Anda di halaman 1dari 6

e-ISSN 2442-9449 Vol.5. No.

2 (2017) 9-14
p-ISSN 2337-4721

UPAYA GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DALAM


MENINGKATKAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA

Dyah Perwita
Pendidikan Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman
perwitadyah@yahoo.com

Abstract

Teachers play an important role in conducting entrepreneurship development to students.


Teachers as facilitators and motivators play an important role in fostering student
entrepreneurship interest. Entrepreneurship coaching has the purpose of improving students'
intentions for entrepreneurship. The more students graduated from Vocational High School
with entrepreneurship, the more job opportunities created. Unemployment problems that
occur in Indonesia can also be reduced so as to improve people's lives. The emergence of
new entrepreneurs is expected to increase economic growth in Indonesia. Entrepreneurship
coaching also aims to balance theory and practice in learning. So the theory obtained at
school can be immediately put into practice. In the context of broader benefits,
entrepreneurship development is expected to increase economic growth and further reduce
the educated unemployment rate of graduates of Vocational High School.
Keywords: Vocational High School, Entrepreneurial Intention and Entrepreneurship

PENDAHULUAN 7,03 persen serta diploma I/II/III sebesar


Pengangguran menjadi masalah 6,35 persen.
serius di berbagai negara di dunia, Lulusan SMK diharapkan mandiri
termasuk di Indonesia. Berbagai kebijakan dan siap kerja. Namun, realita yang terjadi
tentang penciptaan lapangan pekerjaan justru lulusan SMK yang menyumbangkan
sudah dirancang dan digalakkan oleh jumlah pengangguran terbuka tertinggi di
pemerintah untuk mengatasi Indonesia. Slogan “SMK Bisa! Siap kerja,
pengangguran, namun tingkat Cerdas dan Kompetitif” hanya membara
pengangguran di Indonesia masih tinggi. saat generasi muda menempuh pendidikan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik di jenjang sekolah. SMK yang sejatinya
(BPS), tingkat pengangguran terbuka di mempersiapkan generasi sekolah
Indonesia per Februari 2017 mencapai menengah untuk siap terjun ke dunia kerja
7,01 juta orang. Tingkat pengangguran nampaknya menjadi ironi semata.
terbuka untuk kelompok pendidikan Lulusan SMK masih banyak yang
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) belum berwirausaha, mayoritas masih
paling tinggi di antara lulusan pendidikan berorientasi mencari pekerjaan atau
yang lain yaitu 9,27 persen, diikuti menjadi karyawan, padahal jumlah
Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar lapangan pekerjaan yang tersedia lebih
kecil daripada jumlah angkatan kerja. Hal

JURNAL PROMOSI |9
Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro
e-ISSN 2442-9449 Vol.5. No.2 (2017) 9-14
p-ISSN 2337-4721

tersebut menyebabkan banyaknya terhadap fungsi-fungsi intelek (Sarwono,


pengangguran yang disumbangkan oleh 2011: 30). Menurut Mappiare (1982: 88)
lulusan SMK. Siswa SMK dibekali dengan “... jenis pekerjaan/jabatan yang dipilih
berbagai macam keterampilan yang sesuai oleh seorang remaja akhir dipengaruhi
dengan jurusan yang diambil. Namun oleh minat ...”. Minat berwirausaha yang
demikian, masih diperlukan pembinaan muncul diharapkan akan membentuk
kewirausahaan agar tidak hanya kecenderungan membuka usaha-usaha
berorientasi untuk mencari pekerjaan, baru secara mandiri di masa mendatang.
tetapi untuk menciptakan lapangan
pekerjaan baru melalui wirausaha. PEMBAHASAN
Guru memegang peranan penting 1. Pendidikan Kewirausahaan
dalam melakukan pembinaan “Kewirausahaan adalah suatu cara
kewirausahaan kepada siswa. Guru sebagai berpikir, menelaah, dan bertindak yang
fasilitator dan motivator berperan penting didasarkan pada peluang bisnis,
dalam menumbuhkan minat berwirausaha pendekatan holistik, dan kepemimpinan
siswa. Intensi siswa untuk berwirausaha yang seimbang” (Timmons & Spinelli,
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah 2004: 31). Proses kewirausahaan menuntut
satunya adalah melalui pembinaan kemauan untuk mengambil resiko dengan
kewirausahaan. Alistair R. Anderson and penuh perhitungan sehingga dapat
Sarah L. Jack (2008: 17) mengatakan mengatasi rintangan untuk mencapai
bahwa “… need to recognise and realise kesuksesan yang diharapkan. Pada
the need for both a theoretical and umumnya, wirausahawan menggunakan
practical input in teaching kecerdikannya untuk memanfaatkan
entrepreneurship”. Pernyataan ini sumberdaya yang terbatas.
mengisyaratkan bahwa dalam pendidikan Kewirausahaan dapat diajarkan
kewirausahaan tidak cukup dengan melalui pendidikan dan pelatihan.
pembelajaran teori saja, melainkan harus “...entrepreneurship has models,
disertai dengan praktik. Harus ada processes, and case studies that allow the
keseimbangan antara teori yang diberikan topic to be studied and the knowledge to
dengan praktiknya, sehingga siswa tidak be acquired” (Kuratko & Hodgetts, 2007:
mudah bosan dengan pembelajaran yang 34). Realita di lapangan, sistem
hanya berlangsung di dalam kelas. Selain pembelajaran saat ini belum sepenuhnya
itu, siswa juga bisa merasakan secara secara efektif membangun peserta didik
langsung bagaimana merintis atau menjadi memiliki akhlak mulia dan karakter bangsa
seorang wirausaha. termasuk karakter wirausaha. Proses
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pembelajaran di SMK belum sepenuhnya
mempunyai peluang yang cukup besar mampu membangun potensi kepribadian
untuk ikut serta dalam membangun sistem wirausaha.
perekonomian dengan memanfaatkan Kewirausahaan sudah merambah ke
tahap perkembangan remaja, mendidik dalam dunia pendidikan, diintegrasikan
siswa agar berminat menjadi wirausaha. dengan kurikulum di sekolah maupun di
Tahap perkembangan remaja akhir ditandai perguruan tinggi. Menurut Agus Wibowo
dengan adanya minat yang makin mantap (2011: 30) “pendidikan kewirausahaan
10 | JURNAL PROMOSI
Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro
e-ISSN 2442-9449 Vol.5. No.2 (2017) 9-14
p-ISSN 2337-4721

