Anda di halaman 1dari 14

Makalah Pendidikan Kewarganegaraan

Perlindungan dan Penegakkan Hak Asasi Manusia

Disusun oleh :

Eva Mariana Citra 17510134017

Wahyu Bagas Prasetyo 17510134018

Program Studi D3 Teknik Sipil

Fakultas Teknik

Universitas Negeri Yogyakarta

2017/2018
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL i

DAFTAR ISI ii

KATA PENGANTAR iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN 2

A. Pengakuan Bangsa Indonesia terhadap HAM 2


B. Proses Penegakkan HAM di Indonesia 7
C. Partisipasi dalam Peneggakan HAM. 8
D. Hambatan dan Tantangan Hak Asasi Manusia di Indonesia 9

BAB III PENUTUP 10

A. Kesimpulan 10
B. Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 11

ii
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Perlindungan dan Penegakkan Hak Asasi Manusia” tepat pada waktunya.

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas yang di berikan oleh Dosen pengajar, juga untuk meningkatkan pengetahuan kami
terhadap materi yang di berikan.

Kami telah berusaha untuk menyusun makalah ini dengan baik, namun kami pun
menyadari atas keterbatasan yang dimiliki, oleh karena itu atas segala kesalahan-
kesalahan baik dari segi teknik penulisan, maupun isi dari makalah ini, kami selaku
penulis memohon maaf. Kritik dan saran yang membangun dari Dosen pengajar ataupun
pembaca lain kami harapkan guna menyempurnakan makalah ini. Semoga dapat t
meningkatkan pengetahuan bersama dan bermanfaat untuk kita semua.

Yogyakarta, 14 Oktober 2017

Penyusun

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak asasi manusia adalah hak yang ada sejak lahir yang di miliki manusia
sampai akhir hayatnya. Manusia sering kali berupaya untuk memenuhi HAM pada
dirinya sendiri, tetapi seringkali menimbulkan banyaknya pergrseran-pergeseran
HAM yang akhirnya terjadi pelanggaran-pelanggaran HAM itu sendiri.

Jika dilihat dari perkembangan HAM di Indonesia, masih banyak terdapat


pelanggaran-pelanggaran HAM yang sering kita temui, mulai dari pelanggaran HAM
yang paling sederhana sampai dengan pelanggaran HAM yang bersifat berat atau
banyak kasus pelanggaran yang terdapat didalamnya.

Sejak tahun 1998 banyak perkembangan HAM yang di alami oleh negara
Indonesia, pengakuan bangsa terhadap HAM, serta lembaga-lembaga penegakan
HAM pun di dirikan untuk menunjang komitmen penegakan HAM secara optimal.
Namun seiring dengan perkembangan HAM di indonesia, pelanggran-pelanggaran
HAM pun semakin sering terjadi di negara ini. Atas dasar tersebut di susunlah
makalah ini dengan judul “Perlindungan dan Penegakkan Hak Asasi Manusia” untuk
memberikan informasi tentang perkembangan HAM di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan di rumuskan
sebagai berikut :
1. Apa saja kah pengakuan Bangsa Indonesia terhadap HAM?
2. Bagaimana kah proses penegakkan HAM di Indonesia?
3. Apa saja kah partisipasi yang di lakukan untuk penegakkan HAM di Indonesia?
4. Apa sajakah tantangan bagi penegakkan hak asasi manusia?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memahami pengakuan Bangsa Indonesia terhadap HAM
2. Untuk memahami proses penegakkan HAM di Indonesia
3. Untuk memahami partisipasi dalam penegakkan HAM
4. Untuk memahami tantangan dalam proses penegakkan HAM

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengakuan Bangsa Indonesia terhadap HAM


