Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pengertian Vektor
Secara fisika, vector adalah besaran yang memiliki besar dan arah. Sedangkan
secara matematika, vector berarti ruas garis berarah yang panjangnya adalah jarak dari
titik pangkal ke titik ujung dan arahnya adalah arah pangkal ke ujung atau
perpanjangannya.
a. Penulisan Vektor dan cara Menentukan Vektor Secara Aljabar
Untuk menggambarkan vektor digunakan garis berarah yang bertitik pangkal. Panjang
garis sebagai nilai vektor dah anak panah menunjukkan arahnya. Simbol vektor
menggunakan huruf kapital yang dicetak tebal (bold) atau miring dengan tanda panah
di atasnya seperti gambar berikut:
1
1. Sifat-sifat vektor
a. Komutatif
a+b=b+a
b. Assosiatif
a + ( b + c) = (a + b) + c
c. Memiliki elemen satuan atau elemen identitas
a+0=0+a=a
d. Memiliki elemen inverse
a + (-a) = (-a) + a = 0
e. Distributive dengan perkalian skalar
K(a + b) = ka + kb , dengan k= skalar
⃗
AB x 2 −x 1
=
( y 2− y 1 )
Dilukiskan sebagai :
y
B (x2, y2)
A (x1, y1)
x
2
- Koordinat kutub, yaitu : = r dengan r =
a √( x 2−x 1 )2+( y 2− y1 )2
dan tg = .
y2− y1
x2 −x 1
Vektor di ruang 3 adalah vektor yang mempunyai 3 buah sumbu yaitu x , y , z yang
saling tegak lurus dan perpotongan ketiga sumbu sebagai pangkal perhitungan.
Vektor p pada bangun ruang dapat dituliskan dalam bentuk :
koordinat kartesius p = (x, y, z)
dengan i = ,j = , dan k =
i = vektor satuan dalam arah OX
j = vektor satuan dalam arah OY
k = vektor satuan dalam arah OZ
Modulus Vektor
3
Modulus vektor yaitu besar atau panjang suatu vektor. Jika suatu vektor dengan
koordinat titik A (x1 , y1 ,z1) dan B (x2 , y2 , z2) maka modulus (besar) atau panjang
vektor dapat dinyatakan sebagai jarak antara titik A dan B yaitu :
Dan jika suatu vektor a disajikan dalam bentuk linear a = a1i + a2j + a3k , maka modulus
vektor a adalah :
Vektor Posisi
4
Vektor posisi titik P adalah vektor yaitu vektor yang berpangkal di titik O (0 , 0 , 0) dan
berujung di titik P (x , y , z), bila ditulis
2. Penjumlahan Vektor
Inti dari operasi penjumlahan vektor ialah mencari sebuah vektor yang komponen-
komponennya adalah jumlah dari kedua komponen-komponen vektor pembentuknya
atau secara sederhana berarti mencari resultan dari 2 vektor. Aga susah memang
dipahami dari definisi tertulis. Kita coba memahaminya dengan contoh
Untuk vektor segaris, resultannya
R = A + B + C + n dst…
untuk penjumlahan vektor yang tidak segaris misalnya seperti gambar di bawah ini
5
Menurut aturan cosinus dalam segitiga,
(OR)2 = (OP)2 + (PR)2 – 2(OP)(PR) cos (180o – α)
(OR)2 = (OP)2 + (PR)2 – 2(OP)(PR) cos (-cos α)
(OR)2 = (OP)2 + (PR)2 – 2(OP)(PR) cos α
Jika OP = A, PR = B, dan Resultan ‘R’ = OR
maka didapat persamaan
R2 = A2 + B2 – 2AB cos α
Rumus menghitung resultan vektornya
yaitu seprti yang dijelaskan di atas. Metode yang digunakan adalah dengan mencari
diagonal jajar genjang yang terbentuk dari 2 vektor dan tidak ada pemindahan titik
tangkap vektor.
pada metode ini dilakukan pemindahan titik tangka vektor 1 ke ujung vektor yang lain
kemudian menghubungkan titi tangkap atau titik pangkal vektor pertama dengn titik
ujung vektor ke dua. Lihat ilustrasi gambar di bawah ini.
6
Untuk vektor yang lebih dari 2, sama saja. Lakukan satu demi satu hingga ketemu
resultan akhirnya. Dari gambar di atas, V = A + B dan R = V + C atau R = A + B + C
3. Pengurangan Vektor
7
Jika α = 120o dan V1 = V2 = V maka R = V
Contoh Soal :
Dua buah vektor sebidang berturut-turut besarnya 8 satuan dan 6 satuan, bertitik
tangkap sama dan mengapit sudut 30o Tentukan besar dan arah resultan vektor tersebut
tersebut!
