Segala puji bagi Allah SWT Sang Pencipta Alam yang telah memberikan
nikmat-Nya kepada kita. Dengan rida dan izin-Nya sehingga dapat menyelesaikan
Makalah tentang AKHLAQ MAHMUDAH. Tujuannya adalah sebagai
pembelajaran dan kelengkapan tugas pada mata kuliah Akidah dan Akhlak.
Sholawat serta salam semoga tercurah kepada Nabiyullah Muhammad SAW.
Semoga kelak kita mendapatkan syafaat beliau di akhirat nanti.
Dengan demikian kami harapkan makalah ini sangat bermanfaat bagi semua
orang yang membaca makalah ini, dan juga penulis mengharapkan saran yang dapat
membangun untuk lebih sempurna makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui yang mana yang disebut akhlak mahmudah
2. Untuk dapat mengetahui lebih jauh lagi objek kajian akhlak mahmudah
BAB II
ISI
Bentuk-bentuk Shiddiq
2. Ash-Shabru (Sabar)
Kata sabar berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata sobaro yasbiru,
yang artinya menahan. Sedangkan secara istilah, sabar adalah menahan diri
dari segala macam bentuk kesulitan, kesedihan atau menahan diri dalam
menghadapi segala sesuatu yang tidak disukai dan dibenci. Adapun sabar
secara lebih luas adalah menahanan diri agar tidak mudah marah, berkeluh
kesah, benci, dendam, tidak mudah putus asa, melatih diri dalam
ketaatan dan membentengi diri agar tidak melakukan perbuatan keji dan
maksiat.
Dalam Islam, ada tiga bentuk sabar yakni sabar dalam ketaatan, sabar
dalam menghadapi musibah, dan sabar dalam menjauhi perbuatan maksiat.
Berikut ini ada beberapa ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan sabar,
diantaranya yaitu:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang
sabar“. (QS. Al-Baqarah: 153)
3. Al-Haya’u (Malu)
Malu adalah menahan diri dari perbuatan jelek, kotor, tercela, dan
hina. Sifat malu itu terkadang merupakan sifat bawaan dan juga bisa
merupakan hasil latihan. Namun demikian, untuk menumbuhkan rasa malu
perlu usaha, niat, ilmu serta pembiasaan. Rasa malu merupakan bagian dari
iman karena dapat mendorong seseorang untuk melakukan kebaikan dan
mencegahnya dari kemaksiatan. Mari kita perhatikan hadits berikut ini,
Dari Abu Hurairah dari Nabi saw., beliau bersabda: “Iman adalah
pokoknya, cabangnya ada tujuh puluh lebih, dan malu termasuk cabangnya
iman.” (HR. Muslim)
Hadits di atas menegaskan bahwa malu merupakan salah satu cabang
iman. Seseorang malu untuk mencuri bila ia beriman, malu berdusta bila ia
beriman. Seorang wanita malu membuka atau menunjukkan auratnya jika ia
beriman. Jika sifat malu berkurang dan mulai luntur maka pertahanan diri
dalam menghadapi godaan nafsu mulai menipis.
Malu merupakan salah satu benteng pertahanan seseorang dalam
menghindari perbuatan maksiat. Malu juga merupakan faktor pendorong
bagi seseorang untuk melakukan kebaikan. Selama rasa malu masih
terpelihara dengan baik, maka seseorang akan hidup dalam kebaikan. Ia
akan memiliki kekuatan dalam berbuat kebaikan dan menolak kemaksiatan.
Seorang pejabat yang memiliki rasa malu akan melaksanakan tugasnya
dengan penuh tanggung jawab dan bebas dari korupsi. Seorang pelajar akan
percaya diri dalam mengerjakan soal ulangan tanpa menyontek karena
didasari rasa malu. Seorang pedagang akan malu berbuat curang karena
merasa dilihat Allah Swt.
Seorang polisi akan malu menerima suap dari pelanggar rambu lalu
lintas. Aparat penegak hukum seperti hakim dan jaksa akan malu menerima
suap dari tersangka karena ia takut azab dari Allah Swt. Seorang pria dan
wanita akan berpakaian menutup aurat karena menjaga harga diri dan
kehormatannya. Mereka semua terhindar dari perbuatan dosa dan maksiat
karena adanya rasa malu dalam diri mereka.
