Kelompok 1
Kelompok 1
FILSAFAT PANCASILA
Disusun:
Kelompok I
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan Pembahasan................................................................................ 2
A. Pancasila ................................................................................................. 2
A. Pancasila ................................................................................................. 2
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 2
B. Saran ........................................................................................................ 2
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ideologi dan dasar negara kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri
dari lima sila. Kelima sila itu adalah: Ketuhanan yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusaya-waratan perwakilan,
dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
i
terhadap nilai-nilai Pancasila. Kelangsungan hidup negara dan bangsa
Indonesia di era globlalisasi, mengharuskan kita untuk melestarikan nilai-
nilai Pancasila, agar generasi penerus bangsa tetap dapat menghayati dan
mengamalkannya dan agar intisari nilai-nilai yang luhur itu tetap terjaga dan
menjadi pedoman bangsa Indonesia sepanjang masa.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal mula Pancasila ?
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
i
BAB II
TEORI KAJIAN
A. Pancasila
Kaelan yang mengutip pendapat Notonagoro menyatakan bahwa
“Secara historis”. Pancasila adalah merupakan suatu pandangan hidup
bangsa yang nilainilainya sudah ada sebelum secara yuridis bangsa
Indonesia membentuk negara. Bangsa Indonesia secara historis ditakdirkan
oleh Tuhan YME, berkembang melalui suatu proses dan menemukan
bentuknya sebagai suatu bangsa dengan jatidirinya sendiri. Secara kultural
dasar-dasar pemikiran tentang Pancasila dan nilai-nilai Pancasila berakar
pada nilai-nilai kebudayaan dan nilai-nilai religius yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia sendiri sebelum mendirikan negara” (Kaelan,2011:8).
Pancasila adalah ideology dasar bagi Negara Indonesia. Nama ini
terdiri dari dua kata dari sansekerta , panca berarti lima dan sila berarti
prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Ideologi dan dasar negara kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri
dari lima sila. Kelima sila itu adalah: Ketuhanan yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusaya-waratan perwakilan,
dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila yang terdiri atas lima sila hakikatnya merupakan sistem filsafat.
Istilah Pancasila yang sekarang telah menjadi nama resmi dasar
Negara mempunyai proses perkembangan, baik ditinjau dari segi penulisan
maupun penggunaannya.oleh karena itu istilah pancasila ini akan
dibicarakan secara Etimologis,Historis,dan secara Terminologis.
B. Ideologi Pancasila
Istilah ideologi berasal dari kata ‘idea’ berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita, dan ‘logos’ berarti ilmu. Kata idea sendiri berasal
dari bahasa Yunani ‘eidos’ yang artinya bentuk. Selanjutnya ada kata ‘idein’
yang artinya melihat. Dengan demikian secara harfiah ideologi berarti ilmu
pengertian-pengertian dasar, cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai,
sehingga cita-ita yang bersifat tetap itu yang harus dicapai, sehingga cita-
cita yang bersifat tetap itu sekaligus merupakan dasar, pandangan atau
faham (Kaelan, 2005).
C. Filsafat Pancasila
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara sertasebagai filsafat hidup
bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat
sistematis. Oleh karena itu sebagai suatu dasar filsafat maka sila-sila
pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat,hierarkhis dan sistematis.
Dalam pengertian inilah maka sila-sila pancasila merupakan suatu sistem
i
filsafat. Oleh karena merupakan suatu sistem filsafat maka kelima sila
bukan terpisah-pisah dan memiliki makna sendiri-sendiri, melainkan
memiliki esensi makna yang utuh.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pancasila
Pancasila adalah ideology dasar bagi Negara Indonesia. Nama ini
terdiri dari dua kata dari sansekerta , panca berarti lima dan sila berarti
prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Ideologi dan dasar negara kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri
dari lima sila. Kelima sila itu adalah: Ketuhanan yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusaya-waratan perwakilan,
dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila yang terdiri atas lima sila hakikatnya merupakan sistem filsafat.
Istilah Pancasila yang sekarang telah menjadi nama resmi dasar
Negara mempunyai proses perkembangan, baik ditinjau dari segi penulisan
maupun penggunaannya.oleh karena itu istilah pancasila ini akan
dibicarakan secara Etimologis,Historis,dan secara Terminologis.
