Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH INFLASI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Bahasa Indonesia Keilmuan
Yang dibina oleh Ibu Dewi Ariani

Oleh :

M. Rifqi Lutfi Alhafidz (140431600649)


Mufinna Fauziyah (140431601071)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
SEPTEMBER 2014
PENDAHULUAN

Bagian pendahuluan dalam makalah ini menguraikan tentang, latar belakang, rumusan
dan tujuan masalah. Paparan lebih lanjut sebagai berikut.

A. Latar Belakang
Di dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain: konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di
pasar memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang. Inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang
secara terus-menerus.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang pernah terkena dampak krisis
Ekonomi Global. Pada tahun 1998 Indonesia benar-benar marasakan dahsyatnya goncangan
krisis finansial yang mengarah pada kepercayaan. Serelah itu Ekonomi Indonesia mulai
bergerak dan bangkit kembali. Pada tahun 2004 perlahan kondisi Ekonomi Indonesia mulai
merasakan tekanan kembali yang merupakan imbas dari kenaikan harga minyak dunia dengan
diumumkannya kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) pada 1 Maret 2004.
Semenjak peristiwa kenaikan BBM tersebut, Indonesia benar-benar mengalami inflasi
bukan hanya harga BBM yang melambung, namun harga barang-barang pokok pun ikut
melambung. Hal ini cukup membuat beban masyarakat Indonesia semakin berat. Walaupun
dengan adanya BLSM (Bantuan Langsung Sementara Masyarakat). Masyarakat tidak dapat
sepenuhnya memenuhi kebutuhan pokoknya. Selain itu, turunnya nilai mata uang rupiah juga
dirasakan oleh semua orang. Khususnya masyarakat golongan menengah ke bawah.
Terjadinya inflasi dapat mendistorsi harga-harga relatif, tingkat pajak suku bunga riil,
pandangan masyarakat akan terganggu, dan menurunkan modal. Maka dari itu, mengatasi
inflasi merupakan sasaran utama kebijakan moneter.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat disusun rumusan sebagai berikut.
1. Apa saja penyebab terjadinya inflasi?
2. Apakah dampak yang ditimbulkan dari inflasi?
3. Bagaimana cara mengendalikan inflasi?
C. Tujuan masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan makalah ini sebagai berikut.
1. Agar pembaca dapat mengetahui penyebab terjadinya inflasi.
2. Agar pembaca dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan dari inflasi.
3. Agar pembaca dapat mengetahui kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengendalikan
inflasi.
PEMBAHASAN

Bagian pembahasan menguraikan tentang penyebab terjadinya inflasi, dampak


terjadinya inflasi dan cara mengatasi inflasi. Paparan lebih lanjut sebagai berikut.

A. Penyebab Terjadinya Inflasi


Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas
atau uang atau alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi dan atau distribusi
(kurangnya produksi (produst of service) dan termasuk kurangnya disribusi). Penyebab
pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral),
sedangkan penyebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor
yang dalam hal ini dipegang oleh pemerintah (Goverment) seperti fiskal (perpajakan atau
pungutan atau insentif atau disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dan
lain-lain.
Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total
yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar, sehingga
terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya
volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa
mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut.
Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor
produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total
sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimana biasanya
lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas di pasar yang berlebihan. Membanjirnya
likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan
Bank Sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga Bank Sentral,
sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
Inflasi dorongan biaya (cost push inflation) dapat terjadi akibat adanya kelangkaan
produksi dan atau adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada
perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidaklancaran aliran distribusi ini atau
berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan
harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya
posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi
yang baru.
Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah
teknis di sumber produksi, bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk
menghasilkan produksi tersebut, aksi spekulasi (penimbunan), dan lain-lain, sehingga memicu
kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi
pada distribusi, hal ini faktor infastruktur memainkan peranan yang sangat penting.

