DOKTER INTERNSHIP
Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Lukman Hakim , Sp.OT
Disusun Oleh :
dr. Absti Wahyuni
I. IDENTITAS PASIEN
1
Nama : Tn. M.Khusen
Usia : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Ds. Sambong RT 01/RW 08 Purwosari,
Blora
Pekerjaan : Swasta
Nomer RM : 12.88.79
Tanggal masuk RS : 27 April 2018
II. ANAMNESIS
Primary Survey
A : Adekuat
B : 22 kali/menit
C : 98 x / menit, reguler, isi dan tegangan cukup
D : GCS 15
E : Didapatkan adanya deformitas pada bahu kanan.
Keluhan utama : nyeri pada bahu kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSU PKU Muhammadiyah Cepu dengan
keluhan nyeri pada bahu kanan post kecelakaan lalu lintas.
Sebelumnya, pasien terjatuh dari sepeda motor, pasien terjatuh sendiri
saat akan menghindari batu di depannya. Kemudian pasien mengerem
mendadak dan akhirnya pasien terpelanting kedepan dengan posisi
bahu kanan terbentur trotoar. Saat kejadian, kepala pasien tidak
terbentur sesuatu, Pasien sadar, tidak mual muntah dan tidak pusing.
Kesemutan pada daerah bahu sampai jari-jari tangan (-), keluar darah
dari telinga maupun hidung disangkal. Nyeri dirasakan terus menerus,
nyeri dirasakan bertambah ketika bahu digerakkan. Jari-jari tangan
pasien masih bisa digerakkan.
2
- Riwayat kencing manis : disangkal
Last meal : terakhir pasien makan nasi dengan lauk telur dan sayur
kurang lebih jam 11.00 WIB.
Environment : Pasien jatuh ke aspal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat darah tinggi : disangkal
Riwayat kencing manis : disangkal
Riwayat sosial ekonomi
Pasien bekerja sebagai wiraswasta, sudah menikah, tinggal
bersamaistri dan kedua orang anaknya. Pembiayaan dengan
menggunakan BPJS PBI. Kesan ekonomi cukup. Pasien tidak
mengkonsumsi rokok, alkohol, maupun obat – obatan terlarang.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaaan umum : pasien tampak sakit sedang
Kesadaran : kompos mentis
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 88 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36,5 0C
Status Gizi
- BB : 70 kg
- TB : 168 cm
- BMI : 24,8 (Normoweight)
Status interna
Kepala : kesan mesocepal
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Hidung : nafas cuping (-), deformitas (-), secret (-)
Telinga: serumen ( - ), nyeri tekan mastoid ( - ), nyeri tekan tragus
(-)
Mulut : sianosis (-), bibir pecah – pecah (-)
Leher : pembesaran tiroid (-), penggunaan otot bantu nafas
(-)
Thorax
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba, nyeri tekan (-)
3
Perkusi :
- Batas kanan bawah jantung : ICS 5 linea parasternal
dextra
- Batas kiri bawah jantung : ICS 5 linea mid clavicula
sinistra
- Pinggang jantung : ICS 3 linea parasternal
sinistra
- batas atas jantung : ICS 2 linea parastrenal
sinistra
Auskultasi : bunyi jantung dalam batas nomal, tidak ada suara
tambahan.
Pulmo
Tampak Depan Tampak Belakang
SD Vesikuler SD Vesikuler
Wheezing (-), ronki (-) Wheezing (-), ronki (-)
Depan
Inspeksi Normochest, simetris, kelainan Normochest, simetris, kelainan
kulit (-), sudut arcus costa dalam kulit (-), sudut arcus costa dalam
batas normal, SIC dalam batas batas normal, SIC dalam batas
normal normal
Pengembangan pernafasan paru Pengembangan pernafasan paru
Palpasi
normal normal
Simetris, nyeri tekan (-), SIC Simetris, nyeri tekan (-), SIC
dalam batas normal, taktil dalam batas normal, taktil
Perkusi fremitus normal. Gerak dada tidak fremitus normal. Gerak dada
4
Auskultasi ada yang tertinggal, massa (-) tidak ada yang tertinggal, massa
(-)
Sonor seluruh lapang paru
Sonor seluruh lapang paru
Suara dasar vesicular, wheezing
Suara dasar vesicular, wheezing
(-), ronki (-)
(-), ronki (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, warna kulit sama dengan sekitar
Auskultasi : bising usus normal
Perkusi : timpani seluruh regio abdomen
Palpasi : nyeri tekan (-)
Ekstremitas :
Superior Inferior
Status lokalis
Regio clavicula dekstra
a. Inspeksi
Look : tampak jejas luka pada clavicula dextra, tak tampak penonjolan
abnormal, oedema (+), perdarahan (-).
