PPOK
Disusun Oleh:
Yonanda Alvino
1102014286
Pembimbing:
Assalamu’alaikum.
Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, dan para sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman. Karena atas rahmat
dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus penyakit dalam ini dengan judul
“PPOK” sebagai salah satu persyaratan mengikuti ujian kepaniteraan klinik di bagian Ilmu
Penyakit Dalam RSUD Cilegon. Berbagai kendala yang telah dihadapi penulis hingga presentasi
kasus ini selesai tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Atas bantuan yang
telah diberikan, baik moril maupun materil, maka selanjutnya penulis ingin menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada :
1. dr. Rizki Drajat, Sp.P selaku konsulen SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Cilegon yang
telah memberikan bimbingan, ilmu, saran dan kritik kepada penulis dalam penyelesaian
presentasi kasus ini.
2. Kedua orang tua tercinta dan tentunya teman-teman seperjuangan di bagian Ilmu Penyakit
dalam RSUD Cilegon .
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan presentasi kasus ini, kesalahan dan
kekurangan tidak dapat dihindari, baik dari segi materi maupun tata bahasa yang disajikan.
Untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan yang dibuat. Semoga
presentasi kasus ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca dalam memberikan
sumbang pikir dan perkembangan ilmu pengetahuan di dunia kedokteran. Kritik dan saran yang
konstruktif sangat penulis harapkan demi memperoleh hasil yang lebih baik di dalam
penyempurnaan presentasi kasus ini.
Akhir kata, dengan mengucapkan Alhamdulillah, semoga Allah SWT selalu merahmati kita
semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................................ i
Daftar isi ....................................................................................................................................... ii
Laporan Kasus
Identitas ........................................................................................................................................... 1
Anamnesis ....................................................................................................................................... 1
Diagnosis ......................................................................................................................................... 8
Terapi ............................................................................................................................................... 9
Prognosis ......................................................................................................................................... 9
Follow up ........................................................................................................................................ 10
Analisa kasus.................................................................................................................................. 14
Definisi ……................................................................................................................................... 17
Etiologi ............................................................................................................................................ 17
Patogenesis ...................................................................................................................................... 18
Klasifikasi ....................................................................................................................................... 21
Tatalaksana ....................................................................................................................................... 25
Komplikasi ………………………………………....………….………….................................... 26
Prognosis .......................................................................................................................................... 27
Kesimpulan .................................................................................................................................... 28
Topik : Pneumonia
Penyusun : Syafira Kusuma Wardhanie
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Usia : 56 tahun
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
No. CM : 646***
Pembiayaan : BPJS
Tanggal Berobat : Mei 2018
II. Anamnesa
Dilakukan secara auto-anamnesa pada tanggal 9 Mei 2018 di Ruang Nusa Indah pukul 06.30
WIB
o Keluhan Utama:
Sesak nafas
o Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas terasa sejak pagi hari, batuk berdahak (+) sejak
1 hari yang lalu,pilek (+), demam (-), mual(-), muntah (-),cegukan, sesak dipengaruhi oleh
aktifitas dan badan terasa lemas.
o Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat pengobatan paru-paru selama 6 bulan
Pasien mengaku memiliki riwayat penyakit asma
Pasien mengaku memiliki riwayat alergi
Riwayat penyakit hipertensi disangkal
Riwayat penyakit DM disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal.
o Anamnesis Sistem:
Tanda checklist (+) menandakan keluhan pada sistem tersebut. Tanda strip (-)
menandakan keluhan di sistem tersebut disangkal oleh pasien.
Kulit
(-) Bisul (-) Rambut (-) Keringat malam
(-) Kuku (-) Ikterus (-) Sianosis
(-) Lain-lain
Kepala
(-) Trauma (-) Nyeri kepala
(-) Sinkop (-) Nyeri sinus
Mata
(-) Nyeri (-) Sekret
(-) Radang (-) Gangguan penglihatan
(-) Sklera Ikterus (-) Penurunan ketajaman penglihatan
(-) Congjungtiva Anemis
Telinga
(-) Nyeri (-) Tinitus
(-) Sekret (-) Gangguan pendengaran
(-) Kehilangan pendengaran
Hidung
(-) Trauma (-) Gejala penyumbatan
(-) Nyeri (-) Gangguan penciuman
(-) Sekret (+) Pilek
(-) Epistaksis
Mulut
(-) Bibir (-) Lidah
(-) Gusi (-) Gangguan pengecapan
(-) Selaput (-) Stomatitis
Tenggorokan
(-) Nyeri tenggorok (-) Perubahan suara
Leher
(-) Benjolan/ massa (-) Nyeri leher
Jantung/ Paru
(-) Nyeri dada (+) Sesak nafas
(-) Berdebar-debar (-) Batuk darah
(-) Ortopnoe (+) Batuk
Ekstremitas
(-) Bengkak (-) Deformitas
(-) Nyeri sendi (-) Sianosis
STATUS GENERALIS:
- Kulit : Berwarna coklat, dan turgor kulit baik.
- Kepala : Bentuk oval, simetris, ekspresi wajah terlihat lemah.
- Rambut : Hitam, lebat, tidak mudah dicabut.
- Alis : Hitam, tumbuh lebat, tidak mudah dicabut.
- Mata : Tidak exopthalmus, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil
bulat dan isokor, tidak terdapat benda asing, pergerakan bola mata baik.
- Hidung : Tidak terdapat nafas cuping hidung, tidak deviasi septum, ada sekret,
dan tidak hiperemis.
- Telinga : Bentuk normal, liang telinga luas, tidak ada sekret, tidak ada darah, tidak ada
tanda radang, membran timpani intak.
- Mulut : Bibir tidak sianosis, gigi geligi lengkap, gusi tidak hipertropi, lidah tidak
kotor, mukosa mulut basah, tonsil T1-T1 tidak hiperemis.
- Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada submentalis,
subklavikula, pre-aurikula, post-aurikula, oksipital, sternokleidomastoideus,
dan supraklavikula. Tidak terdapat pembesaran tiroid, trakea tidak deviasi.
- Thoraks : Normal, Simetris kiri dan kanan, tidak terlihat pelebaran vena, tak terdapat
spider nevy.
- Paru-paru
- Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri pada saat statis dan dinamis,
perbandingan trasversal : antero posterior = 2:1, tidak terdapat retraksi,
pelebaran sela iga.
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas, tidak terdengar adanya krepitasi,
fremitus taktil dan vokal kiri simetri kanan dan kiri.
- Perkusi : Hipersonor pada seluruh lapang paru kanan dan kiri .
- Auskultasi : Suara napas vesikuler, rhonki +/+, wheezing +/-.
- Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat.
- Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS IV linea midklavikula sinistra, dan tidak terdapat
thrill.
- Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS V linea para sternalis dextra, batas jantung kiri
pada 2cm lateral ICS V linea midklavikula sinistra.
- Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdapat murmur dan gallop
- Abdomen
- Inspeksi : Tampak simetris, datar, tidak tegang, tidak terdapat kelainan kulit, tidak
terlihat massa, tidak pelebaran vena, tidak terdapat caput medusa.
- Auskultasi : Bising usus(+), bising aorta abdominalis tidak terdengar.
- Palpasi : Supel, turgor baik, tidak terdapat nyeri tekan pada epigastrium. Tidak terdapat
nyeri lepas, tidak teraba massa, hepatomegali (-) spleenomegali (-),
Ballotement (-), Undulasi (-).
- Perkusi : Suara timpani di semua lapang abdomen, terdapat nyeri ketuk pada
epigastrium, shifting dullness (-).
- Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan.