Secara Etimologis atau menurut logatnya perkataan majemuk
pancasila berasal dari bahasa india yakni bahasa sansekerta, bahasa kasta
Drahmana, sedangkan bahasa rakyat jelata ialah Prakerta. Menurut
Muhammad Yamin, didalam bahasa Sansekerta perkataan pancasila
memiliki 2 macam arti yaitu Panca artinya 5 sila dengan huruf I pendek
berarti batu sendi alas atau dasar. Syiila dengan huruf I ganda berarti
peraturan tingkah laku yang penting, baik senonoh.
Istilah pancasila menjadi popular dikalangan tokoh-tokoh pendiri
Negara Indonesia (Indonesian founding fathers) setelah istilah tersebut
pertamakali dilontarkan oleh soekarno dalam siding BPUPKI ke-1 hari ke-
3 tanggal 1 Juni 1945. Menurut Muhammad Yamin, Soekarno mengambil
allih istilah pancasila tetapi dnegan memberikan padanya inti dan makna
baru.(Maarif, Syafi’I, Islam dan masalah kenegaraan, 1985).
Menurut T.Soegito (1999: 29-33) menjelaskan bahwa notonagoro ketika
membahas asal mula pancasila dasar filsafat Negara mengatakan bahwa
pembicaraan mengenai asal mula pancasila memiliki pengaruh sangat
i
penting terhadap kedudukan pancasila sebagai dasar filsafat atau kerohanian
Negara. Segala sesuatu ciptaan atau makhluk yang berada di dalam
waktu,pasti memiliki proses penjadian,artinya dulunya tidak adak lalu
menjadi ada tidak ada lalu menjadi ada,sehingga dapat dikatakan
mempunyai permulaan.
1. Causa materialis (asal mula bahan) ialah berasal dari bangsa Indonesia
sendiri,terdapat dalam adat kebiaasan kebudayaan dan dalam agama
agamanya sehingga pada hakikatnya nilai nilai menjadi unsur unsur
pancasila adalah di gali dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai nilai
adat kebudayaan dan nilai nilai religius yang terdapat dalam kehidupan
sehari hari bangsa Indonesia.
2. Causa Formalis (asal mula bentuk atau bangun) dimaksudkan bagaimana
pancasila itu di bentuk rumusannya sebagai mana terdapat pada pembukaan
undang undang dasar 1945.
3. Causa Efisien (asal mula karya ) ialah asal mula yang meningkatkan
pancasila dari calon dsar Negara menjadi pancasila yang sah sebagai dsar
Negara.
4.Causa Finalist (asal mula tujuan) adalah tujuan dari perumusan dan
pembahasan pancasila yakni hendak dijadikan sebagai dasar Negara.
i
Persatuan berasal dari kata 1 yang berarti utuh tidak terpecah-pecah,
persatuan mengandung pengertian bersatunya bermacam corak yang
beraneka ragam menjadi satu kebulatan, dalam dinamika imdonesia
bermakna persatuan wilayah, bangsa dan Negara Indonesia.
d. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam permusyawaratan /perwakilan.
Kerakyatan berasal dari kata rakyat, yaitu sekelompok manusia yang
berdiam dalam satu wilayah Negara tertentu. Rakyat meliputi seluruh
manusia itu, tidak dibedakan oleh tugas (fungsi) dan profesi (jabatan).
Kerakyatan adalah asas yang baik serta tepat dihubungkan dengan
maksud rakyat hidup dalam ikatan Negara.
e. Sila keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
Sila kelima pancasila memiliki ke khususan karena dalam
perumusannya pada pembukaan UUD 1945 didahului dengan kata-kata:
unruk mewujudkan,jadi untuk mewujudkan keadilan social bagi seluruh
rakyat Indonesia ini berarti bahwa keempat sila lainnya bertujuan untuk
mewujudkan cita-cita sebagaimana tercantum dalam sila kelima
tersebut.
i
bangsa menjadi pertimbangan utama. Berkat penggalian nilai-nilai luhur
itulah Pancasila hingga kini masih relevan dan cocok bagi bangsa Indonesia.
Adapun niali-nilai yang terkandung dalam setiap sila adalah sebagai berikut.
1. Ketuhanan yang maha esa
Sila ketuhanan yang maha esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai
kempat sila lainnya. Dalam sila ketuhanan yang maha esa terkandung
nilai bahwa Negara yang didirikan adalah sebagai pengejawantahan
tujuan manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa.oleh karena itu
segla hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyengaraan Negara
bahkan moral Negara,moral penyelengara Negara politik Negara
pemerintahan Negara,hukum dan peraturan perundang undangan
neagara,kebebasan dan hakasasi warga Negara harus di jiwai nilai nilai
ketuhanan yang maha esa.