5
b. Palpasi
Feel :
Adanya nyeri tekan pada regio clavicula dekstra (+), krepitasi (+), tidak
ada gangguan sensibilitas, denyut nadi distal (a. Brachialis) masih
teraba, pada perabaan lengan atas dan bawah terasa hangat, nyeri sumbu
(+).
c. Movement
Nyeri pada saat digerakan (+) sendiri maupun saat digerakan oleh
pemeriksa.
d. Tanda kompartemen syndrome
Pain ( rasa sakit ): (+)
Paloor : -
Paralisis : -
Parasthesia : -
Pulselessnes : (-) masih terdapat denyutan pada arteri Brachialis
6
- Tampak discontinuitas os Clavicula dextra 1/3 Tengah
- Aposisi, aligment tak baik
- Sela sendi tak menyempit
- Struktur tulang baik
Kesan : Fraktur os Clavicula dextra 1/3 Tengah, Oblique,
nondisplaced.
V. RESUME
Pasien datang ke IGD RS PKU Muhammadiyah Cepu dengan keluhan
nyeri pada bahu kanan post kecelakaan lalu lintas. Sebelumnya, pasien
terjatuh dari sepeda motor, pasien terjatuh sendiri saat akan menghindari
batu di depannya. Kemudian pasien mengerem mendadak dan akhirnya
pasien terpelanting kedepan dengan posisi bahu kanan terbentur trotoar. Saat
kejadian, kepala pasien tidak terbentur sesuatu, Pasien sadar, tidak mual
muntah dan tidak pusing. Kesemutan pada daerah bahu sampai jari-jari
tangan (-), keluar darah dari telinga maupun hidung disangkal. Nyeri
dirasakan terus menerus, nyeri dirasakan bertambah ketika bahu digerakkan.
Jari-jari tangan pasien masih bisa digerakkan.
7
Pada pemeriksaan fisik didapatkan KU tampak kesakitan, kesadran CM. TD
110/70 mmHg, HR 88 x/menit, RR 20 x/menit, T 36,70C. Status generalisata
dalam batas nomal.
Pada status lokalis region clavicula Clavicula tampak jejas luka pada
clavicula dextra, oedema (+), nyeri tekan setempat (+), krepitasi (+),
sensibilitas (+), suhu rabaan hangat (+), gerakan aktif dan pasif terhambat,
gerakan abduksi lengan kanan terhambat, gerakan rotasi sendi bahu
terhambat, nyeri bila digerakkan (+).
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil laboratorium
Hemogoblobin 13 mg/dl, leukosit 8900, MCV 88, MCHC 32,. Foto
Rongten AP hasil Tampak fraktur clavicula dextra region 1/3 media,
kedudukan tulang tidak segaris, tampak interposisi, dan tampak avulsi
fraktur, Sela sendi akromio clavicular baik, Jaringan lunak baik. Kesan :
fraktur clavicula dextra region 1/3 Tengah..
VI. DIAGNOSIS
Fraktur tertutup os Clavicula dekstra 1/3 tengah, Displaced dan Non
komplikata.