B. Dampak Terjadinya Inflasi


Pekerja dengan gaji tetap sangat dirugikan dengan adanya inflasi. Inflasi memiliki
dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila terjadi
inflasi ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif yang dapat mendorong perekonomian
lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk
bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah,
yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi
kacau. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan
produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti
pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan
mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu
ke waktu. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 2000. Pada tahun 2000,
uang pensiunan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2014 atau empat
belas tahun kemudian, daya beli uang mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang
pensiunannya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang
mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, misalnya pengusaha, tidak dirugikan
dengan adanya inflasi. Begitu juga dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji
mengikuti tingkat inflasi. Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai
riil mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, jika tingkat inflasi
di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan
investasi akan sulit berkembang karena untuk berkembangnya dunia usaha membutuhkan dana
dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Orang yang meminjam uang dari bank (debitur) akan menguntungkan jika terjadi inflasi
karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada
saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami
kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat meminjam.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi
daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, maka produsen akan terdorong untuk
melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar), bila inflasi
menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka
produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya
untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen
tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil). Secara umum, inflasi
dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku
bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan
pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat
kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

C. Cara Mengatasi Inflasi


Dengan menggunakan irving fisher , dapat dijelaskan bahwa inflasi timbul
karena naik lebih cepat daripada . Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya inflasi
maka salah satu variabel harus dikendalikan. Cara mengatur variabel
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kebijaksanaan moneter, fiskal atau
kebijaksanaan yang menyangkut kenaikan produksi.
1. Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar .
Salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demand deposito). Uang giral dapat
terjadi melalui dua cara, pertama apabila seseorang memasukkan uang kas ke bank dalam
bentuk giro kemudian yang kedua apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak
diterima kas, tetapi dalam bentuk giro. Instrumen lain yang dapat dipakai untuk mencegah
inflasi adalah politik pasar terbuka (jual atau beli surat berharga) dengan cara menjual surat
berharga bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga laju inflasi
dapat lebih rendah.
2. Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta
perpajakan yang secara langsung dapat memengaruhi permintaan total dan dengan demikian
akan memengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total.
Kebijaksanaan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak
akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
3. Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat
dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk, sehingga impor barang
cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan
harga.
4. Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing
Kebijaksanaan ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan pada
indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji atau upah secara riil
tetap). Kalau indeks harga naik maka gaji atau upah juga dinaikan.
PENUTUP

Bagian penutup dalam makalah ini menguraikan tentang simpulan dan saran. Paparan
lebih lanjut sebagai berikut.

A. Simpulan
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu inflasi tarikan permintaan (demand pull
inflation) dan inflasi dorongan biaya (cost push inflation). Inflasi tarikan permintaan
merupakan meningkatnya permintaan yang dilakukan oleh masyarakat, investor, ataupun
pemerintah, sedangkan inflasi dorongan biaya terjadi karena kenaikan biaya produksi, yaitu
kenaikan biaya bahan baku dan adanya kenaikan gaji atau upah sehingga terjadi kelangkaan
produksi dan atau adanya kelangkaan distribusi.
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya
inflasi. Apabila terjadi inflasi ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif yang dapat
mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat
orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa
inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan
perekonomian menjadi kacau. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau
mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat.
Inflasi sangat memengaruhi kemajuan perekonomian suatu negara. Oleh karena itu,
inflasi perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah dengan cara mengeluarkan berbagai
kebijakan ekonomi, yaitu kebijakan moneter, kebijakan fiskal, kebijakan yang berkaitan
dengan output, dan kebijakan dalam penentuan harga.
B. Saran
1. Saran untuk Pemerintah
Pada saat inflasi, pemerintah sebaiknya menunda atau mengurangi jumlah pengeluaran uang
agar jumlah uang yang beredar dalam masyarakat berkurang, menaikkan tingkat suku bunga
agar masyarakat menabung di bank.
2. Saran untuk Masyarakat
Pada saat inflasi, sebaiknya masyarakat lebih adil dan bijak dalam melakukan kegiatan
ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai