Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

CARSINOMA RECTI (KANKER RECTUM)

KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Defenisi

Karsinoma rektum merupakan salah satu penyakit yang terdapat pada usus
besar yang sering mengenai daerah retrosigmoid. Rektum terletak di anterior
sakrum dan coccygeus panjangnya kira kira 15 cm. Rectosigmoid junction terletak
pada bagian akhir mesocolon sigmoid. Bagian sepertiga atasnya hampir
seluruhnya dibungkus oleh peritoneum. Di Indonesia insiden kanker rectum ini
cukup tinggi dan menimbulkan kematian sedangkan di Amerika kanker rectum ini
merupakan penyebab kematian terbanyak dari kasus kanker. (Wijaya: 2017)
Carsinoma recti merupakan suatu keganasan yang khusus menyerang bagian
recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali,.
Keganasan ini banyak terjadi dimulai dari usia 40 tahun dan mencapai puncaknya
pada usia 60 tahun lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada wanita. Kanker
rektum adalah pertumbuhan baru yang ganas yang terdiri dari sel – sel epitel yang
cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan metastasis yang
terjadi pada bagian distal usus besar (Brunner & Suddarth, 2002)
Kanker rectum adalah pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-sel epitel
dan cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbul metastasis yang
terjadi pada bagian distal usus besar.
Kanker rectum merupakan bagian dari kanker colorectal yang berasal dari
jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar) atau jaringan rektum (beberapa
inci terakhir di usus besar sebelum anus). Sebagian besar kanker colorectal
adalah adenocarcinoma (kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat serta
melepaskan lendir dan cairan lainnya).

B. Klasifikasi
Menurut The American Joint Commite on Cancer (AJCC) kanker rectum
terbagi menjadi satu dalm 4 stadium yaitu:
1) Stadium 0 : kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di kolon atau
rektum. Carsinoma in situ adalah nama lain kanker colorektal satadium 0.
2) Stadium I : kanker telah tumbuh ke dinding dalam kolon atau rectum dan belum
tumbuh menembus dinding.
3) Stadium II : kanker telah berkembang lebih dalam dan menembus dinding
kolon atau rektum. Kanker ini mungkin telah menyerang jaringan di sekitarnya,
tapi sel-sel kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening.
4) Stadium III : kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di seklitarnya,tapi
belum menyebar ke bagian tubuh lain.
5) Stadium IV : kanker telah menyebar ke bagian tubuh lain, misalnya hati atau
paru-paru.

C. Etiologi
Pada saat ini penyebab nyata dari kanker rectum belum diketahui secara pasti,
tetapi faktor risiko telah teridentifikasi yaitu sebagi berikut:
termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada keluarga, riwayat penyakit
usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging serta rendah serat.
1) Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding
dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke
atas, sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip
(adenoma) dapat menjadi kanker.
2) Kondisi yang dapat menyebabkan peradangan pada kolon seperti Colitis
Ulcerativa atau penyakit Crohn yang diderita bertahun-tahun memiliki risiko
yang lebih besar
3) Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal
dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan
riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara
mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal.
4) Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat kanker
colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena penyakit ini lebih
besar, khususnya jika saudara Anda terkena kanker pada usia muda.
5) Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang
tinggi lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang
lebih besar terkena kanker colorectal
6) Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih
tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah
usia 50 tahun ke atas.
7) Faktor genetik ,secara genetik beberapa keluarga telah di identifikasi bahwa
kanker yang menyerang beberapa bagian tubuh termasuk kolon dan rektal
adalah di turunkan dalam sifat yang dominan
8) Diet rendah serat atau tinggi protein dan lemak hewani.

