Suwito dan Herawati (2005:) mengatakan firm size atau ukuran perusahaan
adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut
berbagai cara, dimana ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu
dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi
13
14
dari jumlah penjualan dan aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Keempat
UU No. 20 Tahun 2008 tersebut mendefinisikan usaha mikro, usaha kecil, usaha
a. Perusahaan Besar
Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih
besar dari Rp. 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki
penjualan lebih dari Rp. 50 Milyar/tahun.
b. Perusahaan Menengah
Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih
Rp. 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil penjualan
lebih besar dari Rp.1 Milyar dan kurang dari Rp. 50 Milyar
c. Perusahaan Kecil
Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp. 200 Juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki
hasil penjualan minimal Rp. 1 Milyar/tahun
17
Tabel 2.1
Kriteria Ukuran Perusahaan
Small Bussiness Employment Assets Sales
Size Size Size
Family Size 1-4 Under $100.00 $100.00-500.00
besar atau kecil diatur dalam Pasal 1 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar
“a. Perusahaan Menengah atau Kecil adalah badan hukum yang didirikan
di Indonesia yang:
1) Memiliki jumlah kekayaan (total assets) tidak lebih dari
Rp.100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).”
atau menengah adalah perusahaan yang memiliki jumlah kekayaan (total asset)
perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki total aset lebih dari
perusahaan menurut Edy Suwito dan Arleen Herawaty (2005:): “adalah total
“Total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva,
penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran
perusahaan itu. Ketika variable ini digunakan untuk menentukan ukuran
perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut.
Semakin besar aktiva, semakin banyak modal yang ditanam, semakin
banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang, dan semakin
besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ia dikenal dalam
masyarakat”.
ukuran perusahaan, maka indikator dalam penelitian ini dibatasi agar lebih
berfokus dan hasil yang dicapai sesuai dengan asumsi yang diharapkan.
Salah satu indikator yang dipilih untuk digunakan dalam penelitian ini
adalah total asset. Menurut PSAK Nomor 1 (2007 :10) yang dimaksud dengan
aset adalah :
Aset dengan tujuan agar mengurangi fluktuasi data yang berlebih. Dengan
menggunakan log natural, jumlah aset dengan nilai ratusan miliar bahkan triliun
sesungguhnya.
Ayu Sri Mahatma Dewi dan Ary Wijaya (2013) mengemukakan bahwa
besarnya perusahaan, ukuran aktiva tersebut diukur sebagai logaritma dari total
aktiva. Nilai total asset biasanya bernilai sangat besar dibandingkan dengan
variable keuangan lainya, untuk itu variable asset diperhalus menjadi Log Asset
Jogiyanto (2007:282)
besar, dan salah satu alternative pemenuhan dana yang tersedia adalah dengan
menjalankan perusahaan (Ayu Sri Mahatma Dewi dan Ary Wijaya, 2013).
Debt To Equity Ratio merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk
mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-
Menurut Susan Irawati (2006:44) Debt To Equity Ratio adalah rasio yang
perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri
kewajibanya.
dari total asset dikurangi total utang. Lebih jauh James C. Van Horne dan John M.
Wachowicz (2005:209) para kreditor secara umum akan lebih suka jika rasio ini
lebih rendah. Semakin rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan
perlindungan bagi kreditor jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian besar.
Sedangkan menurut Kasmir (2011:158) bagi bank (kreditor), semakin besar rasio
ini akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang
Dalam persoalan debt to equity ratio ini yang perlu dipahami bahwa tidak
ada batasan berapa DER yang aman bagi suatu perusahaan, namun untuk
konservatif biasanya DER yang lewat 66% atau 2/3 sudah dianggap beresiko
aman bagi kreditor saat likuiditas. Sedangkan times interest earned ratio dan fixed
diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh
(2008:303) mengemukakan rasio utang atas modal atau debt to equity ratio
“The ratio of debt to equity shows the extent to which the funding of the
Debt To Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk menilai utang
dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan membandingkan antaras eluruh
ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan.
Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal
sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Rasio ini diperoleh dengan
Kasmir (2008;158)
Agus Sartono (2001:121)Debt Ratio (Ratio Utang) adalah perimbangan antara
seluruh utang dengan jumlah aktiva atau jumlah utang dibagi dengan modal
sendiri.
struktur modal yang berasal dari utang semakin besar digunakan untuk mendanai
lebih tinggi jika perusahaan mendapatkan keuntungan, tetapi hal ini juga berarti
Debt To Equity Ratio atau yang umum disingkat dengan DER, merupakan
kembali hutang yang ada dengan menggunakan modal/ekuitas yang ada, semakin
tinggi nilai ini tentunya semakin berisiko keuangan perusahaan tersebut, nilai
DER umumnya maksimal adalah 150% dan untuk perusahaan multifinance adalah
600%
DER, antara lain perbandingan antara komposisi hutang jangka pendek dan
24
berikut:
1. Short Term Debt to Equity Ratioadalah hutang kepada supplier dan hutang
atau pihak terafiliasi, hutang bank dengan durasi lebih dari satu tahun.
Penggunaan utang itu sendiri bagi perusahaan mengandung tiga dimensi (Agus
perusahaan dengan leverage ratio yang tinggi memiliki resiko menderita kerugian
besar. Kemungkinan memperoleh laba yang tinggi adalah menarik. Tetapi para
berkumpulnya tenaga kerja, modal dan sumber daya alam yang bertujuan untuk
perusahaan.
dengan tujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk kemudian dijual”.
yaitu karena nilai perusahaan itu mencerminkan nilai asset yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut.
26
perusahaan yang tinggi akan memiliki dampak kemakmuran bagi para pemegang
perusahaan tersebut.
Nilai perusahaan diartikan sebagai harga yang bersedia dibayar oleh calon
investor seandainya suatu perusahaan akan dijual. Semakin tinggi nilai
perusahaaan semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik
perusahaan. Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal
harga saham yang diperjual belikan di bursa merupakan indikator nilai
perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik
perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran
pemegang saham juga tinggi.Memaksimumkan nilai perusahaan akan
identik dengan mamksimumkan laba.
Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek, salah
satunya adalah dengan harga pasar saham perusahaan karena harga pasar saham
ekuitas yang dimiliki.Jika nilai suatu perusahaan dapat diproksikan dengan harga
Nilai perusahaan tercermin dari harga saham yang stabil dan dalam jangka
pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para
2. Membayarkan Dividen
atau pemilik perusahaan. Manajer harus selalu berusaha kearah itu untuk
perusahaan.
Nilai perusahaan dapat diukur dengan suatu rasio yang disebut rasio penilaian.
Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), Dan Rasio Tobin’s Q.
29
berikut:
resiko, semakin tinggi faktor diskonto dan semakin rendah rasio PER. Rasio
menghasilkan laba.
Rasio ini menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham
suatu perusahaan. Semakin tinggi PBV berarti pasar percaya akan prospek
perusahaan tersebut.
3. Rasio Tobin’s Q
Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukan estimasi pasar
keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi
incremental.
perusahaan. Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada
manjemen dan organisasi sebagai perusahaan yang terus tumbuh. Price to Book
menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Nilai Buku Perusahaan yang
mampu menciptakan nilai perusahaan yang relative terhadap jumlah modal yang
diinvestasikan. Penelitian ini juga meneliti Debt to Equity Ratio yang diukur
penilaian seberapa besar modal perusahaan didanai oleh utang maka penelitian ini
diinvestasikan.
Price to Book Value yaitu rasio yang mengukur nilai yang diberikan pasar
perusahaan yang tumbuh. Semakin tinggi PBV berarti pasar percaya akan prospek
perusahaan tersebut.
bookvalue (PBV) adalah: rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja pasar
saham terhadap nilai bukunya. Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar
tumbuh. Price tobook value juga menunjukan seberapa jauh suatu perusahaan
mampu menciptakan nilai perusahaan yang relative terhadap jumlah modal yang
diinvestasikan. Semakin tinggi rasio price book value dapat diartikan semakin
pemegang saham berupa keuntungan yanglebih besar pula. (Agus Sartono, 2001
buku saham suatu perusahaan atau bisa juga digunakan untuk mengukur tingkat
kelemahan dari suatu saham. Semakin tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan
tersebut meningkat pula. Begitu pula sebaliknya jika price to book value rendah
yang berakibat pada turunnya permintaan saham dan berimbas pula dengan
1. Melihat apakah sebuah saham saat ini sudah diperdagangkan di harga yang
terlalu mahal atau tinggi jika price to book value saham tersebut saat ini sudah
diatas rata-rata price to book value historisnya. Dengan sebaliknya, sebuah saham
akan dianggap masih murah atau wajar jika price to book value saham tersebut
32
saat ini masih berada dibawah atau sama dengan rata rata price to book value
historisnya.