Sebaliknya, apabila seseorang tidak lagi memiliki rasa malu maka ia
akan hidup dalam keburukan. Begitu hilang rasa malunya maka hilang pula
kepribadiannya sebagai seorang muslim. Ia akan terbiasa berbuat dosa, baik
sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Jika seorang pria maupun
wanita tidak punya rasa malu, ia akan mengumbar auratnya.
Seorang pejabat yang tidak punya rasa malu akan menggunakan
kekuasaanya untuk menindas rakyat guna memperkaya diri. Seorang
pedagang yang tidak punya rasa malu, ia akan membohongi pembelinya,
barang jelek dikatakan bagus, barang murah dikatakan mahal. Jika seorang
pelajar tidak punya sifat malu, ia dengan mudahnya berkata kotor,
menyontek, memperolok-olok teman sendiri. Sungguh, dengan tidak adanya
rasa malu ini maka bencana moral dan kerusakan akhlak akan merajalela.
Rasa malu haruslah dilandasi karena Allah Swt. bukan karena selain-
Nya. Pada saat kita malu berbuat sesuatu tanyalah kepada hati kita: “Apakah
malu ini karena Allah Swt. atau bukan?” Jika bukan karena Allah Swt. bisa
jadi hal itu adalah sifat malas, minder, atau rendah diri. Sifat malas, minder
atau rendah diri merupakan perilaku tercela yang harus dihindari.
Tahukah kita dari mana sebenarnya sumber rasa malu? Malu berasal
dari keimanan dan pengakuan akan keagungan Allah Swt. Rasa malu akan
muncul jika kita beriman dan menghayati betul bahwa Allah Swt. itu Maha
Kuasa atas segala sesuatu. Allah Swt. Maha Melihat, Maha Mengetahui dan
Maha Mendengar. Tidak ada yang bisa kita sembunyikan dari Allah Swt.
Semua aktivitas badan, pikiran dan hati kita semua diketahui oleh Allah Swt.
Manfaat Sikap Malu.
Ada beberapa manfaat dari sifat malu, di antaranya:
Mencegah dari perbuatan tercela. Seorang yang memiliki sifat
malu akan berusaha sekuat tenaga menghindari perbuatan
tercela, sebab ia takut kepada Allah Swt.
Mendorong berbuat kebaikan. Rasa malu kepada Allah Swt.
akan mendorong seseorang berbuat kebaikan. Sebab ia tahu
bahwa setiap perbuatan manusia akan dibalas oleh Allah Swt.
di akhirat kelak.
Mengantarkan seseorang menuju jalan yang diridai Allah Swt.
Orang-orang yang memiliki rasa malu akan senantiasa
melaksanakan perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya.
Tawadhu merupakan salah satu bagian dari akhlak mulia jadi sudah
selayaknya kita sebagai umat muslim bersikap tawadhu, karena tawadhu
merupakan salah satu akhlak terpuji yang wajib dimiliki oleh setiap umat
islam. Perhatikan sabda Nabi SAW berikut ini :
Firman Allah SWT lainnya: ”Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk
orang-orang yang tidak menginginkan kesombongan di muka bumi dan
kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-
orang yang bertakwa (QS al-Qashshash-83.)
5. Syaja’ah (Berani)
Keempat pendidikan ini dikehendaki oleh Islam, malah lebih lagi Islam
mengajarkan pelajaran Tauhid.
Untuk mengalirkan darah perwira, sebagai dikehendaki syarat yang
kedua itu, maka didalam Alqur’an telah disuntingkan Tarikh Perjuangan Nabi-
nabi dan segala kesusahannya, peperangannya, kemenangannya, dan
keteguhan hatinya.
Nabi Muhammad SAW sendiri mengajarkan senam kepada pemuda-
pemuda dizaman hidupnya. Sehingga tentara Nabi Muhammad SAW adalah
satu tentara yang berbaris dimedan perang, tak boleh dan tak mmau mundur
selangkah, mundur termasuk kepada tujuh dosa besar.
