Anda di halaman 1dari 28

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Anggaran

2.1.1. Pengertian Anggaran dan Karakteristik Anggaran

Dalam pengoperasian suatu perusahaan yang bertujuan untuk memperoleh

laba, diperlukan penyusunan perencanaan dan pengendalian biaya yang cermat

dan teliti agar dengan semua tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik. Untuk

itu pihak manajemen memerlukan anggaran sebagai alat perencanaan laba dan

pengendalian biaya. Menurut Mulyadi (2001:488), anggaran merupakan rencana

kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter

standar dan satuan ukuran lain, yang mencakup jangka waktu 1 (satu) tahun.

M. Munandar (2001:1) menyatakan anggaran adalah suatu rencana yang

disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan dan

dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu

(periode) tertentu yang akan datang. Sedangkan M. Nafarin (2000:9), menyatakan

anggaran merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang

dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk

jangka waktu tertentu. Anggaran merupakan alat manajemen untuk mencapai

tujuan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anggaran adalah

suatu rencana kegiatan operasional perusahaan di masa mendatang yang

dinyatakan secara kuantitatif dan biasanya dalam satuan uang.

9
Karakteristik anggaran menurut Abdul Halim, Ahmad Tjahjono, M. Fakhri

Husein (2000:173), yaitu :

1) Anggaran mengestimasi tingkat laba potensial dari suatu unit usaha.

2) Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan, walaupun satuan

keuangan tersebut dibantu dengan data non keuangan.

3) Anggaran umumnya meliputi periode 1 (satu) tahun.

4) Anggaran merupakan komitmen manajemen, yang berarti bahwa manajer

mau menerima tanggung jawab untuk mencapai target yang dianggarkan.

5) Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi dari

penyusunan anggaran.

6) Anggaran yang telah disetujui dapat diubah hanya jika terjadi kondisi

tertentu.

7) Secara periodik, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan

anggaran kemudian selisihnya dianalisis dan dijelaskan.

Sedangkan menurut Mulyadi (2001:499), anggaran memiliki karakteristik

sebagai berikut :

1) Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain

keuangan.

2) Anggaran umumnya mencakup jangka waktu 1(satu) tahun.

3) Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti

bahwa para manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk

mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam anggaran.

10
4) Usulan anggaran direview dan disetujui oleh pihak yang berwenang

lebih tinggi dari penyusun anggaran.

5) Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah dibawah kondisi tertentu.

6) Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan

anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.

2.1.2. Syarat-syarat dan Jenis Anggaran

Menurut Supriyono (1993:19), ada beberapa syarat agar anggaran dapat

bermanfaat dan berhasil bagi perusahaan, yaitu :

a. Adanya organisasi perusahaan yang sehat

Organisasi yang sehat adalah organisasi yang membagi tugas fungsional

dengan jelas dan menentukan garis wewenang serta tanggung jawab yang

tegas.

b. Adanya sistem akuntansi yang memadai

Sistem akuntansi yang memadai meliputi: (1) penggolongan rekening yang

sama antara anggaran dan realisasinya sehingga dapat diperbandingkan

dan dilihat penyimpangannya, (2) pencatatan akuntansi memberikan

informasi mengenai realisasi anggaran, (3) laporan didasarkan kepada

akuntansi pertanggungjawaban.

c. Adanya penelitian dan analisis

Penelitian dan analisis diperlukan untuk menetapkan alat pengukur

prestasi sehingga anggaran dapat dipakai untuk menganalisis prestasi.

11
d. Adanya dukungan dari para pelaksana

Anggaran dapat dipakai sebagai alat yang baik bagi manajemen jika ada

dukungan aktif dari para pelaksana baik dari tingkat atas sampai bawah.

Terdapat beberapa jenis anggaran berdasarkan waktunya (Supriyono,

1993:17), yaitu :

1) Anggaran jangka panjang

Adalah anggaran yang disusun oleh perusahaan untuk jangka waktu yang

lama, yaitu lebih dari 1 (satu) tahun.

2) Anggaran tahunan

Adalah anggaran yang disusun oleh perusahaan untuk jangka waktu

1 (satu) tahun atau 1 (satu) periode akuntansi.

3) Anggaran bulanan

Adalah anggaran tahunan yang disusun lebih terinci untuk setiap bulan

didalam tahun anggaran yang bersangkutan.

Sedangkan jenis anggaran berdasarkan cara penyusunannya menurut

Supriyono (1993:16) dapat dibedakan menjadi :

1) Anggaran statis (fixed budgeting)

Anggaran statis didasarkan pada estimasi suatu tingkatan kapasitas tertentu

yang sifatnya konstan yang akan dicapai oleh perusahaan pada periode

tertentu, oleh karena itu anggaran penghasilan dan biaya didasarkan

kepada satu tingkatan volume kapasitas tertentu tersebut.

12
2) Anggaran fleksibel (flexible budgeting)

Adalah anggaran yang disusun berderet, yang merupakan perbandingan

tingkatan volume kapasitas dimana anggaran digolongkan ke dalam

anggaran biaya tetap dan anggaran biaya variabel.