VII. INNISIAL PLAN
a. Diagnosis kerja : Fraktur tertutup os Clavicula Dextra 1/3 Tengah,
Oblique, Displaced dan Non komplikata
b. Ip Tx:
- Infus RL 20 tpm
- Injeksi ceftriaxone 1 gram IV, skin test terlebih dahulu
- Injeksi dexketoprofen 1 ampul
- Pasang mitela
- Pasang figure of eight
- Rujuk bedah ortopedi pro ORIF
c. Ip Mx:
- Keadaan umum
- Tanda vital
- Tanda kompartemen syndrom
d. Ip. Ex :
- Menjelaskan kepada keluarga dan pasien tentang penyakit
yang dialami pasien
- Bahu kanan pasien jangan banyak digerakkan terlebih dahulu
8
- Menjelaskan kemungkinan perlunya tindakan operasi.
- Menjelaskan komplikasi jika patah tulang tidak segera di
perbaiki
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
PEMBAHASAN
9
Sedangkan diagnosis fraktur os Clavicula 1/3 Tengah ditegakkan dari
pemeriksaan rontgen, dimana pada foto AP maupun Oblique terlihat adanya
diskontinuitas os Clavicula di sepertiga Tengah.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Fraktur
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya jaringan tulang dan
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudpaksa. Trauma yang
menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya
benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan
ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu
pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.1
B. Klasifikasi Fraktur
10
Fraktur dapat dibedakan jenisnya berdasarkan hubungan tulang
dengan jaringan disekitar, bentuk patahan tulang, dan lokasi pada tulang
fisis.
1. Berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan disekitar, fraktur dapat
dibagi menjadi :
a. Fraktur tertutup (closed),bila tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar.
b. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit.
Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat (menurut R. Gustillo),
yaitu2:
- Derajat I :
o Luka <1 cm
o Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk
o Fraktur sederhana, transversal, oblik, atau kominutif ringan
o Kontaminasi minimal
- Derajat II :
o Laserasi >1 cm
o Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ avulsi
o Fraktur kominutif sedang.
o Kontaminasi sedang
- Derajat III :
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur
kulit, otot, dan neurovaskular serta kontaminasi derajat tinggi.
Fraktur terbuka derajat III terbagi atas:
- Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat,
meskipun terdapat laserasi luas/flap/avulsi atau fraktur
segmental/sangat kominutif yang disebabkan oleh trauma
berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.
- Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang
terpapar atau kontaminasi masif.
- Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus
diperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.2
Tipe Batasan
I Lesi bersih dengan panjang lesi < 1 cm
II Panjang lesi > 1 cm tanpa kerusakan jaringan lunak yang berat
11
III Kerusakan jaringan lunak yang berat dan luas, fraktur segmental
terbuka, trauma amputasi, lesi tembak dengan kecepatan tinggi,
fraktur terbuka di pertanian, fraktur yang perlu repair vaskuler dan
fraktur yang lebih dari 8 jam setelah kejadian.
Tipe Batasan
IIIA Periosteum masih membungkus fragmen fraktur dengan kerusakan
jaringan lunak yang luas
IIIB Kehilangan jaringan lunak yang luas, kontaminasi berat, periosteal
striping atau terjadi bone expose
IIIC Disertai kerusakan arteri yang memerlesin repair tanpa melihat
tingkat kerusakan jaringan lunak.
12
g. Fraktur Impaksi : adalah fraktur yang terjadi ketika dua tulang
menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya, seperti pada
satu vertebra dengan dua vertebra lainnya.
h. Fraktur Fissura : adalah fraktur yang tidak disertai perubahan letak
tulang yang berarti, fragmen biasanya tetap di tempatnya setelah
tindakan reduksi.3
3. Berdasarkan lokasi pada tulang fisis 4
Tulang fisis adalah bagian tulang yang merupakan lempeng
pertumbuhan, bagian ini relatif lemah sehingga strain pada sendi dapat
berakibat pemisahan fisis pada anak – anak. Fraktur fisis dapat terjadi
akibat jatuh atau cedera traksi. Fraktur fisis juga kebanyakan terjadi
karena kecelakaan lalu lintas atau pada saat aktivitas olahraga.
