Disusun Oleh:
Aulia Ulfah, S.Ked
04054821719102
Pembimbing:
Drg. Billy Sujatmiko, Sp.KG
Klasifikasi karies dari ICDAS (International Caries Detection and Assessment System).
ICDAS mengklasifikasi karies berdasarkan keparahan karies yaitu dari masih belum ada
kavitas, hingga kavitas yang mencapai pulpa.
D1 : perubahan awal pada email yang tampak secara visual. Biasa dilihat dengan cara
mengeringkan permukaan gigi, dan tampak adanya lesi putih di gigi tersebut.
D2 : perubahan pada email yang jelas tampak secara visual. Terlihat lesi putih pada gigi,
walau gigi masih dalam keadaan basah.
D4 : terdapat bayangan dentin (tidak ada kavitas pada dentin). Karies pada tahap ini sudah
menuju dentin, berada pada perbatasan dentin dan email (dentino-enamel junction).
D5 : kavitas karies yang tampak jelas dan juga terlihatnya dentin (karies sudah mencapai
dentin).
Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plaque di permukaan gigi,
sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu
yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis
(5,5) dan akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi. Secara
perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui lubang fokus
tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang).
Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-
kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah rusak
secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makrokopis dapat dilihat. Pada
karies dentin yang baru mulai terlihat hanya lapisan keempat (lapisan transparan,
terdiri dari tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan terhadap
mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak/tidak tembus
penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin merupakan gejala
degenerasi cabang-cabang odontoblast). Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan
menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat dalam, tidak terdapat lapisan-
lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana dentin partibular
diserang), lapisan empat dan lapisan lima.
Akumulasi plak pada permukaan gigi utuh dalam dua sampai tiga minggu
menyebabkan terjadinya bercak putih. Waktu terjadinya bercak putih menjadi kavitasi
tergantung pada umur, pada anak-anak satu setengah tahun, dengan kisaran enam
bulan ke atas dan ke bawah, pada umur 15 tahun, dua tahun dan pada umur 21-24
tahun, hampir tiga tahun. Tentu saja terdapat perbedaan individual. Sekarang ini karena
banyak pemakaian flourida, kavitasi akan berjalan lebih lambat daripada dahulu
(Schuurs, 1993).
Pada anak-anak, kemunduran berjalan lebih cepat dibanding orang tua, hal ini
disebabkan :
(1) email gigi yang baru erupsi lebih mudah diserang selama belum selesai maturasi
setelah erupsi (meneruskan mineralisasi dan pengambilan flourida) yang
berlangsung terutama satu tahun setelah erupsi;
(2) remineralisasi yang tidak memadai pada anak-anak, bukan karena perbedaan
fisiologis, tetapi sebagai akibat pola makannya (sering makan makanan kecil);
(3) lebar tumbuli pada anak-anak mungkin menyokong terjadinya sklerotisasi yang
tidak memadai; dan
(4) diet yang buruk dibandingkan dengan orang dewasa, pada anak-anak terdapat
jumlah ludah dari kapasitas buffer yang lebih kecil, diperkuat oleh aktivitas
proteolitik yang lebih besar di dalam mulut (Schuurs, 1993).
3. Perjalanan Nervus Gigi Dari Awal Sampai Ke Tiap Gigi
Serabut saraf yang terapat pada gigi baik rahang atas dan rahang bawah juga pada
mata terhubung melalui saraf trigeminus ( nervus V/ganglion gasseri).
N.V1 Cabang Opthalmicus
N.V2 Cabang Maxillaris
N.V3 Cabang Mandibula
a. Cabang maxillaris memberikan inervasi sensorik ke gigi maxillaris, palatum, dan
gingiva. Cabang mandibularis memberikan persarafan sensorik ke gigi mandibularis,
lidah, dan gingiva. Variasi nervus yang memberikan persarafan ke gigi diteruskan ke
alveolaris, ke soket di mana gigi tersebut berasal.
Nervus alveolaris superior ke gigi maxillaris berasal dari cabang maxillaris
nervus trigeminus.
Nervus alveolaris inferior ke gigi mandibularis berasal dari cabang
mandibularis nervus trigeminus.
CABANG MAXILLARIS
MEMPERSARAFI : PALATUM
Membentuk atap mulut dan lantai cavum nasi yang terdiri dari :
Palatum durum (langit keras)
Palatum mole (langit lunak)
PALATUM DURUM
Terdapat tiga foramen:
foramen incisivum pada bidang median ke arah anterior
foramina palatina major di bagian posterior dan
foramina palatina minor ke arah posterior
Bagian depan palatum: N. Nasopalatinus (keluar dari foramen incisivum),
mempersarafi gigi anterior rahang atas
Bagian belakang palatum: N. Palatinus Majus (keluar dari foramen palatina
mayor), mempersarafi gigi premolar dan molar rahang atas.
PALATUM MOLAE
N. Palatinus Minus (keluardari foramen palatina minus), mempersarafi seluruh palatina
mole.
CABANG
MANDIBULARIS :
PERSARAFAN
DENTIS
Dipersyarafi oleh Nervus Alveolaris Inferior, mempersarafi gigi anterior dan posterior
gigi rahang bawah
PERSARAFAN GINGIVA
Permukaan lingual :
• N. Lingualis, mempersarafi 2/3 anterior lidah, gingiva dan gigi anterior dan posterior
rahang bawah
4. Pengertian, tatalaksana, dan cara diagnosis dari :
a. White spot
White spot adalah suatu daerah yang kepadatannya berkurang pada bagian
bawah permukaan enamel, sedangkan permukaan atas atau luar lapisan enamel masih
utuh. Hal ini disebabkan karena terjadi pelepasan ion kalsium dan fosfat dari prisma
enamel.
White spot dibagi menjadi dua, yaitu white spot kering dan white spot
basah.Pada white spot kering dapat dilakukan inspeksi gigi dengan menggunakan chip
blower/puspus untuk mengeringkan gigi dan white spot basah dilakukan dengan
inspeksi gigi tanpa dikeringkan. Pada tahap ini, kerusakan masih bisa diatasi dengan
memberikan aplikasi fluor pada gigi.
b. Karies email
Karies email adalah karies yang terjadi pada permukaan enamel gigi (lapisan
terluar dan terkeras pada gigi), dan belum terasa sakit, hanya ada pewarnaan hitam atau
coklat pada enamel. Pemeriksaan gigi yang mengalami karies email dapat dilakukan
menggunakan sonde dan sonde tampak seperti menyangkut. Pasien belum merasakan
ngilu/sakit. Tatalaksana yang dapat diberikan adalah remineralisasi dengan fluor,
konsul diet dan faktor risiko lain, serta aplikasi penutupan fissure.
c. Karies dentin
Karies dentin adalah perkembangan dari karies email yang sudah mencapai
pertengahan antara permukaan gigi dan pulpa. Pemeriksaan menggunakan sonde dan
dirasakan menyangkut. Pasien sudah merasakan ngilu, karena pada dentin terdapat
tubulus-tubulus yang dapat menghantarkan rasa sakit/ngilu. Tatalaksana dari karies
dentin adalah pembuatan ragangan restorasi yang diinginkan, pertimbangan resistensi
dan retensi, pembuangan karies dentin dan penempatan restorasi, penyingkiran karies
dentin, penghalusaan bagian dalam kavitas, dan penghalusan tepi preparasi.
d. Iritasi pulpa
Iritasi pulpa adalah suatu keadaan dimana lapisan enamel gigi mengalami
kerusakan sampai batas dentino enamel junction. Pada pemeriksaan dapat dilakukan
inspeksi yang menunjukkan adanya karies kecil. Dengan sonde tidak memberikan
reaksi dan tes thermis dengan chlor etil terasa ngilu. Tatalaksana yang dapat diberikan
adalah dilakukan penumpatan sesuai indikasi.
e. Hiperemia pulpa
f. Pulpitis reversibel
g. Pulpitis irreversibel
Pulpitis irreversibel adalah suatu infeksi jaringan pulpa yang merupakan proses
lanjut dari karies yang bersifat kronis yang akan berakhir dengan nekrosis. Diagnosa
dapat ditegakkan melalui beberapa cara, yaitu:
Gejala Subyektif: nyeri tajam (panas, dingin), spontan (tanpa ada rangsangan sakit),
nyeri lama sampai berjam-jam.
Tes vitalitas: peka pada uji vitalitas dengan dingin, sehingga keadaan gigi dinyatakan
vital. Perawatan gigi pada pulpitis irreversibel dilakukan dengan pulpektomi.
Pulpektomi adalah pembuangan seluruh jaringan nekrotik pada ruang pulpa dan
saluran akar diikuti pengisian saluran akar dengan bahan semen yang dapat diresorbsi.
h. Nekrosis pulpa
Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya. Gigi
ditemukan sudah berubah warna menjadi abu-abu kehitaman, terdapat lubang gigi
yang dalam. Saat dilakukan sondenasi tidak ada rasa apa-apa dan tidak sakit. Ketika
sudah sampai tahap nekrosis pulpa, dapat dilakukan perawatan saluran akar pada gigi
nekrosis
i. periodontitis
Suppotive Care, seperti istirahat dan nutrisi yang cukup, pemberian analgesik &
antiinflamasi (analgesik-antiinflamasi nonsteroid seperti Diklofenak (50 mg/8 jam)
atau Ibuprofen (400-600 mg/8 jam) dan jika Kortikosteroid diberikan, perlu
ditambahkan analgesik murni, seperti Paracetamol antiinflamasi diberikan dalam (650
mg/4-6 jam) dan/atau Opioid rendah seperti Kodein (30 mg/6 jam)), pemberian
aplikasi panas eksternal (kompres panas) maupun peroral (melalui obat kumur saline)
dapat memicu timbulnya pernanahan.
Antibiotika [ contents]
Ceftazidime,
Ceftazidime Fortaz, Taxidime Approved B L1
E-Mycin, Ery- L1
Erythromycin tab, ERYC, Approved B L3 early
Ilosone postnatal
Fleroxacin – Approved – NR
Penicillin – Approved B L1
Sulbactam – Approved – NR
Gantrisin, Azo-
Sulfisoxazole Approved C L2
Gantrisin
Achromycin,
Tetracycline Sumycin, Approved D L2
Terramycin
Ticarcillin,
Ticarcillin Ticar, Timentin Approved B L1
Proloprim,
Trimethoprim/sulfamethoxazole Approved C L3
Trimpex