1. Peraturan yang mengatur HAM
Dalam hal hak asasi manusia, bangsa Indonesia menyadari untuk
memberikan penghotmatan, pengakuan dan jaminan perlindungan hak asasi
manusia terhadap warga negaranya. Hal ini dapat dilihat dalam pancasila, UUD
1945, Tap MPR, dan UU.
a. Pancasila
Nilai-nilai pancasila yang terwujud dalam lima sila merupakan
landasan bagi pembangunan hak asasi manusia, terutama sila Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab. Berdasarkan sila ini, bangsa Indonesia mengakui
bahwa manusia memiliki harkat dan martabat yang sama. Oleh karna itu
harkat dan martabat manusia wajib di hormati dan di junjung tinggi.
b. Undang-Undang Dasar 1945
Hak asasi manusia tercermin dalam pembukaan UUD 1945 alinea 1
dengan pernyataan “Kemerdekaan adalah hak segala bangsa.” Selain itu,
tercermin dalam batang tubuh UUD 1945 pada pasal 29 ayat (2) UUD 1945
yang menyatakan “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan
kepercayaannya itu.” Selain pasal 29 ayat (2) UUD 1945,
pengaturan/perlindungan hak warga negara dapat dijumpai dalam pasal 27
sampai dengan pasal 34 UUD 1945.
c. Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998
Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia yang
berisi piagam hak asasi manusia bagi bangsa Indonesia.
d. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
UU HAM ini di maksudkan untuk melindungi kepentingan manusia
sebagai individu, masyarakat, dan warga negara Indonesia.
e. UU No. 26 Tahun 2000
UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan Hak Asasi Manusia.
Keberadaan pengadilan HAM ini di maksud untuk melindungi hak asasi
manusia, baik bagi perorangan maupun masyarakat, serta menjadi dasar

2
penegakan dan kepastian hukum. Jadi, keberadaan pengadilan HAM
diharapkan dapat memberikan rasa aman dan keadilan dari tindakan yang
melanggar hak asasi manusia.
f. Peraturan perundang-undangan lain
Peraturan perundang-undangan lain pada hakikatnya tersirat tujuan
untuk menjamin perlindungan terhadap hak asasi manusia, antara lain :
1) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
2) UU Pers
3) UU Kepolisian Negara
4) UU Pertahanan Negara
5) UU Penyampaian Pendapat di Muka Umum
6) UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
7) UU Perlindungan Anak

2. Peraturan yang mengatur HAM


Munculnya piagam hak asasi manusia bagi bangsa indonesia di dasari
keluarnya Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Dengan
didasari oleh pemahaman, pandangan, dan sikap terhadap hak asasi manusia,
bangsa Indonesia menyatakan bahwa:
a. Hak asasi manusia merupakan hak dasar seluruh umat manusia tanpa ada
perbedaan. Hak asasi manusia adalah hak sebagai anugrah Tuhan Yang Maha
Esa yang melekat pada diri manusia, yang bersifat kodrati, universal, abadi,
serta berkaitan dengan hakikat dan martabat manusia.
b. Setiap manusia diakui mempunyai hak asasi yang sama tanpa membedakan
jenis kelamin, warna kulit, kebebasan, agama, usia, pandangan politik, status
sosial, bahasa, serta status lain. Pengabaian atau perampasan terhadap HAM
mengakibatkan hilangnya hakikat dan martabat sebagai manusia sehingga diri
dan perannya tidak dapat di kembangkan secara utuh.
c. Bangsa indonesia menyadari bahwa hak asasi manusia bersifat historis dan
dinamis yang pelaksanaannya berkembang dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Selanjutnya, atas berkat rahmat Tuhan Yang Masa Esa demi terwujudnya
masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi hak asasi manusia, bangsa

3
Indonesia yang mengukuhkan Piagam Hak Asasi Manusia dalam bentuk hukum
Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998.
Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia telah di
cabut dan dinyatakan tidak berlaku berdasar ketetapan MPR No. I/MPR 2003
tentang Peninjauan terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Sementara dan Ketetapan Majlis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002. Isi dari ketetapan
MPR No. XVII/MPR/1998 tersebut telah tertuang dalam perubahan pertama
UUD 1945 Bab XA Pasal 28A-28J.

3. Penegakkan HAM di Indonesia


Dalam rangka memberikan jaminan perlindungan terhadap hak asasi
manusia, di samping dibentuk aturan-aturan hukum juga dibentuk kelembagaan
yang menangani masalah penegakan hak asasi manusia. Berikut ini adalah
lembaga-lembaga penegakan HAM di Indonesia:
a. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (komnas HAM)
Komnas HAM dibentuk melalui keppres No.5 Tahun 1993 pada
tanggal 7 juni 1993, yang kemudian di kukuhkan lagi melalui UU No. 39
Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia(UU HAM). UU HAM dibentuk
sebagai penguat keppres No.5 Tahun 1993 agar Komnas HAM bersifat
independen dan tidak terkesan sebagai alat pemerintah.
Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat
lembaga negara lainnya dan berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian,
penyuluhan, pemantauan, dam mediasi hak asasi manusia.
Tujuan komnas ham adalah sebaga berikut:
1) Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi
manusia sesuai dengan pancasila, UUD 1945 dan piagam
perserikatan bangsa-bangsa, serta deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia.
2) Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna
perkembangan pribadi manusia indonesia seutuhnya dan
kemampuannya berpartisipasi dlam berbagai bidang kehidupan.

