Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lokasi Praktikum
Danau Batur merupakan danau terbesar di Pulau Bali yang terletak pada
posisi 115°22’42,3”–115°25’33,0” Bujur Timur dan 8°13’24,0”–8°17’13,3”
Lintang Selatan serta berada pada ketinggian 1050 mdpl. Danau Batur adalah
salah satu danau yang termasuk dalam 15 Danau Prioritas Nasional yang dipilih
berdasarkan parahnya tingkat kerusakan dan dampaknya terhadap kehidupan
masyarakat (Suwanto et al., 2011). Danau Batur merupakan danau terbesar di
Pulau Bali yang terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Danau
tersebut memiliki luas 16,05 km2, panjang danau sekitar 7,5 km, lebar 2,8 km,
dan kedalaman maksimum sekitar 60–70 m. Volume tampung air Danau Batur
adalah sebesar 815,58 juta m3 dengan luas daerah tangkapan air seluas 105,35
km2 (Arthana et al., 2009). Danau tersebut telah dimanfaatkan masyarakat di
sektor perikanan, selain sektor pariwisata yang telah berkembang sebelumnya
(Gubernur Bali, 2010). Menurut Suryono et al. (2008), kondisi perairan Danau
Batur pada saat ini cenderung mengalami perubahan, terutama kualitasnya
akibat pengaruh aktivitas masyakat di sekitar danau. Kondisi Danau Batur yang
merupakan sistem perairan tertutup dan tidak ada outlet sangat berpengaruh
terhadap kualitas perairannya dan tekanan akan semakin meningkat dengan
adanya peningkatan aktivitas perikanan masyarakat yang menimbulkan limbah
seperti adanya kawasan pertanian sayuran, daerah wisata, budidaya ikan dalam
keramba jaring apung (KJA) dan pemanfaatan lainnya (Suryono et al., 2006).
Gambar 2.1 Danau Batur

2.2 Nekton
Nekton adalah kelompok organisme yang tinggal di dalam kolom air,
baik di perairan tawar maupun laut. Kata “nekton" diberikan oleh Ernst
Haeckel tahun 1890 yang berasal dari kata Yunani (Greek) yang artinya
berenang. Ilmunya disebut Nektology. Orangnya disebut Nektologist.
Nekton adalah organisme laut yang dapat bergerak atau berenang sendiri dalam
air sehingga tidak bergantung pada arus laut yang kuat atau gerakan air yang
disebabkan oleh angin. sebagai contohnya adalah ikan, cumi-cumi, udang,
kepiting, mamalia dan reptil laut (Alfiah, 2011).