Jawaban :
R = 82 + 62 + 2.6.8.cos 30
R = 64 + 36 + 96 0,5 √3
R = 100 + 48√3
�
O A
Jika a dan b adalah vektor-vektor tak nol dan � adalah sudut diantara vektor a
dan vektor b, maka perkalian skalar vektor a dan vektor b didefinisikan oleh
a ∙ b=|a||b| cos α
a1 b1 +a 2 b 2+ a3 b3
cos α =
|a||b|
8
a1 b 1+ a2 b2 +a3 b3
cos α =
√( a
❑
1
2 2 2 2
+a2 +a 3 )( b1 +b2 +b3
2 2
)
Perkalian antara vektor dan skalar adalah hasil kali suatu skalar k dengan sebuah
vektor A, sehingga dapat dituliskan kA dan didefinisikan sebagai sebuah vektor baru
yang besarnya adalah besar k dikalikan dengan besar A. Arah vektor yang baru ini sama
dengan arah vektor A jika k positif dan berlawanan arah dengan vektor A jika k negatif.
+
a. Perkalian Titik (Dot Product)
Perkalian titik diantara dua vektor A dan B dapat ditulis A • B. Perkalian skalar
dua vektor dapat dikitang sebagai perkalian antara besar salah satu vektor dengan
komponen vektor lain dalam arah vektor yang pertama tadi. Maka pada perkalian
vektor ini ada ketentuan, yaitu :
Perkalian komponen vektor yang sejenis (searah) akan menghasilkan nilai 1,
seperti : i • i = j • j = k • k = 1
Perkalian komponen vektor yang tidak sejenis (saling tegak liris) akan
menghasilkan nilai 0, seperti : i • j = j • k = k • i = 0
b. Perkalian Silang (Cross Product)
Perkalian silang diantara dua vektor A dan B dapat ditulis A X B dan hasilnya adalah
sebuah vektor lain C. Arah dari C sebagai hasil perkalian vektor A dan B didefinisikan
tegak lurus pada bidang yang dibentuk oleh A dan B. Pada perkalian vektor ini ada
ketentuan sebagai berikut :
ixi=0 ixj=k j x i = -k
jxj=0 jxk=i k x j = -i
6
kxk=0 kxi=j i x k = -i
5. Panjang Vektor
9
dimensi dua, tentu akan berbeda dengan cara mencari vektor di dimensi tiga. Meskipun
demikian, rumusnya tidak terlalu berbeda sehingga mudah diingat. Berikut ini adalah
rumus yang dapat digunakan untuk mencari panjang vektor sampai dengan vektor yang
berada di dimensi tiga.
6. Proyeksi Vektor
Jika vektor u dan a ditempatkan sedemikian sehingga titik awalnya berimpit dan vektor
u disusun dari dua vektor yang saling tegak lurus yaitu w1 dan w2, sehingga vektor u
10
dapat dituliskan sebagai u = w1 + w2. Kemudian vektor a terletak sejajar dengan w1,
sedemikian sehingga w1 = ka. Jika kita lihat vektor w1 pada gambar diatas maka vektor
w1 diperoleh dari proyeksi ortogonal u terhadap a dan dapat ditulis sebagai w1 = ka, w1
disebut proyeksi ortogonal u pada a [ditulis : proyau] atau dinamakan komponen vector
u sepanjang a, sedangkan w2 disebut komponen vektor u yang ortogonal terhadap a.
Nilai k ini akan menentukan arah dan panjang dari w1. Jika sudut antara u dan a adalah
tumpul , maka tentunya nilai k akan negatif ini juga berarti arah w1 akan berlawanan
dengan arah a [perhatikan gambar diatas].
Teorema :
Jika u dan a adalah vektor di ruang-2 atau ruang-3 dan jika a 0, maka
proyau =
u – proyau =
Bukti :
= w1.a + w2.a
= w1.a
11
=
k=
proyau =
contoh :
Carilah proyeksi ortogonal dari u pada a dan komponen vektor u yang orthogonal ke a.
= 2(-3) + 1(2)
= -6 + 2
= -4
= (-3)2 + 22
= 9 + 14
= 13
proyau =
= (-3, 2)
= (12/13, -8/13)
w2 = u – proyau
12
= (2, 1) – (12/13, -8/13)
= (14/13, 21/13)
= -35 + 0 + 3
= -32
= (5)2 + 02 + 12
= 25 + 0 + 1
= 26
proyau =
= (5, 0, 1)
= (-80/13, 0, -16/13)
w2 = u – proyau
= (-11/13, 1, 55/13)
c
b) Proyeksi vektor orthogonal vektor ⃗a pada ⃗b O
C B
13
a⃗ b⃗ 2
⃗c =
( )
|b|
2
b b
Contoh :
Diketahui vektor a = (2, 3, 4) dan b = (6, 7, 8). Tentukanlah:
a. besar sudut yang dibentuk oleh vektor a dan vektor b
b. panjang proyeksi vektor a pada vektor b
c. proyeksi vektor a pada vektor b
penyelesaian :
a. untuk menentukan besar sudut yang dibentuk oleh vektor a dan
vektor b, maka terlebih dahulu menentukan a ∙ b ,|a|, dan|b|
a ∙ b=a1 b1+ a2 b2 +a3 b3
¿ 2∙ 3+3 ∙ 7+4 ∙8
¿ 6+21+32
¿ 59
|a|=√ 22 +32 +4 2
¿ ❑√ 4+9+ 16
¿ ❑√29
14