2. Kemanusiaan yang Adil Dan Beradab
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab secara sistem matis di dasari
dan di jiwai oleh sila ketuhanan yang mahsa esa serta mendarasi dan
menjiwai ke tiga sila berikutnya.sila kemanusiaan sebagai dasar
fundamental dalam kehidupan kenegaraan,kebangsaan,dan
kemasyarakatan.nilai kemanusiaan bersumber pada dasar filosopis
antropologis bahwa hakikat manusian adalah susun kodrat rohhani
(jiwa) dan raga,sifat kodrat individu dan makluk social,kedudukan
kodrat mahluk pribadi berdiri sendiri dan sebgai makluk tuhan yang
maha esa.
3. Persatuan Indonesia
Nilai yang tertkandung dalam sila persatuan Indonesia tidak dapat di
pisahkan dengan ke4 sila laian nyah karna seluruh sila merupakan suatu
kesatuan yang bersifat sistem matis.sila persatuan Indonesia di dasari
dan di jiwai oleh sila ketuhanan yang maha esa dan kemanusiaan yang
adil dan beradab serta mendasari dan di jiwai sila kerakyatan yang di
pimpin oleh hikmat kebanyaksaan dalam permusyawaratan/perwakilan
dan keadilan social bagi seluruh Indonesia.
4. Kerakyataan yang di Pimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan
Dalam permusyawaratan/perwakilan nilai yang terkandung dalam sila
kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan di dasari oleh sila ketuhan yang maha
esa,kemanusiaan yang adil dan beradab serta persatuan Indonesia, dan
mendasari serta menjiwai sila keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
Nilai yang terkandund dalam sila keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila ketuhanan yang maha
i
esa,kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, serta
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan. Dalam sila kelima tersebut terkandung
nilai-nilai yang merupakan tujuan Negara sebagai tujuan dalam hidup
bersama.
Kenyataan sehar-hari yang kita lihat dalam masyarakat bangsa Indonesia antara
lain:
1. Bangsa Indonesia sejak dahulu sebagai bangsa yang religius, percaya akanadanya
zat yang maha kuasa dan mempunyai keyakinan yang penuh, bahwa segala sesuatu
yang ada dimuka bumi ini akan ciptaan Tuhan. Dalam sejarah nenek moyang, kita
ketahui bahwa kepercayaan kepada Tuhan itu dimulai dari bentuk dinamisme (serba
tenaga), lalu animisme (serba arwah), kemudian menjadi politeisme (serba
dewa)dan akhirnya menjadi monoteisme (kepercayaan akan adanya Tuhan Yang
Maha Esa) sisanya dalam bentuk peninggalan tempat-tempat pemujaan dan
peribadatan upacara-upacara ritual keagamaan.
2. Sejak dahulu, bangsa Indonesia berkeyakinan bahwa pada hakekatnya semua
manusia dilahirkan sama, dan karena itu yang hidup dan menikmati kehadapan
sepenuhnya watak mesti bangsa Indonesia yang sebenarnya, tidak menyukai
perbedaan perihal martabat yang disebabkan karena perbedaan warna kulit, daerah
keturunan dan kasta seperti yang terjadi masyarakat feodal.
3. Karena pengaruh keadaan geografisnya yang terpencar antara satu wilayah
dengan wilayah yang lainnya, antar satu pulau dengan pulau lainnya maka
Indonesia terkenal mempunyai banyak perbedaan yang beraneka ragam sejak dari
perbedaan bahasa daerah, suku bangsa, adat istiadat, kesenian dan kebudayaannya
(bhineka), tetapi karena mempunyai kepentingan yang sama, maka setiap ada
bahagian yang mengancam dari luar selalu menimbulkan kesadaran bahwa dalam
kebhinekaan itu terdapat ketunggalan yang harus diutamkana kesadaran
kebangsaan yang berbeda yaitu sebagai bangsaIndonesia.