Berbeda dengan plankton nekton terdiri dari organisme yang


mempunyai kemampuan untuk bergerak sehingga mereka tidak
bergantung pada arus laut yang kuat atau gerakan air yang disebabkan oleh
angin. Mereka dapat bergerak di dalam air menurut kemauannya
sendiri. Salah satu karateristik nekton adalah kemampuan bergerak dengan
cepat (capability of fast motion). Nekton mempunyai panjang dari
beberapa centimeters sampai 30 meter. Jadi dapat disimpulkan bahwa
Nekton adalah hewan-hewan laut yang dapat bergerak sendiri ke sana ke
mari seperti ikan-ikan laut, reptil laut, mamalia laut, cumi-cumi dan lain-
lain.
Makanan nekton umumnya berupa plankton. Nekton merupakan
organisme laut yang sangat bermanfaat bagi manusia terutama untuk
perbaikan gizi dan peningkatan ekonomi. Tumpukan bangkai nekton
merupakan bahan dasar bagi terbentuknya mineral laut seperti gas dan
minyak bumi setelah mengalami proses panjang dalam jangka waktu
ribuan bahkan jutaan tahun.
Nekton seperti ikan yang berkelompok dapat diklasifikasikan dalam 2
golongan yaitu Golongan Holoepipelagik dan Golongan Meroepilagik.
Penjelasan klasifikasi jenis mengenai Kelompok Holoepipelagik dan
Meroepilagik dapat dilihat dibawah ini :
A. Holoepipelagik
Holoepipelagik adalah golongan ikan yang menghabiskan seluruh
waktunya di daerah epipelagik. Kelompok ikan ini mencakup ikan-ikan hiu
tertentu (cucut,martil, hiu mackerel, cucut biru), kebanyakan ikan terbang, tuna,
setuhuk, cucut gergaji, lemuru, ikan dayung, dan lain-lain.
B. Meroepilagik
Meroepipelagik adalah golongan ikan yang menghabiskan sebagian waktu
hidupnya di daerah epipelagik. Meropelagik dapat dibagi lagi berdasarkan pola
hidup masing-masing organisme, diantaranya :
1. Kelompok Organisme yang menghabiskan sebagian waktu hidupnya di
daerah epipelagik, kelompok ini beragam dan mencakup ikan yang
menghabiskan masa dewasanya di epipelagik tetapi memijah di daerah
pantai.
2. Kelompok Organisme yang hanya memasuki daerah epipelagik pada
waktu-waktu tertentu, seperti ikan perairan-dalam semacam ikan lentera
yang bermigrasi ke permukaan pada malam hari untuk mencari makan.
3. Kelompok Organisme yang menghabiskan awal daur hidupnya di
epipelagik, tetapi masa dewasanya di daerah lain.
2.2.1 Ikan wader (Rasbora argyrotaenia)
Ikan Wader merupakan ikan air tawar, tingkat keasaman optimumnya pada
pH 6,5 sampai dengan 7,0, suhu optimum yang cocok untuk ikan pada suhu 20
oC sampai dengan 26oC, hidup pada perairan daerah beriklim tropik, dapat
digunakan sebagai ikan akuarium atau pun digunakan secara komersial
Budiharjo, 2002. Distribusi di Asia adalah di Mekong, Chao Praya dan sungai
Mae Khong, Paninsula Melayu sampai Kalimantan, Jawa, dan Sumatra di
Indonesia (Alderton, 1997).
Ikan Wader merupakan ikan yang hidup dan beraktivitas di air permukaan.
Hewan diurnal yang aktif beraktifitas di siang hari, hidup berkoloni tidak
pernah menyendiri di air yang jernih, tempat yang berarus tidak terlalu deras.
Ikan Wader berada di sekitar tumbuhan yang dekat perairan. Dalam hal ini
digunakan ikan sebagai tempat berlindung, mempertahankan suhu tubuhnya
pada siang hari serta untuk peletakan telur-telurnya pada bagian tumbuhan yang
terendam air. Hewan detritus feeder yaitu pemakan kumpulan dari bagian
hewan atau tumbuhan yang mati termasuk bahan organik yang terdapat di dasar
perairan, pada umumnya merupakan hewan omnivore. (Nelson, 1984)
Ikan Wader R. argyrotaenia merupakan jenis ikan ovipar, ikan jantan lebih
ramping daripada ikan betina. Cara reproduksinya adalah pada musim kawin
ikan jantan menghampiri ikan betina, kemudian mempersiapkan daun untuk
persiapan asuhannya. Ikan betina akan menggosok-gosok perutnya pada bagian
bawah daun asuhan dan ikan jantan meletakkan badannya pada ikan betina
