Anda di halaman 1dari 15

PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG

LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bising dalam kesehatan kerja, bising diartikan sebagai suara yang dapat
menurunkan pendengaran baik kwantitatif (peningkatan ambang pendengaran)
maupun secara kwalitatif (penyempitan spectrum pendengaran), berkaitan dengan
factor intensitas, frekuensi, durasi, dan pola waktu.
Kebisingan didefinisikan sebagai “suara yang tak dikehendaki, misalnya yang
merintangi terdengarnya suara-suara, music dan sebagainya, atau yang menyebabkan
rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup (JIS Z 8106 (IEC60050-801) kosa kata
elektro-teknik Internasional Bab 801: akustikal elektroakustik)”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan
dapat menganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat menimbulkan ketulian.
Gangguan pendengaran adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang
berakibat kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal
memahami pembicaraan.
Secara kasar gradasi gangguan pendengaran karena bising itu sendiri dapat
ditentukan menggunakan parameter percakapan sehari-hari yaitu normal berarti tidak
mengalami kesulitan dalam percakapan biasa (6m), sedang berarti kesulitan dalam
percakapan sehari-hari mulai dari jarak > 1,5 m, menengah berarti kesulitan dalam
percakapan keras sehari-hari mulai jarak > 1,5 m, berat berarti kesulitan dalam
percakapan keras/berteriak pada jarak > 1,5 m, sangat berat berarti kesulitan dalam
percakapan keras/berteriak pada jarak < 1,5 m, dan tuli total berarti kehilangan
kemampuan pendengaran dalam berkomunikasi.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum pengujian kebisingan yaitu agar praktikan dapat
mengetahui bagaimana tingkat kebisingan yang ada disekitar kita yang sesuai dengan
batasan normal yang dibutuhkan oleh mahlukk hidup dan juga dapat
mengimplementasikan dalam dunia pertambangan yang tarkait masalah lingkungan.

MUHAMMAD ASNAWI MUHAMMAD TAUFAN


093 2015 0102 093 2014 068
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN

1.2.2 Tujuan
1. Mengetahui tingkat suara menggunakan Sound Level Meter (SLM)
2. Menganalisis tingkat kebisingan.

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat
1. Sound Level Meter (SLM);
2. Alat tulis menulis;
3. Kalkulator;
4. Stopwatch;
5. Papan pengalas.
1.3.2 Bahan
1. Kertas Hvs.

MUHAMMAD ASNAWI MUHAMMAD TAUFAN


093 2015 0102 093 2014 068
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian kebisingan

Bunyi atau suara adalah gelombang longitudinal hasil dari suatu getaran yang
dapat merangsang indera pendengaran, dimana gelombang longitudinal adalah
gelombang yang secara terus-menerus merambat melalui medium. Medium atau zat
perantara ini dapat berupa zat cair, padat, gas. Jadi, gelombang bunyi dapat
merambat misalnya di dalam air, batubara, atau udara. Sedangkan kebisingan adalah
bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan dan
kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Berdasarkan
Kepmenaker, kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari
alat-alat, proses produksi yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
kesehatan dan pendengaran.
Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang
bergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul udara
sekitarnya sehingga molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini
menyebabkan terjadinya gelombang rambatan energi mekanis dalam medium udara
menurut pola rambatan longitudinal. Rambatan gelombang diudara ini dikenal
sebagai suara atau bunyi sedangkan dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat
menimbulkan gangguan kenyamanan dan kesehatan.
Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu
pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak. Umumnya sumber
kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri, perdagangan, pembangunan, alat
pembangkit tenaga, alat pengangkut dan kegiatan rumah tangga.
Frekuensi adalah jumlah getaran yang terjadi dalam satu detik atau
banyaknya gelombang/getaran yang dihasilkan tiap detiknya. Adapun macam-
macam frekuensi terbagi menjadi 3, yaitu: ultrasonik, audiosonik, dan infrasonik.
Setiap makhluk hidup mempunyai ambang pendengaran yang berbeda-beda.
Pendengaran manusia dan hewan tentu akan berbeda. Ada bunyi yang dapat didengar
manusia, tetapi tidak oleh hewan dan sebaliknya. Bunyi yang mempunyai frekuensi
di atas 20.000 Hz disebut ultrasonik. Bunyi ini hanya dapat didengar oleh lumba-
lumba dan kelelawar. Kelelawar menggunakan frekuensi ini sebagai navigasi ketika