4. Ciri khas yang merupakan kepribadian bansga dari berbagai suku, bangsa
Indonesia adalah adanya prinsip musyawarah diantara warga masyarakat sendiri
dalam mengatur tata kehidupan mereka. Sedang kepala desa, kepala suku,dan
sebagainya hanya merupakan pamong (pembimbing mereka yang dipilih dan dari
antara mereka sendiri, prinsip musyawarah dan masyarakat yang merupakan inti
dari kerakyatan telah dipraktikkan dalam kehidupan masyarakat adat seperti : desa
marga, kurnia, nagori, banua, dsb.
5. Salah satu bentuk khusus dari kerakyatan ialah kerakyatan dibidang ekonomi,
yang dirumuskan sebagai keadilan atau kesejahteraan sosial bagi rakyat Indonesia,
asas ini sudah dikenal berabad-abad lamanya yang sisanya masih dapat kita jumpai
dalam masyarakat terutama di desa, yaitu kebisaaan tolong menolong antara sesama
i
masyarakat, gotong – royong dalam mengusahakan kepentingan bersama atau
membantu (menolong seseorang yang sangat membutuhkan seperti materialistik,
kapitalisme dan individualisme sama sekali tidak disukai oleh bangsa Indonesia,
karena tidak memungkinkan tercapainya keadilan / kesejahteraan sosial.
Mengunakan pendekatan teori Aristoteles, bahwa di dalam diri Pancasila
sebagai pengada (realitas) mengandung potensi, yaitu dasar kemungkinan
(dynamic). Potensi dalam pengertian ini adalah kemampuan real subjek (dalam hal
ini Pancasila) untuk dapat berubah. Subjek sendiri yang berubah dari dalam. Mirip
dengan teori A.N.Whitehead, setiap satuan aktual (sebagai aktus, termasuk
Pancasila) terkandung daya kemungkinan untuk berubah. Bukan kemungkinan
murni logis atau kemungkinan objektif, seperti batu yang dapat dipindahkan atau
pohon yang dapat dipotong. Bagi Whitehead, setiap satuan aktual sebagai realitas
merupakan sumber daya untuk proses kemenjadi-an yang selanjutnya. Jika
dikaitkan dengan aktualisasi nilai Pancasila, maka pada dasarnya setiap ketentuan
hukum dan perundang-undangan pada segala tingkatan, sebagai aktualisasi nilai
Pancasila (transformasi kategori tematis menjadi kategori imperatif), harus terbuka
terhadap peninjauan dan penilaian atau pengkajian tentang keterkaitan dengan nilai
dasar Pancasila.
C. Ideologi Pancasila
Istilah ideologi berasal dari kata ‘idea’ berarti gagasan, konsep, pengertian
dasar, cita-cita, dan ‘logos’ berarti ilmu. Kata idea sendiri berasal dari bahasa
Yunani ‘eidos’ yang artinya bentuk. Selanjutnya ada kata ‘idein’ yang artinya
melihat. Dengan demikian secara harfiah ideologi berarti ilmu pengertian-
pengertian dasar, cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai, sehingga cita-ita
yang bersifat tetap itu yang harus dicapai, sehingga cita-cita yang bersifat tetap itu
sekaligus merupakan dasar, pandangan atau faham (Kaelan, 2005).
Ideologi ditangkap dalam artian yang negatif, karena dikonotasikan dengan sifat
yang totaliter yaitu memuat pandangan dan nilai yang menentukan seluruh segi
kehidupan manusia secara total, serta secara mutlak menuntut manusia hidup dan
bertindak sesuai dengan apa yang digariskan oleh ideology itu, sehimgga akhirnya
mengingkari kebebasan pribadi manusia serta membatasi ruang geraknya.
Sesuai dalam pembukaan UUD 1945 ideologi pancasila merupakan dasar
Negara berfungsi baik dalam menggambarkan tujuan Negara RI maupun dalam
proses pencapaian tujuan Negara. Berarti bahwa tujuan Negara yang secara material
dirumuskan sebagai “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa,dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi dan keadilan social”.
Harus mengarah kepada terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur dan
sejahtera sesuai dengan semangat dan nilai-nilai pancasila.
i
Makna ideology pancasila sudah jelas, yaitu sebagai keseluruhan pandangan
cita-cita,keyakinan dan nilai bangsa Indonesia yang secara normative perlu
diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,namun
kesadaran masyarakat dalam ideology bangsa itu bertingkat. Ini berarti bahwa
kesadaran ideology masyarakat berjalan dalam proses dan mengenal tahapan dalam
intensitasnya.
