Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM HEMORRAGIC FEVER (DHF)

1. Anatomi Fisiologi
1.1 Darah

Darah adalah jaringan cair dan terdiri dari dua bagian : bagian cair disebut
plasma dan bagian padat disebut sel darah. Warna merah pada darah
keadaannya tidak tetap bergantung pada banyaknya oksigen dan karbon
dioksida didalamnya. Darah yang banyak mengandung karbon dioksida
warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan
bernafas dan zat ini sangat berguna pada peristiwa
pembakaran/metabolisme didalam tubuh. Pada tubuh yang sehat atau
orang dewasa terdapat darah sebanyak kira-kira 1/3 dari berat badan atau
kira-kira 4 sanpai 5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang
tidak sama, bergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau
pembuluh darah. Fungsi darah :

a. Sebagai alat pengangkut.


b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun
dalam tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibody/zat-zat
antiracun.
c. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh.

Jika darah dilihat begitu saja maka ia merupakan zat cair yang warnanya
merah, tetapi apabila dilihat di bawah mikroskop maka nyatalah bahwa
dalam darah terdapat benda-benda kecil bundar yang disebut sel-sel darah,
sedangkan cairan berwarna kekuning-kuningan disebut plasma.

1
Jadi nyatalah bahwa darah terdiri dari dua bagian yaitu : sel-sel darah
(eritrosit atau sel darah merah, leukosit atau sel darah putih, trombosit atau
sel pembeku darah ) dan plasma darah (syaifuddin, 2006 ; 143).

Gambar 1

Gambar 1 sel-sel darah manusia (sumber :syaifuddin, 2006)

a. Eritrosit (Sel darah merah)

Berbentuk seperti cakram/bikonkaf dan tidak mempunyai inti. Ukuran


diameter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm), tidak dapat bergerak.
Banyaknya kira-kira 5 juta dalam 1 mm3 (4 1⁄2 juta). Warnanya
kuning kemerah-merahan, karena didalamnya mengandung suatu zat
yang disebut hemoglobin, warna ini akan bertambah merah jika
didalamnya banyak mengandung oksigen. Fungsinya mengikat oksigen
dari paru-paru untuk di edarkan keseluruh jaringan tubuh dan mengikat
karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-
paru.

2
Pengikat oksigen dan karbon dioksida ini dikerjakan oleh hemoglobin
yang telah bersenyawa dengan oksigen yang disebut oksihemoglobin
(Hb+Oksigen 4 Hb-Oksigen) jadi oksigen diangkat dari seluruh tubuh
sebagai oksihemoglobin yang nantinya setelah tiba di jaringan, akan
dilepaskan : Hb-oksigen Hb+oksigen, dan seterusnya Hb tadi akan
mengikat dan bersenyawa dengan karbon dioksida dan disebut karbon
dioksida hemoglobin (Hb-karbon dioksida Hb-Karbon dioksida)
yang mana karbon dioksida tersebut akan dilepaskan di paru-paru.

Tempat pembuatannya : sel darah merah di dalam tubuh dibuat didalam


sumsum tulang merah. Limpadan hati, yang kemudian akan berada
didalam tubuh selama 14-15 hari, setelah itu akan mati. Hemoglobin
yang keluar dari eritrosit yang mati akan terurai menjadi 2 zat yaitu
kematian yang mengandung Fe yang berguna untuk pembuatan eritrosit
baru dan hemoglobin yaitu suatu zat yang terdapat di dalam eritrosit
yang berguna untuk mengikat oksigen dan karbon dioksida. Jumlah
normal pada orang dewasa kira-kira 11,5- 15 gram dalam 100cc darah.
Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13.0 mg%.

Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang,


demikian juga banyak hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila
kedua-duanya berkurang maka keadaan ini disebut anemia.

b. Leukosit (sel darah putih)


Bentuk dan sidat leukosit berlainan dengan eritrosit apabi;a kita lihat di
bawah mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat berubah-
ubah dan dapat bergerak dengan perantara kaki palsu (pseudopodia),
mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga ia dapat di bedakan
menurut inti selnya, warnanya bening (tidak berwarna), banyaknya
dalam 1 mm3 darah kira-kira 6000-9000.
Fungsiya : sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit
penyakit/bakteri yang masuk ke dalam jaringan RES ( sistem

3
retikuloendotel ), tempat pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar
limfe:sebagai pengangkut yaitu mengakut/membawa zat lemak dari
dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah. Sel leukosit di
samping berada di dalam pembuluh darah juga terdapat di seluruh
jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan oleh
masuknya kuman/infeksi maka jumlah leukosit yang ada di dalam darah
akan lebih banyak dari biasanya. Granulosit dan monosit mempunyai
peranan penting dalam pelindungan badanterhadap mikroorganisme.
Dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago- saya makan), mereka
memakan bakteri-bakteri hidup yang masuk ke peredaran darah.
Melalui mikroskop adakalanya dapat dijumpai sebanyak 10-20
mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit. Pada waktu
menjalankan fungsi ini mereka di sebut fagosit. Dengan kekuatan
gerakan amuboidnya ia dapat bergerak bebas di dalam dan dapat keluar
pembulu darah dan berjalan mengitari seluruh bagian tubuh.
Ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar
limfe, sekarang beredar dalam darah untuk mempertahankan tubuh dari
serangan penyakit tersbut. Jika jumlah leukosit dalam darah melebihi
10000/mm3 disebut leukositosis dan kurang dari 6000/mm3 disebut
leukopenia.
1) Macam-macam leukosit, meliputi :
a) Agranulosit, sel leukosit yang tidak mempunyai granula di
dalamnya,yang terdiri dari :
(1) Limfosit, macam leukosit yang di hasilkan dari jaringan
RES dan kelenjar limfe, bentuknya ada yang besar dan ada
yang kecil, di dalam sitoplasmanya tidak terdapat granula
dan intinya besar, banyaknya 20% - 25% dan fungsinya
membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam
jaringan tubuh.
(2) Monosit, terbanyak di buat di sumsum merah, lebih besar
dari limfosit, fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 34%.
4
Di protoplasmanya lebar, warna biru sedikit abu-abu
mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan. Inti selnya
bulat atau panjang, warnanya lembayung muda.
2) Granulosit disebut juga leukosit granula terdiri dari :
a) Neutrofil, mempunyai inti sel yang kadang-kadang seperti
terpisah-pisah, protoplasmanya banyak bintik-bintik ;us/granula,
banyaknya 60%-70%.
b) Eusinofil, ukuran dan bentuknya hampir sama dengan neutrofil
tetapi granula dalam sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-
kira 24%.
c) Basofil, sel ini kecil dari eusinofil tetapi mempunyai inti yang
bentuknya teratur, di dalam protoplasmanya terdapat granula-
granula besar. Banyaknya setengah bagian di sumsum merah,
fungsinya tidak diketahui.

c. Trombosit (sel pembeku)


Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan
ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat ada yang lonjong,
warnanya putih, normal pada orang dewasa 200.000-300.000/mm3.
Fungsinya memegang peranan penting dalam pembekuan darah. Jika
banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas
membeku sehingga timbul perdarahan yang terus-menerus. Trombosit
lebih dari 300.000 disebut trombosit. Trombosit yang kurang dari
200.000 di sebut trombositopenia. Di dalam plasma darah terdapat
suatu zat yang turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah,
yaitu Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh
mendapat luka. Kalau kita luka maka akan keluar darah bertemu dengan
protombin dengan pertolongan Ca2+ akan menjadi trombin. Trombin
akan bertemu pula dengan fibrin yang merupakan benang-benang :us,
bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya, yang akan menahan sel
darah, dengan demikian terjadilah pembekuan. Protombin dibuat di hati
5
dan untuk pembuatannya diperlukan vitamin K, dengan demikian
vitamin K penting untuk pembekuan darah. ( Syaifuddin, 2006: 143-
146)

2. Definisi
2.1. Demam dengue/ DF dan demam berdarah dengue/DBD (Dengue
Hemorragic Fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/ atau nyeri
sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
ditesis hemoragik. (Nanda Nic-Noc, 2015:170)
2.2. Dengue Hemorragic Fever (DHF) atau Dengue Hemorragic Fever adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. (Nursalam, 2005:159)
2.3. Dengue Hemorragic Fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang anak
dan orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa
demam akut, perdarahan, nyeri otot, dan sendi. (Sari, 2013: 102)
2.4. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan Dengue Hemorragic Fever
(DHF) merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypty.