MUHAMMAD ASNAWI MUHAMMAD TAUFAN


093 2015 0102 093 2014 068
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN

terbang di kegelapan. Kelelawar dapat menemukan jalan atau mangsanya dengan


cara mengeluarkan bunyi ultrasonik. Bunyi ini akan dipantulkan oleh benda-benda di
sekelilingnya, kemudian pantulan bunyi ini dapat ditangkap kembali sehingga
kelelawar dapat mengetahui jarak dirinya dengan benda-benda di sekitarnya. (Ada
banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dari penggunaan bunyi ultrasonik ini,
khususnya di bidang kedokteran. Dalam bidang kedokteran, bunyi ultrasonik ini bisa
digunakan untuk mendiagnosa janin dalam kandungan. Nama lain dari proses
tersebut ialah USG (ultrasonografi).
Bunyi yang mempunyai frekuensi antara 20 Hz – 20.000 Hz disebut
audiosonik. Selang frekuensi bunyi ini dapat didengar manusia. Akan tetapi,
kepekaan pendengaran manusia semakin tua semakin menurun, sehingga pada usia
lanjut tidak semua bunyi yang berada di rentang frekuensi ini dapat didengar.
Bunyi yang mempunyai frekuensi di bawah 20 Hz disebut infrasonik. Bunyi ini
dapat didengar oleh binatang-binatang tertentu, seperti anjing, laba-laba, dan
jangkrik. (Bunyi infrasonik mampu merambat dari jarak yang sangat jauh. Selain itu,
bunyi ini mampu menembus hambatan tanpa mengurangi besaranya frekuensi yang
dihasilkan. Kalau pun ada pengurangan besaran frekuensi, itu terjadi tidak terlalu
signifikan. Maka dari itu, getaran gempa dan aktivitas gunung berapi pun dapat
diketahui. Tentunya ya menggunakan alat tadi, Seismograf).

2.2 Jenis-jenis kebisingan

Kebisingan dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) bentuk dasar (Wahyu,


2003):
a. Intermitten Noise (Kebisingan Terputus-putus).
Intermittten Noise adalah kebisingan diana suara timbul dan menghilang
secara perlahan-lahan. Termasuk dalam intermitten noise adalah kebisingan yang
ditimbulkan oleh suara kendaraan bermotor dan pesawat terbang yang tinggal landas.
b. Steady State Noise (Kebisingan Kontinyu)
Dinyatakan dalam nilai ambang tekanan suara (sound pressure levels) diukur
dalam octave band dan perubahan-perubahan tidak melebihi beberapa dB per detik,
atau kebisingan dimana fluktuasi dari intensitas suara tidak lebih 6dB, misalnya:
suara kompressor, kipas angin, darur pijar, gergaji sekuler, katub gas.

MUHAMMAD ASNAWI MUHAMMAD TAUFAN


093 2015 0102 093 2014 068
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN

c. Impact Noise
Impact noise adalah kebisingan dimana waktu yang diperlukan untuk
mencapai puncak intensitasnya tidak lebih dari 35 detik, dan waktu yang dibutuhkan
untuk penurunan sampai 20 dB di bawah puncaknya tidak lebih dari 500 detik. Atau
bunyi yang mempunyai perubahan-perubahan besar dalam octave band. Contoh:
suara pukulan palu, suara tembakan meriam atau senapan dan ledakan bom.