- Ekstremitas : Akral hangat, cappilary refill kurang dari 2 detik, kekuatan otot
Tidak terdapat udem pada tungkai bawah, tidak terdapat palmar
eritem, tidak terdapat clubbing finger. 5 5
5 5
- Refleks Fisiologi dan Patologis : tidak dilakukan pemeriksaan
Hematologi
Elektrolit
Natrium 138.9 mEq/L 135-155 mEq/L
Kimia Klinik
Rontgen thoraks :
COR : CTR < 50 %, aorta baik
Pulmo :Terjadi nya peningkatan corakan bronkovaskuler >2/3
Tak tampak adanya infiltrate
Kedua sinus dan diafragma tampak baik
Tulang dan jaringan lunak baik
Kesan Bronchitis
V. Diagnosis
Diagnosis Kerja: PPOK
VI. Diagnosis Banding
1. Asma
VII. Terapi yang diberikan
IVFD RL 20tpm
Inj Ceftriaxone 1x2gr
Inj Omeprazole 2x1amp
Inj. Methilprednisolon 2x1amp
Paracetamol 3x500mg
Ambroxol 3x1 tab
IX. Prognosis
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
S: O: A: P:
S: O: A: P:
S O A P
S: O: A: P:
ANALISA KASUS
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi PPOK
PPOK merupakan penyakit paru yang ditandai dengan obstruksi aliran udara paru yang
mengganggu pernafasan yang tidak bisa sembuh secara keseluruhan.(WHO 2017)
2. Etiologi
Merokok
Terpapar bahan kimia dan polusi
Defisiensi alpha 1 antitripsin
Chronic IV drug use
(Lancet 2012)
3. Patogenesis
Emfisema : Merokok dapat membuat proses inflamasi di saluran pernapasan. Netrofil dan sel
imun lainnya akan datang menuju saluran pernafasan, mengeluarkan protease dan oxidase.
Netrofil elestase menghancurkan fibrin elastis yang biasanya berfungsi untuk menghasilkan
elastisitas saat ekspirasi. Alpha 1 antitripsin merupakan protease inhibitor yang terus
memeriksa aktivitas elastisitas paru. Defiasi Alpha 1 antitripsin adalah faktor predisposisi
emfisema pada terutama faktor genetic. Kegagalan pertukaran gas juga merupakan indicator
emfisema
Chronic Brhonchitis : inflamasi dari merokok juga dapat menyebabkan fibrosis pada dinding
bronchiolar, mucus hipersekresi, udem aliran pernafasan, brochoconstriction.
(BMJ 2006)
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya PPOK
1. Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang terpenting, jauh
lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Dalam pencatatan riwayat merokok perlu
diperhatikan :
a. Riwayat merokok - Perokok aktif - Perokok pasif - Bekas perokok
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata
batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :
- Ringan : 0-200
-Sedang : 200-600
- Berat : >600
2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja
3. Hipereaktiviti bronkus
4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
5. Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di Indonesia
(Konsensus PPOK)
5. Epidemiologi
Di Amerika kasus kunjungan pasien PPOK semakin meningkat mencapai angka 1,5
juta,726.00 memerlukan perawatan di rumah sakit, dan 119.000 meninggal pada tahun
2000(ipd)
Di Indonesia
6. Klasifikasi PPOK
Klasifikasi PPOK (GOLD Guideline 2015)
Derajat Karakteristik
0: Ber-Resiko Normal spirometry
gejala menahun batuk berdahak
I: Ringan FEV1/FVC < 70%; FEV1 < 80% predicted
dengan atau tanpa gejala menahun batuk berdahak
II: Sedang FEV1/FVC < 70%; 50% ≤ FEV1 < 80% predicted
dengan atau tanpa gejala menahun batuk berdahak, sesak
III: Berat FEV1/FVC < 70%; 30% ≤ FEV1 < 50% predicted
dengan atau tanpa gejala menahun batuk berdahak, sesak
IV: Sangat Berat FEV1/FVC < 70%; FEV1 < 30% predicted or FEV1
7. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari pneumonia komunitas dibagi menjadi dua yaitu gejala dan tanda
diakibatkan pneumonia komunitas tipikal, dan akibat pneumonia atipikal. Berikut merupakan
ciri –ciri gejala dan tanda klinis pada pneumonia.
Gambaran klinis yang muncul dapat berbeda pada pasien lansia dengan pasien usia
remaja atau dewasa. Dapat dalam bentuk lebih halus, atau muncul lebih sedikit dibandingkan
gejala yang muncul di dewasa atau remaja. Status mental yang berubah, penurunan mendadak
kapasitas fungsional, dan semakin buruknya penyakit yang mendasari dapat hanya menjadi
temuan klinis yang terlihat, sehingga perlu diwaspadai walaupun tidak menunjukkan gejala
pneumona komunitas ( Simonetti, 2014 )
8.1 Diagnosis
Anamnesis
Gejala klinis yang biasa ditemukan pada penderita PPOK adalah sebagai berikut.
a. Batuk kronik Batuk kronik adalah batuk hilang timbul selama 3 bulan dalam 2 tahun
terakhir yang tidak hilang dengan pengobatan yang diberikan. Batuk dapat terjadi sepanjang hari
atau intermiten. Batuk kadang terjadi pada malam hari.
b. Berdahak kronik Hal ini disebabkan karena peningkatan produksi sputum. Kadang kadang
pasien menyatakan hanya berdahak terus menerustanpa disertai batuk. Karakterisktik batuk dan
dahak kronik ini terjadi pada pagi hari ketika bangun tidur.
c. Sesak napas Terutama pada saat melakukan aktivitas. Seringkali pasien sudah mengalami
adaptasi dengan sesak nafas yang bersifat progressif lambat sehingga sesak ini tidak dikeluhkan.
Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, gunakan ukuran sesak napas sesuai skala sesak 11 Tabel
2. Skala Sesak Skala Sesak Keluhan Sesak Berkaitan dengan Aktivitas 0 Tidak ada sesak kecuali
dengan aktivitas berat
1 Sesak mulai timbul bila berjalan cepat atau naik tangga 1 tingkat
2 Berjalan lebih lambat karena merasa sesak
3 Sesak timbul bila berjalan 100 m atau setelah beberapa menit
4 Sesak bila mandi atau berpakaian Selain gejala klinis, dalam anamnesis pasien juga perlu
ditanyakan riwayat pasien dan keluarga untuk mengetahui apakah ada faktor resiko yang
terlibat.
Gejala khas seperti
Sesak nafas yang semakin bertambah
Batuk produktif dengan perubahan volume
Purulensi sputum
Derajat Karakteristik
II: Sedang FEV1/FVC < 70%; 50% ≤ FEV1 < 80% predicted
III: Berat FEV1/FVC < 70%; 30% ≤ FEV1 < 50% predicted
dengan atau tanpa gejala menahun batuk berdahak, sesak
IV: Sangat Berat FEV1/FVC < 70%; FEV1 < 30% predicted or FEV1
Manifestasi Klinis
Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan
pursed-lips breathing.
Blue bloater
Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema tungkai
dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer.
Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang
memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2
yang terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi
pada gagal napas kronik.2
Pemeriksaan Penunjang
8.1.2 Pemeriksaan Laboratorium
-
Gagal napas kronik stabil
-
Gagal napas akut pada gagal napas kronik
4. Radiologi
CT-Scan resolusi tinggi
Mendeteksi emfisema dini dan menilai jenis serta derajat emfisema atau bula
yang tidak terdeteksi oleh foto toraks polos.
Scan ventilasi perfusi
Mengetahui fungsi respirasi paru
5. Elektrokardiografi
Mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh Pulmonal dan hipertrofi
ventrikel kanan.
6. Bakteriologi
Pemeriksaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kultur resistensi diperlukan
untuk mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat. Infeksi
saluran napas berulang merupakan penyebab utama eksaserbasi akut pada penderita
PPOK di Indonesia.
7. Kadar alfa-1antitripsin
Kadar antitripsin alfa-1 rendah pada emfisema herediter (emfisema padausia muda),
defisiensi antitripsin alfa-1 jarang ditemukan di Indonesia.2
9. Penatalaksanaan
Farmakologi
Non farmakologi
Larangan berhenti merokok melalui 5 tahapan
10. Komplikasi dan Penyebab Kematian
Kor pulmonal
Terjadinya gagal jantung sebelah kanan yang terjadi oleh akibat dari hipertensi pulmonal.