D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis terjadinya kanker rektum ini tergantung pada lokasi/ letak
terjadinya karsinoma, gejala tersering dari kanker rektum adalah : (Wijaya: 2017)
1) Perubahan defekasi seperti: konstipasi, defekasi dengan tenesmi
2) Makin kristal letak tumor feses makin menipis seperti kotoran kambing dan
lebih cair di sertai darah dan lendir
3) Nyeri tenesmi di panggul dan bagian anus
4) Tenesmus, yaitu rasa tidak puas setelah BAB dan rasa yeri pada saat BAB
5) Anemia
6) Anoreksia
7) Penurunan berat badan

E. Patofisiologi
Faktor gen dan kebiasaan makan adalah salah satu penyebab terjadinya
kanker rektum. Faktor gen merupakan faktor keturunan (herediter) dimana diawali
dengan pengaruh kebiasaan sehari-hari yang tidak sehat dan kebiasan makan yang
tinggi karbohidrat dan rendah kalori mengakibatkan adanya polimerasi karsinogen.
Dalam pembentukan sel yang abnormal pada rektum sehingga terjadi penyakit
kanker rektum. Pembentukan sel yang abnormal akan menyebar dan meluas pada
daerah lumen pada rektum dan usus yang akhirnya berkembang terus-menerus
sampai menembus dinding pada kolon. Kanker rektum ditandai dengan adanya
perdarahan dan obstruksi usus halus sebelum dilakukan tindakan pembedahan
(operasi).
Perdarahan pada saluran cerna khususnya rektum mengakibatkan cairan dalam
tubuh berkurang karna dalam 70% mengandung cairan tubuh, sehingga
mengakibatkan dehidrasi, obstruksi usu halus menyebabkan distensi abdomen.
Dimana peristaltik usus abnormal dan timbul gejala mual dan muntah. Peristaltik
usus akan meningkat mengakibatkan peningkatan defekasi air pada usus
halus,sehingga produksi feses tidak normal ( terjadi perubahan warna pada feses
dan feses menjadi cair / banyak air ). Mual dan muntah diakibatkan adanya
distensi abdomen, sehingga kebutuhan nutrisi pada klien terganggu. Pembedahan
mengakibatkan beberapa masalah yaitu terjadinya kerusakan.Integritas jaringan,
nyeri akut dan risiko infeksi akibat kontak dengan alat-alat pembedahan apabila
kesterilan alat dan tindakan tidak diperhatikan.
WOC terlampir

F. Komplikasi
1) Kanker Recti dapat bermetastasis ke organ lain seperti hati, paru-paru dan limfe
hal ini dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan fungsi organ tersebut.
2) Obstrusi usus partial atau lengkap, obstruksi usus adalah penyumbatan parsial
atau lengkap dari usus yang menyebabkan kegagalan dari isi usus untuk
melewati usus
3) Hemorrhage karena pertumbuhan dan ulserasi dapat menyerang pembuluh
darah sekitar kolon
4) Perfosi dan dapat mengakibatkan pembentukan abses
5) Peritonotis/sepsis yang dapat mengakibatkan syok yaitu suatu keadaan
gagalnya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat gangguan peredaran darah atau
hilangnya cairan tubuh secara berlebihan

G. Pemeriksaan Penunjang
Dalam menegakkan diagnosis karsinoma rekti,beberapa pemeriksaan yang
sering dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Pemeriksaan Laboratorium Hematologik, seperti pemeriksaan darah perifer
lengkap, LED, hitung jenis kimia dan tumor marker CEA
2) Pemeriksaan Radiologik
a. Pemeriksaan foto toraks PA
b. CT scan/MRI
c. Ultrasonografi (USG) Abdomen, untuk mengetahui apakah ada metastasis
kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati, gambaran metastasis
kanker dihati akan tampak massa multi nodular dengan gema berdensitas
tinggi homogeny. Ultrasonografi (USG) Endorektal (bila dapat dikerjakan)
d. PET scan (bila diperlukan/tidak rutin)
3) Pemeriksaan patalogi anatomi biopsi dari rektum dan spesimen reseksi
menentukan jenis keganasan dan derajat diferensiasianya pemeriksaan
kolonoskopi / proktoskopi
4) Endoskopi, pemeriksaan endoskopi yang dapat dilakukan :
a. Sigmoidoskopi rigid/rektoskopi
b. Sigmoidoskopi fleksibel (lebih efektif dibandingkan dengan Signoidoskopi
rigid untuk visualisasi kolon dan rektum)
c. Kolonoskopi (Akurasi sama dengan kombinasi enema barium kontras ganda
+ Sigmoindoskopi fleksibel untuk KKR atau Polip > 9mm.
5) Pemeriksaan rektal secara digital: Pemeriksaan rektal seringkali menjadi bagian
pemeriksaan (check-up) fisik rutin. Dokter akan memasukkan jari dengan
sarung tangan yang telah dilumasi ke dalam rektum, untuk merasakan
ketidaknormalan

H. Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan medis
Satu-satunya kemungkinan terapi kuratif ialah tindakan bedah, dengan
tujuan utamanya memperlancar saluran cerna, kemotrapi dan radiasi bersifat
paliatif dan tidak memberikan manfaat kuratif. Tipe pembedahan tergantung
pada lokasi dan ukuran kanker. Prosedur pilihan pembedahan adalah sebagai
berikut:
1. Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus
pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)
2. Reseksi abdominoperineal dengan kolostoti sigmoid permanen atau
pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal
3. Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta
reanastomosisi lanjut dari kolostomi. (memungkinkan dekompresi usus awal
dan persiapan usus sebelum resekai )
4. Kolostomi permanen (unuk menyembuhkan lesi obstrusi yang tidak dapat
direseksi)
Radiasi pasca bedah diberikan jika: sel karsinoma telah menembus tunika
muskularis propria, ada metastasis ke kelenjar limfe regional, masih ada sisa-
sisa sel karsinoma yang tertinggal tetapi belum ada metastasis bedah hanya
diberikan pada karsinoma rektum).
b) Penatalaksanaan keperawatan
1. Bantu kebutuhan defekasi ( bila tirah baring siapkan alat yang diperlukan
dekat dengan tempat tidur, pasang tirai dan segera buang feses setelah
defekasi).
2. Berikan diet TKTP,sajikan dalam bentuk yang sesuai perkembangan
kesehatan klien (lunak ,bubur kasar,nasi biasa)
3. Jelaskan tentang proses penyakit,penyebab/faktor resikodan dampak
penyakit terhadap perubahan status kesehatan,sosio-ekonomi,fungsi peran
dan pola interaksi sosial klien
4. Bantu pasien mengembangkan strategi pemecahan masalah yang sesuai
didasarkan pada kekuatan pribadi dan pengalamannya.
5. Anjurkan banyak minum air putih
6. Mengatasi nyeri yang dialami oleh pasien
7. Melakukan perawatan luka post operasi agar tidak terjadinya infeksi
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Identitas pasien
Meliputi pengkajian nama, nomor rekam medis, tanggal lahir/umur, jenis
kelamin, pekerjaan, pendidikan dan alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
dilakukan pengkajian, hari rawat ke berapa, ruang rawat dan diagnosa medis.
b) Riwayat kesehatan
1) Alasan masuk
Kaji apa penyebab atau keluhan utama psien dibawa ke rumah sakit.
Biasanya pasien mengeluh susah dan nyeri pada saat buang air besar, feses
menipis seperti kotoran kambing dan lebih cair di sertai darah dan lendir
2) Riwayat kesehatan sekarang
Kaji keluhan pasien pada saat melakukan pengkajian dengan
mengumpulkan data secara objektif maupun dari pasien (subjektif). Pada
pasien kanker rectum biasanya pasien merasa lemah, BAB susah keluar atau
konstipasi, bentuk feses kecil-kecil, bercampur lender dan darah, nyeri saat
BAB dan tidak puas setelah BAB, penurunan berat badan, mual muntah.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji bagaimana riwayat kesehatan pasien sebelum dirawat, apakah pernah
dirawat sebelumnya dengan penyakit yang sama atau penyakit lainnya
seperti kelainan pada colon kolitis ulseratif (polip kolon), kaji bagaimana
gaya dan pola hidup dan pola makan, riwayat alergi makanan dan obat, kaji
riwayat diet yang hanya serat, protein hewani dan lemak.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji riwayat kesehatan anggota keluarga, tanyakan apakah ada anggota
keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang sama dengan pasien, riwayat
atau penyakit genetic lainnya.
c) Pengkajian fungsional gordon
1. Pola Persepsi dan penanganan kesehatan
Kaji pasien mengenai: bagaiman arti sehat dan sakit bagi pasien,