2.3 Dampak Kebisingan

Menurut Depnaker yang dikutip oleh Srisantyorini (2002) kebisingan


mempunyai pengaruh terhadap tenaga kerja, mulai dari gangguan ringan berupa
gangguan terhadap konsentrasi kerja, pengaruh dalam komunikasi dan kenikmatan
kerja sampai pada cacat yang berat karena kehilangan daya pendengaran (tuli) tetap.
a. Gangguan terhadap konsentrasi kerja dapat mengakibatkan menurunnya kualitas
pekerjaan. Hal ini pernah dibuktikan pada sebuah perusahaan film dimana
penurunan intensitas kebisingan berhasil mengurangi jumlah film yang rusak
sehingga menghemat bahan baku.
b. Gangguan terhadap komunikasi, akan menganggu kerja sama antara pekerja dan
kadang-kadang mengakibatkan salah pengertian secara tidak langsung dapat
menurunkan kualitas atau kuantitas kerja. Kebisingan juga mengganggu persepsi
tenaga kerja terhadap lingkungan sehingga mungkin sekali tenaga kerja kurang
cepat
c. Gangguan dalam kenikmatan kerja berbeda-beda untuk tiap-tiap orang. Pada
orang yang sangat rentan kebisingan dapat menimbulkan rasa pusing, gangguan
konsentrasi, dan kehilangan semangat kerja.
d. Penurunan daya pendengaran akibat yang paling serius dan dapat menimbulkan
ketulian total sehingga seseorang sama sekali tidak dapat mendengarkan
pembicaraan orang lain.

2.4 Pengendalian Kebisingan

Menurut Pramudianto yang dikutip oleh Babba (2007), pada prinsipnya


pengendalian kebisingan di tempat kerja terdiri dari:

MUHAMMAD ASNAWI MUHAMMAD TAUFAN


093 2015 0102 093 2014 068
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN

1. Pengendalian secara teknis


Pengendalian secara teknis dapat dilakukan pada sumber bising, media yang
dilalui bising dan jarak sumber bising terhadap pekerja. Pengendalian bising
pada sumbernya merupakan pengendalian yang sangat efektif dan hendaknya
dilakukan pada sumber bising yang paling tinggi.
Cara-cara yang dapat dilakukan antara lain :
a. Desain ulang peralatan untuk mengurangi kecepatan atau bagian yang bergerak,
menambah muffler pada masukan maupun keluaran suatu buangan, mengganti
alat yang telah usang dengan yang lebih baru dan desain peralatan yang lebih
baik.
b. Melakukan perbaikan dan perawatan dengan mengganti bagian yang bersuara
dan melumasi semua bagian yang bergerak.
c. Mengisolasi peralatan dengan cara menjauhkan sumber dari pekerja/penerima,
menutup mesin ataupun membuat barrier/penghalang.
d. Meredam sumber bising dengan jalan memberi bantalan karet untuk mengurangi
getaran peralatan dari logam, mengurangi jatuhnya sesuatu benda dari atas ke
dalam bak maupun pada sabuk roda.
e. Menambah sekat dengan bahan yang dapat menyerap bising pada ruang kerja.
Pemasangan peredam ini dapat dilakukan pada dinding suatu ruangan bising.
2. Pengendalian secara administratif
Pengendalian ini meliputi rotasi kerja pada pekerja yang terpapar oleh
kebisingan dengan intensitas tinggi ke tempat atau bagian lain yang lebih
rendah, cara mengurangi paparan bising dan melindungi pendengaran.
3. Pemakaian alat pelindung telinga
Pengendalian ini tergantung terhadap pemilihan peralatan yang tepat untuk
tingkat kebisingan tertentu, kelayakan dan cara merawat peralatan

MUHAMMAD ASNAWI MUHAMMAD TAUFAN


093 2015 0102 093 2014 068
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

Pastikan posisi alat ± 1,2 m dari lantai atau tanah, tidak terhalang bangunan,
pohon, papan reklame dan sejenisnya, ada jarak dari barrier (≥3 meter), dan tidak
dalam kondisi hujan. Terus SLM dapat dipegang atau dipasang pada trifoot dan
mikrofon (bila ada) mengarah kepada sumber bising. Sebelum menekan tombol
“start” pastikan alat telah disetting dengan benar sesuai bising yang akan diukur.
Untuk pengukuran secara manual, data kebisingan dikumpulkan selama waktu
pengukuran adalah 5 menit tiap jam. Pengambilan atau pencatatan data adalah tiap 5
detik, dan ketinggian mikrofon adalah 1,2 m dari permukaan tanah. Selama 10 menit,
diperoleh data sebanyak 120 data).