Hypoxemia
Keadaan dimana tubuh mempunyai kadar o2 yang rendah yang terjadi oleh akibat
obstruksi saluran pernapasan
11. Prognosis
Secara umum prognosis tidak baik bila sudah terjadi PPOK karena penyakit ini
bersifat irreversible atau partial reversible, namun untuk PPOK ringan dapat dijaga agar tidak
berlanjut progesivitas dan jika stabil tidak terlalu mengganggu aktifitas pasien
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
A. Mandell L, Wunderink R. Pneumonia. Harrison's Principles of Internal Medicine. 2. 18th
Edition ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006. 957 – 90p
Alberta Clinical Practice Guidelines Steering Committee. 2002. Guideline for the diagnosis
and management of community acquired pneumonia: pediatric. Accessed online June 1, 2004,
at:
http://www.albertadoctors.org/bcm/ama/amawebsite.nsf/AllDocSearch/87256DB000705C3F8
7256E0500553605/$File/pneumoniapediatrics.df
Almirall J, Bolibar I, Vidal J, Sauca G, Coll P, Niklasson B, et al. Epidemiology of
community-acquired pneumonia in adults: a population-based study. European Respiratory
Journal. 2000;15(4):757- 63
Boersma WG, Daniels J, Löwenberg A, Boeve W-J, van de Jagt EJ. Reliability of
radiographic findings and the relation to etiologic agents in community-acquired pneumonia.
Respiratory medicine. 2006;100(5):926- 32
Dahlan Z. Pneumonia.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 2. 4 ed. In: W.Sudoyo A, Setiyohadi
B, Alwi I, K. MS, Setiati S, editors. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. p. 964 - 71.
Jeremy, P.T. (2007). At Glance Sistem Respirasi. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga Medical
Series. Hal. 76-77.
Lynch JP, Zhanel GG. Streptococcus pneumoniae: Epidemiology, Risk Factors, and
Strategies for Prevention. Seminars in Respiratory and Critical Care Medicine Thieme
Medical Publishers 2009. p. 189-209
Mandell LA, Wunderink RG, Anzueto A, Bartlett JG, Campbell GD, Dean NC, et al.
Infectious Diseases Society of America/American Thoracic Society consensus guidelines on
the management of community-acquired pneumonia in adults. Clinical infectious diseases.
2007;44(Supplement 2):S27-S72.
Misnadirly. (2008). Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia Pada Anak Balita, Orang
Dewasa, Usia Lanjut. Jakarta: Pustaka Popular Obor. Hal. 55-58.
Mortensen EM, Coley CM, Singer DE, Marrie TJ, Obrosky DS, Kapoor WN, et al. Causes of
death for patients with community-acquired pneumonia: results from the Pneumonia Patient
Outcomes Research Team cohort study. Archives of Internal Medicine. 2002;162(9):1059-64.
Pokja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.Pneumonia Komunitas: Pedoman
Diagnosis dan Penatalaksanaan Di Indonesia.2003
Sajinadiyasa, 2010. Prevalensi dan Risiko Merokok Terhadap Penyakit Paru Di Poliklinik
Paru Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Jurnal Respirologi Indonesia. Divisi
Pulmonologi/SMF Ilmu Penyakit Dalam : FK UNUD/ RSUP Sanglah Denpasar.
Snijders D, Daniels JM, de Graaff CS, van der Werf TS, Boersma WG. Efficacy of
corticosteroids in community-acquired pneumonia: a randomized double-blinded clinical trial.
Am J Respir Crit Care Med. 2010;181(9):975–982.
Supandi, P.Z. (1992). Pulmonologi Klinik. Jakarta: Bagian Pulmonologi FKUI. Hal. 87- 91.
Sylvia A.Price LMW. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. In: dr.Huriawati
Hartanto dNS, dr.Pita Wulansari ,dr.Dewi Asih Mahanani, editor. 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.2002. p. 804 – 10