Disusun oleh :
1. Resita Ika Nurjanah
2. Rizka Ayunani Yasin
3. Rohmatul Amaliyah
4. Siti Aminah
Kelas : F/KP/VIII
KONSENTRASI KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
profesi keperawatan dengan judul’’cedera kepala berat dan cedera kepala ringan”
Dikesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.karena penyusun menyadari tanpa bantuan
mereka makalah ini tidak akan selesai tepat waktu. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak,terutama mahasiswa Stikes Surya Global Yogyakarta.
Tak ada gading yang tak retak. penyusun menyadari dalam penyusunan makalah ini
masih banyak terdapat banyak kekurangan . Untuk itu saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat di harapkan guna perbaikan di lain kesempatan.Demikian yang dapat
penyusun sampaikan,atas perhatiannya penyusun mengucapkan banyak terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
Pada umumnya kematian terjadi setelah segera setelah injury dimana terjadi
trauma langsung pada kepala, atau perdarahan yang hebat dan syok. Kematian yang
terjadi dalam beberapa jam setelah trauma disebabkan oleh kondisi klien yang
memburuk secara progresif akibat perdarahan internal. Pencatatan segera tentang status
neurologis dan intervensi surgical merupakan tindakan kritis guna pencegahan
kematian pada phase ini. Kematian yang terjadi 3 minggu atau lebih setelah injury
disebabkan oleh berbagai kegagalan sistem tubuh.
Faktor 2 yang diperkirakan memberikan prognosa yang jelek adalah adanya
intracranial hematoma, peningkatan usia klien, abnormal respon motorik,
menghilangnya gerakan bola mata dan refleks pupil terhadap cahaya, hipotensi yang
terjadi secara awal, hipoksemia dan hiperkapnea, peningkatan ICP. Diperkirakan
terdapat 3 juta orang di AS mengalami trauma kepala pada setiap tahun. Angka
kematian di AS akibat trauma kepala sebanyak 100.000 orang. Pada umumnya trauma
kepala disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas atau terjatuh.
Banyak istilah yang dipakai dalam menyatakan suatu trauma atau cedera pada kepala
di Indonesia. Beberapa Rumah Sakit ada yang memakai istilah cedera kepala dan cedera otak
sebagai suatu diagnosis medis untuk suatu trauma pada kepala, walaupun secara harfiah
kedua istilah tersebut sama karena memakai gradasi responds Glaso Coma Scale (GCS)
sebagai tingkat gangguan yang terjadi akibat suatu cedera di kepala.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan akibat trauma yang
mencederai kepala, maka perawat perlu mengenal neuruanatomi, neurofisiologi,
neuropatofisiologi dengan baik agar kelainan dari masalah yang dikeluhkan atau kelainan
dari pengkajian fisik yang didapat bias sekomprehensif mungkin ditanggapi perawat yang
melakukan asuhan pada klien dengan cedera kepala.
Cedera kepala meliputi trauma kepala,tengkorak, dan otak. Secara anatomis otak
dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit kepala, serta tulang dan tentorium atau helem yang
membungkusnya. Tanpa perlindungan ini otak akan mudah sekali terkena cedera dan
mengalami kerusakan. Selain itu, sekali neuron rusak tidak dapat diperbaiki lagi. Cedera
kepala dapat mengakibatkan malapetaka besar bagi seseorang.
Efek-efek ini harus dihindaridan ditemukan secepatnya oleh perawat untuk
menghindari rangkaian kejadian yang menimbulkan gangguan mental dan fisik, bahkan
kematian. Cedera kepala paling sering dan penyakit neurologis yang paling serius diantara
penyakit neurologis, dan merupakan proporsi epidemic sebagai hasil kecelakaan jalan raya.