3. Etiologi (Penyebab Penyakit)


Dengue Hemoragic Fever disebabkan oleh virus Dengue, yang termasuk dalam
genus Flavirus, keluarga Flafiviridae. Virus ini masuk ke dalam tubuh melalui
vector berupa nyamuk Aedes Aegipty dan beberapa spesies lainnya seperti
Aedes Albopictus dan Aedes Polynesiensis, (Hidayat, 2006: 123).
Seseorang yang digigit oleh nyamuk yang membawa virus ini akan tertulari
dan akan mengalami viremia yang menunjukkan tanda-tanda khas seperti
demam, nyeri otot dan atau sendi yang disertai leucopenia, ruam,
limfadenopati, trombositipenia, dan diathesis hemoragik (Sudoyo, 2006: 1732).

6
4. Patofisiologi Penyakit
Virus dengue yang masuk ke dalam tubuh manusia akan menyebabkan klien
mengalami viremia. Beberapa tanda dan gejala yang muncul seperti demam,
sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, timbulnya ruam dan
kelainan yang munkin terjadi pada system vaskuler.
Pada penderita DBD, terdapat kerusakan yang umum pada system vascular
yang mengakibatkan terjadinya peningkatan permeabilitas dinding pembuluh
darah. Plasma dapat menembus dinding vaskuler selama proses perjalanan
penyakit, dari mulai demam hingga klien mengalami renjatan berat. Volume
plasma dapat menurun hingga 30 %. Hal inilah yang dapat menyebabkan
seseorang mengalami kegagalan sirkulasi. Adanya kebocoran plasma ini jika
tidak segera ditangani dapat menyebabkan hipoksia jaringan, asidosis
metabolic yang pada akhirnya dapat berakibat fatal yaitu kematian.
Viremia juga menimbulkan agregasi trombosit dalam darah sehingga
menyebabkan trombositopeni yang berpangaruh pada proses pembekuan darah.
Perubahan fungsioner pembuluh darah akibat keocoran plasma yang berakhir
pada perdarahan, baik pada jaringan kulit maupun saluran cerna biasanya
menimbulkan tanda seperti munculnya purpura, ptekie, hematemesis, ataupun
melena. (Sudoyo, 2006: 1732)

5. Manifestasi Klinis
5.1 (Sudoyo, 2010 : 2776) mengungkapkan bahwa berdasarkan kriteria WHO
1997 diagnosa Dengue Hemorragic Fever (DHF) ditegagkan bila semua
hal dibawah ini dipenuhi :
a. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat
bifaik.
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
1) Uji tourniquet positif
2) Petekie, ekimosis, atau purpura
3) Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,
tempat bekas suntikan.
7
4) Hematemesis atau melena.
c. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.00/ul)
d. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma),
yaitu :
1) Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standart sesuai dengan
umur dan jenis kelamin.
2) Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.
e. Tanda kebocoran plasma seperti efuis pleura, asites, atau
hipoproteinemia.

5.2 (Suriadi dan Yiliani,2010 : 59) mengungkapkan bhwa Dengue Hemorragic


Fever (DHF) di tandai dengan :
a. Mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, konstipasi
b. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan ulu hati
c. Sakit kepala
d. Pembengkakan sekitar mata
e. Pembesaran hati, limfa, dan kelenjar getah bening

6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Soegijanto (2002), pemeriksaan diagnostik pada pasien Dengue
Haemorrhagic Fever meliputi:
6.1 Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap (PDL):
1) Hemokonsentrasi (Hematokrit meningkat 20% atau lebih)
2) Trombositopenia (Trombosit 100.000/mm3 atau kurang)
3) Perpanjanga masa perdarahan dan berkurangnya tingkat protombin.
4) Asidosis
5) Hiponatremia
6) Hipokalemia.