4
b. Pengadilan HAM
Berdasarkan ketentuan yang digariskan dalam UU No.26 Tahun 2000,
dinyatakan bahwa pengadilan hak asasi manusia merupakan pengadilan
khusus yang berada di lingkungan pengadilan umum dan kedudukan di daerah
kabupaten atau kota.
Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus
perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat di luar batas teritorial
wilayah negara Republik Indonesia selama di lakukan oleh warga negara
indonesia.
c. Pengadilan HAM Ad Hoc
Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc di bentuk atas usul dari DPR
berdasarkan peristiwa tertentu dengan keputusan presiden, pengadilan HAM
Ad Hoc dibentuk untuk memerisa dan memutuskan perkara pelanggaran hak
asasi manusia berat yang terjadi sebelum di undangkannya UU No. 26 Tahun
2000 tentang pengadilan Hak Asasi Manusia. Misalnya, Untuk kasus Trisakti
tahun 1998 dibentuk pengadilan HAM Ad Hoc Trisakti.
d. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
UU No. 26 Tahun 2000 memberikan alternatif bahwa penyelesaian
pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat dapat dilakukan di luar
pengadilan hak asasi manusia, yaitu melalui Komisi Kebenaran dan
Rekonsiliasi yang dibentuk berdasarkan undang-undang.
UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan Hak Asasi Manusia di
samping memuat hukum formil/ hukum acara juga memuat hukum materiil
berupa ketentuan mengenai pidana yang berkaitan dengan pelanggaran hak
asasi manusia yang berat. Selanjutnya juga dinyatakan dalam UU No.26
Tahun 2000 bahwa bagi pelanggaran hak asasi manusia yang berat tidak
berlaku ketentuan mengenai kadaluarsa.
e. Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan
Komisi Nasional Anti Kekerasan Tterhadap Perempuan dibentuk
berdasarkan Keppres No. 181 Tahun 1998. Dasar pertimbangan pembentukan
komisi nasional ini adalah sebagai upaya mencegah dan terjadinya dan
menghapus segala bentuk kekerasan terhadap perempuan. Komisi nasional ini
bersifat indepeenden dan bertujuan untuk:

5
1) Meyebarluaskan pemahaman tentang bentuk kekerasan terhadap
perempuan
2) Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan bentuk
kekerasan terhadap perempuan
3) Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk
kekerasan terhadap perempuan dan hak asasi terhadap perempuan
Komnas Anti Kekerasan terhadap Perempuan memiliki wewenang
sebagai berikut:
1) Penyebarluasan pemahaman, pencegahan, penanggulangan, dan
penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan
2) Pengkajian dan penelitian terhadap berbagai instrumen PBB mengenai
perlindungan hak asasi manusia terhadap perempuan
3) Pemantauan dan memberikan pendapat, saran, dan pertimbangan kepada
pemerintah.
4) Penyebarluasan hasil pemantauan dan penelitian atas terjadinya kekerasan
terhadap perempuan kepada masyarakat
5) Pelaksanaan kerja sama regional dan internasional dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan
f. LSM Prodemokrasi dan HAM
Di samping lembaga penegakkan hak-hak asasi manusia yang dibentuk
oleh pemerintah, ada juga lembaga sejenis yang dibentuk oleh masyarakat,
misalnya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Non-Governmental
Organization (NGO) yang programnya berfokus pada dekmokratisasi dan
pengembangan HAM. LSM seperti itu dikenal sebagai LSM Prodemokrasi
dan HAM. Yang termaksud dalam LSM ini antara lain ialah Yayasan
Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Komisi untuk Orang Hilang
dan Korban Tindak Kekerasan (KONTRAS).