pengetahuan status kesehatan pasien saat ini, perlindungan terhadap
kesehatan (program skrining, kunjungan ke pusat pelayanan ksehatan, diet,
latihan dan olahraga, manajemen stress, faktor ekonomi), pemeriksaan diri
sendiri (payudara). Riwayat medis keluarga, pengobatan yang sudah
dilakukan, bagaimana perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan dan data
pemeriksaan fisik yang berkaitan
2. Pola Nutrisi-metabolik
Kaji pasien mengenai : kebiasaan jumlah makanan dan kudapan, jenis dan
jumlah (makanan dan minuman), pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam
terakhir (porsi yang dihabiskan, nafsu makan), kepuasan akan berat badan
dan kaji adanya penurunan berat badan, persepsi akan kebutuhan metabolic,
faktor pencernaan (bagaimana nafsu makan, ketidaknyamanan, rasa dan bau,
gigi, mukosa mulut, mual atau muntah, pembatasan makanan, alergi
makanan), riwayat diet rendah serat dan tinggi protein dan lemak hewani,
data pemeriksaan fisik yng berkaitan (berat badan saat ini dan sebelum
masuk ke rumah sakit)
3. Pola Eliminasi
Kaji pasien mengenai : kebiasaan pola buang air kecil ( frekuensi, jumlah
(cc), warna, bau, nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol BAK, adanya
perubahan lain), kebiasaan pola buang air besar (konstipasi, frekuensi,
jumlah (cc), warna, bau, nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol BAB,
adanya perubahan lain seperti bercampur lender dan darah, adanya erasaan
tidak puas setelah BAB), kemampuan perawatan diri (ke kamar mandi dan
kebersihan diri), penggunaan obat-obatan untuk ekskresi, data pemeriksaan
fisik yang berhubungan (abdomen, genitalia, rektum, prostat)
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Kaji pasien mengenai : aktivitas kehidupan sehari-hari, olahraga (tipe,
frekuensi, durasi dan intensitas), aktivitas menyenangkan, kemampun untuk
merawat diri sendiri (berpakaian, mandi, makan, kamar mandi) apakah
secara mandiri, bergantung, atau perlu bantuan, peralatan alat bantu jalan
(kruk, kaki tiga), data pemeriksaan fisik (pernapasa, kardiovaskular,
muskuloskeletal, neurologi)
5. Pola istirahat – tidur
Kaji pasien mengenai : kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu tidur,
jam tidur dan bangun, ritual menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat
kesegaran setelah tidur), penggunaan alat mempermudah tidur (obat-obatan,
musik), jadwal istirahat dan relaksasi, gejala gangguan pola tidur, faktor
yang berhubungan (nyeri, suhu, proses penuaan dll), data pemeriksaan fisik
(lesu, kantung mata, keadaan umum, mengantuk), kelemahan, keleahan,
insomnia, gelisah dan ansietas
6. Pola persepsi – kognitif
Kaji pasien mengenai : gambaran tentang indra khusus (pnglihatan,
penciuman, pendengar, perasa, peraba), penggunaan alat bantu indra,
persepsi ketidaknyamanan nyeri (pengkajian nyeri secara komprehensif),
keyakinan budaya terhadap nyeri, tingkat pengetahuan klien terhadap nyeri
dan pengetahuan untuk mengontrol dan mengatasi nyeri, data pemeriksaan
fisik yang berhubungan (neurologis, ketidaknyamanan)
7. Pola konsep diri – persepsi diri
Kaji pasien mengenai : keadaan sosial (peekrjaan, situasi keluarga,
kelompok sosial), identitas personal (penjelasan tentang diri sendiri,
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki), keadaan fisik, segala sesuatu yang
berkaiyan dengan tubuh (yg disukai dan tidak), harga diri (perasaan
mengenai diri sendiri), ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan
peran), riwayat berhubungan dengan masalah fisik dan atau psikologi, data
pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurung diri, murung, tidak mau