merupakan upaya menginternalisasikan sekolah, guru, tenaga kependidikan


jiwa dan mental kewirausahaan baik (konselor), peserta didik secara bersama-
melalui institusi pendidikan maupun sama sebagai suatu komunitas pendidikan.
institusi lain seperti lembaga pelatihan, Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke
training dan sebagainya”. Lo Choi Tung dalam kurikulum dengan cara
(2011: 36) mengatakan bahwa pendidikan mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di
kewirausahaan adalah “the process of sekolah yang dapat merealisasikan
transmitting entrepreneurial knowledge pendidikan kewirausahaan dan
and skills to students to help them exploit a direalisasikan peserta didik dalam
business opportunity” (proses transmisi kehidupan sehari-hari.
pengetahuan dan keterampilan Guru sebagai pendidik profesional
kewirausahaan kepada siswa untuk diharapkan mampu menghasilkan output
membantu mereka dalam memanfaatkan pendidikan yang berkualitas baik dilihat
peluang bisnis). dari kualitas akademik maupun non
Pendidikan kewirausahaan akademik. Kualitas akademik yang
merupakan salah satu program pemerintah dimaksud adalah kualitas peserta didik
yang bertujuan untuk membangun dan yang terkait dengan bidang ilmu,
mengembangkan manusia yang berjiwa sedangkan kualitas non akademik
kreatif, inovatif, sportif dan memiliki jiwa berkaitan dengan kemandirian untuk
wirausaha. Program pendidikan mampu bekerja di kantor dan membuka
kewirausahaan ini dikaitkan dan usaha/lapangan kerja sendiri. Dengan kata
diintegrasikan dengan program-program lain lulusan pendidikan diharapkan
lain, seperti pendidikan karakter, memiliki karakter dan perilaku wirausaha
pendidikan ekonomi kreatif dan yang tinggi (Kemendiknas, 2010:3).
pendidikan kewirausahaan ke dalam Saroni (2012:168) mengatakan
kurikulum sekolah. Gurbuz dan Aykol bahwa “Pendidikan kewirausahaan
(2008) menegaskan bahwa pendidikan, merupakan salah satu program antisipasi
pengalaman dan pembekalan sekaligus pengentasan anak didik dari
kewirausahaan sejak usia dini dapat ketergantungan lapangan pekerjaan dari
meningkatkan potensi seseorang untuk orang lain”. Sehingga perlu menumbuhkan
menjadi wirausahawan, disamping niat siswa dalam mencoba berwirausaha
dukungan pihak akademik, sosial dan melalui pendidikan kewirausahaan yang
lingkungan usaha. Pendidikan dapat diperoleh di sekolah.
kewirausahaan bertujuan untuk Gambaran ideal seorang
membentuk manusia secara utuh (holistik), wirausahawan menurut Alma (2010: 21)
sebagai insan yang memiliki karakter, adalah orang yang dalam keadaan
pemahaman dan ketrampilan sebagai bagaimanapun daruratnya, tetap mampu
wirausaha. Pada dasarnya, pendidikan berdiri atas kemampuan sendiri untuk
kewirausahaan dapat diimplementasikan menolong dirinya keluar dari kesulitan
secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan yang dihadapi, termasuk mengatasi
pendidikan di sekolah. kemiskinan tanpa bantuan siapapun.
Pelaksanaan pendidikan Bahkan dalam keadaan yang biasa (tidak
kewirausahaan dilakukan oleh kepala darurat), mampu menjadikan dirinya maju,
JURNAL PROMOSI | 11
Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro
e-ISSN 2442-9449 Vol.5. No.2 (2017) 9-14
p-ISSN 2337-4721

