Latar Belakang
Meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskuler setiap tahun menjadi
masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Faktor resiko
hipertensi yang dapat dimodifikasi / dikontrol adalah overweight atau obesitas,
gaya hidup (kurang aktivitas fisik), penggunaan tembakau (merokok), diet
tidak sehat (terutama tingginya konsumsi natrium/garam), sering
mengkonsumsi minuman beralkohol, dan stress sedangkan faktor resiko
hipertensi yang tidak dapat dimodifikasi/ dikontrol adalah usia, jenis kelamin,
ras, dan riwayat keluarga atau keturunan ( AHA,2014).
Menurut WHO (2013) batas tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah apabila diukur menggunakan sfigmomanometer, yaitu tekanan darah
sistolik 120 mmHg dan tekanan darah diastolik 80 mmHg.
Penyakit hipertensi merupakan masalah yang sedang dihadapi seluruh dunia.
Berdasarkan prevalensi hipertensi global pada individu ≥ 18 tahun sekitar 22%
pada tahun 2014. Pada tahun 2010 9,4 juta kematian di seluruh dunia dikaitkan
dengan hipertensi (Rezende,2018).
WHO (2011) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus
meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang membesar. Pada 2025
mendatang, diproyeksi sekitar 29% warga dunia terkena hipertensi. Penderita
hipertensi saat ini paling banyak terdapat dinegara berkembang.
Menurut survei kesehatan rumah tangga (SKTR) pada tahun 2012, prevalensi
hipertensi di Indonesia sekitar 14% dengan kisaran 13,3% - 14,6%, sedangkan
pada tahun 2008 meningkat menjadi 16-18% (Kementrian Kesehatan,2010).
Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena sulitnya
menyimpulkan faktor penyebab hipertensi, sehingga tidak terdapat cara yang
pasti untuk mengidentifikasi kecenderungan terhadap penyakit ini. Selain itu,
meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang
belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darah
belom mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang
dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas juga menjadi alasan mengapa
hipertensi masih menjadi masalah kesehatan hingga saat ini (Dalimartha,
Setiawan., Purnama, Basuri T., Sutarina, Nora., Mahendra B., Dermawan,
Rahmat,2008).
Hipertensi diwilayah Kecamatan Koja masih menjadi masalah kesehatan
dikarenakan prevalensi hipertensi yang tinggi dari tahun ke tahun. Tahun 2016
dari seluruh penduduk yang melakukan pemeriksaan tekanan darah didapatkan
sekitar 23,78% pasien hipertensi, tahun 2017 naik menjadi sekitar 56,74%
pasien hipertensi sehingga terjadi peningkatan sekitar 138% pasien hipertensi.
Ditahun 2017 dalam 3 bulan sekitar 6025 kasus baru dan lama pasien
hipertensi. Dalam 3 bulan pertama di tahun 2018 pasien baru sekitar 4659
kasus pasien hipertensi. Dengan demikian bisa di prediksi tahun 2018 akan
terjadi peningkatan kasus hipertensi.
Untuk itu peneliti ingin meneliti lebih lanjut faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian penyakit hipertensi di Puskesmas Kecamatan Koja Tahun
2018.
Untuk itu peneliti ingin meneliti lebih lanjut faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian penyakit hipertensi di Puskesmas Kecamatan Koja Tahun
2018.