Klasifikasi yang paling banyak digunakan untuk cedera atau fraktur
fisis adalah klasifikasi fraktur menurut Salter – Harris :
a. Tipe I : fraktur transversal melalui sisi metafisis dari lempeng
pertumbuhan, prognosis sangat baik setelah dilakukan reduksi
tertutup.
b. Tipe II : fraktur melalui sebagian lempeng pertumbuhan, timbul
melalui tulang metafisis , prognosis juga sangat baik denga reduksi
tertutup.
c. Tipe III : fraktur longitudinal melalui permukaan artikularis dan
epifisis dan kemudian secara transversal melalui sisi metafisis dari
lempeng pertumbuhan. Prognosis cukup baik meskipun hanya
dengan reduksi anatomi.
d. Tipe IV : fraktur longitudinal melalui epifisis, lempeng
pertumbuhan dan terjadi melalui tulang metafisis. Reduksi terbuka
biasanya penting dan mempunyai resiko gangguan pertumbuhan
lanjut yang lebih besar
e. Tipe V : cedera remuk dari lempeng pertumbuhan, insidens dari
gangguan pertumbuhan lanjut adalah tinggi. 4
13
14
C. Anatomi Os. Clavicula
15
posterior dari kapsul. Ligamen-ligamen ini mungkin merupakan persendian
sternoclavicular yang paling kuat dan yang menghambat pergeseran superior
dari sisi medial klavikula, dan pergeseran inferior pada sisi ujung lateral
klavikula. Kapsul posterior ditetapkan sebagai struktur yang paling penting
dalam menahan pergeseran/translasi ke arah anterior maupun posterior pada
sendi sternoclavicular.
16
Gambar 4. Ligamen Sternoclaviular.
Ligamen interclavicula
Ligamen-ligamen yang kuat terbentang dari medial klavikula sampai
sisi superior sternum sampai kontralateral dari klavikula. Ligamen tersebut
merenggang pada saat bahu diangkat tetapi menghambat pergeseran yang
menurun dari ujung lateral klavikula.
Ligamen costoclavicula
Ligamen costoclavicula merupakan ligamen yang kuat yang berjalan
dari bagian atas dari iga pertama dan bagian yang berdekatan dari sternum
sampai bagian inferior dari klavikula. Kadang-kadang, ligamen tersebut
keluar dari bagian medial klavikula yang menjadi tempat perlengketan fossa
rhomboid. Untuk tujuan studi tentang anatomi, serat-serat ligamen
costoclavicular menstabilkan medial klavikula melawan rotasi keatas dan
kebawah.
Ligamen coracoclavicular
Ligamen trapezoid dan conoid merupakan ligamen yang tebal, dan kuat
yang berjalan dari dasar dari processus coracoid dari scapula sampai bagian
inferior dari lateral klavikula. Ligamen trapezoid menempel pada tonjolan
tulang yang spesifik, sedangkan ligamen conoid yang lebih medial berinsersi
pada conoid tubercle. Ligamen-ligamen ini memberikan fungsi yang penting
sebagai suspensi dari korset bahu pada klavikula.1,2
Ligamen Acromioclavicular
17
Kapsul dari sendi acromioclavicular membentuk ligamen-ligamen
acromioclavicular. Pada bagian superior, dan pada bagian posterosuperior,
ligamen tersebut menahan pergeseran anteroposterior dari distal klavikula.
Studi biomekanis yang terbaru menyebutkan bahwa kapsul
acromioclavicular menahan translasi anterior-posterior.
Anatomi otot
Beberapa otot yang penting mempunyai origo dan insersi di klavikula.
Pada bagian medial, terdapat origo dari pectoralis mayor dan sternohyoid.