Nabi SAW bersabda : Diwaktu siang mencari rizki dan penghidupan,
diwaktu perang berbaris bersaf menuju “Syahid”.
Adapun kita mempraktikkan keberanian yang kiat miliki yaitu yang
satu dalam menegakkan kebanaran dimuka bumi, kemudian selain itu menjadi
Jundi-jundi Allah yang siap mati syahid dimedan perang dalam membela
Agamanya Allah.
Dan jika kita sudah menjadi seorang yang pemberani Insya Allah apa
yang kita inginkan akan tercapai. Islam jaya sampai sekarang atau kita tahu
islam itu semua berkat keberanian Rasulullah Nabi muhammad didalam
berda’wah .Seandainya beliau bukan orang yang pemberani mungkin kita
tidak akan tahu atau tidak akan pernah mengecap manisnya memeluk agama
islam.Jadi dalam ke hidupan ini sikap berani sangat dibutuhkan sekali sebagai
penggerak kita untuk meraih yang kita inginkan tentunya disini hal-hal yang
baik saja.Dan selain itu juga indonesia bisa merdeka adalah karena keberanian
pahlawan-pahlawannya dan tak lupa juga karena berkat pertolongan Allah
swt.dan satu-satunya orang yang pantas jadi tauladan kita adalah Nabi
Muhammad SAW.
Ø Al Qur’an
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Al
Baqarah : 155 )
Ø Hadits
Dari Abu Hurairah R.A berkata, Nabi SAW bersabda: bukannya
kekayaan itu karena banyaknya harta dan benda, tetapi kekayaan yang
sebenarnya ialah kekayaan hati. (Muttafaqun Alaih)
Dari Abdillah bin Amr sesungguhnya Rasulullah saw bersabda;
sungguh beruntung orang yang masuk islam dan rizkinya cukup dan
merasa cukup dengan apa-apa yang pemberian Allah. (HR Muslim)
Sikap Qona’ah
Hikmah Qona’ah
3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari makalah ini bahwa:
1. Akhlak mahmudah adalah etika perilaku manusia yang mencerminkan sifat
yang terpuji terhadap manusia, Allah SWT maupun terhadap lingkungan
hidup.
2. Shiddiq ( ash-sidqu ) artinya benar atau jujur. Lawannya adalah
dusta/bohong ( al-kazib ).
3. Kata sabar berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata sobaro yasbiru, yang
artinya menahan. Sedangkan secara istilah, sabar adalah menahan diri dari
segala macam bentuk kesulitan, kesedihan atau menahan diri dalam
menghadapi segala sesuatu yang tidak disukai dan dibenci.
4. Malu adalah menahan diri dari perbuatan jelek, kotor, tercela, dan hina. Sifat
malu itu terkadang merupakan sifat bawaan dan juga bisa merupakan hasil
latihan.
5. Pengertian Tawadhu’ adalah rendah hati, tidak sombong. Pengertian yang
lebih dalam adalah kalau kita tidak melihat diri kita memiliki nilai lebih
dibandingkan hamba Allah yang lainnya. Orang yang tawadhu’ adalah
orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari
Allah SWT.
6. Keberanian yang didalam Bahasa Arab disebut Asy- Syaja’ah.
Keberanian itu dibagi menjadi dua :
Ø Keberanian Semangat..
Ø Keberaniah hati.
7. Qana’ah menurut bahasa adalah merasa cukup atau rela, sedangkan menurut
istilah ialah sikap rela menerima dan merasa cukup atas hasil yang
diusahakannya serta menjauhkan diri dari dari rasa tidak puas dan perasaan
kurang.
3.2 Saran
Sebagai seorang mahasiswa, alangkah lebih baik jika kita mempelajari
materi tentang akhlak dari berbagai sumber, baik dari buku maupun situs
internet. Agar nantinya kita mudah dalam memahami dan kita akan lebih mudah
dalam penulisan makalah kedepannya. Dalam penulisan makalah ini kami
menyadari banyka kekurangan dan kesalahan dalam penyampaian maupun
penulisan kalimat. Oleh karena itu,kami sebagai penulis makalah ini meminta
kritik dan saran sehingga kedepannya kami dapat menulis makalah ini dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA