Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kepada Yth.
KETUA MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA
Jl. Medan Merdeka Barat No. 6
Jakarta Pusat 10110
Dengan hormat,
1. dr.M. Gilang Ariesta,SpOG Warga Negara Indonesia, dokter Spesialis
Kandungan, Beralamat di jalan Kembang Kamboja, Malang, Jawa Timur
2. Habib Solihin, S.Kep. Warga Negara Indonesia, Pegawai Negeri Sipil;,
Beralamat di jalan Kembang Kamboja, Malang, Jawa Timur.
1
2
C. Alasan-alasan Permohonan
1. Bahwa objek permohonan pengujian ini adalah materi muatan Pasal 75
ayat (2) huruf b Undang-undang Nomor 36 tahun 1999 tentang Kesehatan.
Pasal 75 ayat berbunyi :
(1) “larangan melakukan aborsi”.
(2)“ Larangan sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologis bagi korban pemerkosaan.
2. Bahwa menurut Para Pemohon Pasal 75 ayat (2) huruf b Undang-undang
Nomor 36 tahun 1999 tentang Kesehatan bertentangan dengan Pasal Pasal
28A ,Pasal 28B ayat (2) dan Pasal 28I ayat (1) Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945 .
3. Bahwa, berdasarkan Pasal 28A Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi : “ setiap orang berhak untuk hidup
serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”
Pada kenyataannya setiap janin atau bayi yang tertanam dirahim setiap
wanita memiliki hak untuk hidup serta mempertahankan kehidupannya.
Aborsi merupakan tindakan kekerasan terhadap janin sehingga janin
tersebut dibunuh dan dikeluarkan secara paksa dari rahim ibunya. Oleh
sebab itu tergambar jelas bahwa tindakan aborsi sangat bertentangan
dengan Pasal 28A Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
4. Bahwa, berdasarkan Pasal 28B ayat (2) Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi : “ setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.”
Aborsi adalah sebuah tindakan yang tidak manusiawi dengan
menggunakan kekerasan yang secara langsung aborsi telah merenggut
7
nyawa seorang bayi yang masih dalam keadaan suci, yang sejatinya sejak
berupa Janin telah dianggap sebagai subyek hukum sehingga berhak untuk
hidup, tumbuh, dan berkembang tanpa adanya kekerasan dan diskriminasi.
Oleh sebab itu, bahwa tindakan aborsi sangat bertentangan dengan Pasal
28B ayat (2) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
5. Bahwa, berdasarkan Pasal 28I ayat (1) Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi: “ hak untuk hidup, hak
untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di
hadapan hukum dan untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku
surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun.”
Bahwa tindakan aborsi ,merupakan tindakan yang jahat dan tidak
inkonstitutional melanggar hak asasi manusia merupakan hak dasar yang
dimiliki oleh manusia yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan ini
tidak boleh dikurangi dalam bentuk apapun. Tindakan aborsi memiliki
resiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan maupun
keselamatan hidup seorang wanita. resiko kesehatan terhadap wanita yang
melakukan aborsi bersiko kesehatan dan keselamatan secara fisik dan
ganguan psikologis .Dengan Demikian Jelas bertentangan dengan Pasal
28I ayat (1)Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
6. Berdasarkan alasan-alasan tersebut Hak untuk hidup merupakan hak
paling mendasar yang dimiliki setiap manusia , dengan diberlakukannya
ketentuan Pasal 75 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan telah melanggar ketentuan paling dasar tersebut yang
khusus tercantum dalam Pasal 28A ,Pasal 28B ayat (2) dan Pasal 28I ayat
(1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
8
D. Permohonan
1. Berdasarkan seluruh uraian di atas, jelas bahwa di dalam permohonon uji
materil ini terbukti bahwa Pasal 75 ayat (2) huruf b Undang-Undang
Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, merugikan Hak Konstitusional
Para Pemohon yang dilindungi (protected), dihormati (respected),
dimajukan (promoted), dan dijamin (guaranted) ) Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Oleh karena itu, diharapkan dengan dikabulkannya permohonan ini dapat
mengembalikan Hak Konstitusional Para Pemohon sesuai dengan amanat
Konstitusi.
3. Dengan demikian, Para Pemohon mohon kepada Majelis Hakim Konstitusi
yang mulia berkenan memberikan putusan sebagai berikut:
a. Menerima dan mengabulkan permohonan Para Pemohon untuk
seluruhnya;
b. Menyatakan Pasal 75 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 36
tahun 2009 tentang Kesehatan bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak
mempunyai kekuatan mengikat; dan
c. Memerintahkan untuk memuat putusan ini dalam Berita Negara
Republik Indonesia sebagaimana mestinya;
4. Apabila Mahkamah berpendapat lain mohon Putusan seadil-adilnya (ex
aequo et bono).
Hormat kami,
Kuasa Hukum Pemohon :
Azhari Fadil.S.H.