2.1.3. Fungsi Anggaran

Mulyadi (2001:502), menyatakan bahwa anggaran mempunyai beberapa

fungsi diantaranya :

1) Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.

2) Anggaran merupakan cetak biru aktifitas yang akan dilaksanakan

perusahaan dimasa yang akan datang.

3) Anggaran berfungsi sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan

berbagai unit organisasi dalam perusahaan dan menghubungkan manajer

bawah dengan manajer atas.

4) Anggaran berfungsi sebagai tolak ukur yang dipakai sebagai pembanding

hasil operasi sesungguhnya.

5) Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan

manajemen menunjuk bidang yang kuat dan lemah bagi perusahaan.

6) Anggaran berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi dan memotivasi

manajer dan karyawan agar senantiasa bertindak secara efektif dan efisien

sesuai dengan tujuan organisasi.

13
Sedangkan Munandar (2001:10), menyatakan bahwa ada 3 (tiga) fungsi

pokok anggaran yaitu :

1) Sebagai pedoman kerja

Anggaran berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arah

sekaligus memberikan target-target yang harus dicapai oleh kegiatan

kegiatan perusahaan di waktu yang akan datang.

2) Sebagai alat pengkoordinasian kerja

Anggaran berfungsi sebagai alat untuk pengkoordinasian kerja agar semua

kegiatan-kegiatan yang terdapat didalam perusahaan dapat saling

menunjang, saling bekerja sama dengan baik, untuk menuju ke sasaran

yang telah ditetapkan. Dengan demikian kelancaran jalannya perusahaan

akan lebih terjamin.

3) Sebagai alat pengawasan kerja

Anggaran berfungsi pula sebagai tolak ukur, sebagai alat pembanding

untuk menilai (evaluasi) realisasi kegiatan perusahaan nanti. Dengan

membandingkan dengan apa yang tertuang di dalam anggaran dengan apa

yang dicapai oleh realisasi kerja perusahaan, dapatlah dinilai apakah

perusahaan telah sukses bekerja ataukah kurang sukses, dapatlah diketahui

pula sebab-sebab penyimpangan antara anggaran dengan realisasinya.

14
2.1.4. Tujuan Penyusunan Anggaran

M. Nafarin (2000:12), menyatakan bahwa ada beberapa tujuan disusunnya

anggaran, yaitu :

1) Untuk digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber

dan penggunaan dana.

2) Untuk mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan digunakan.

3) Untuk merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis penggunaan

dana, sehingga mempermudah pengawasan.

4) Untuk merasionalkan sumber dan penggunaan dan agar dapat mencapai

hasil yang maksimal.

5) Untuk menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena dengan

anggaran lebih nyata dan jelas terlihat.

6) Untuk menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang

berkaitan dengan keuangan.

Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (1999:352), tujuan anggaran

yaitu :

1) Anggaran mendesain para manajer untuk membuat rencana

Anggaran mendesak manajemen untuk merencanakan kegiatan di masa-

masa yang akan datang untuk mengembangkan arah keseluruhan

organisasi, melihat kemungkinan timbulnya masalah, dan untuk

pengembangan kebijakan di masa datang.

2) Anggaran memberikan informasi sumber daya yang dapat digunakan

untuk meningkatkan pengambilan keputusan.

15
Anggaran memuat informasi yang signifikan tentang kemampuan sumber

daya suatu organisasi, memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih

baik.

3) Anggaran membantu penggunaan sumber daya dan para pegawai dalam

menetapkan tolak ukur yang digunakan untuk evaluasi kinerja selanjutnya

Anggaran juga menetapkan standar yang dapat mengontrol penggunaan

sumber daya perusahaan dan mengontrol serta memotivasi para karyawan.

Hal yang mendasar bagi kesuksesan sebuah sistem penganggaran adalah

memastikan bahwa dilakukannya langkah-langkah untuk mencapai tujuan

dalam rencana besar organisasi tersebut.

4) Anggaran meningkatkan komunikasi dan koordinasi

Anggaran juga berguna untuk mengkomunikasikan rencana-rencana

organisasi kepada setiap karyawan dan selanjutnya mengkoordinasikan

pekerjaan mereka.

2.1.5. Faktor faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran

Menurut M. Munandar (2001:11), bahwa suatu anggaran dapat berfungsi

dengan baik apabila taksiran yang termuat didalamnya cukup akurat, sehingga

tidak jauh berbeda dengan realisasinya. Untuk dapat melakukan penaksiran lebih

akurat diperlukan berbagai data, informasi dan pengalaman yang merupakan

faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan anggaran, dapat

dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu :

16
1) Faktor-faktor intern

Yaitu data, informasi, dan pengalaman yang terdapat di perusahaan itu

sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain berupa penjualan penjualan

tahun lalu, kebijaksanaan perusahaan, tenaga kerja, modal, dan fasilitas

lainnya.