MUHAMMAD ASNAWI MUHAMMAD TAUFAN


093 2015 0102 093 2014 068
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Tabel
Tabel 4.1 Tabel uji kebisingan di depan Kampus UMI
DETIK
KE 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
1 60 36 58 61 58 62 53 52 64 50 56 61
2 51 55 61 62 57 60 58 61 64 60 59 63
3 67 50 70 69 71 71 70 69 70 69 72 71
4 69 71 69 69 69 69 67 70 70 68 67 70
5 70 72 72 66 71 67 72 71 71 69 69 73
MENIT
6 71 69 67 68 65 67 67 66 65 63 67 69
7 71 68 72 70 72 64 70 70 68 73 69 70
8 70 69 71 69 70 66 70 71 68 71 73 67
9 67 67 70 68 72 70 70 71 70 73 70 61
10 69 68 70 70 71 68 73 73 71 73 74 70

4.2.1 Perhitungan
a. 1 menit
1
Leq (1 menit)=10 log [(100.1x60+100.1x36 +100.1x58 +100.1x61 100.1x58 +100.1x62 100.1x53 +100.1x52 +100.1x64 +100.1x50 +100.1x56 +100.1x61 )5] dB
60

= 10 log 1/60 [ ( 1000000 + 3981,071706 + 630957,3445 +


1258925,412 + 630957,3445 + 1584893,192 +
199526,2315 + 158489,3192 + 2511886,432 +
100000 + 398107,1706 + 1258925,412 ) x 5 ]

= 10 log 1/60 [(9736648,93) x 5 ]

= 10 log 1/60 ( 48683245 )

= 10 log 811387,4

= 10 x 5,909228

= 59,09228

MUHAMMAD ASNAWI MUHAMMAD TAUFAN


093 2015 0102 093 2014 068
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN

b. 2 menit
1
Leq (2 menit)=10 log [(100.1x51 +100.1x55 +100.1x61+100.1x62 100.1x57+100.1x60 100.1x58+100.1x61 100.1x64+100.1x60 +100.1x59 +100.1x63 )5] dB
60

= 10 log 1/60 [( 125892,5412 +316227,766 +1258925,412 +


1584893,192 + 501187,2336 + 1000000 +
630957,3445 + 1258925,412 + 2511886,432
+1000000 +794328,2347 +1995262,315 ) x 5]

= 10 log 1/60 [(12978485,88) x 5 ]

= 10 log 1/60 (64892429 )

= 10 log 1081540

= 10 x 6,034043

= 60,34043

c. 3 menit
1
Leq (3 menit)=10 log [(100.1x67 +100.1x50 +100.1x70 +100.1x69 100.1x71 +100.1x71 100.1x70 +100.1x69 100.1x70 +100.1x69 +100.1x72 +100.1x71 )5] dB
60

= 10 log 1/60 [( 5011872,336 + 100000+ 10000000 + 7943282,347


+12589254,12 + 12589254,12 + 10000000 +
7943282,347 + 10000000 + 7943282,347 +
15848931,92 + 12589254,12 ) x 5]

= 10 log 1/60 [(112558413,7) x 5 ]

= 10 log 1/60 (562792068,3 )

= 10 log 9379868

= 10 x 6,972197

= 69,72197

d. 4 menit
1
Leq (4 menit)=10 log [(100.1x69 +100.1x71 +100.1x69 +100.1x69 100.1x69 +100.1x69 100.1x70 +100.1x70 100.1x70 +100.1x68 +100.1x67 +100.1x70 )5] dB
60

= 10 log 1/60 [( 10000000 + 15848931,92 + 15848931,92 +


3981071,706 + 12589254,12 + 5011872,336 +
15848931,92 + + 12589254,12 + 12589254,12 +
7943282,347 + 7943282,347 +19952623,15 ) x 5]

= 10 log 1/60 [(98638983,97) x 5 ]

= 10 log 1/60 (493194919,9)

MUHAMMAD ASNAWI MUHAMMAD TAUFAN


093 2015 0102 093 2014 068
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN

= 10 log 8219915

= 10 x 6,914867

= 69,14867

e. 5 menit
1
Leq (5 menit)=10 log [(100.1x70 +100.1x72 +100.1x72 +100.1x66 100.1x71 +100.1x69 100.1x72 +100.1x71 100.1x71 +100.1x69 +100.1x69 +100.1x73 )5] dB
60

= 10 log 1/60 [( 12589254,12 + 7943282,347 + 5011872,336 +


6309573,445 + 3162277,66 + 5011872,336 +
5011872,336 3981071,706 + 3162277,66
+1995262,315 + 5011872,336 + 7943282,347 ) x 5]

= 10 log 1/60 [(140146690 ) x 5 ]

= 10 log 1/60 (700733450,1)

= 10 log 11678891

= 10 x 7,067402

= 70,67402

f. 6 menit
1
Leq (6 menit)=10 log [(100.1x71 +100.1x69 +100.1x67 +100.1x68 100.1x65 +100.1x67 100.1x67 +100.1x66 100.1x65 +100.1x63 +100.1x67 +100.1x69 )5] dB
60

= 10 log 1/60 [( 12589254,12 +7943282,347 + 5011872,336 +


6309573,445 + 3162277,66 + 5011872,336 +
5011872,336 + 3981071,706 + 3162277,66
+1995262,315 + 5011872,336 + 7943282,347 ) x 5]

= 10 log 1/60 [(67133770,94 ) x 5 ]

= 10 log 1/60 (335668854,7)

= 10 log 5594481

= 10 x 6,74776

= 67,4776

MUHAMMAD ASNAWI MUHAMMAD TAUFAN


093 2015 0102 093 2014 068
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN

g. 7 menit
1
Leq (7 menit)=10 log [(100.1x71 +100.1x68 +100.1x72 +100.1x70 100.1x72 +100.1x64 100.1x70 +100.1x70 100.1x68 +100.1x73 +100.1x69 +100.1x70 )5] dB
60

= 10 log 1/60[ ( 12589254,12 + 6309573,445 +15848931,92+


10000000 + 15848931,92 + 2511886,432 + 10000000
+ 10000000 + 6309573,445 + 19952623,15 +
7943282,347 + 10000000 ) x 5]

= 10 log 1/60 [(127314056,8) x 5 ]

= 10 log 1/60 (636570283,9)

= 10 log 10609505

= 10 x 7,025695

= 70,25695

h. 8 menit
1
Leq (9 menit)=10 log [(100.1x67 +100.1x67 +100.1x70 +100.1x68 100.1x72 +100.1x70 100.1x70 +100.1x71 100.1x70 +100.1x73 +100.1x70 +100.1x61 )5] dB
60

= 10 log 1/60 [( 10000000 + 7943282,347 + 12589254,12 +


7943282,347 + 10000000 + 3981071,706 + 10000000
+ 12589254,12 + 6309573,445 + 12589254,12 +
19952623,15 + 5011872,336 ) x 5]

= 10 log 1/60 [(118909467,7) x 5 ]

= 10 log 1/60 (594547338,4)

= 10 log 9909122

= 10 x 6,996035

= 69,96035

i. 9 menit
1
Leq (9 menit)=10 log [(100.1x67 +100.1x67 +100.1x70 +100.1x68 100.1x72 +100.1x70 100.1x70 +100.1x71 100.1x70 +100.1x73 +100.1x70 +100.1x61 )5] dB
60

= 10 log 1/60 [( 5011872,336 + 5011872,336 + 10000000 +


6309573,445 + 15848931,92 + 10000000 + 10000000
+ 12589254,12 + 10000000+ 19952623,15 +
10000000 +1258925,412 ) x 5]

= 10 log 1/60 [(115983052,7) x 5 ]

= 10 log 1/60 (579915263,6)

MUHAMMAD ASNAWI MUHAMMAD TAUFAN


093 2015 0102 093 2014 068
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN

= 10 log 9665254

= 10 x 6,985213

= 69,85213

j. 10 menit
1
Leq (10 menit)=10 log [(100.1x68 +100.1x68 +100.1x70 +100.1x70 100.1x71 +100.1x68 100.1x73 +100.1x73 100.1x71 +100.1x73 +100.1x74 +100.1x70 )5] dB
60

= 10 log 1/60 [( 7943282,347 + 6309573,445 + 10000000 +10000000


+ 12589254,12 + 6309573,445 + 19952623,15 +
19952623,15 + 12589254,12 + 19952623,15 +
25118864,32 + 10000000 ) x 5]

= 10 log 1/60 [(160717671,2) x 5 ]

= 10 log 1/60 (803588356,2)

= 10 log 13393139

= 10 x 7,126882

= 71,26882

4.1.2 Tabel hasil perthitungan

Tabel 4.2 Tabel uji kebisingan di depan Kampus UMI

DETIK
KE 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 HASIL
1 60 36 58 61 58 62 53 52 64 50 56 61 59,09228265
2 51 55 61 62 57 60 58 61 64 60 59 63 60,34042783
3 67 50 70 69 71 71 70 69 70 69 72 71 69,72196718
4 69 71 69 69 69 69 67 70 70 68 67 70 69,14867344
5 70 72 72 66 71 67 72 71 71 69 69 73 70,67401599
MENIT
6 71 69 67 68 65 67 67 66 65 63 67 69 67,47759796
7 71 68 72 70 72 64 70 70 68 73 69 70 70,25695111
8 70 69 71 69 70 66 70 71 68 71 73 67 69,96035189
9 67 67 70 68 72 70 70 71 70 73 70 61 69,85213289
10 69 68 70 70 71 68 73 73 71 73 74 70 71,26882385

MUHAMMAD ASNAWI MUHAMMAD TAUFAN


093 2015 0102 093 2014 068
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN

4.2 Pembahasan

Berdasarkan pengamatan untuk pengujian menggunakan Sound Level Meter


(SLM) yang di donwload di Play stroy, pengamatan ini tidak terlalu akurat karena
alat yang di gunakan menggunakan aplikasi Handpone, maka data yang di dapat
terkadang tidak sesuai dengan perkiraan atau terkadang ada anomali. Sound Level
Meter (SLM) adalah suatu perangkat alat uji untuk mengukur tingkat kebisingan
suara, hal tersebut sangat di perlukan terutama untuk lingkungan industri, contoh
pada industri penerbangan dimana lingkungan sekitar harus diuji tingkat kebisingan
suara atau tekanan suara yang ditimbulkannya untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap lingkungan sekitar, sesuai dengan pengertian Sound Level Meter (SLM)
kami mengambil data kebisingan di depan Kampus Universitas Muslim Indoneisa
dengan 10 data yang di ambil untuk data pertama atau menit 1 kami menggunakan
interval 5 detik, setiap 5 detik kami melihat alat sampai di mana tingkat kebisingan
begitupun sampai seterusnya sampai detik 60 dengan tingkat kebsingan yang di dapat
begitu berbeda karena kendarangan yang terkadang ramai dan tidak ada yang
langgar. Hasil perhitungan untuk tingkat kebisingan di depan Kampus Universitas
Muslim Indonesia dengan rata-rata 67,77932 Hd, maka dia termasuk dalam
peruntuhan kawasan menurut Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup tentang
Baku Mutu Kebisingan. Peruntuhan kawasan terkhusus lagi karena rata-ratanya
67,77932 Hd maka dia termasuk dalam kawasan perdagangan dan jasa, Industri,
Rekreasi dan terkhusus lainnya (Pelabuhan laut).

MUHAMMAD ASNAWI MUHAMMAD TAUFAN


093 2015 0102 093 2014 068
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sound Level Meter (SLM) adalah suatu perangkat alat uji untuk mengukur
tingkat kebisingan suara, hal tersebut sangat di perlukan terutama untuk lingkungan
industri, contoh pada industri penerbangan dimana lingkungan sekitar harus diuji
tingkat kebisingan suara atau tekanan suara yang ditimbulkannya untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar. Alat ini sangat membantu untuk
memperkecil kawasan sesuai dengan tingkat kebisingan.
Tingkat kebisingan dapat di dapat dengan menggunakan alat Sound Level
Meter (SLM) dengan alat dapat di ketahui tingkatan kebisingan sesuai dengan
tempatnya karena tidak semua tempat sama dengan kebisingannya, apabila tingkat
kebisingannya di atas rata-rata maka harus menggunakan ala.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk asisten


Percobaan yang dimasukkan ke dalam mata acara alangka baiknya
diperhitungkan terlebih dahulu supaya bisa di laksakan dengan baik bukannya hanya
menjadi pajangan pada lembar kartu kontrol asistensi.
5.2.2 Saran untuk Laboratorium
Alat yang belum ada alangka baiknya diadakan kedepannya bukanya hanya
menambah mata acara tapi tidak ada alat.

MUHAMMAD ASNAWI MUHAMMAD TAUFAN


093 2015 0102 093 2014 068
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN

DAFTAR PUSTAKA

www.google.com
(http://ujiorganoleptikresti.blogspot.com/2014/11/laporan-praktikum-teknik
laboratorium.html).

MUHAMMAD ASNAWI MUHAMMAD TAUFAN


093 2015 0102 093 2014 068

Anda mungkin juga menyukai