juga berasal dari kanker
di bagian tubuh lain yang menyebar ke paru-paru(Suryo, 2010 : 27).
Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi primer.
Kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernapasan bawah bersifat epithelial dan
berasal dari mukosa percabangan bronkhus (Muttaqin, 2008: 198).

C. Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik
merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh,
genetik, dan lain-lain (Amin, 2006).
1. Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting, yaitu
85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan
kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker
paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang
diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok
(Stoppler,2010).
2. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau
mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan
risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada
orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat
kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005).
3. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya
kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru
jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah
pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan
pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang
pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari
9
kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih
dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih tercemar
oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada
asap rokok) adalah 3,4 benzpiren (Wilson, 2005).
4. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel,
polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru (Amin,
2006).Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali
lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan
asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga merokok.
5. Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene,
selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru (Amin,
2006).
6. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena
penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi
pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan
berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk
juga gen-gen K-ras dan myc), dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk
gen rb, p53, dan CDKN2) (Wilson, 2005).
7. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat
menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko
empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok
dihilangkan (Stoppler, 2010).

D. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru (1977) :

1. Karsinoma Bronkogenik.
a. Karsinoma epidermoid (skuamosa).

10
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk
metaplasia atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas
mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol ke
dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan
cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan
mediastinum.

b. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).


Biasanya terletak di tengah di sekitar percabangan utama bronki.Tumor ini
timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk
dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit.
Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan
penyebaran hematogen ke organ – organ distal.

c. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).


Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat
mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus dan
kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru – paru
dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah
dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala –
gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.

d. Karsinoma sel besar.


Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk
dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel – sel ini
cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat dengan
penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang jauh.

e. Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.


f. Lain – lain.
1). Tumor karsinoid (adenoma bronkus).

2). Tumor kelenjar bronchial.

3). Tumor papilaris dari epitel permukaan.

4). Tumor campuran dan Karsinosarkoma

11
5). Sarkoma

6). Tak terklasifikasi.

7). Mesotelioma.

8). Melanoma.

(Price, Patofisiologi, 1995).

E. STADIUM
Tabel Sistem Stadium TNM untuk kanker Paru – paru: 1986 American Joint Committee
on Cancer.

Gambarn TNM Defenisi

Tumor primer (T)


T0 Tidak terbukti adanya tumor primer
Tx Kanker yang tersembunyi terlihat pada
sitologi bilasan bronkus tetapi tidak
terlihat pada radiogram atau
bronkoskopi

TIS Karsinoma in situ

T1 Tumor dengan diameter ≤ 3 cm


dikelilingi paru – paru atau pleura
viseralis yang normal.

T2 Tumor dengan diameter 3 cm atau


dalam setiap ukuran dimana sudah
menyerang pleura viseralis atau
mengakibatkan atelektasis yang
meluas ke hilus; harus berjarak 2 cm
distal dari karina.

T3
Tumor dalam setiap ukuran dengan
perluasan langsung pada dinding
dada, diafragma, pleura
mediastinalis, atau pericardium tanpa
mengenai jantung, pembuluh darah
besar, trakea, esofagus, atau korpus
vertebra; atau dalam jarak 2 cm dari

12
karina tetapi tidak melibat karina.

T4 Tumor dalam setiap ukuran yang sudah


menyerang mediastinum atau
mengenai jantung, pembuluh darah
besar, trakea, esofagus, koepua
vertebra, atau karina; atau adanya
efusi pleura yang maligna.
Kelenjar limfe regional (N)
N0 Tidak dapat terlihat metastasis pada
kelenjar limfe regional.

N1
Metastasis pada peribronkial dan/ atau
kelenjar – kelenjar hilus ipsilateral.
N2
Metastasis pada mediastinal ipsi lateral
atau kelenjar limfe subkarina.
N3 Metastasis pada mediastinal atau
kelenjar – kelenjar limfe hilus
kontralateral; kelenjar – kelenjar
limfe skalenus atau supraklavikular
ipsilateral atau kontralateral.