2) Faktor faktor ekstern

Yaitu data, informasi, dan pengalaman yang terdapat di luar perusahaan

tetapi dirasa mempunyai pengaruh terhadap perusahaan. Faktor-faktor

tersebut antara lain keadaan persaingan, tingkat pertumbuhan penduduk,

tingkat pendidikan masyarakat, tingkat penyebaran masyarakat, berbagai

kebijaksanaan pemerintah, dan keadaan perekonomian nasional dan

internasional.

2.1.6. Manfaat dan Kelemahan Anggaran

M. Nafarin (2000:12) menyatakan anggaran memiliki beberapa manfaat

dan kelemahan sebagai berikut :

a. Manfaat anggaran

1) Segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama.

2) Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan pegawai.

3) Dapat memotivasi pegawai.

4) Menimbulkan tanggung jawab tertentu pada pegawai.

5) Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu.

17
6) Sumber daya seperti: tenaga kerja, peralatan, dan dana dapat

dimanfaatkan seefisien mungkin.

7) Alat pendidikan bagi manajer.

b. Kelemahan anggaran

1) Anggaran dibuat berdasarkan taksiran dan anggapan, sehingga

mengandung unsur ketidakpastian.

2) Menyusun anggaran yang cermat memerlukan waktu, uang dan tenaga

yang tidak sedikit, sehingga tidak semua perusahaan mampu menyusun

anggaran secara lengkap dan akurat.

3) Bagi pihak yang merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran dapat

mengakibatkan mereka menggerutu dan menentang, sehingga anggaran

tidak efektif.

2.1.7. Langkah langkah Penyusunan Anggaran

Menurut Gudono (1993:190), bahwa terdapat lima langkah yang

diperlukan dalam penyusunan anggaran, yaitu:

1) Manajemen puncak mengirim prinsip-prinsip penyusunan anggaran

(termasuk tujuan umum perusahaan) ke masing-masing bagian serta

membentuk komite anggaran, jika belum memiliki komite.

2) Masing-masing bagian menyusun anggaran operasional (rencana laba)

dimulai dengan membuat ramalan penjualan dan anggaran penjualan.

Masing-masing manajer yang terlibat menerima anggaran penjualan itu

untuk dijadikan dasar penyusunan anggaran operasionalnya sendiri.

18
3) Negosiasi antar bagian dan komunikasi dengan pihak atasan.

4) Koordinasi dan pembahasan kembali terhadap rancangan anggaran yang

diajukan oleh masing-masing departemen oleh komite anggaran. Beberapa

revisi mungkin dilakukan supaya terjadi keharmonisan antara anggaran

dari departemen yang satu dengan anggaran dari departemen lain.

5) Persetujuan akhir dari manajemen puncak. Anggaran untuk kemudian

dibagi-bagikan ke setiap departemen.

2.1.8. Prinsip dan Prosedur Penyusunan Anggaran

Menurut Jae K. Shim dan Joel G. Siegel (2000:3), dalam penyusunan

anggaran program-program diterjemahkan sesuai dengan tugas dan tanggung

jawab dari masing-masing kepala departemen atau bagian. Setiap anggaran

disusun berdasarkan struktur organisasi yang ada di perusahaan. Struktur

organisasi merumuskan tanggung jawab fungsional daripada pelaksana dan

merupakan dasar untuk menilai anggaran yang telah ditetapkan. Keberhasilan

suatu anggaran tidak hanya ditentukan oleh manajer pelaksana anggaran saja,

tetapi oleh seluruh bagian yang ada dalam perusahaan. Agar anggaran bisa

berhasil, dituntut kerjasama antar manajer masing-masing bagian sehingga

anggaran itu benar-benar berhasil bagi perusahaan.

Penyusunan anggaran pada dasarnya adalah merupakan proses penetapan

peran setiap manajer dalam melaksanakan program. Langkah pertama adalah

penentuan tujuan perusahaan dan setiap bagian dari perusahaan akan menentukan

19
tujuan dan jenis kegiatan masing-masing bagian yang tidak terlepas dari tujuan

perusahaan.

Dari informasi penjualan tahun sebelumnya, akan dibuat ramalan

penjualan sebagai dasar penyusunan budget penjualan, dan jika disetujui akan

dipakai sebagai dasar penaksiran dalam budget budget lainnya. Selanjutnya,

sebelum proses produksi dimulai tiap tingkatan manajemen diharuskan menyusun

beberapa perkiraan biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan

perusahaan. Selanjutnya taksiran biaya dikumpulkan dan dibahas bersama-sama

oleh masing-masing kepala bagian bersama direksi perusahaan.

Penyusunan angaran dapat dilakukan dengan proses bottom up approach

dan top down approach. Bottom up approach adalah dengan pendekatan bawah ke

atas dimana masing-masing kepala departemen mengajukan anggaran dari

masing-masing departemennya kepada direksi, sedangkan top down approach

adalah direksi memberikan petunjuk-petunjuk serta kebijakan perusahaan yang

digunakan sebagai acuan dalam penyusunan anggaran. Setelah anggaran ditelaah

dan disetujui, maka anggaran akan diusulkan ke Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS) dan langkah terakhirnya adalah pengesahan anggaran oleh Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS).