Berdasarkan fungsi yang kedua, sebuah saham akan dianggap mahal atau
jauh lebih baik dari sekarang. Rata-rata price to book value yang
price to book value yang digunakan adalah rata-rata price to book value
historisnya.
lebih buruk dari sekarang. Rata-rata price to book value yang digunakan
Price to Book Value adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja
pasar saham terhadap nilai bukunya. Rasio ini mengukur nilai yang diberikan
pasar keungan kepada manajemen dan organisasi sebagai perusahaan yang terus
tumbuh. Price to Book Value juga menunjukan seberapa jauh perusahaan mampu
33
diinvestasikan. Semakin tinggi rasio price to book value dapat diartikan semakin
“Rasio ini untuk mengetahui seberapa besar harga saham yang ada di pasar
dibandingkan dengan nilai buku saham nya. Semakin tinggi rasio ini
Pengertian harga saham menurut Sartono (2008:88) Harga saham adalah nilai
Harga saham merupakan harga saham yang terjadi di pasar bursapada saat
tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh
permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dipasar bursa.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa harga saham adalah nilai untuk setiap
lembar saham di pasar bursa pada saat tertentu.
Dimana Nilai Buku Saham menurut Harmono (2009:56) dapat diperoleh dari:
Jumlah Ekuiitas
Nilai Buku =
Jumlah Lembar Saham Beredar
Dimana Nilai buku per saham nya dinyatakan sebagai berikut ini;
Ekuitas Biasa
Nilai Buku per Saham =
Jumlah Lembar Saham Beredar
Selanjutnya membagi harga pasar per saham dengan nilai buku per saham untuk
mendapatkan rasio nilai pasar/nilai buku (PBV) menurut Bringham dan Houston
(2001:152)
Harga Saham
PBV=
Nilai Buku Saham
1. Keputusan investasi
2. Keputusan Pendanaan
3. Keputusan Dividen
1. Keputusan Investasi
tersebut tidak dapat diperkirakan secara pasti. Oleh karena itu investasi akan
mengandung risiko atau ketidakpastian. Risiko dari ahsil yang diharapkan dri
nilai perusahaan.
2. Keputusan Pendanaan
menganalisis kombinasi dari sumber sumber dana ekonomis bagi perusahaan guna
3. Keputusan Dividen
kepada para pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini merupakan bagian dari
presentase laba yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk
cash dividen, (2) stabilitas dividen yang dibagikan, (3) dividen saham (stock
dividen), (4) pemecahan saham (stock split), serta (5) penarikan kembali saham
peemgang saham.
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
Djoko Satrio Analisis faktor- Variabel yang diteliti Variabel lain yang
Wihardjo faktor yang yaitu Debt to Equity diteliti yaitu Return
(2014) berpengaruh ratio, Firm Size, dan On Asset, Dividend
terhadap nilai Nilai perusahaan dan Payout Ratio
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
Tahun 2009-2011
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ayu Sri Mahatma Dwi, Ary Wirajaya
Asset), DPR (dividend Payout Ratio), dan Firm Size terhadap Nilai
variabel intervening.
semua perusahaan manufaktur yang go- public dan terdaftar di Bursa Efek
perkembangan harga saham perusahaan dipasar. Dalam hal ini, nilai saham dapat
itu, dalam teori-teori keuangan, variable yang sering digunakan dalam penelitian
pasar modal untuk nilai perusahaan adalah harga saham dengan berbagai jenis
indikator.
meningkatkan nilai perusahaan yang merupakan ukuran nilai objek publik dan
Tolak ukur untuk menunjukan besar kecilnya suatu perusahaan, antara lain dari
total penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan total aktiva (Ayu Sri Mahatma
Dewi dan Ary Wirajaya, 2013). Jadi ukuran perusahaan merupakan ukuran atau
telah mencapai kemapanan dan mempunyai komitmen yang tinggi untuk terus
sahamnya dan pasar akan mau membayar lebih mahal untuk mendapatkan
sahamnya.
besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan atau bisa juga
digunakan untuk mengukur tingkat kelemahan dari suatu saham. Semakin tinggi
rasio ini berarti pasar percaya akan prospek suatu perusahaan, sehingga
“Company with large total assets has reached a maturity stage where
company has a positive cash flow and was considered to have good
prospects in a relatively long period of time, but it also reflects that
company relatively more stable and better able to generate profits than
firms with small total assets. Company value can be seen from several
approaches. Balance sheet approach assumes that company value was
value of its assets. This simple method sees company value from balance
sheet. Large company has wider base of stakeholders. Policies of large
enterprises will have greater effect on public interest than the smaller
companies. For investors, company policy will have implications on cash
flow outlook in future. Investors were more interested in company with
good financial condition, so that investors will be attracted to make their
investment, and affect on higher company value”.
memiliki arus kas positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam waktu
yang relatif lama, tetapi juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil
dan lebih mampu menghasilkan laba dari perusahaan dengan total aset kecil. Bagi
investor, kebijakan perusahaan akan berimplikasi pada prospek arus kas di masa
depan. Investor lebih tertarik pada perusahaan dengan kondisi keuangan yang
baik, sehingga investor akan tertarik untuk membuat investasi mereka, dan
mendapatkan dana baik dalam bentuk hutang jangka panjang maupun dengan
mengeluarkan saham baru. Maksudnya pihak bank lebih menyukai pinjaman dari
perusahaan besar karena resikonya lebih kecil dan investor akan lebih memilih
dan meningkatkan laba sehingga harga saham akan ikut meningkat karena
deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham meningkat seiring dengan
Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ayu Sri
Mahatma Dewi dan Ary Wirajaya (2013) yang menyatakan pada hasil
perusahaan.
Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang
lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana
yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan, dengan kata lain
rasio ini berfungsi mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk
jaminan hutang. Bagi kreditor semakin besar rasio ini, akan semakin tidak
menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan
EquityRatio merupakan rasio yang digunakan untuk menghitung utang dan modal,
yang dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar. Debt to equity ratio pada
kasnya. Perusahaan dengan arus kas yang stabil biasanya memiliki rasio yang
Struktur modal merupakan struktur financial yang terdiri atas hutang dan
modal sendiri.Proksi struktur modal dalam diukur dengan debt to equity ratio
(DER)karena debt to equity ratio merupakan rasio yang yang digunakan untuk
mengetahui perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri. Rasio ini
menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (utang) terhadap
beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Penggunaan hutang dalam suatu
perusahaan akan menaikkan harga saham berarti meningkat pula nilai perusahaan
tersebut, apabila pendanaan atau struktur modal didanai melalui hutang maka
peningkatan nilai perusahaan terjadi akibat efek tax deductible atau pengurangan
pajak, yaitu perusahaan yang memiliki hutang akan membayar bunga pinjaman
yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak yang dapat memberikan manfaat
Seperti yang dijelaskan melalui pendekatan Modigliani dan Miller dalam Agus
“Semakin besar hutang yang digunakan dalam struktur modal tidak akan
meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena keuntungan
yang diperoleh karena penggunaan utang diimbangi oleh kenaikan biaya
modal sendiri. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa dalam kondisi tidak ada
pajak, nilai perusahaan dan biaya modal rata-rata terimbang tidak lain juga
46
saham karena adanya pengaruh biaya bunga yang ditimbulkan dari adanya
penggunaan hutang. Dengan adanya pajak maka perusahaan atau harga saham
dipengaruhi oleh struktur modal, semakin tinggi proporsi hutang yang digunakan
maka akan semakin tinggi harga saham penggunaan hutang. Kebijakan pendanaan
pencapaian laba yang diperoleh perusahaan. Rasio ini berfungsi untuk mengetahui
alat pemantauan eksternal dalam upaya untuk mencapai tujuan perusahaan untuk
dikurangkan dari pajak. Selama periode pertumbuhan investasi yang tinggi, selain
hutang.
47
Satrio Wihardjo (2014) yang menyatakan bahwa variable debt to equity ratio
2.3 Hipotesis