kemudian terjadi fertilisasi. Beberapa waktu setelah proses fertilisasi kemudian
telur-telur yang telah dibuahi akan menempel pada daun atau rerumputan di
sekitar perairan. Telur akan menetas pada 26-50 jam, larva mulai berenang pada
3-5 hari kemudian Nelson, 1984. Ikan-ikan yang hidup pada perairan alami
biasanya memijah pada awal musim penghujan atau pada saat permukaan air
tinggi. Saat itu terjadi perubahan kondisi perairan yang dapat merangsang ikan
dalam perkembangan gonad yang siap memijah. Kegiatan pemijahan ikan
merupakan suatu reaksi yang bersifat kompleks. Faktor yang berpengaruh
antara lain adalah cahaya, suhu, aliran air, oksigen terlarut, dan pH. Selain itu
ketersediaan rumput, ijuk juga mempengaruhi karena berfungsi untuk
meletakkan telur. (Sumantadinata, 1981 dalam Hardjono dan Atmini, 1989)
Sumber : (Alderton, 1997)
Gambar 2.2 Ikan wader (Rasbora argyrotaenia)
2.2.2 Xyphophorus helleri
Ikan pedang/Swordtail/Xiphophorus helleri adalah salah satu ikan hias air
tawar terpopuler. Swordtail termasuk dalam golongan Livebearers, yaitu ikan
yang berkembang biak melalui pembuahan internal. Tidak seperti kebanyakan
ikan yang bertelur, Livebearers melahirkan anak-anak mereka. Bersama ikan
Guppy ( Poecilia reticulata), Platy (Xiphophorus maculatus) dan Molly (Poecilia
sphenops), Swordtail tergabung dalam keluarga Poecilidae. Ukuran ikan pedang
dewasa berkisar antara 10-12 cm. Di dalam akuarium, ikan pedang lebih
menyukai berenang di area sekitar permukaan (top level). Perbandingan jumlah
ikan pedang jantan dan betina yang ideal adalah 1:3. Ikan pedang jantan terkenal
aktif secara seksual. Jika jumlah jantan melebihi rasio ideal, ikan pedang betina
akan mudah kelelahan dan stress karena terus menerus diganggu oleh beberapa
pejantan (Zainudin, 2012).
Swordtail biasanya berwarna merah. Akibat kawin silang dan mutasi.
Swordtail yang ada sekarang sangat beragam dalam bentuk tubuh dan warna.
Swordtail jantan dapat dikenali dengan mudah lewat bentuk ekor pedang mereka,
sirip punggung lebih panjang, dan sirip perut yang lancip. Sementara betina,
bentuk ekor dan sirip perut membulat seperti kipas dan lebih gemuk. Swordtail
termasuk ikan yang gampang beradaptasi dengan berbagai kondisi air. Swordtail
dapat tumbuh hingga 5 inci (13 cm) dan mampu hidup antara 3-5 tahun.
Swordtail adalah omnivore. Makanan mereka bervariasi dari tumbuhan air
seperti alga, hingga makhluk air berukuran kecil seperti cacing sutera dan larva
nyamuk. Swordtail juga dapat makan pelet yang komersil dijual di pasaran
(Timang, dkk., 2008). Tingkah Laku Reproduksi Ikan memiliki variasi strategi
reproduksi agar keturunannya mampu bertahan hidup. Ada tiga strategi
reproduksi yang paling menonjol yaitu: memijah hanya bilamana energi (lipid)
cukup tersedia, memijah dalam proporsi ketersediaan energy dan memijah
dengan mengorbankan semua fungsi yang lain, jika sesudah itu individu tersebut
mati. Proses reproduksi ikan pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga periode
yaitu periode pre-spawning, periode spawning, dan periode post-spawning.
Periode pre-spawning merupakan periode dimana proses penyiapan gonad untuk
menghasilkan telur dan sperma, peningkatan kematangan gonad dan penyiapan
telur dan sperma yang akan dikeluarkan berlangsung. Periode ini merupakan
bagian paling panjang dalam proses reproduksi, sedangkan periode spawning
merupakan bagian paling pendek. Pada periode spawning berlangsung
pengeluaran telur dan sperma serta pembuahan telur oleh sperma. Periode ketiga
yaitu periode post-spawning merupakan periode berlangsungnya perkembangan
telur yang telah dibuahi, penetasan telur dan pembesaran dari telur menjadi
embrio, larva sampai menjadi anak ikan (Ambarwati, 2008).