Diperkirakan 2/3 korban dari kasus ini berusia dibawah 30 tahun dengan jumlah laki-laki
lebih banyak dari wanita. Lebih dari setengah dari semua klien cedera kepala berat
mempunyai signifikan cedera terhadap bagian tubuh lainnya. Adanya syok hipovolemik pada
klien cedera kepala biasanya karena cedera pada bagian tubuh lainnya. Resiko utama klien
yang mengalami cedera kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan
otak sebagai responds terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan tekanan intracranial.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui pengertian dari cedera kepala
Agar mahasiswa memahami tanda gejala, klasifikasi dan penyebab cedra kepala
Agar mahasiswa memahami penatalaksanaan dari cedera kepala berat dan ringan
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
Cedera kepala adalah cedera yang meliputi trauma kulit kepala, tengkorak dan otak. Cedera
kepala paling sering dan penyakit neurologik yang serius diantara penyakit neurologik dan
merupakan proporsi epidemic sebagai hasil kecelakaan jalan raya (Smeltzer & Bare 2001).
Cedera kepala adalah penyakit neurologis yang paling sering terjadi diantara penyakit
neurologis lainnya yang biasa disebabkan oleh kecelakaan, meliputi: otak, tengkorak ataupun
kulit kepala saja (Smeltzer, 2001: 2210).
Cedera kepala yaitu adanya deformitas berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan
garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi–descelarasi) yang
merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan
factor dan penurunan percepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga
oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.
a. Klasifikasi Cedera Kepala
Cedera kepala dapat dilasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan Mekanisme
a. Trauma Tumpul : adalah trauma yang terjadi akibat kecelakaan
kendaraan bermotor, kecelakaan saat olahraga, kecelakaan saat bekerja, jatuh,
maupun cedera akibat kekerasaan (pukulan).
b. Trauma Tembus : adalah trauma yang terjadi karena tembakan maupun
tusukan benda-benda tajam/runcing.
2. Berdasarkan Beratnya Cidera
The Traumatic Coma Data Bank mengklasifisikan berdasarkan Glasgow
Coma Scale ( Mansjoer, dkk, 2000) :
Cedera Kepala Ringan/Minor (Kelompok Risiko Rendah) yaitu, GCS 14-15, pasien sadar dan berorientasi,
kehilangan kesadaran atau amnesia < dari 30 menit, tidak ada intoksikasi alkohol atau obat
terlarang, klien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing, tidak terdapat fraktur tengkorak,
kontusio, hematom , tidak ada kriteria cedera sedang sampai berat. a) Skor skala koma
b. Cedera Kepala Sedang (Kelompok Risiko Sedang) yaitu GCS 9-13 (konfusi, letargi
dan stupor), pasien tampak kebingungan, mengantuk, namun masih bisa mengikuti perintah
sederhana, hilang kesadaran atau amnesia > 30 menit tetapi < 24 jam, konkusi, amnesia paska
trauma, muntah, tanda kemungkinan fraktur kranium (tanda battle, mata rabun,
hemotimpanum, otorhea atau rinorhea cairan serebrospinal). Skor skala koma Glasgow
b) Konkusi
d) Muntah
f) Kejang
c. Cedera Kepala Berat (Kelompok Risiko Berat) yaitu GCS 3-8 (koma), penurunan derajat
kesadaran secara progresif, kehilangan kesadaran atau amnesia > 24 jam, tanda neurologis
fokal, cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi cranium. ) Skor skala koma
C. Etiologi
Penyebab cedera kepala adalah kecelakaan lalu lintas, perkelahian, jatuh,
cedera olah raga, kecelakaan kerja, cedera kepala terbuka sering disebabkan oleh
pisau atau peluru (Corwin, 2000).
1) Pola pernafasan.
Pusat pernafasan diciderai oleh peningkatan TIK dan hipoksia, trauma langsung atau
interupsi aliran darah. Pola pernafasan dapat berupa hipoventilasi alveolar, dangkal.
2) Kerusakan mobilitas fisik.
Hemisfer atau hemiplegi akibat kerusakan pada area motorik otak.
3) Ketidakseimbangan hidrasi.
Terjadi karena adanya kerusakan kelenjar hipofisis atau hipotalamus dan peningkatan
TIK.
4) Aktifitas menelan.
Reflek melan dari batang otak mungkin hiperaktif atau menurun sampai hilang sama
sekali.
5) Kerusakan komunikasi.
Pasien mengalami trauma yang mengenai hemisfer serebral menunjukkan disfasia,
kehilangan kemampuan untuk menggunakan bahasa.
a. Kebocoran cairan serebrospinal dapat disebabkan oleh rusaknya leptomeningen dan terjadi
b. Fistel karotis-kavernosus ditandai oleh trias gejala : eksolelamos, kemosis,dan bruit orbita,
c. Diabetes insipidus dapat disebabkan oleh kerusakan traumatik pada tangkai hipofisis,
d. Edema pulmonal, komplikasi paru-paru yang serius pada pasien cedera kepala adalah edema
paru. Ini mungkin terutama berasal dari gangguan neurologis atau akibat dari sindrom distres
pernapasan dewasa.
e. Kejang pasca trauma dapat terjadi segera (dalam 24 jam), dan (minggu pertama) atau lanjut
Pasien dengan cedera kepala ini umumnya dapat dipulangkan ke rumah tanpa perlu
1) Hasil pemeriksaan neurologis (terutama status mini mental dan gaya berjalan) dalam batas
normal.
instruksi untuk segera kembali kebagian gawat darurat jika timbul gejala yang lebih buruk.
6) Tidak adanya orang yang dapat dipercaya untuk mengamati pasien di rumah.
Pasien yang menderita konkusi otak (comotio cerebri), dengan skala GCS 15 (sadar
penuh, orientasi baik dan mengikuti perintah) dan CT Scan normal, tidak perlu dirawat.
Pasien ini dapat dipulangkan untuk observasi di rumah,meskipun terdapat nyeri kepala, mual,
muntah, pusing atau amnesia. Resiko timbulnya lesi intrakranial lanjut yang bermakna pada
Setelah penilaian awal dan stabilitasi tanda vital,keputusan segera pada pasien ini adalah
apakah terdapat indikasi intervensi bedah saraf segera (hematoma intrakranial yang besar).
Jika ada indikasi, harus segera dikonsultasikan ke bedah saraf untuk tindakan operasi.
Penatalaksanaan cedera kepala berat sebaiknya perawatan dilakukan di unit rawat intensif.
Walaupun sedikit sekali yang dapat dilakukan untuk kerusakan primer akibat cedera kepala,
tetapi sebaiknya dapat mengurangi kerusakan otaksekunder akibat hipoksia, hipertensi, atau
3) Pemasangan alat monitor tekanan intraktranial pada pasien dengan skor GCS < 8, bila
memungkinkan.
4) Penatalaksanaan cairan : hanya larutan isotonis (salin normal dan ringer laktat)
5) Nutrisi
6) Temperatur badan
9) Antibiotik
10) Pemeriksaan
pemeriksaan sinar X tulang kepala, bila bertujuan hanya untuk kepentingan medikolegal.
adalah :
Semua penderita cedera kepala ringan diperiksa CT-Scan, terutama bila dijumpai
adanya kehilangan kesadaran yang cukup bermakna, amnesia atau sakit kepala hebat.
2) Ct-Scan abnormal
7) Fraktur tengkorak
8) Rhinorea – otorea
11) Amnesia.
a) Mengantuk berat atau sulit dibangunkan (penderita harus dibagunkan setiap 2 jam selama
periode tidur)
c) Kejang
h) Salah satu pupil mata (bagian mata gelap) lebih besar dari yang lain, gerakan-gerakan aneh
i) Denyut nadi yang sangat lambat atau sangat cepat, atau pola nafas yang tidak biasa.
Pasien cedera kepala sedang biasanya tampak kebingungan/ mengantuk, namun masih
mampu mengikuti perintah-perintah sederhana. Pemeriksaan awal sama dengan untuk cedera
kepala ringan ditambah pemeriksaan sederhana, pemeriksaan CT-Scan Kepala, dirawat untuk
CT-Scan ulang bila kondisi penderita memburuk, bila penderita tidak mampu melakukan
sesuai protokol cedera kepala berat. Bial kondisi membaik 90 % , penderita dipulangkan dan
kontrol ke poliklinik.
penatalaksaannya adalah :
ABCDE
a) Airway
b) Breathing
Diberikan ventilasi oksigen 100% sampai diperoleh hasil pemeriksaan analisis gas darah
c) Circulation
Hipotensi biasanya disebabkan oleh cedera otak itu sendiri kecuali pada stadium terminal
dimana medulla oblongata sudah mengalami gangguan. Respon buka mata, respon motorik,
Pemberian obat-obatan kalau perlu cairan infus sebagai pengganti cairan tubuh yang hilang
Tutorial 1
Ny. Depi umur 51 tahun dirawat di ICU RS. Cinta Bunda karena mengalami Cedera Kepala
Berat (CKB), pasien tidak sadar bedrest total sehingga semua aktivitas di Bantu oleh perawat
yang bertugas. Tempat tidur tampak tidak rapi dan kotor.
A. PENGKAJIAN
Hari / tanggal : Senin, 17 Desember 2007
Jam : 07.30 WIB
Tempat :
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
Nama : Ny. Depi
Umur : 51 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Status Kesehatan : Sudah menikah
Alamat : Jl. Flora . No 4 Rt II/ Rw I, Yogyakarta
No. CM : 0050467432
Tanggal masuk : 15 Desemberr 2007
Sumber informasi : Klien, suami klien, dan rekam medik
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Tidak sadarkan diri
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Hipotensi dikarenakan pendarahan pada kepala
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Bukan merupakan penyakit menurun
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Lingkungan yang kondusif dan tenang dapat mempengaruhi kecepatan proses sembuh
f. Genogram
Keterangan :
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Alat Bantu
2 : Dibantu orang lain
3 :Dibantu orang lain dan alat
4 : ketergantungan / ketidakmampuan
c. Pola Istirahat – Tidur
Tidak terjadi gangguan pola tidur karena tidak sadarkan diri
d. Pola nutrisi metabolik
Nafsu makan menurun, terjadi mual dan muntah
e. Pola kognitif perceptual
Status tidak sadar tidak dapat berbicara ngawur
f. Pola konsep diri
Harga diri : tidak mengalaami gangguan
Ideal diri : tidak sadar diri
Identitas diri : Timbul perasaan tidak berdaya
Gambaran diri : Perasaan putus asa
Peran diri : Ketidakmampuan dalam melaksanakan tugas dan peran
g. Pola eliminasi
Inkontenensia kandung kemih, menggunakan kateter.
h. Pola koping
Penurunan tingkat kesadaran
i. Pola seksual tidak melakukan hubungan
j. Pola peran dan hubungan
Hubungan dengan social mengalami gangguan dikarenakan cedera berat.
k. Pola nilai dan kepercayaan
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda – tanda vital
Suhu : hipertermi
Nadi : takikardi (lebih dari batasan normal)
Tekanan Darah : hipotensi
Respirasi : hipoksia
b. Keadaan umum
Kesan umum : tidak sadar
Wajah : memar diwajah
Kesadaran : tidak sadar
Bentuk badan : -
Cara bergerak dan berbaring : memerlukan bantuan orang lain
GCS :
Respon motorik : 1
Respon verbal : 3
Respon mata : 2
6
c. Pemeriksaan head to toe
1. Kepala
Kepala :luka pada kulit kepala, terjadi pendarahan
Rambut : rambut pendek, hitam, tidak mudah rontok, lebat,
dan distribusi rambut menyebar, tampak kotor
Wajah : bentuk oval, terdapat memar
Mata : bentuk sperik (bulat), tidak menggunakan
kaca mata.
- konjungtiva : berwarna pucat
- Pupil : isokor
- Skelera : putih, tidak ikterik
- kornea : bening
- iris : cokelat
- kelopak mata : cekung
Hidung : bentuk simetris, keluar darah dari hidung dan
penyumbatan, fungsi pembauan baik
Telinga : bentuk simetris, tidak ada cairan yang
keluar, tidak ada pendarahan, lubang telinga kotor, fungsi pendengaran
baik, memar
Mulut : bibir tampak kering, tidak terdapat stomatitis, dan
gusi kotor, mulut bau, gigi lengkap
Leher
Warna sama seperti kulit sekitarnya, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, terdapat
lesi
2. Dada
Inspeksi: bentuk simetris, pergerakan dada kanan dan kiri simetris
Palpasi : ictus cordis +
Perkusi : -
Auskultasi : vesicular
4. Abdomen
Inspeksi:tidak adanya bekas operasi
Auskultasi : ileus paralitik
Perkusi : adanya suara tympani
Palpasi : nyeri epigastrium
5. Genetalia
Tidak terdapat lesi, dan tidak ada pendarahan
6. Kulit
Warna kulit sawo matang, terdapat lesi,odema,perubahan warna kulit (pucat)
7. Ekstremitas
Memerlukan infus, pada pergerakan tangan dan kaki mengalami luka dan nye untuk
digerakkan sehingga mengalami penurunan kemampuan untuk bergerak
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. DATA FOKUS
Data objektif
Bibir tampak kering
Memerlukan infus
Perawatan diri memerlukan bantuan orang lain
Nyeri pada kepala
Nafsu makan menurun
Mual
Muntah
Nadi : takikardi
Suhu : Hipertermi
Penurunan kemampuan bergerak
Lemah
Odema
Warna kulit pucat
Penurunan tingkat kesadaran
2. ANALISA DATA
Do : - lemah
3. - Perawatan diri memerlukan bantuan intoleransi aktivitas Kelemahan
orang lain
perubahan perfusi
Do :- odema jaringan tidak
5. - warna kulit pucat efektif (serebral) Penurunan suplai
darah kapiler
Kekurangan
Do : - muntah volume cairan
6. - mual Kehilangan
- memerlukan infus volume cairan
- bibir tampak kering aktif
hipertermi
Do : - suhu : hipertermi
7. - memerlukan infus cedera
perubahan proses
Do : - Penurunan tingkat kesadaran berfikir
8. perubahan
koping
PRIORITAS MASALAH
1. Kekurangan volume cairan b. d Kehilangan volume cairan aktif
2. Kerusakan mobilitas fisik b.d penurunan kemampuan gerak
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d Ketidakmampuan memasukkan
makanan
4. hipertermi b.d cedera
5. perubahan perfusi jaringan tidak efektif (serebral) b.d Penurunan suplai darah kapiler
6. Perubahan proses berfikir b.d perubahan koping
7. Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan
8. Kurang perawatan diri b.d kelemahan
INTERVENSI
-anjurkan untuk -
berpatisipasi dalam memprtahankan
progam kegiatan mobilisasi dan
fungsi sendi
pada
ekstremitas
Setelah dilakukan tindakan 2 x 24
3. jam diharapkan dengak KH -Berikan diet TKTP
ketidak seimbangan nutrisi dapat - Dengan TKTP
terpenuhi kebutuhan
nutrisi akan
terpenuhi
-Ajarkan makan sedikit
tapi sering -Makan sedikit
dan sering dapat
mengurangi mal
Setelah dilakukan tindakan 2 x 24 absorbsi
4. jam diharapkan dengak KH - pantau suhu tubuh
Suhu tubuh kembali normal -mengetahui
perubahan suhu