Tugas kita sebagai bangsa saat ini justru adalah menentukan garis batas yang
jelas, mana yang wewenang pancasila tanpa mengganggu kebebasan beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Penerimaan atas pancasila sebagai satu-satunya asas oleh berbagai komponen
gerakan islam baru dapat dilakukan oleh kesemua organisasi,setelah ada kejelasan
sikap pemerintah sendiri terhadap pancasila. Pancasila bukanlah agama, tidak akan
diagamakan dan tidak berfungsi menggantikan (kedudukan) agama.
Secara Teoritik, status pancasila sebagai satu-satunya asas, sebagai ideology
bangsa dan falsafah Negara, tidaklah mengancam supermasi theologis dari
keberadaan yang dibawakan oleh agama. Dengan ungkapan lain, pancasila tidak
dapat dibandingkan (baik di sejajarkan maupun dipertentangkan) dengan agama,
karena ia tidak memiliki sisi keberadaan dirinya sebagai kebenaran mutlak, sesuatu
yang dimiliki oleh agama.
"Pancasila brings two opinions and desires. Pancasila state is not a religious
state, nor anti-religious country, but a country that maintains godhead, noble
humanitarian character and uphold the moral ideals of noble people. Islamic groups
were initially unhappy with the proposal to establish an independent Indonesia
based on Pancasila, but finally accepted it. They reject the state's anti-religious, but
can accept Pancasila state that based on God, while the nationality groups reject the
religious state, but can accept a state that based on God". Constitution and Pancasila
state ideologies are inseparable from the idea of Indonesian Islam, which is very
closely bound up with the culture of Indonesia – based on the idea of Islam that
gives an opportunity to interpret the laws (except laws of worship). God
commanded people to respect life and living, humans are commanded to create
prosperity of the earth, humans are commanded to work, to do with full awareness
of the reason why he was created and knowledge derived by him as a human fittings
in the aim to cultivate, fertilize, and prosperity of the earth.
D. Filsafat Pancasila
1. Dasar Filosofi
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara sertasebagai filsafat hidup
bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang
bersifat sistematis. Oleh karena itu sebagai suatu dasar filsafat maka
sila-sila pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat,hierarkhis dan
sistematis. Dalam pengertian inilah maka sila-sila pancasila merupakan
suatu sistem filsafat. Oleh karena merupakan suatu sistem filsafat maka
i
kelima sila bukan terpisah-pisah dan memiliki makna sendiri-sendiri,
melainkan memiliki esensi makna yang utuh.
Filsafat adalah satu bidang ilmu yang senantiasa ada dan menyertai
kehidupan manusia dengan lain perkataan selama manusia hidup, maka
sebenarnya ia tidak dapat mengelak dari filsafat, atau dalam kehidupan
manusia senantiasa berfilsafat. Jikalau seseorang berpandangan bahwa
kenikmatan adalah merupakan nilai terpenting dan tertinggi dalam
kehidupan maka orang tersebut berpandangan filsafat
Hedonisme.demikian jika seseorang berpandangan bahwa dalam
kehidupan masyarakat dan Negara adalah kebebasan individu, maka
orang tersebut berfilsafat Liberalisme, dan jikalau seseorang
memisahkan antara kehidupan kenegaraan atau kemasyarakatan dan
kehidupan agama, maka orang tersebut berfilsafat Sekurelisme. Dan
masih banyak lagi.
Secara Etimologis istilah “Filsafat” berasal dari bahasa Yunani
“Philein” yang artinya “cinta” dan “Sophos” yang artinya “hikmah” atau
“kebijaksanaan” atau “Wisdom” (Nasution, 1973). Jadi secara harfiah
istilah filsafat adalah mengandung makna cinta kebijaksanaan.
Jika ditinjau dari lingkup Pembahasannya, maka filsafat meliputi
banyak bidang bahasan antara lain tentang
Manusia,Masyarakat,Alam,Pengetahuan,Etika,Logika,Agama,Estetika dan
bidang lainnya.
Kesatuan Sila-sila pancasila Sebagai Suatu sistem Filsafat.
Kesatuan sila-sila pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya
merupakan kesatuan yang bersifat formal logis saja tnamun juga
meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar epistemologis serta dasar
aksiologis dari silal-sila pancasila sebagaimana dijelaskan bahwa
kesatuan sila-sila pancasila adalah bersifat hirearkis dan mempunyai
bentuk pyramidal, digunakan untuk menggambarkan hubungan
hirearkis sila-sila dalam pancasila dalam urutan-urutan luas
(kuantitas) dan dalam pengertian inilah hubungan kesatuan sila-sila
pancasila itu dalam arti formal logis.
i
manusia, yang memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh karena itu
hakikat dasar ini juga disebut sebagai dasar antropologis.