Sumber: (Zainudin, 2012)


Gambar 2.2 Xyphophorus helleri
2.3 Tumbuhan Air
Tumbuhan air juga disebut hidrofit adalah tumbuhan yang telah
menyesuaikan diri untuk hidup pada lingkungan perairan, baik terbenam
sebagian atau selluruh tubuhnya. Tanaman yang tumbuh di sekitar danau
umumnya memiliki mempunyai batang yang tipisdan tidak mudah patah
karena mengandung banyak air. Ditempat-temppat ttertentu tanaman air
tumbuh liar dan berkembang biak dengan sangat cepat. Tanaman seperti itu
dapat sangat mengganggu.
Tumbuhan air biasanya diselamatkan pada tumbuhan berpembuluh
yang hidup di air, seperti sejumlah paku air (angota bangsa Salvinales.
Ceropteris thalictroides) atau banyak tumbuhan berbiji (dari berbagai marga
(genus), baik monokotil maupun dikotil). Beberapa tumbuhan lumut (seperti
Riccia dan Ricciocarpus) juga hidup mengapung di air. Berikut ini adalah
karakteristik tumbuhan air :
1. Submerged Hodropytes
Merupakan tumbuhan yang berada dan hidup di bawah permukaan air,
tanpa berhubungan langsung dengan atsmofer. Contoh : Hydra sp,
Myiophyllum sp.Potomegetom sp.
2. Floating Hydropytes
Merupakan tumbuhan yang terapung di permukaan air dan tumbuhnya
berhubungan langsung dengan air dan lingkungan atsmofer, dengan akar
tumbuhan yang tidak terbenam atau mengakar di tanah. Contohnya yaitu
Eichornia crassipes.
3. Amphibious Hydrophytes
Merupakan tumbuhan yang beradaptasi pada lingkungan aquatik dan
lingkungan terestis. Jenis-jenis tumbuhan ini tumbuh di perairan dangkal
atau perairan yang berlumpur. Bagian tumbuhan yang terdapat di
permukaan air (udara) biasanya memperlihatkan siifat tumbuhan mesofit
atau xerofit, sedangkan bagian bagian yang tenggelam memperlihatkan ciri-
ciri hidrofit sejati. Contohnya adalah marseilla crenata. Tumbuhan amfibi
yang batangnya terdapat permukaan tanah, tetapi akarnya tetap terbenamdi
dalam rawa atau tanah yang terendam disebut sebagai “tumbuhan rawa”,
misalnya Scripus groosus.
2.3.1 Eceng Gondok
Eceng gondok termasuk family Pontederiaceae. Tanaman ini hidup di daerah
tropis maupun subtropis. Eceng gondok digolongkan sebagai gulma perairan
yang mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan dan
berkembang biak secara cepat. Tempat tumbuh yang ideal bagi tanaman eceng
gondok adalah perairan yang dangkal dan berair keruh, dengan suhu berkisar
antara 28-30C dan kondisi pH berkisar 4-12. Di perairan yang dalam dan berair
jernih di dataran tinggi, tanaman ini sulit tumbuh. Eceng gondok mampu
menghisap air dan menguapkanya ke udara melalui proses evaporasi. Gerbano
(2005)
Daun eceng gondok berbentuk bulat telur, berwarna hijau segar, dan
mengkilap. Di perairan yang mengandung nitrogen tinggi, eceng gondok
memiliki daun yang relatif lebar dan berwarna hijau tua. Sebaliknya di perairan
yang mengandung nitrogen rendah, eceng gondok memiliki daun yang relatif
kecil dan berwarna kekuning-kuningan, karena pertumbuhan eceng gondok
tergantung dari nutrisi yang tersedia dan cahaya matahari untuk fotosintesis
(Ripley, 2006). Tangkai daun memanjang, berbentuk silindris, dengan diameter
1-2 cm. Tangkai ini mengandung air yang dibalut serat yang kuat dan lentur.
Akar tanaman ini mampu menetralisir air yang tercemar limbah sehingga
seringkali dimanfaatkan untuk penanganan limbah industri.

Gambar 2.3 Eceng gondok


Eceng gondok memiliki keunggulan dalam kegiatan fotosintesis,
penyediaan oksigen dan penyerapan sinar matahari. Bagian dinding permukaan
akar, batang dan daunnya memiliki lapisan yang sangat peka sehingga pada
kedalaman yang ekstrem sampai 8 meter di bawah permukaan air masih mampu
menyerap sinar matahari serta zat-zat yang larut di bawah permukaan air. Akar,
batang, dan daunnya juga memiliki kantung-kantung udara sehingga mampu
mengapung di air. Keunggulan lain dari eceng gondok adalah dapat menyerap
senyawa nitrogen dan fosfor dari air yang tercemar, berpotensi untuk digunakan
sebagai komponen utama pembersih air limbah dari berbagai industri dan
rumah tangga. Karena kemampuanya yang besar, tanaman ini diteliti oleh
NASA untuk digunakan sebagai tanaman pembersih air di pesawat ruang
angkasa (Little, 1979; Thayagajaran, 1984). Menurut Zimmel (2006) dan
Tripathi (1990) eceng gondok juga dapat digunakan untuk menurunkan
konsentrasi COD dari air limbah.

Anda mungkin juga menyukai