kaya, berhasil lahir dan bathin. Oleh perasaan senang karena membawa
karena itu, hendaknya siswa SMK manfaat bagi dirinya (Agustina dan
memiliki potensi kepribadian wirausaha Sularto, 2011:64). Minat menjadi
agar kelak mampu mandiri, menolong wirausaha di definisikan sebagai keinginan
dirinya sendiri dalam menghadapi seseorang untuk bekerja mandiri (self-
kesulitan hidup, bahkan mampu membuka employed) atau menjalankan usahanya
peluang kerja bagi dirinya dan orang lain. sendiri (Li dalam Budiati et al., 2012:91).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
2. Minat Berwirausaha minat berwirausaha dapat terus
Menurut Brown dan Brooks dikembangkan sehingga minat dapat
(1990: 3) bahwa proses memilih karir diwujudkan mejadi usaha mandiri. Minat
diawali dengan minat terhadap karir diartikan sebagai suatu kondisi yang
tersebut dan hal ini dapat diketahui terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri
melalui pendekatan ilmiah. atau arti sementara situasi yang
Minat tidak dibawa sejak lahir dihubungkan dengan keinginan-keinginan
tetapi minat tumbuh dan berkembang atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri
sesuai dengan faktor yang (Sardiman, 1995). Dengan demikian minat
mempengaruhinya. Mahesa dan Rahardja dapat ditumbuhkan dengan
(2012) menguraikan bahwa minat menghubungkan seseorang dengan
berwirausaha adalah kecenderungan hati kebutuhannya sehingga timbul keinginan
dalam diri subjek untuk tertarik untuk memenuhinya.
menciptakan suatu usaha yang kemudian
mengorganisir, mengatur, menanggung KESIMPULAN DAN SARAN
resiko dan mengembangkan usaha yang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
diciptakannya sendiri. mempunyai peluang yang cukup besar
Minat wirausaha (entrepreneurial untuk ikut serta dalam membangun sistem
intention) dapat diartikan sebagai langkah perekonomian dengan memanfaatkan
awal dari suatu proses pendirian sebuah tahap perkembangan remaja, mendidik
usaha yang umumnya bersifat jangka siswa agar berminat menjadi wirausaha.
panjang (Lee and Wong, 2004). Minat Guru memegang peranan penting dalam
wirausaha berasal dari dalam diri melakukan pembinaan kewirausahaan
seseorang untuk menciptakan sebuah kepada siswa. Guru sebagai fasilitator dan
bidang usaha. motivator berperan penting dalam
Katz dan Gatner menjelaskan menumbuhkan minat berwirausaha siswa.
bahwa intensi kewirausahaan atau minat Sebagai fasilitator, guru dapat
menjadi wirausaha dapat diartikan sebagai memfasilitasi siswa dengan memberikan
proses pencarian informasi yang dapat pelatihan kewirausahaan. Pelatihan
di gunakan untuk mencapai tujuan kewirausahaan dapat diwujudkan dengan
pembentukan suatu usaha (Budiati et al., praktik membuat atau merintis suatu usaha
2012:90). Sedangkan menurut Santoso, di bidang tertentu sesuai dengan jurusan
minat wirausaha adalah gejala psikis yang diambil siswa SMK tersebut.
untuk memusatkan perhatian dan berbuat Misalnya, siswa SMK jurusan teknik
sesuatu terhadap wirausaha itu dengan otomotif dapat berwirausaha dengan
12 | JURNAL PROMOSI
Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro
e-ISSN 2442-9449 Vol.5. No.2 (2017) 9-14
p-ISSN 2337-4721

membuka bengkel. Siswa jurusan Tata Alma, Buchari. (2010). Kewirausahaan


Boga dapat berwirausaha dengan (edisi revisi). Bandung: CV
membuka usaha kuliner seperti rumah Alfabeta.
makan dan katering. Sebagai motivator,
guru dapat memberikan motivasi kepada Anderson, Alistair R. & Jack, Sarah L.
siswa bahwa sebagai generasi muda siswa 2008. Role Typologies for
SMK diharapkan tidak hanya siap kerja, Enterprising Education: The
Professional Artisan? Journal of
cerdas dan kopetitif, namun juga
Small Business and Enterprise
diharapkan mampu menciptakan lapangan Development, 2008 15 (2) 259-
pekerjaan baru dengan menjadi 273
wirausahawan. Pembinaan kewirausahaan
mempunyai tujuan meningkatkan intensi Badan Pusat Statistik (BPS). 2017.
siswa untuk berwirausaha. Semakin Keadaan Ketenagakerjaan
banyak siswa lulusan Sekolah Menegah Februari 2017. http://bps.go.id.
Kejuruan yang berwirausaha, maka
lapangan pekerjaan yang tercipta juga Brown, Duane & Brooks, Linda. (1990).
semakin besar. Masalah pengangguran Career Counseling Techniques.
yang terjadi di Indonesia juga dapat Boston: Allyn And Bacon.
berkurang sehingga dapat meningkatkan
taraf hidup masyarakat. Munculnya Budiati, Yuli et al. (2012). Minat
wirausaha-wirausaha baru diharapkan Mahasiswa Menjadi Wirausaha
dapat meningkatkan pertumbuhan (Studi Pada Mahasiswa Fakultas
ekonomi Indonesia. Pembinaan Ekonomi Universitas Semarang).
Jurnal Dinamika Sosbud. 14(1),
kewirausahaan juga bertujuan untuk
89-100.
menyeimbangkan teori dan praktik dalam
pembelajaran. Sehingga teori yang
diperoleh di sekolah dapat langsung Gurbuz, G & Aykol, S. 2008.
Entrepreneurial Intentions of
dipraktikkan. Dalam konteks manfaat yang
Young Educated Public in
lebih luas, pembinaan kewirausahaan Turkey. Journal of Global
diharapkan dapat meningkatkan Strategic Management, 4(1): 47-
pertumbuhan ekonomi dan selanjutnya 56
menurunkan tingkat pengangguran terdidik
dari lulusan Sekolah Menegah Kejuruan. Kementerian Pendidikan Nasional. (2010).
Pengembangan Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA Budaya dan Karakter Bangsa.
Agustina, Cynthia & Sularto, Lana. Bahan Pelatihan Penguatan
(2011). Intensi Kewirausahaan Metodologi Pembelajaran
Mahasiswa (Studi Perbandingan Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya
Antara Fakultas Ekonomi dan untuk Membentuk Daya Saing
Fakultas Ilmu Komputer). dan Karakter Bangsa. Jakarta:
Proceeding PESAT (Psikologi , Badan Penelitian dan
Ekonomi , Sastra, Arsitektur & Pengembangan Pusat Kurikulum.
Sipil). 4, 63-69

JURNAL PROMOSI | 13
Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro
e-ISSN 2442-9449 Vol.5. No.2 (2017) 9-14
p-ISSN 2337-4721

Kuratko, D.F. & Hodgetts, R.M. (2007). Membuka kesadaran atas


Entrepreneurship: Theory, pentingnya kewirausahaan bagi
Process, Practice (7thed). anak didik. Jakarta: Ar-ruzz
Canada: Interactive Composition Media.
Corporation.
Sarwono, Sarlito W. (2011). Psikologi
Lee, S. H. & Wong, P. K. 2004. An Remaja (edisi revisi). Jakarta:
Exploratory Study of Rajawali Pers
Technopreneurial Intentions; A
Career Anchor Perspective.
Timmons, Jeffry A. & Spinelli, S., Jr.
Journal of Business Venturing,
(2008). New Venture Creation.
19(1): 7-28
Kewirausahaan untuk Abad 21.
Yogyakarta: Andi. (Buku asli
Mahesa, A & Rahardja, E. 2012.” New Venture Creation:
Analisis Faktor-faktor Motivasi Entrepreneurship for the 21st
yang Mempengaruhi Minat Century 6th ed.)
Berwirausaha”. Diponegoro
Journal of management, 1, 1,
Tung, Lo Choi. 2011. The Impact of
130-137.
Entrepreneurship Education on
Entrepreneurial Intention of
Mappiare, Andi. (1982). Psikologi Engineering Students. City
Remaja. Surabaya: Usaha University of Hongkong: Run
Nasional. Run Shaw Library.

Sardiman. 1995. Interaksi dan Motivasi Wibowo, Agus. 2011. Pendidikan


Belajar Mengajar. Jakarta: PT Kewirausahaan (Konsep dan
Raja Grafindo Persada. Strategi). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Saroni, Mohammad. 2012. Mendidik dan
Melatih Entrepreneur Muda.

14 | JURNAL PROMOSI
Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro

Anda mungkin juga menyukai