Sudut dari fraktur klavikula yang paling penting, yaitu pada superomedial
klavikula dengan origo pada sternocleidomastoid. Pada fraktur pertengahan
klavikula, origo tersebut di konversikan kepada insersi, sternocleidomastoid
menjadi elevator medial klavikula. Pada permukaan bawah pertengahan
klavikula merupakan titik insersi dari otot subclavius. Pada bagian lateral,
anterior klavikula merupakan tempat dari origo deltoid bagian anterior
dengan klavikula bagian posterosuperior juag menjadi insersi tambahan dari
otot trapezius. Otot lain yang penting yang berhubungan dengan anatomi
klavikula yaitu platysma. Otot platysma berlokasi pada jaringan subcutan
pada fascia cervical, platysma mempunyai origo diatas deltoid dan pectoralis
mayor dan menyilang pada permukaan anterior superfisial klavikula sebelum
berinsersi pada mandibula, kulit, dan otot mulut.1
Anatomi Neurovaskular
Dari segi sudut pandang untuk kepentingan bedah, anatomi
neurovaskular dibagi menjadi anterior dan posterior. Pada bagian anterior,
struktur yang paling utama yaitu saraf supraclavicular. Percabangan dari
pleksus cervical, saraf tersebut berorigo sebagai trunkus pada batas posterior
dari sternocleidomastoid. Trunkus tersebut dibagi menjadi anterior,
pertengahan, dan saraf posterior yang melintasi permukaan superfisial dari
bagian dalam klavikula sampai platysma. Jupiter dan Ring
merekomendasikan lokasi dan preservasi saraf supraclavicular selama
pendekatan bedah pada pertengahan klavikula.
18
Tulang klavikula mempunyai fungsi yang penting sebagai tulang
pelindung pleksus brakhialis, vena jugular dan subclavia. Secara spesifik,
permukaan superior dari pertengahan klavikula membentuk batas inferior dari
segitiga posterior leher. Isi dari sgitiga tersebut yang penting adalah pleksus
brachialis dan arteri subclavia.1
A. Mekanisme trauma
Trauma tidak langsung
Pada penjelesan awal dari klasifikasi fraktur, Allman menjelaskan
bahwa mekanisme trauma fraktur klavikula yaitu jatuh dengan tangan terulur
atau jatuh dengan bahu sebagai tumpuan. Berdasarkan data-data terbaru,
19
trauma langsung merupakan penyebab utama fraktur klavikula. Stanley et al
meneliti 122 pasien yang terkena fraktur klavikula, 87% terjadi dengan bahu
sebagai tumpuan, dan hanya 6% yang jatuh dengan tangan terulur. Tidak
ditemukan hubungan antara lokasi fraktur dan mekanisme trauma.
Mekanisme utama penyebab fraktur klavikula adalah kompresi. Untuk
sebagian besar fraktur klavikula, diperlukan ruda paksa secara langsung pada
bagian lateral bahu. Kecuali bila lengan atas secara signifikan terulur ke bahu,
akan menyebabkan ketegangan dan bukan kompresi yang menyebabkan
fraktur klavikula.4,5
Trauma langsung
Oleh karena jaringan subcutan klavikula yang tipis, membuat klavikula
rentan terhadap trauma. Dengan posisi langsung, sama seperti tibia atau ulna.
Mekanisme tersebut dapat terjadi baik karena trauma tumpul maupun trauma
tajam. Karena trauma langsung tidak tergantung dari kekuatan otot atau posisi
lengan atas, semua regio klavikula mudah terkena. Aktivitas olahraga dapat
menyebabkan trauma langsung terhadap klavikula termasuk bersepeda
20
maupun bermain ski. Berdasarkan studi terbaru dari swedia didapat bahwa
bersepeda merupakan penyebab utama terjadinya fraktur klavikula baik pada
laki-laki maupun perempuan.4,5
Beberapa grup peneliti dari Jepang memeriksa 3103 kasus fraktur
ekstremitas atas atau dislokasi pada pemain ski salju dan ski. Fraktur
klavikula banyak terjadi pada pemain ski (32%) sedangkan pemain ski salju
paling banyak terkena fraktur pada pergelangan tangan (62% dari jumlah
seluruhnya).4,5
B. Patofisiologi
Patofisiologi fraktur clavicula adalah tulang pertama yang mengalami
proses pergerasan selama perkembangan embrio pada minggu ke lima dan
enam. Tulang clavicula, tulang humerus bagian proksimal dan tulang scapula
bersama-sama membentuk bahu. Tulang clavicula ini membantu mengangkat
bahu ke atas, keluar, dan kebelakang thorax. Pada bagian proximal tulang
clavicula bergabung dengan sternum disebut sebagai sambungan
sternoclavicular (SC).6
Pada bagian distal clavicula (AC), patah tulang pada umumnya mudah
untuk dikenali dikarenakan tulang clavicula adalah tulang yang terletak
dibawah kulit (subcutaneus) dan tempatnya relatif didepan. Karena posisinya
yang terletak dibawah kulit maka tulang ini sangat rawan sekali untuk patah.