6
B. Proses Penegakan HAM di Indonesia
Sebelum diundangakan UU No.26 Tahun 2000 tentang pengadilan Hak Asasi
Manusia, di Indonesia terjadi beberapa peristiwa yang dinilai merupakan pelanggaran
hak asasi manusia yang berat. Antara lain dapat kita catat seperti dibawah ini:
1. Tragedi Tanjung Periok di Jakarta Tahun 1984
2. Tragedi pembunuhan pekerja Marsinah tahun 1993
3. Tragedi pembunuhan wartawan Fuad Muhammad Syarifudin tahun 1996
4. Tragedi penyrangan kantor DPP PDI tahun 1996
5. Tragedi Trisakti tahun 1998
6. Tragedi aksi pembakaran dan penjarahan tahun 1998
Kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia yang berat tersebut terjadi antara
kelompok penduduk sipil dengan kelompok penduduk yang lain. Akan tetapi, ada
juga yang dilakukan oleh negara terhadap penduduk sipil. Jadi, pelanggaran hak
asasi manusia bisa dilakukan oleh masyarakat, individu, atau aparat selaku
penyelenggara negara.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, UU No. 26 Tahun 2000 Pasal 43
mrenyatakan bahwa dapat dibentuk pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc yang
diberi wewenang utuk memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi
manusia berat yang terjadi sebelum keluarnya UU No. 26 Tahun 2000 tentang
pengadilan HAM.
Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc seperti yang di maksudkan UU No. 26
Tahun 2000 Pasal 43 ini berada di lingkungan peradilan umum. Pembentukan
pengadilan HAM Ad Hoc atas usul DPR berdasarkan peristiwa pelanggaran hak
asasi manusia berat yang terjadi di tempat tertentu.
Perlindungan hak asasi manusia diwujudkan melalui proses peradilan bagi para
pelaku pelanggaran hak asasi manusia dalam UU No. 26 tahun 2000 tentang
pengadilan Hak Asasi Manusia telah di atur mengenai langkah-langkah penyelesaian
perkara pelanggaran berat hak asasi manusia.
Penyelesaian perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat dapat juga di
lakukan di luar pengadilan hak asasi manusia. Pasal 47 UU No. 26 Tahun 2000
menyatakan bahwa penyelesaian perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat
dapat dilakukan oleh suatu komisi, yaitu Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi.
Komisi ini di bentuk dengan suatu undang-undang.

7
C. Partisipasi dalam Penegakkan HAM
Kehidupan dalam bermasyarakat, dan berbangsa membutuhkan perlindungan
dari negara. Hal ini sesuai dengan kewajiban negara untuk melindungi segenap
bangsa indonesia. Menegakan hak asasi manusia adalah salah satu bentuk kewajiban
melindungi segenap bangsa Indonesia. Perlindungan diberikan oleh aparat negara
yang berwenang, contohnya polisi. Kita hormat kepada polisi yang bertugas
memberikan perlindungan masyarakat dan menjaga ketertiban masyarakat. Kita dapat
membayangkan seandainya dalam kehidupan bermasyarakat tidak ada yang bertugas
menjaga ketertiban, keamanan,dan perlindungan.
Tidak adanya perlindungan terhadap hak asasi manusia dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:
1. Kesewenang-wenangan dari para penyelenggara negara.
2. Penindasan atas harkat dan martabat manusia oleh manusia lain.
3. Tindak kejahan atau kekerasan terhadap orang lain.
4. Rasa tidak aman dan rasa takut.
5. Pertikaian, konflik, kekerasan, dan perang antar masyarakat, suku, bangsa dan
antar negara.
Oleh karna itu, sebai pelajar dan generasi muda kita perlu mendukung proses
perlindungan terhadap hak asasi manusia. Kita bisa berpartisipasi dalam melindungi
masyarakat dari tindak kejahatan dan kekerasan. Misalnya, dengan melaporkan
kepada aparat yang berwenang mengenai terjadinya kejahatan di suatu tempat
mendampingi para korban yang meminta perlindungan, dan memberitahukan
mengenai tempat-tempat yang aman bagi warga.
Partisipasi warga negara dalam penegakan hak asasi manusia dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1. Memberikan pengetahuan yang luas kepada masyarakat akan pentingnya hak
asasi manusia dan penghargaan atas hak asasi manusia.
2. Melakukan pencegahan terhadap upaya-upaya pihak-pihak tertentu yang dapat
menimbulkan pelanggaran hak asasi manusia.
3. Memberikan bantuan kepada aparat penegak hukum dalam menyelesaikan kasus
pelanggaran hak asasi manusia.
Dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM juga di sebutkan adanya
partisipasi masyarakat. Bentuk partisipasi, setiap orang, kelompok, organisasi politik,