berinteraksi)
8. Pola hubungan – peran
Kaji pasien mengenai : gambaran tentang peran (berkaitam dengan
keluarga, teman, kerja), kepuasan/ketidakpuasaan menjalankan peran, efek
terhadap status kesehatan, pentingnya keluarga, struktur dan dkungan
keluarga, proses pengambilan keputusan keluarga, pola membesarkan anak,
hubungan dengan orang lain, data pemeriksaan fisik yang berkaitan
9. Pola reproduksi – seksualitas
Kaji pasien mengenai : masalah atau perhatian seksual, menstrusi, jumlah
anak, jumlah suami/istri, gambaran perilaku seksual (perilaku sesksual yang
aman, pelukan, sentuhan dll), pengetahuan yang berhubungan dengan
seksualitas dan reproduksi yang berhubungan dengan masalah fisik dan atau
psikologi, data pemeriksaan fisik yang berkaitan (ku, genetalia, payudara,
rektum)
10. Pola toleransi terhadap stress – koping
Kaji pasien mengenai : sifat pencetus stress yang dirasakan baru-baru ini,
tingkat stress yang dirasakan, gambaran respons umum dan khusus terhadap
stress, strategi mengatasi stress yang biasa digunakan dan keefektifannya,
strategi koping yang biasa digunakan, pengetahuan dan penggunaan teknik
manajemen stress, hubungan antara manajemen stress dengan keluarga
11. Pola keyakinan – nilai
Kaji pasien mengenai : latar belakang budaya/etnik, status ekonomi,
perilaku kesehatan yang berkaitan dengan kelompok budaya/etnik, tujuan
kehidupan bagi pasien, pentingnya agama/spiritualitas, dampak masalah
kesehatan terhadap spiritualitas, keyakinan dalam budaya (mitos,
kepercayaan, laragan, adat) yang dapat mempengaruhi kesehatan
d) Pemeriksaan Fisik Head To toe
1. Keadaan umum : kaji bagaimana keadaan umum pasien
2. Kesadaran : kaji kesadaran pasien menggunakan GCS (E4M6V5)
3. Tanda – Tanda Vital
Tekanan darah : hipertensi
Nadi : takikardi
Frekuensi pernafasan : bradipnea
Suhu tubuh : hipertermi
4. Kepala dan rambut
Inspeksi : kaji kesimetrisan kepala, tekstur rambut, lesi +/-, benjolan/massa
5. Mata
Inspeksi (mata simetris, bersih, kunjungtiva subanemis atau anemis, sclera
tidak ikterik, tidak ada perdarahan, pupil isokor), palpasi (tidak ada edema
palpebral, tidak ada massa )
6. Telinga
Inspeksi (tidak ada kotoran (serumen), tidak ada inflamasi, tidak ada benda
asing pada lubang telinga, fungsi pendengaran baik.
7. Pada hidung
Inspeksi (simetris kanan dan kiri), tidak ada massa, pollip, fungsi pembauan
baik, tidak ada perdarahan lewat hidung, palpasi (tidak ada nyeri tekan)
8. Mulut
Inspeksi (keadaan mulut simetris, mukosa bibir kering dan pucat, lidah
pecah-pecah, bau mulut)
9. Leher
Inspeksi (tidak ada lesi dan pembengkakan kelenjer tiroid, distensi vena
jugularis
10. Thorak (dada)
Inspeksi (bentuk dada simetris, tidak ada retraksi pada saat inspirasi, tidak
ada lesi dan benjolan), palpasi (gerakan dada pada waktu bernafas simetris,
tidak terdapat adanya massa pada dindind thorak, tidak terdapat nyeri tekan),
perkusi (terdapat bunyi sonor), auskultasi (suara pernafasan vesikuler)
11. Abdomen
Inspeksi (distensi abdomen, tidak ada lesi, penurunan bising usus, kembung),
palpasi (teraba massa dan nyeri tekan di kuadran kiri bawah), perkusi,
auskultasi ( penurunan bising usus)
12. Genitalia
Tidak ada masalah pada bagian reproduksi, namun rectum atau anus sakit
pada saat BAB
13. Kulit
Turgor kulit buruk (malnutrisi dan dehidrasi), tonus otot menurun,
penurunan lemak subkutan
14. Ekstremitas
Inspeksi (kesimetrisan, lesi, terpasang infus, ada benjolan atau massa)
15. Eliminasi
Kaji tekstur feses (bentuk, warna, bau), episode BAB berdarah, dan
berlendir, adanya perasaan tidak puas setelah BAB (fenesmikus)