Patah tulang clavicula terjadi akibat tekanan yang kuat atau hantaman yang
keras ke bahu. Energi tinggi yang menekan bahu ataupun pukulan langsung
pada tulang akan menyebabkan fraktur.6
C. Klasifikasi
Secara umum fraktur clavicula menurut Armis (2002) diklasifikasikan
menjadi tiga tipe yaitu:4
1. Fraktur pada sepertiga tengah clavicula (insiden kejadian 75% - 80%).
Pada daerah ini tulang lemah dan tipis serta umumnya terjadi pada pasien
muda.
21
2. Fraktur atau patah tulang clavicula terjadi pada distal ( insiden kejadian
15%).
3. Fraktur clavicula pada sepertiga proksimal (5% pada kejadian ini
berhubungan dengan cidera neurovaskuler).
D. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis pada fraktur klavikula biasanya penderita datang
dengan keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan sakit bahu dan
diperparah dengan setiap gerakan lengan. Fraktur klavikula sangat mudah
didiagnosa dengan pemeriksaan fisik karena jaringan subkutis yang sangat
tipis. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada daerah
fraktur dan kadang-kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat
juga terlihat kulit yang menonjol akibat desakan dari fragmen fraktur.
Pembengkakan lokal akan terlihat disertai perubahan warna lokal pada kulit
sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur. Trauma
pada pleksus brakhial yang berhubungan dengan fraktur klavikula dapat
terjadi. Kerusakan vaskular walaupun jarang tetapi dapat terjadi terutama
pada arteri subklavia.4,5,6,7
E. RADIOLOGIS
Diagnosis fraktur klavikula biasanya terlihat dari radiografi proyeksi
AP. Pada keadaan emergensi, ahli bedah dapat hanya menggunakan foto dada
dengan proyeksi AP untuk mendiagnosis fraktur klavikula. Untuk visualisasi
yang lebih baik, radiografi dengan proyeksi oblik dapat membantu. Untuk
mendapatkan visualisasi tersebut, arah sinar datang dari sudut 20 derajat dari
arah cephalad, dengan posisi lengan abduksi 135 derajat.8
22
A. Proyeksi AP. B. Proyeksi oblik.
Gambar 7. Gambaran radiologis fraktur klavikula
F. PENANGANAN
Pada prinsipnya penangan patah tulang klavikula adalah untuk
mencapai penyembuhan tulang dengan minimum tingkat morbiditas,
hilangnya fungsi, dan sisa kelainan bentuk. Kebanyakan patah tulang
klavikula telah berhasil ditangani dengan metode tanpa operasi. Perawatan
nonoperative dengan cara mengurangi gerakan di daerah patah tulang.
Tujuan penanganan adalah menjaga bahu tetap dalam posisi normalnya
dengan cara reduksi tertutup dan imobilisasi. Modifikasi spika bahu (gips
klavikula) atau balutan berbentuk angka delapan atau strap klavikula dapat
digunakan untuk mereduksi fraktur ini, menarik bahu ke belakang, dan
mempertahankan dalam posisi ini. Bila dipergunakan strap klavikula, ketiak
harus diberi bantalan yang memadai untuk mencegah cedera kompresi
terhadap pleksus brakhialis dan arteri aksilaris. Peredaran darah dan saraf
kedua lengan harus dipantau.8.9
Fraktur 1/3 distal klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligament
coracoclavicular atau acromioclavicular dapat ditangani dengan sling dan
pembatasan gerakan lengan. Bila fraktur 1/3 distal disertai dengan
23
terputusnya ligamen coracoclavicular, akan terjadi pergeseran, yang harus
ditangani dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna.
Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :
Fraktur terbuka.
Terdapat cedera neurovaskuler.
Fraktur komunitif.
Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya
(malunion).2
Pemberian obat pada kasus patah tulang dapat dilakukan untuk
mengurangi rasa nyeri.
Obat obat yang dapat digunakan adalah obat kategori analgesik
antiinflamasi seperti acetaminophen dan codeine dapat juga obat golongan
NSAIDs seperti ibuprofen. Selama imobilisasi pasien diperkenankan
melakukan latihan gerakan tapi harus menghindari aktivitas yang berat.
Tindak lanjut perawatan dilakukan dengan pemantauan yang
dijadwalkan 1 hingga 2 minggu setelah cedera untuk menilai gejala klinis dan
kemudian setiap 2 hingga 3 minggu sampai pasien tanpa gejala klinis.
Pemeriksaan foto rontgen tidak perlu selama proses perawatan, tetapi akan
lebih baik dilakukan pada saat proses penyatuan tulang yang biasanya dapat
dilihat pada minggu ke 4 sampai minggu ke 6 (pada saat fase remodeling
pada proses penyembuhan tulang). Tanda klinis penyatuan tulang adalah
berkurangnya rasa sakit atau rasa sakit hilang, dapat melakukan gerakan bahu
secara penuh, dan kekuatan kembali normal.6,7
24
Gambar 8. Reduksi terbuka dengan fiksasi internal pada fraktur klavikula.5
G. KOMPLIKASI
1. Komplikasi dini
Cedera pembuluh darah
Hal ini jarang terjadi , biasanya terjadi karena trauma awal atau
tekanan sekunder dari kallus atau deformitas yang tersisa.
Proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu
semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
Biasanya berupa pemendekan dengan adanya angulasi. Sebagian besar
merupakan masalah kosmetik, dimana fungsi dari bahu masih normal.
Eskola melaporkan bahwa pemendekan yang lebih dari 15 mm
dapat menimbulkan nyeri oleh karena adanya penonjolan dari fragmen
tulang. Diperlukan osteotomy, cangkok tulang, dan fiksasi untuk
memperbaiki deformitas tersebut. Didiagnosa dari jika tidak ada
penyambungan tulang secara radiografi selama 4 sampai 6 bulan.
Daerah yang paling sering terkena yaitu pada pertengahan
klavikula karena hanya sedikit jaringan lunak yang menempel.
Insidensi sekitar 0,9 % sampai 4 %. Faktor predisposisinya yaitu
karena immobilisasi yang tidak adekuat, fragment fraktur yang terlalu
bergeser, lokasi daerah fraktur, fraktur terbuka, dan adanya
refaktrur.5,6,7
Pneumouthorax
Haemothorax
25
Cedera pleksus Brachialis5
2. Komplikasi lanjut
Malunion: Proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam
waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
Biasanya berupa pemendekan dengan adanya angulasi. Sebagian besar
merupakan masalah kosmetik, dimana fungsi dari bahu masih normal.
Eskola melaporkan bahwa pemendekan yang lebih dari 15 mm dapat
menimbulkan nyeri oleh karena adanya penonjolan dari fragmen
tulang. Diperlukan osteotomy, cangkok tulang, dan fiksasi untuk
memperbaiki deformitas tersebut.
Nonunion: Didiagnosa jika tidak ada penyambungan tulang secara
radiografi selama 4 sampai 6 bulan. Daerah yang paling sering terkena
yaitu pada pertengahan klavikula karena hanya sedikit jaringan lunak
yang menempel. Insidensi sekitar 0,9 % sampai 4 %. Faktor
predisposisinya yaitu karena immobilisasi yang tidak adekuat,
fragment fraktur yang terlalu bergeser, lokasi daerah fraktur, fraktur
terbuka, dan adanya refaktrur.5
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC.
2005. 804-841.
5. Putz R, Pabst R. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 1 Edisi 22. Jakarta :
EGC. 2006. 166-169.
9. Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran, jilid 1 edisi IV, Jakarta :
Media Aesculapius. 2014.
27