2.2 Anggaran Statis

2.2.1. Pengertian Anggaran Statis

Anggaran statis merupakan anggaran yang disusun berdasarkan satu

tingkat aktifitas tertentu. Anggaran ini banyak diterapkan oleh perusahaan karena

20
penyusunannya yang lebih mudah. Amin Widjaya Tunggal (1995:14),

menyatakan bahwa anggaran statis merupakan anggaran yang memuat perkiraan

biaya yang didasarkan pada satu volume atau tingkat kegiatan. Definisi lain

dikemukakan oleh Apandi Nasehatun (1999:20), bahwa anggaran statis

merupakan anggaran yang disusun untuk suatu periode tertentu ketika volume

(output) produksi telah ditentukan dan didasarkan volume tersebut dibuat rencana

revenue, cost, dan expenses. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa anggaran statis merupakan anggaran yang disusun dengan terlebih dahulu

menentukan tingkat aktifitas yang direncanakan, kemudian berdasarkan tingkat

aktifitas tersebut dibuat anggaran revenue, cost, dan expenses.

2.2.2. Keunggulan dan Kelemahan Anggaran Statis

Menurut Garrison, Noreen (2000:537), Suatu anggaran selain sebagai alat

perencanaan, juga digunakan sebagai alat pengendalian. Penggunaan anggaran

statis sebagai alat perencanaan sudah cukup memadai, dimana pelaksanaan

anggaran telah memiliki gambaran tentang tingkat aktifitas yang harus dicapai dan

sumber daya yang dialokasikan untuk mencapai tingkat aktifitas tersebut.

Penggunaan anggaran statis sebagai alat pengendalian memiliki kelebihan

dan kelemahan. Kelebihan dari anggaran statis adalah penyusunannya yang

mudah dan memerlukan biaya yang sedikit. Di sisi lain, penggunaan anggaran

statis memiliki kelemahan yaitu apabila tingkat aktifitas aktual yang dicapai sama

dengan yang telah direncanakan, maka perbandingan antara anggaran dengan

realisasi aktual akan menghasilkan informasi yang realistis, namun pada saat

21
aktifitas aktual yang dicapai berbeda secara signifikan, maka perbandingan antara

anggaran dengan realisasi aktual akan menghasilkan informasi yang tidak

realistis. Hal ini akan memberikan dampak apabila selisih yang timbul menuntut

tindakan koreksi, maka tindakan yang diambil tidak akan sesuai dengan kondisi

yang sebenarnya terjadi.

2.3 Anggaran Fleksibel

2.3.1. Pengertian dan Karakteristik Anggaran Fleksibel

Anggaran fleksibel merupakan alat pengendalian yang sangat berguna

karena memungkinkan manajemen untuk menghitung biaya keluaran dalam

berbagai tingkat aktifitas. Anggaran fleksibel adalah anggaran yang tidak

membatasi diri hanya pada satu tingkat aktifitas saja, tetapi ditujukan ke arah

suatu range aktifitas juga, anggaran fleksibel dapat disusun setiap saat sebagai

pembanding biaya sesungguhnya pada tingkat aktifitas berapapun yang berada

dalam range relevan (Garrison, Noreen, 2000:537).

Definisi lain menyebutkan anggaran fleksibel adalah anggaran yang

disusun berderet (seri) yang merupakan perbandingan antara beberapa tingkat

volume kapasitas dimana anggaran digolongkan ke dalam anggaran biaya tetap

dan anggaran biaya variabel (Supriyono, 1993:16).

Karakteristik anggaran fleksibel adalah:

1) Disusun untuk suatu rentangan aktifitas dan bukan untuk satu aktifitas

saja.

22
2) Memberikan dasar yang dinamis untuk membuat perbandingan

perbandingan, karena anggaran tersebut secara otomatis akan dapat

memberikan informasi yang menyangkut tingkatan volume yang berbeda.

Anggaran fleksibel bisa dibuat dengan tingkatan penjualan tertentu atau

volume tertentu sebelum atau sesudah penjualan atau produksi itu

terlaksana. Anggaran fleksibel dapat memberikan informasi berupa biaya

yang harus dikeluarkan untuk suatu tingkatan output.

2.3.2. Manfaat Anggaran Fleksibel

Henry Simamora (1999:199), menyatakan bahwa manfaat dari anggaran

fleksibel bagi perusahaan adalah:

1) Anggaran fleksibel dapat dipakai untuk merumuskan anggaran sebelum

adanya data taksiran tingkat aktifitas.

2) Karena anggaran fleksibel dapat menentukan berapa besarnya biaya pada

bermacam macam tingkat aktifitas, anggaran ini dapat dipakai setelah

adanya data untuk menghitung berapa seharusnya biaya untuk tingkat

aktifitas aktual.

3) Anggaran fleksibel dapat menolong manajemen dalam menghadapi

ketidakpastian dengan memampukan mereka untuk melihat taksiran hasil

dalam kisaran aktifitas tertentu.