e) Pemeriksaan diagnostik
Jenis Pemeriksaan Tujuan/Interpretasi Hasil

1. Pemeriksaan laboratorium:
a. Pemeriksaan darah Untuk melihat anemia hiperkronik,
lengkap
b. Feses Untuk mengetahui adanya darah dan
bakteri (sigela dan amoeba dalam feses
(makroskopis/mikroskopis)
c. CEA (Carcino-embryonic
anti-gen) Kurang bermakna untuk diagnosis awal
karena hasilnya yang tidak spesifik serta
dapat terjadi psoitif/negatif palsu tetapi
bermanfaat dalam mengevaluasi dampak
terapi dan kemungkinan residif atau
metastase.
2. Pemeriksaan radiologis
Perlu dikerjakan dengan cara kontras
ganda (double contrast) untuk melihat
gambaran lesi secara radiologis dan
metastase ke paru

3. Ultrasonografi Endoskopi dengan fiberscope untuk


melihat kelainan struktur dari rektum
4. Endoskopi dan biopsi sampai recti, posisi kanker. Biopsi
diperlukan untuk menentukan jenis
kanker secara patologi-anatomis.

Diperlukan untuk mengtahui adanya


metastasis ke hati,

2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (pre-op)
b) Ketidaksembangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan, faktor biologis, mual muntah (pre-op)
c) Konstipasi berhubungan dengan tumor : obstruksi (pre-op)
d) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis fisik (post-op)
e) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan benda asing menusuk kulit
3. Intervensi
Perencanaan asuhan keperawatan NANDA, NOC, NIC (terlampir)
4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang dilakukan berdasarkan intervensi atau
perencanaan yang telah dibuat
5. Evaluasi
Mengukur keberhasilan pencapaian tujuan yang telah direncanakan
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheeck, Gloria M., Butcher, Howard K. (2013). Nursing Interventions


Classification (NIC). Edisi 6. USA: Elsevier
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Cheever, K.H. (2002). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2(Ed 8). Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Anna. (2015). Diagnosa Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi Edisi 10.
Jakarta: EGC
Moorhead, Sue., ohnson, Marion. (2013). NursingOutcomess Classification (NoC).
Edisi 5. USA: Elsevier
Price, Sylvia A. (2002). Patofisiologi: Konsep klinis Proses-proses penyakit. Jakarta:
EGC
Syaifuddin. (2012). Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta:
EGC
Wijaya, Andre Safari., Putri, Yessie Mariza. (2017). Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika
NANDA, NOC, NIC
No NANDA NOC NIC
1 Nyeri akut b.d agen cidera Control nyeri (hal:247)  Manajemen nyeri (hal: 198)
biologis (PRE-OP) Tingkat nyeri (hal:577)  Pemberian analgesic (hal:247)
 Pemberian obat (IV) (hal: 258)
Defenisi : Kriteria hasil  Manajemen lingkungan (hal:191)
Pengalaman sensori atau  Menilai lama dan faktor nyeri  Monitoring TTV (hal: 237)
emosional yang  Penggunaan nonanalgesik  Terapi music (hal:443)
tiakmenyenangkan yang muncul untuk menghilangkan nyeri  Terapi oksigen (hal:444)
akibat kerusakan jaringan actual  Melaporkan bila nyeri tidak
 Relaksasi otot progresif (hal:414)
ataupun potensialatau yang terkontrol  Pengaturan posisi (hal:306)
digambarkan sebagai kerusakan  Kegelisahan sudah tidak ada
yang muncul tiba-tiba dari  Focus menyempit tidak ada  Sentuhan terapeutik (hal:421)
ringan hingga berat TTV normal
Batasan karakteristik :
 Bukti nyata nyeri
menggunakan standar daftar
pemeriksaan nyeri
 Ekspresi wajah
 Focus mnyempita dan pada
diri
 Melindungi area nyeri
 Perubahan pada parameter
fisiologis (TTV)
 Perubahan selera makan
 Focus menyempit
2 Ketidaksembangan nutrisi Nutritional Status :  Manajemen nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d Nutritional Status : food and  Diet Staging
ketidakmampuan mencerna Fluid Intake  Nutritional counceling
makanan, faktor biologis, mual Nutritional Status: nutrient Intake Weight management
muntah Weight control  Enteral tube feeding
 Fluid management
Kriteria Hasil :
 Self-care assistance: feeding
 Adanya peningkatan berat  Nutrition monitoring
badan sesuai dengan tujuan
 Energy management
 Berat badan ideal sesuai
 Monitoring TTV
dengan tinggi badan
 Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
 Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
 Menunjukkan peningkatan
fungsi pengecapan dan
menelan
 Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti

3 Konstipasi b.d tumor : obstruksi


(PRE-OP)

Defenisi :
Penururnan frekuensi normal
defekasi yang disertai dengan
kesulitan atau pengeluaran feses
yang tidak tuntas, fese yang
kering, keras dan banyak
Batasan karakteristik:
 Feses keras dan berbentuk
 Distensi abdomen
 Massa rektal yang dapat
diraba
 Darah merah pada feses
 Nyeri pada saat defekasi
 Rasa tekanan rektal
 Tidak dapat mengeluarkn
feses

4 Nyeri akut b.d agen cidera fisik Control nyeri (hal:247)  Manajemen nyeri (hal: 198)
(prosedur bedah) (POST-OP) Tingkat nyeri (hal:577)  Pemberian analgesic (hal:247)
 Pemberian obat (IV) (hal: 258)
Defenisi : Kriteria hasil  Manajemen lingkungan (hal:191)
Pengalaman sensori atau  Menilai lama dan faktor nyeri  Monitoring TTV (hal: 237)
emosional yang  Penggunaan nonanalgesik  Terapi music (hal:443)
tiakmenyenangkan yang muncul untuk menghilangkan nyeri  Terapi oksigen (hal:444)
akibat kerusakan jaringan actual  Melaporkan bila nyeri tidak
 Relaksasi otot progresif (hal:414)
ataupun potensialatau yang terkontrol
digambarkan sebagai kerusakan  Kegelisahan sudah tidak ada  Pengaturan posisi (hal:306)
yang muncul tiba-tiba dari  Focus menyempit tidak ada  Sentuhan terapeutik (hal:421)
ringan hingga berat  TTV normal
Batasan karakteristik :
 Bukti nyata nyeri
menggunakan standar daftar
pemeriksaan nyeri
 Ekspresi wajah
 Focus mnyempita dan pada
diri
 Melindungi area nyeri
 Perubahan pada parameter
fisiologis (TTV)
 Perubahan selera makan
Focus menyempit

5 Gangguan integritas jaringan Integritas Jaringan : Kulit dan  Perawatan Luka (hal: 373)
b.d benda asing menusuk Membran Mukosa (hal: 107)  Manajemen cairan (hal: 157)
permukaan kulit (POST-OP)  Monitor cairan (hal: 229)
Kriteria hasil :  Perlindungan infeksi (hal:
Defenisi:  Temperature kulit dalam bats  Manajemen nutrisi (hal:197)
Cedera pada membrane normal  Pengaturan posisi (hal: 306)
mukosa,kornea, siste  Perfusi jaringan baik  Control infeksi (hal: 134)
integument, fasia muscular otot,  Integritas kulit tidak ada  Manajemen pengobatan (hal:199)
tendon tulang, kartilago, kapsul masalah  Monitoring TTV (hal: 237)
sendi atau ligament.  Lesi kulit  Irigasi luka (hal:123)
 Jaringan parut
Batasan karakteristik:  Nekrosis tidak ada
 Cedera jaringan
 Jaringan rusak

Anda mungkin juga menyukai