Metastasis jauh (M)


M0
Tidak diketahui adanya metastasis jauh
M1
Metastasis jauh terdapat pada tempat
tertentu (seperti otak).

Kelompok stadium
Karsinoma tersembunyi TxN0M0 Sputum mengandung sel – sel ganas
tetapi tidak dapat dibuktikan adanya
tumor primer atau metastasis.

Stadium 0 TISN0M0
Karsinoma in situ.
Stadium I T1N0M0
Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2
T2N0M0 tanpa adanya bukti metastasis pada
kelenjar limfe regional atau tempat
yang jauh.

13
Stadium II T1N1M0 Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2
dan terdapat bukti adanya metastasis
T2N1M0
pada kelenjar limfe peribronkial atau
hilus ipsilateral.

Stadium IIIa T3N0M0 Tumor termasuk klasifikasi T3 dengan


atau tanpa bukti metastasis pada
T3N0M0 kelenjar limfe peribronkial atau hilus
ipsilateral; tidak ada metastasis jauh.

Stadium IIIb Setiap T N3M0 Setiap tumor dengan metastasis pada


kelenjar limfe hilus atau mediastinal
T4 setiap NM0 kontralateral, atau pada kelenjar
limfe skalenus atau supraklavikular;
atau setiap tumor yang termasuk
klasifikasi T4 dengan atau tanpa
metastasis kelenjar limfe regional;
tidak ada metastasis jauh.

Stadium IV Setiap T, setiap Setiap tumor dengan metastsis jauh.


N,M1

Sumber: (Price, Patofisiologi, 1995)

14
F. Patofisiologi Kanker Paru
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi
pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk,
hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan
pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya
menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat
bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding
esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

G. Manifestasi Klinik
Seseorang yang termasuk ke dalam golongan risiko tinggi jika mempunyai
keluhan napas, seperti batuk, sesak napas, atau nyeri dada sebaiknya segera
memeriksakan diri ke dokter spesialis paru. Gejala-gejala tersebut membutuhkan
waktu bertahun-tahun untuk dapat diketahui sebagai gejala kanker paru karena
sering terkecoh dengan gejala sakit pada umumnya. Berikut gejala kanker paru.
1. Terjadi sesak napas.
2. Batuk yang tak kunjung sembuh (lebih dari 2 minggu).
3. Bunyi menciut-ciut saat bernafas tetapi bukan penderita asma.
4. Batuk berdarah.
5. Perubahan pada warna dahak dan peningkatan jumlah dahak.
6. Perubahan suara,menjadi serak atau kasar saat bernafas.
7. Kelelahan kronis dan penururnan berat badan secara drastis.
8. Bengkak di bagian leher dan wajah. (Tim CancerHelps, 2010 : 64)

15
H. Pengobatan Kanker Paru
Pengobatan pasien kanker paru-paru biasanya mempertimbangkan aspek riwayat
pasien, stadium kanker, dan kondisi kesehatan umum pasien. Berikut ini akan
dijelaskan beberapa pengobatan yang umumnya dilakukan pada penderita kanker
paru-paru.
1. Pembedahan
Pembedahan dalam kanker paru-paru adalah tindakan pengangkatan jaringan
tumor dan kelenjar getah bening disekitarnya. Tindakan pembedahan
biasanya dilakukan untuk kanker yang belum menyebar hingga ke jaringan
lain diluar paru-paru. Pembedahan biasanya hanya merupakan salah satu
pilihan tindakan pengobatan pada NSCLC dan dibatasi pada satu bagian paru-
paru hingga stadium IIIA.
Berikut beberapa jenis pembedahan yang mungkin dilakukan untuk
mengobati NSCLC.
a. Reseksi baji, yaitu pengangkatan sebagian kecil lobus dari paru-paru.
b. Lobektomi, yaitu pengangkatan beberapa lobus dari paru-paru.
c. Pneumonectomi, yaitu pengangkatan seluruh bagian paru-paru.
2. Kemoterapi
Penderita SCLC terutama diobati dengan kemoterapi dan radiasi karena
tindakan pembedahan biasanya tidak terpengaruh besar terhadap
survival (kelangsungan hidup). Kemoterapi primer biasanya juga diberikan
paada kasus NSCLC yang sudah bermetastasis atau menyebar.
Penggunaan kombinasi obat-obatan kemoterapi pada jenis tumor yang
diderita. Pada penderita NSCLC biasanya diobati dengan cisplatin atau
carboplatin yang dikombinasikan dengan gemcitabine, paclitaxel, docetaxel,
etoposide, atau vinorelbine. Sedangkan pada penderita SCLC, sering
digunakan obat cisplatin dan etoposide. Ataupun dikombinasikan dengan
carboplatin, gemcitabine, paclitaxel, vinorelbine, topotecan, dan irinotecan
juga digunakan.
3. Radioterapi