23
2.3.3. Keunggulan dan Kelemahan Anggaran Fleksibel Dibandingkan

Anggaran statis

Menurut Agus Ahyari (1997:17) keunggulan anggaran statis yaitu

penyusunannya lebih mudah. Kelemahan anggaran statis yaitu kurang tepat

dipakai sebagai alat pengendalian biaya, terutama untuk pengendalian biaya yang

didalamnya terdapat unsur biaya semi variabel karena tidak adanya pemisahan

biaya pada anggaran statis dan kelemahan selanjutnya yaitu dengan menggunakan

anggaran statis, penilaian yang dilakukan menjadi kurang tepat karena perusahaan

bersifat dinamis, sedangkan keunggulan anggaran fleksibel yaitu dapat dipakai

sebagai alat perencanaan laba yang lebih baik dan dapat digunakan untuk

menganalisa penyimpangan yang lebih baik dan anggaran fleksibel mempunyai

kelemahan yaitu penyusunanya lebih sulit dan memerlukan dana yang lebih

banyak, karena harus memisahkan antara biaya tetap dan biaya variabel.

2.3.4. Penyusunan Anggaran Fleksibel

Menurut Matz, Adolf, Usry Milton (diterjemahkan oleh Al Fonsus Sirait

dan Herman Wibowo, 1994:65) untuk dapat menyusun sebuah anggaran fleksibel,

terlebih dahulu harus dilakukan pengembangan rumus untuk setiap perkiraan

didalam setiap pusat biaya. Setiap rumus menunjukkan tarif biaya tetap dan atau

biaya variabel untuk perkiraan tersebut. Bagian variabel dari rumus merupakan

tarif biaya (cost rate) yang dikaitkan dengan tolak ukur kegiatan tertentu, seperti

jam kerja pekerja langsung, jam kerja pakai mesin, atau unit produksi. Jumlah

biaya tetap dan tarif biaya variabel akan tetap konstan dalam rentang (range)

24
kegiatan tertentu. Setelah itu, disusun anggaran fleksibel berdasarkan kegiatan

yang sesungguhnya. Untuk menetapkan kegiatan yang tetap dan bagian yang

variabel tersebut maka dilakukan penggolongan biaya berdasarkan perilakunya

dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Biaya berdasarkan

perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume kegiatan menurut

Mulyadi (2001:485) dapat digolongkan menjadi 3 (tiga), yaitu :

1) Biaya tetap

Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran perubahan volume

kegiatan tertentu. Besarnya biaya tetap per satuan berubah dengan adanya

perubahan volume kegiatan. Besarnya biaya tetap dipengaruhi oleh

kondisi perusahaan jangka panjang, teknologi, dan metode serta strategi

manajemen.

Untuk keperluan perencanaan dan pengendalian, biaya tetap ini

dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu:

a. Comitted fixed cost

Comitted fixed cost sebagian besar berupa biaya tetap yang timbul

dari kepemilikan pabrik, equipment, dan organisasi pokok. Perilaku

comitted fixed cost diketahui dengan jelas dengan mengamati biaya

biaya tetap yang dikeluarkan jika seandainya perusahaan tidak

melakukan kegiatan sama sekali dan akan kembali ke kegiatan

normal. Misal: biaya depresiasi, sewa, asuransi, dan gaji karyawan

utama.

25
b. Discretionary fixed cost

Merupakan biaya yang timbul dari keputusan penyediaan anggaran

secara berkala (biasanya tahunan) yang secara langsung

mencerminkan kebijaksanaan manajemen puncak mengenai jumlah

maksimum biaya-biaya yang diijinkan untuk dikeluarkan dan yang

tidak dapat menggambarkan hubungan yang optimum antara

masukan dengan keluaran (yang diukur dengan volume penjualan,

jasa produk atau produk). Misalnya: biaya program latihan

karyawan, biaya iklan, biaya konsultan, biaya riset dan

pengembangan, dan biaya promosi penjualan.

2) Biaya variabel

Adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan

perubahan volume kegiatan. Biaya variabel per unit konstan (tetap)

dengan adanya perubahan volume kegiatan. Untuk keperluan perencanaan

dan pengendalian, biaya variabel dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:

a. Engineered variabel cost

Adalah biaya yang memiliki hubungan fisik tertentu. Hampir semua

biaya variabel merupakan engineered variabel cost. Biaya ini merupakan

biaya yang antara masukan dan keluarannya mempunyai hubungan yang

erat dan nyata. Jika masukan (biaya) berubah, maka keluaran akan

berubah sebanding dengan perubahan masukan tersebut. Sebaliknya, jika

keluaran berubah, maka masukan (biaya) akan berubah sebanding

dengan perubahan keluaran tersebut.

26
b. Discretionary variabel cost

Adalah biaya yang masukan dan keluarannya memiliki hubungan erat

namun tidak nyata. Jika keluaran berubah, maka masukan akan berubah

sebanding dengan keluaran tersebut. Namun jika masukan berubah,

keluaran belum tentu berubah dengan adanya perubahan masukan

tersebut.

3) Biaya semivariabel

Adalah biaya yang memiliki unsur tetap dan variabel didalamnya. Unsur

biaya tetap merupakan jumlah biaya minimum untuk menyediakan jasa,

sedangkan unsur variabel merupakan bagian dari semi variabel yang

dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan.

Untuk membuat anggaran fleksibel, maka biaya semi variabel perlu

dipisahkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel. Ada dua pendekatan dalam

memperkirakan fungsi biaya, yaitu pendekatan historis dan pendekatan analitis.

Dalam pendekatan historis, penentuan fungsi biaya dilakukan dengan cara

menganalisis perilaku biaya di masa lalu dalam hubungannya dengan perubahan

volume kegiatan dalam masa yang sama. Sedangkan pendekatan analitis,

penentuan fungsi biaya dilakukan atas kerjasama antara orang-orang teknik dan

staf penyusunan anggaran.

Metode-metode yang digunakan dalam pendekatan historis antara lain

meode titik tertinggi dan terendah, metode berjaga, dan metode kuadrat terkecil

(least square). Metode titik tertinggi dan terendah (high and low method) adalah

metode untuk menentukan persamaan suatu garis lurus dengan terlebih dahulu

27
memilih dua titik (tinggi dan rendah) yang akan digunakan untuk menghitung

parameter pemitas atau kemiringan. Metode berjaga (standby method) adalah

metode untuk memperkirakan fungsi biaya dengan menghitung berapa biaya yang

harus dikeluarkan jika perusahaan ditutup sementara dimana produksi sama

dengan nol, biaya berjaga ini disebut dengan biaya tetap. Perbedaan antara biaya

yang dikeluarkan selama produksi berjalan dengan biaya berjaga jaga merupakan

biaya variabel. Metode least square, menganggap bahwa hubungan antara biaya

dengan volume kegiatan berbentuk garis lurus dengan persamaan Y = a + bX,

dimana Y merupakan biaya variabel, X menunjukkan volume kegiatan, dan a

merupakan unsur biaya tetap dalam variabel X dan b menunjukkan unsur biaya

variabelnya.

Setelah biaya dipisahkan berdasarkan perilakunya, anggaran fleksibel

dapat disusun dengan mempertimbangkan berbagai tingkat kapasitas atau volume

produksi atau penjualan yang mungkin. Anggaran fleksibel dapat disusun tiap

bulan, semester, dan tahunan.

2.4 Penggolongan Biaya

Menurut Supriyono (1993:166-169), bahwa setiap manajer dalam

akuntansi pertanggungjawaban bertanggungjawab atas biaya yang terjadi dalam

departemen yang dipimpinnya. Ini terjadi karena manajer ikut serta dalam

penyusunan anggaran biaya departemen. Akan tetapi para manajer hanya

bertanggungjawab atas biaya terkendali yang terjadi di departemennya.

28
Pemisahan antara biaya terkendali dan tidak terkendali perlu dipisahkan dalam

akuntansi pertanggungjawaban.

Biaya terkendali adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi

oleh seorang manajer dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan biaya tak

terkendali adalah biaya yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh seorang

manajer tertentu berdasarkan wewenang yang ia miliki. Pemisahan biaya

terkendali dan tidak terkendali selalu berhubungan dengan tingkat manajemen dan

jangka waktu.

Untuk memisahkan antara biaya terkendali dan tidak terkendali seringkali

menghadapi kesulitan. Berikut pedoman untuk menentukan apakah biaya yang

terjadi dapat dibebankan kepada manajer pusat pertanggungjawaban, yaitu:

1) Jika seorang manajer mempunyai wewenang baik dalam perolehan

maupun penggunaan jasa, ia harus dibebani dengan biaya tersebut.

2) Jika seorang manajer dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah biaya

tertentu melalui tindakannya sendiri, ia dapat dibebani dengan biaya

tersebut.

3) Meskipun seorang manajer tidak dapat secara signifikan mempengaruhi

jumlah biaya tertentu melalui tindakan langsung sendiri, ia dapat juga

dibebani biaya tersebut jika manajemen puncak menghendaki agar supaya

ia menaruh perhatian, sehingga ia dapat membantu manajer lain yang

bertanggungjawab untuk mempengaruhi biaya tersebut.

29
Biaya tak terkendali dapat diubah menjadi biaya terkendali melaui 2 (dua)

cara yang saling berkaitan berikut ini:

1) Dengan mengubah dasar pembebanan dari alokasi ke pembebanan

langsung.

2) Dengan mengubah letak tanggung jawab pengambilan keputusan dengan

cara pendelegasian wewenang untuk pengambilan keputusan dari

manajemen puncak kepada para manajer pusat pertanggungjawaban yang

bersangkutan.

2.5 Pengertian Perencanaan Laba

2.5.1. Pengertian Perencanaan

Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah untuk mencari laba atau

keuntungan dengan menggunakan sumber-sumber ekonomi yang ada. Sebelum

tujuan tersebut tercapai, maka perusahaan dapat diarahkan atau digunakan sebagai

dasar dalam melakukan pengawasan terhadap kegiatan perusahaan. Perencanaan

yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam mencapai laba

yang diinginkan. Berikut ini akan diuraikan beberapa pengertian dari perencanaan

yang dikemukakan oleh beberapa ahli dari sudut pandang yang berbeda namun

pada prinsipnya mempunyai pengertian yang sama.