8
organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau lembaga kemasyarakatan
lainnya adalah sebagai berikut:
1. Berhak menyampaikan laporan atas terjadinya pelanggaran hak asasi manusia
pada Komnas HAM atau lembaga lain yang berwenang dalam rangka
perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia.
2. Berhak untuk mengajukan usulan mengenai perumusan dan kebijakan yang
berkaitan dengan hak asasi manusia pada Komnas HAM atau lembaga lainnya.
3. Secara sendiri maupun kerjasama dengan Komnas HAM dapat melakukan
penelitian, pendidikan, dan penyebarluasan informasi mengenai hak asasi
manusia.

D. Hambatan dan Tantangan Hak Asasi Manusia di Indonesia


Tantangan bagi penegakan hak asasi manusia adalah adanya ancaman dan
tindak pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi. Ancaman terhadap hak asasi
manusia dapat terjadi dalam kondisi sebagai brerikut:
1. Terjadi kerusuhan, pertikaian dan peperangan yang berkepanjangan.
2. Tidak adanya penghargaan antar sesama.
3. Manusia/bangsa berada di bawah penindasan dan penjajahan manusia/bangsa
lain.
4. Adanya penguasa negara yang bertindak sewenang-wenang dan serba menguasai.
5. Belum ditegakannya hukum dan aturan yang menjamin HAM.
6. Belum tegaknya pengadilan HAM yang menangani HAM.
7. Belum tegaknya sistem politik demokrasi di dalam negara.
Ancaman dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi secara terus menerus
dapat mengakibatkan hal-hal seperti tersebut di bawah ini:
1. Penindasan atas harkat dan martabat manusia oleh manusia lain.
2. Penderitaan lahir batin yang berkepanjangan.
3. Sakit hati dan dendam pada diri korban.
4. Keretakan hubungan sosial kemasyarakatan.
5. Kesewenangan penguasa atau pihak yang berkuasa.
6. Kegagalan integrasi dan keamanan nasional.
7. Bertikaian, konflik, kekerasan, dan perang antar suku, bangsa, dan antar negara.
8. Diisolasi dan dikucilkan masyarakat internasional.
9. Kehancuran masa depan kehidupan umat manusia.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penegakan HAM selalu mempunyai hubungan yang positif dengan tegaknya
hukum di negara hukum seperti Indonesia, sehingga dengan dibentuknya KOMNAS
HAM dan pengadiklan HAM akan sangat berperan penting dalam penegakan hukum
di Indonesia. Atas dasar undang-undang yang mengatur HAM yaitu UU No. 39
Tahun 1999, UU No. 26 Tahun 2000 dan HAM Ad Hoc akan membantu bangsa
Indonesia untuk menegakan hukum dalam HAM. Dengan itu berarti bangsa indonesia
berhak menikmati kebenaran, kesejahteraan, dan keadilan hukum di Indonesia.
Dengan adanya hukum yang benar maka dengan sendirinya kehidupan bernegapun
akan berjalan dengan baik.
B. Saran
Manusia sebagai makhluk sosial harus mampu dalam mempertahankan HAM
dirinya sendiri, tetapi disamping itu juga kita harus memperhatikan, menghormati,
dan menjaga HAM orang lain. Jangan sampai HAM kita di rebut atau di injak-injak
orang lain, atau sebaliknya kita yang melakukan pelanggaran terhadap HAM orang
lain. Keduanya harus seimbang agar tidak terjadi pelanggaran HAM.
Disamping itu juga kita harus membantu negara dalam proses penegakan
HAM agar proses penegakan HAM berjalan dengan baik

10
DAFTAR PUSTAKA

Wijianto. 2007. Pendidikan kewarganegaraan. Jakarta: Piranti Darma Kalok


Sunarso,dkk. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Mahasiswa.UNY.2007

11

Anda mungkin juga menyukai