16
Radiasi kadang-kadang digunakan sebagai pengobatan utama kanker paru-
paru. Mungkin digunakan untuk orang yang tidak cukup sehat untuk
menjalani operasi. Untuk pasien kanker lainnya, radiasi dilakukan untuk
mengecilkan kankernya (dilakukan sebelum operasi). Pada kasus kanker
stadium lanjut, radiasi juga dapat digunakan untuk meredakan gejala seperti
nyeri, perdarahan, dan kesulitan menelan. Seringkali dilakukan terapi
Fotodinamik (PDT) untuk mengobati kanker paru-paru yang dapat dioperasi.
Dan berpotensi untuk mengobati tumor yang tersembunyi dan tidak terlihat
pada pemeriksaan X—ray dada.
Efek samping radiasi, termasuk diantaranya: problem kulit, mual, muntah,
dan kelelahan. Radiasi pada dada dapat juga menyebabkan kerusakan paru-
paru dan kesulitan bernapas atau menelan. Efek samping dari terapi radiasi
pada (kanker paru yang telah menyebar ke) otak biasanya menjadi serius
setelah1 atau 2 tahun pengobatan, yang mencakup: kehilangan memori, sakit
kepala, masalah dengan pemikiran, dan kurang gairah seksual.
4. Target Terapi
Target terapi biasanya dilakuka untuk pengobatan kanker paru-paru pada
stadium III dan IV yang tidak merespon pengobatan lain. Ada dua macam
target terapi yang paling umum digunakan, sebagai berikut:
a. Erlotinib (Tarceva)
Sel-sel kanker ditutupi oleh protein yang disebut EGFR (Epidermal
Growth Factor Receptor) yang membantu sel-sel kanker untuk
membelah. Tarceva bekerja dengan tidak mengizinkan EGFR untuk
menginstruksikan sel-sel kanker untuk tumbuh. Tarceva dapat diberikan
pada pasien NSCLC untuk memperpanjang harapan hidupnya. Tarceva
bekerja lebih baik pada pasien bukan perokok atau wanita usia lebih
muda (sebelum menopause). Dan mudah dikonsumsi setiap hari karena
berbentuk pil.
b. Bevacizumab (Avastin)
Bevacizumad merupakan antibodi yang ditujukan untuk melawan protein
untuk membantu sel tumor membentuk pembuluh darah baru. Obat ini

17
mampu memperpanjang kelangsungan hidup pasien NSCLC stadium
lanjut, dan biasanya diberikan sebagai kombinasi dengan kemoterapi
kombinasi carboplatin & paclitaxel. Bevacizumab biasa diberikan
melalui intravena infus dan umumnya memiliki efek samping berupa
perdarahan pada paru-paru.

I. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Paru


Menurut Arif Muttaqin (2008: 202) pemeriksaan diagnostik pada kanker paru
meliputi :
1. Pemeriksaan radiologi
Nodula soliter terbatas yang disebut coin lesion pada radiogram dada sangat
penting dan mungkin merupakan petunjuk awal untuk mendeteksi adanya
karsinoma bronkogenik meskipun dapat juga ditemukan pada banyak keadaan
lainnya. Penggunaan CT scan mungkin dapat memberikan bantuan lebih
lanjut dalam membedakan lesi-lesi yang dicurigai.
2. Bronkhoskopi
Bronkhoskopi yang disertai biopsi adalah teknik yang paling baik dalam
mendiagnosis karsinoma sel skuomosa yang biasanya terletak didaerah
sentral paru. Pelaksanaan bronkhoskopi yang paling sering adalah
menggunakan bronkhoskopi serat optik. Tindakan ini bertujuan sebagai
tindakan diagnostik, caranya dengan mengambil sampel langsung ketempat
lesi untuk dilakukan pemeriksaan sitologi.
3. Sitologi
Biopsi kelenjar skalenus adalah cara terbaik untuk mendiagnosis sel-sel
kanker yang tidak terjangkau oleh bronkhoskopi. Pemeriksaan sitologi
sputum, bilasan bronkhus, dan pemeriksaan cairan pleura juga memainkan
peranan penting dalam rangka menegakkan diagnosis kanker paru.
Pemeriksaan histology maupun penetapan stadium penyakit sangat penting
untuk menentukan prognosis dan rencana pengobatan. Penetuan stadium
kanker paru terbagi dua, yakni pembagian stadium dari segi anatomis untuk
menentukan luasnya penyebaran tumor dan kemungkinannya untuk dioperasi;

18
dan stadium dari segi fisiologis untuk menentukan kemapuan klien untuk
bertahan terhadap berbagai pengobatan antitumor.

J. Penatalaksanaan Kanker Paru


Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
1. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup
klien.
2. Paliatif
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
3. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien
maupun keluarga.
4. Supotif
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian
nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
5. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak
mungkin fungsi paru –paru yang tidak terkena kanker.
6. Toraktomi eksplorasi
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
7. Pneumonektomi (pengangkatan paru)
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.
8. Lobektomi (pengangkatan lobus paru)
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb
atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois
9. Resesi segmental
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.

19
10. Resesi baji
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru
– paru berbentuk baji (potongan es).
11. Dekortikasi
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
12. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan
bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi,
seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/
bronkus.
13. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas
serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

K. Prognosis Kanker Paru


Prognosis kanker paru tetap sangat buruk. Angka ketahanan hidup 5 tahun (5 year
survival rate) tetap sangat rendah, yakni masih sekitar ataupun malahan dapat
kurang dari 15%. Sebab kematian ialah akibat metastasis ke organ-organ lain atau
akibat komplikasi pulmoner secara langsung (Danusantoso, 2013 : 320).

20
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CA PARU

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan,
suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien
(hubunganya dengan tempat kerja pasien missal: terpapar asbes)
2. Keluhan Utama
Biasanya pada pasien Ca. Paru mengeluhkan nyeri pada dada, nyeri
bahu/tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma), nyeri abdomen
hilang timbul, sesak nafas,tidak ada nafsu makan. Penderita Ca. Paru juga
biasanya kelihatan lemah,lesu, kelihatan takut dan gelisah. Pasien biasanya
juga mengalami insomnia.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Batuk yang kadang-kadang disertai sesak nafas dan batuk. Sesak yang dirasa
oleh pasien juga disertai nyeri pada dada sebelah kanan, adanya obstruksi
ditandai dengan suara nafas stridor, suara serak.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit seperti ca paru, pneumoni, efusi pleura, trauma, dan
sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor
predisposisi (merokok, radiasi, akibat kerja, polusi udara, genetic, diet/pola
hidup) .
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Ada anggota keluarga yang menderita penyakit Ca paru seperti efusi pleura,
asma, TB paru dan lain sebagainya.
6. Riwayat Psikososial
Cemas, takut, menarik diri

B. Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : biasanya diatas normal > 120/80

21
Pernafasan : biasanya diatas normal >24x/menit
Nadi : biasanya diatas normal > 100x/menit
Suhu : diatas normal > 35° celcius
2. Head to toe
a. Kepala
Inspeksi : biasanya keadaan kepala normal bentuknya sismetris, berwarna
hitam dan kulit kepala tampak sedikit kotor,dan tidak ada lesi dikulit
kepala.
Palpasi : tidak terdapat benjolan pada kepala.
b. Mata
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada ikterik dan konjungtiva
anemis
Palpasi : biasanya tidak ada nyeri tekan
c. Telinga
Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan, ada seurmen
d. Hidung
Inspeksi : bentuk tulang hidung, kesimetrisan lobang hidung, perubahan
warna, cuping hidung, pengeluaran, karakter, jumlah dan warnanya dalam
keadaan normal dan simetris.
Palpasi: tidak ada benjolan.
e. Mulut
Inspeksi :
 Bibir : mukosa bibir kering
 Gigi : tidak ada karies gigi, gigi tanpak kurang bersih
 Gusi : merah muda, lembab, sedikit tidak teratur tanpa rongga atau
edema
 Lidah : merah muda dan tidak ada jamur atau keputihan pada lidah.
Palpasi : biasanya tidak ada kelainan
f. Leher
Inspeksi : tidak ada jaringan parut dan tidak ada pembesaran kelenjer
tiroid, dan odema massa

22
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid
Trakea : kedudukan trakea tepat tidak ada perubahan atau kelainan pada
saat pemeriksaan
g. Dada dan Paru
Inpeksi dada : dari depan tidak simetris klavikula, sternum tulang rusuk
anatara kiri dan kanan. Dari belakang bentuk tulang belakang, scapula
tidak simetris dan adanya retraksi interkostalis selama bernafas,
perkembangan dinding dada tidak normal
Palpasi : taktil fremitusnya meningkat
Perkusi : bunyi pekak saat diperkusi
Auskultasi : terdengar bunyi veskuler meningkat
h. Jantung
Inspeksi : ictus lkordis tidak terlihat
Palpasi : ictus kordis teraba di RIC,IRC ke 5
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : irama jantung sinus
i. Payudara
Inspeksi :
 Mamae : tidak simetris kiri dan kanan
 Axilla : tidak ada pembengkakan atau kemerahan
Palpasi :
 Mame : tidak teraba pembengkakan
 Axilla : tidak ada pembengkakan
j. Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak adanya jaringan parut, tidak asites
Palpasi : tidak teraba hepar dan limpa
Perkusi : bunyi tympani pada abdomen
Askultasi : bising usus 4x/menit
k. Genetalia
Inspeksi : tidak ada kelainan

23
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi bronchial sekunder karena
invasi tumor
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d dipsnea
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai oksigen
4. Ansietas berhubungan dengan proses perkembangan penyakit dan ancaman
kematian
5. Ketidakseimbangan nutrisi b.d anoreksia

D. Intervensi
No. Dx Keiteria Hasil Intervensi
1. Ketidakefektifan Mampu mendemonstrasikan 1. Keluarkan secret dengan
bersihan jalan batuk efektif dan suara nafas batuk atau suction
nafas b.d obstruksi yang bersih, mampu 2. Auskultasi suara nafas
bronchial sekunder mengeluarkan sputum, mampu sebelum dan sesudah
karena invasi bernafas dengan mudah. suctioning
tumor 3. Lakukan fisioterapi dada
Menunjukkan jalan nafas yang bila perlu
paten (irama nafas, frekuensi 4. Posisikan klien untuk
nafas dlam rentang normal), memaksimalkan ventilasi
tidak ada suara nafas yang 5. Monitor respirasi dan
abnormal status O2
6. Kolaborasi berikan
bronkodilator bila perlu

2. Ketidakefektifan Menunjukkan jalan nafas yang 1. Posisikan pasien semi


pola nafas b.d paten (irama nafas, frekuensi fowler/ fowler
dipsnea nafas dlam rentang normal), 2. Monitor TTV
tidak ada suara nafas yang 3. Berikan terapi O2
abnormal 4. Auskultasi suara nafas

24
5. Monitor respirasi dan status
oksigen klien
3. Intoleransi Berpartisipasi dalam aktivitas 1. Bantu klien untuk
aktivitas b.d fisik tanpa disertai peningkatan mengidentifikasi aktivitas
ketidakseimbangan tekanan darah, nadi, RR. yang mampu dilakukan
suplai oksigen Mampu melakukan aktivitas 2. Bantu untuk memilih
sehari-hari secara mandiri aktivitas konsisten yang
TTV normal sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologis, dan social
3. Monitor respon fisik klien
4. Kolaborasikan dengan
tenaga rehabilitasi medic
dalam merencanakan
program terapi yang tepat
4. Ansietas Klien mampu mengidentifikasi 1. Identifikasi tingkat
berhubungan dan mengungkapkan gejala kecemasan
dengan proses cemas. 2. Dorong klien uttuk
perkembangan mengungkapkan perasaan,
penyakit dan Mengidentifikasi, ketakutan dan persepsi
ancaman kematian mengungkapkan, dan 3. Ajarkan klien untuk
menunjukkan teknik untuk melakukan latihan terapi
mengontrol cemas. SEFT (Spiritual Emotional
Freedom Technique)
Postur tubuh, ekspresi wajah, 4. Instruksikan pasien
bahasa tubuh dan tingkat menggunakan teknik
aktivitas menunjukkan relaksasi
berkurangnya kecemasan 5. Dorong keluarga untuk
menemani klien dan
mensupport klien

25
5. Ketidakseimbanga Berat bedan ideal sesuai 1. Monitor adanya penurunan
n nutrisi b.d dengan tinggi badan. berat badan
anoreksia Mampu mengidentifikasi 2. Monitor mual dan muntah
kebutuhan nutrisi. 3. Monitor turgor kulit
4. Monitor jumlah intake
nutrisi dan kalori
5. Anjurkan untuk makan
sedikit-sedikit tapi sering
6. Anjurkan klien untuk
meningkatan protein dan
vitamin C
7. Kolaborasi denagn ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien

26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengobatan paliatif merupakan suatu studi dan penanganan
terhadap pasien pasien dengan penyakit yang aktif, progresif dan lama
yang mana prognosisnya terbatas dan fokus perawatannya adalah pada
kualitas hidup.
Tujuan perawatan paliatif adalah untuk mencapai kualitas hidup
maksimal bagi penderita dan keluarga. Perawatan paliatf tidak hanya
diberikan bagi penderita menjelang akhir hayatnya, namun sudah dapat
dimulai segera setelah diagnosis penyakit (kanker) di tegakkan, dan
dilaksanakan bersama dengan pengobatan kuratif.

B. Saran
Sebagai perawat yang berjiwa caring, dalam melakukan asuhan
keperawatan paliatif tidak hanya diberikan pelayanan secara medis saja
tetapi kita juga harus memberikan asuhan keperawatan untuk memotivasi
klien dalam mempertahankan kualitas hidup pasien dengan penyakit yang
paliatif.

27
DAFTAR PUSTAKA

Danusantoso Halim. 2013. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran

Kusuma Hardhi. 2015. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN


DIAGNOSA MEDIS & NANDA, NIC-NOC. Jogjakarta. Penerbit Mediaction.

Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.

Somantri Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan


Sistem Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.

Sudoyo Aru, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta

Tim CancerHelps. 2010. Stop Kanker “KANKER BUKAN LAGI VONIS MATI”
Panduan Deteksi Dini dan Pengobatan Menyeluruh Berbagai Jenis Kanker.
Jakarta. Penerbit AgroMedia Pustaka.

28

Anda mungkin juga menyukai