Menurut Supriyono (1993:15), perencanaan adalah spesifikasi

(perumusan) dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta penentuan cara-cara

yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut serta mengandung unsur-

unsur sebagai berikut:

30
a. Penentuan tujuan yang akan dicapai

b. Memilih dan menentukan cara yang akan ditempuh dari semua alternatif

yang mungkin dipilih.

c. Usaha-usaha atau langkah-langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan

atas dasar alternatif yang mungkin dipilih.

Henry Simamora (1999:5), menyatakan bahwa perencanaan (planning)

berarti penyusunan gambaran finansial dan operasional rinci kegiatan kegiatan

yang direncanakan, sedangkan Hansen, dkk (diterjemahkan oleh Ancella A.

Hermawan, 1999:15), menyatakan bahwa perencanaan (planning) berarti formula

rinci dari tindakan untuk mencapai akhir tertentu dalam kegiatan manajemen.

Berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa perencanaan adalah

perumusan daripada tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta penentuan

tindakan-tindakan yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan yang diinginkan

tersebut. Perencanaan juga merupakan langkah awal dalam sebuah kinerja.

2.5.2. Pengertian Perencanaan Laba

Keberhasilan manajemen dapat dilihat melalui pencapaian laba

perusahaan. Laba terutama dipengaruhi oleh harga jual produk, biaya, dan volume

penjualan. Biaya menentukan harga jual untuk pencapaian laba yang dikehendaki,

harga jual mempengaruhi volume penjualan, sedangkan volume penjualan

langsung mempengaruhi volume produksi dan volume produksi mempengaruhi

biaya.

31
Supriyono (1993:5), perencanaan adalah spesifikasi (perumusan) dari

tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta penentuan cara-cara yang akan

ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan laba menurut Supriyono

(1993:331), adalah selisih antara penghasilan di atas semua biaya dalam periode

akuntansi tertentu. Jadi perencanaan laba adalah pemilihan alternatif-alternatif

yang mungkin dilaksanakan untuk melakukan kegiatan yang meliputi seluruh

tahap operasi di masa yang akan datang dengan mempertimbangkan sumber-

sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan dan kendala-kendala yang dihadapi

untuk mencapai tujuan, yaitu memperoleh laba yang optimal.

2.6 Teknis Analisis Dalam Perencanaan Laba

Seperti telah disebutkan bahwa antara harga pokok jual produk, biaya, dan

volume penjualan berperan dalam memperoleh laba. Karenanya dalam

perencanaan laba, hubungan antara ketiga faktor tersebut sangat berpengaruh

dalam pemilihan alternatif tindakan manajemen untuk perumusan kebijakan

perusahaan di masa mendatang.

Analisis impas atau break event point dan analisis hubungan biaya,

volume, laba merupakan teknik untuk menggabungkan, mengkoordinasikan, dan

menafsirkan data produksi dan unit distribusi untuk membantu manajemen untuk

perencanaan laba, merumuskan kebijaksanaan dan mengambil keputusan.

a. Analisis impas atau break event point

Menurut Mulyadi (2001:228), break event point informasi yang dapat

digunakan oleh manajemen untuk memperoleh gambaran batas bawah

32
pendapatan yang harus dicapai agar dalam tahun anggaran yang akan

datang perusahaan tidak mengalami kerugian.

Analisis ini didasarkan atas data historis, kegiatan masa lalu, atau estimasi

penjualan dan biaya di masa datang. Dalam kaitannya dengan masa datang

dapat dibantu dengan anggaran fleksibel. Titik impas dapat ditentukan

dalam satuan unit produk yang dijual atau dalam satuan uang (rupiah)

hasil penjualan dengan rumusan sebagai berikut :

Biaya Tetap Total


BEP total (Rp) = ……………………..……(1)
Biaya variabel total
1
Penjualan total
Biaya Tetap Total ……………….…….. (2)
BEP Total (Unit) = Margin Kontribusi Unit
=======+=
Dari analisis impas dapat dihasilkan informasi mengenai margin

pengaman (margin of safety) yaitu batas yang menunjukkan berapa

banyak penjualan yang dianggarkan boleh turun sebelum perusahaan

mulai mengalami kerugian. Margin pengaman dapat ditentukan dengan

cara mengurangkan penjualan impas dari penjualan anggaran. Jika dalam

bentuk prosentase, disebut ratio margin pengaman.

Penjualan yang direncanakan-Penjualan pada BEP


MOS (%) = X 100 % ..(3)
======= Penjualan yang direncanakan
+=
b. Analisis biaya, volume, laba

Analisis impas merupakan salah satu bentuk analisis biaya, volume, laba

karena untuk mengetahui impas maupun margin pengaman maka perlu

diadakan analisis terhadap hubungan biaya, volume, dan laba

33
Analisis biaya, volume, laba dititikberatkan pada sampai sejauh mana

perubahan biaya, volume, dan harga jual berakibat pada laba perusahaan.

Hubungan antara biaya, volume, laba dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu

harga jual per satuan, volume penjualan, komposisi produk yang dijual,

biaya variabel per unit, dan total biaya tetap. Agar perencanaan laba

efektif, manajemen harus dapat memperkirakan bagaimana masing-masing

faktor tersebut terhadap laba bersih, titik impas, dan return on investment

perusahaan.

2.7 Penelitian Sebelumnya

Penelitian dengan menggunakan anggaran fleksibel sudah pernah

dilakukan sebelumnya. Salah satu diantaranya oleh Nyoman Yani Kurnia (2004)

dengan judul "Anggaran Fleksibel Sebagai Alat Pengendalian Laba Departemen

Kamar Pada Discovery Kartika Plaza Hotel-Bali". Pokok permasalahan yang

diangkat dalam penelitian ini adalah apakah ada alternatif lain dari anggaran

untuk memaksimalkan laba yang diperoleh dan berapakah besarnya varian antara

anggaran fleksibel dengan realisasinya serta anggaran statis dengan realisasinya,

serta faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya varian tersebut. Teknik

analisis yang dipergunakan adalah teknik analisis kuantitatif dengan metode least

square (kuadrat terkecil), membuat anggaran fleksibel dimana penjualan dan

biaya-biaya yang dianggarkan pada anggaran statis perusahaan dibuat berdasarkan

volume kegiatan aktual selama 1(satu) tahun, untuk penjualan dan biaya-biaya

variabel yang tidak termasuk dalam biaya semivariabel dibagi dengan volume

34
kegiatan yang dianggarkan pada nggaran tetap perusahaan kemudian dikaitkan

dengan volume kegiatan aktual. Sedangkan untuk biaya tetap yang tidak termasuk

dalam biaya semivariabel, jumlahnya sama dengan yang tercantum di anggaran

statis yang dibuat perusahaan serta membandingkan anggaran fleksibel dengan

relisasinya dan anggaran statis dengan realisasinya. Dan dengan menghitung

selisih antara laba rugi aktual dengan anggaran fleksibel yang dibuat pada volume

kegiatan aktual. Serta dengan teknik analisis kualitatif yaitu membandingkan

anggaran sebagai alat pengendalian laba dengan anggaran statis yang telah dibuat

oleh perusahaan. Variabel yang digunakan adalah anggaran fleksibel, selisih

anggaran dan realisasi, dan pengendalian laba. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya adalah (1) rentang waktu dan (2) variabel yang digunakan

terdapat sedikit perbedaan. Sedangkan persamaannya adalah (1) teknik analisis

yang digunakan sama sama memakai teknik analisis least square (kuadrat

terkecil) untuk memisahkan biaya semivariabel (2) sama-sama menggunakan

anggaran fleksibel sebagai acuan dan menggunakannya sebagai tolak ukur. Hasil

analisis dalam penelitian ini adalah penggunaan anggaran statis sebagai alat

pengendalian laba kurang tepat dan selisih yang terjadi menggunakan anggaran

fleksibel lebih kecil dibandingkan anggaran statis, serta faktor yang menyebabkan

selisih antara anggaran dengan aktual disebabkan selisih pendapatan dan biaya.

Penelitian lainnya juga dilakukan oleh oleh Ni Luh Putu Hari Yunita

(2006) dengan judul "Penyusunan Anggaran Fleksibel Sebagai Alat Perencanaan

Laba dan Evaluasi Kinerja Manajemen Pada Villa Shanti Beach Hotel". Pokok

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimanakah

35
penyusunan anggaran fleksibel sebagai alat perencanaan laba dan evaluasi kinerja

manajemen pada Villa Shanti Beach Hotel. Teknik analisis yang dipergunakan

adalah teknik analisis kuantitatif dengan metode least square (kuadrat terkecil)

untuk memisahkan biaya semivariabel, average room calculation, pemisahan

biaya, break event point, rate of interest, menyusun anggaran fleksibel untuk

pendapatan dan biaya operasional dengan rentang aktifitas tertentu, dengan

menyusun anggaran pada tingkat hunian kamar yang sama dengan realisasi, dan

dengan membandingkan antara anggaran fleksibel dengan realisasi yang

sesungguhnya pada tingkat hunian yang sama serta menentukan selisih laba yang

terjadi antara anggaran fleksibel dengan realisasi yang sesungguhnya serta teknik

analisis kualitatif untuk mendukung data kuantitatif. Perbedaan penelitian ini

dengan sebelumnya,(1) rentang waktu (2)variabel yang digunakan terdapat sedikit

perbedaan. Sedangkan persamaannya adalah (1) teknik analisis yang digunakan

sama sama memakai teknik analisis least square (kuadrat terkecil) untuk

memisahkan biaya semivariabel (2) sama-sama menggunakan anggaran fleksibel

sebagai acuan dan menggunakannya sebagai tolak ukur.

36

Anda mungkin juga menyukai