2. Dasar epistemologis sila-sila pancasila
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan
suatu sistem pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari pancasila
merupakan pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang
realitas alam semesta manusia, masyarakat, bangsa dan Negara tentang
makna hidup serta sebagai dasar bagi manusia dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi dalam hidup dan kehidupan.
Dasar epistemologis pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan
dengan dasar ontologisnya. Pancasila sebagai suatu ideology bersumber
pada nilai-nilai dasarnya yaitu filsafat pancasila (Soeryanto, 1991:50) oleh
karena itu dasar epistemologis pancasila tidak dapat dipisahkan dengan
konsep dasarnya tentang hakikat manusia. Kalau manusia merupakan basis
ontology dari pancasila maka dengan demikian mempunyai implitasi
terhadap bangunan epistemology, yaitu bangunan epistemology yang
ditempatkan dalam bagunan filsafat manusia (Pranarka, 1996:32).
Persoalan Epistemologis dalam hubungannya dengan pancasila dapat
dirinci sebagai berikut :
Pancasila sebagai suatu objek pengetahuan pada hakikatnya meliputi
masalah sumber pengetahuan pancasila dan susunan pengetahuan pancasila
dan susunan pengetahuan pancasila.
3. Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila
Sila-sila pancasila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan
dasar aksiologisnya, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila pada
hakikatnya juga merupakan satu kesatuan terdapat berbagai macam teori
tentang nilai dan hal ini sangat tergantung pada titik tolak dan sudut
pandangnya masing-masing dalam menentukan tentang pengertian nilai dan
hirarkinya.
Max Scheler misalnya mengemukakan bahwa nilai pada hakikatnya
berjenjang, jadi tidak sama tingginya dan tidak sama luhurnya. Nilai-nilai
itu dalam kenyataannya ada yang lebih tinggi da nada yang lebih rendah
bilamana dibandingkan satu dengan lainnya sejalan dengan pandangan
tersebut, Notonogoron merinci nilai disamping bertingkat juga berdasarkan
jenisnya ada yang bersifat material dan non material.
Menurut Notonagoro bahwa nilai-nilai Pancasila termasuk Nilai
kerohanian, tetapi nilai-nilai kerohanian yang mengakui nilai-nilai material
dan nilai vital.
i
meliputi suasana kejiwaan, serta watak bangsa Indonesia, yang pada tanggal 18
Agustus 1945 telah dipadatkan dan diabstraksikan oleh para pendiri Negara
menjadi lima sila dan ditetapkan secara yuridis formal menjadi dasar filsafat Negara
Republik Indonesia. Hal ini sebagaimana ditetapkan dalam ketetapan No. XX/
MPRS/1966.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
i
DAFTAR PUSTAKA
Kaelan M.S Prof. Dr. H., Achmad Zubaidi M.Si. Drs H.2007.Pendidikan
Kewarganegaraan. Paradigma. Trihanggo Sleman.
Tim Fakultas Filsafat UGM. 2008. Pendidikan Pancasila. Universitas Terbuka.
Jakarta.
Darmosoegondo, Drs. Soesanto. 1983. Falsafah Pancasila. Alumni. Bandung.
Oesman, Oetojo. Alfian. 1996. BP-7 Pusat. Jakarta.
Sutan Syahrir Zabda. 2016. Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila sebagai filsafah Negara dan
Implementasinya dalam Pembangunan Karakter Bangsa. Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial 26(2): 424-431.
Ambiro Puji Asmaroini, M.Pd. 2017. Menjaga eksistensi Pancasila dan Penerapannya bagi
Masyarakat diera Globalisasi. Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan. 1(2): 54
56.
Aminullah. 2015. Inplementasi Nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat.
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram. 3(1): 621-623.
Mulyono. 2016. PANCASILA SEBAGAI ORTHODOKSI DAN ORTHOPRAKSIS
DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA. HUMANIKA.
23(2):
Cucu Solihah. 2016. Pancasila Democracy to Religious Socialism and Its Chance against
Law Based On Religion. International Journal of Humanities and Social Science
Invention. 5(3): 17-18.