8
6.2 Uji Torniquet Positif
Menurut Depkes RI (2000), uji torniquet dilakukan dengan cara
memompakan manset sampai titik antara tekana sistolik dan diastolik
selama + 5 menit. Hasil dipastikan positif apabila terdapat 10 ptekie atau
lebih dalam 2,5cm2. pada DHF biasanya uji ini memberikan hasil positif
yang kuat dengan dijumpai 20 ptekie atau lebih. Uji ini bisa saja negatif
atau hanya positif ringan selama masa shock dan menunjukkan hasil
positif bila dilakukan setelah masa pemulihan fase shock.
6.3 Radiologi photo thorax
50% ditemukan efusi pleura, terjadi karena adanya rembesan plasma.

7. Penatalaksanaan Medis
Menurut Depkes RI, 2000, hal 26, penatalaksanaan dari DBD adalah sebagai
berikut:
7.1 Kasus ringan sampai sedang (Derajat I dan II), pemberian terapi cairan i.v
bagi pasien dilakukan selama jangka waktu 2-24 jam.
7.2 Pasien yang menunjukkan kenaikan kadar hematokrit, jumlah trombosit
kurang dari 50.000/mm3 atau menunjukkan perdarahan spontan selain
ptekie harus dirawat.
7.3 Tatalaksana demam DBD adalah memberikan obat antipiretik tetapi
jangan diberikan salisilat.
7.4 Demam tinggi, anoreksia, mual dan muntah akan menyebabkan rasa haus
dan dehidrasi, oleh karena itu harus terus menerus diberi minum sampai
pada batas kemampuannya. Cairan rehidrasi oral yaitu cairan yang biasa
digunakan untuk mengobati diare dan atau jus buah lebih dianjurkan dari
pada air putih.
7.5 Pemeriksaan hematokrit berkala akan mencerminkan tingkat kebocoran
plasma dan kebutuhan pemberian cairan i.v. Kadar hematokrit harus pula
diamati setiap hari, terhitung mulai hari ketiga sampai suhu tubuh menjadi
normal kembali selam satu atau dua hari.
7.6 Penggantian cairan plasma pada pasien Dengue Syok Syndrome.
9
7.7 Koreksi gangguan elektrolit dan metabolik harus dilakukan secara berkala.
Tindakan awal pemberian cairan pengganti dan tindakan awal koreksi
asidosis dengan natrium bikarbonat akan memberikan hasil yang
memuaskan.
7.8 Pemberian obat sedatif kadang diperlukan untuk menenangkan pasien
yang gelisah.
7.9 Terapi oksigen harus diberikan pada pasien yang mengalami syok.
7.10 Transfusi darah dianjurkan untuk diberikan pada kasus yang menunjukkan
tanda perdarahan.
7.11 Penggantian cairan pada DBD harus sama dengan jumlah cairan elektrolit
yang hilang, jadi harus diberika 10mg/kgBB untuk seiap 1% hilangnya
berat badan.

8. Pengkajian Keperawatan
8.1 Pengkajian
8.1.1 Identitas klien dan keluarga
8.1.2 Keluhan Utama
Adanya demam, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan
nafsu makan menurun.
8.1.3 Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot,
pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas,
mual, dan nafsu makan menurun.

8.1.4 Riwayat penyakit terdahulu


Tidak ada penyakit yang diderita secara specifik.
8.1.5 Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain
sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang
bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.

10
8.1.6 Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih
seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang
jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.

8.1.7 Riwayat Tumbuh Kembang


8.2 Pemeriksaan fisik
8.2.1 Keadaan umum
Keadaan umum lemah, tanda – tanda vital dan nadi lemah.
8.2.2 Kulit
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering.
8.2.3 Kepala dan leher
tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, keterbatasan leher tidak
ada.
8.2.4 Penglihatan dan mata
Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik.
8.2.5 Penciuman dan hidung
Ada perdarahan hidung / epsitaksis
8.2.6 Pendengaran dan telinga
Simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran, biasanya tidak ada spesifik pada kasus ini)
8.2.7 Mulut dan gigi
mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi.
8.2.8 Dada
Inspeksi : simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan
Palpasi : taktil fremitus normal
Perkusi : sonor
Auskultasi : : tidak ada bunyi tambahan
8.2.9 Abdomen
Inspeksi : pembesaran hati (hepatomegali)
Auskultasi : bising usus 8x/menit

11
Palpasi : : turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas
Perkusi : tympani
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan
asites.

8.2.10 Genetalia dan reproduksi


Tidak ada gangguan
8.2.11 Ekstermitas atas dan bawah
Ekstremitas : akral dingin, Sianosis, ptekie, echimosis, akral
dingin, nyeri otot, sendi tulang

9 Diagnosa Keperawatan
9.1 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
9.2 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
9.3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan
menurun
9.4 Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor
pembekuan darah (trombositopenia)

10 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Menurut Nanda NIC-NOC (2015) jilid 3 antara lain:
10.1 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
1) Monitor suhu sesering mungkin
2) Monitor IWL
3) Monitor warna dan suhu kulit
4) Monitor tekanan darah, nadi, RR
5) Monitor penurunan tingkat kesadaran
6) Monitor WBC,Hb, dan Hct
7) Monitor intake dan output
8) Berikan antipiretik

12
9) Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
10) Selimuti pasien
11) Kolaborasi pemberian cairan intravena
12) Kompres pasien pada lipatan paha dan aksila
13) Tingkatkan sirkulasi udara
14) Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil

10.2 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis


1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristis, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
5) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
6) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi
dan interpersonal)
7) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menenmukan
dukungan
8) Ajarkan teknik non farmakologi
9) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
10) Tingkatkan istirahat
11) Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
12) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
13) Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
14) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali

13
10.3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan
menurun

1) Kaji adanya alergi makanan


2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien.
3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake fe
4) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
5) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
6) Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
7) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
8) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
9) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
10) BB pasien dalam batas normal
11) Monitor adanya penurunan berat badan
12) Monitor tipr dan jumlah aktivitas yang bisa dilakukan
13) Monitor interaksi anak dan orangtua selama makan
14) Monitor turgor kulit
15) Monitor mual dan muntah
16) Anjurkan pasien/keluarga untuk diet tinggi serat
17) Menyarankan pasien/keluarga berkonsultasi dengan dokter jika
sembelit atau impaksi masih ada

10.4 Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor


pembekuan darah (trombositopenia)

1) Monitor ketat tanda-tanda perdarahan


2) Catat nilai hb dan hT sebelum dan sesudah terjadinya pendarahan

14
3) Monitor TTV ortostatik
4) Pertahankan bed rest selama perdarahan aktif
5) Lindungi pasien dari trauma yang dapat menyebabkan pendarahan
6) Hindari mengukur suhu lewat rektal
7) Hindari pemberian aspirin dan anticoagulant
8) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake makanan yang banyak
mengandung vitamin K
9) Hindari terjadinya konstipasi dengan menganjurkan untuk
mempertahankan intake cairan yang adekuat dan pelembut feses
10) Identifikasi penyebab pendarahan
11) Monitor trend tekanan darah dan parameter hemodinamik (CVP,
pulmonary capillary/ artery wedge pressure
12) Monitor status cairan yang meliputi intake dan output
13) Monitor pengiriman oksigen ke jaringan (PaO2, SaO2, dan level hb
dan cardiac output)
14) Pertahankan patensi IV line

15
DAFTAR PUSTAKA

NANDA, NIC-NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnose


medis dan NANDA NIC-NOC
Nursalam., Susilaningrum R., Utami S. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan
Anak (Untuk Perawat dan Bidan). Jakarta: Salemba Medika.
Sari, K. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta : TIM.
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. (2010). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III edisi V. Jakarta: Interna
Publishing.
Suriadi., Yuliani, R (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan.

16

Anda mungkin juga menyukai