PENDAHULUAN
pasien gawat, terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri menahun. Pada prinsipnya
dalam penatalaksanaan anestesi pada suatu operasi terdapat beberapa tahap yang
harus dilaksanakan yaitu pra anestesi yang terdiri dari persiapan mental dan fisik
pasien, perencanaan anestesi, menentukan prognosis dan persiapan pada pada hari
mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat, dan tidak terkendali. Salah
satu terapi bedah yang dapat dilakukan pada pasien ca mamae adalah mastektomi
radikal modifikasi (MRM). MRM merupakan teknik bedah dengan mereseksi seluruh
kondisi kesehatan dan keadaan umum, sarana prasarana serta keterampilan dokter
1
BAB II
DASAR TEORI
Payudara wanita dewasa terletak di antara kosta kedua dan keenam dan di
antaratepi sternum dan garis midaxilla. Payudara terdiri dari kulit, jaringan
subkutan, dan jaringan payudara. Jaringan payudara termasuk elemen kedua epitel
dan stroma. Setiap payudara memiliki jaringan kelenjar yang terdiri dari 15 hingga
20 lobus yang di sokong jaringan ikat fibrosa. Ruang antara lobus diisi dengan
jaringan adiposa, dan perbedaan jumlah jaringan adiposa ini yang menyebabkan
perbedaan ukuran payudara. Pasokan darah payudara berasal dari a.mamae interna
dan a.torakal lateral. Drainase limfatik payudara melalui pleksus limfatik superficial
dan pleksus limfatik profunda. Lebih dari 90% drainase limfatik payudara melalui
kelenjar getah bening aksila dengan sisanya melalui kelenjar mamae interna.
2
Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot
penyokong lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Pada adegan lateral
ats kelenjr payudara, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya kearah aksila,
disebut penonjolan Spence atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri atas 12-20
disebut duktus lactiferous. Diantara kelenjar susu dan fasia pectoralis, juga diantara
kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara lobules
tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamnetum cooper yang memberi rangka
untuk payudara.
interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus saraf simpatik. Ada beberapa
saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa
pasca bedah, yakni n. intercostalis dan n. kutaneus brakius medialis yang mengurus
2.2. Ca Mamae
Kanker payudara yaitu sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada kesannya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di
3
payudara. Jika benjolan kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker bias bermestastase
pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening
ketiak ataupun diatas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bias bersarang di
pemindaian tulang, dan fungsi hepar, pentahapan klinik yang paling banyak
mengenai TNM yang mengevaluasi ukuran tumor, jumlah nodus limfe yang
3. Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor
4. T1 :Tumor <>
c) T1c :Tumor 1 – 2 cm
4
5. T2 :Tumor 2 – 5 cm
6. T3 : Tumor diatas 5 cm
1. Stadium I
5
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm tanpa keterlibatan
2. Stadium IIa
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter
jauh.
6
3. Stadium IIb
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter
4. Stadium IIIa
7
5. Stadium IIIb
Inflamatory Breast Cancer. Bisa sudah atau bisa juga belum menyebar ke
pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke
8
6. Stadium IIIc
7. Stadium IV
9
Status penampilan (performance status) kanker menurut WHO (1979) :
3. 2 : Lemah, tidak dapat bekerja namun dapat berjalan dan merawat diri
4. 3 : Jelek, tidak dapat berjalan, dapat bangkit dan merawat diri sendiri,
5. 4 : Jelek sekali, tidak dapat bangkit dan tidak dapat merawat diri sendiri,
2.4. Etiologi
mammae, yaitu:
1. Mekanisme hormonal
mammae.16
2. Virus
Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya massa
3. Genetik
10
Penelitian perihal biomolekuler kanker menyatakan delesi kromosom 17
Martin, 1997).
Mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan
riwayat keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 1995) serta
Defisiensi imun
interferon yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan jaringan
faktor resiko pada pasien diduga berafiliasi dengan kejadian kanker payudara, yaitu :
c) Faktor Genetik
e) Keluarga
meningkat.
11
g) Makanan, berat tubuh dan faktor resiko lain
Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30 tahun,
Penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12 tahun mempunyai
Orang tua atau (ibu) yang pernah menderita ca mamae terutama pada
usiarelatif muda
2.6. Patofisiologi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
a. Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini
disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen yang dapat berupa bahan kimia,
12
virus, radiasi, atau sinar matahari. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya
yang disebut promoter menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen.
b. Fase promosi
Pada tahap ini suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi
ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh
13
Gejala umum Ca mamae yaitu :
Ada perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar puting susu,
mengkerut mirip kulit jeruk purut dan adanya ulkus pada payudara
Ada perubahan pada puting susu : gatal, ada rasa mirip terbakar, pengikisan
Penyebaran ke tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan kadar kalsium darah
meningkat
Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah
diobati, serta puting susu mirip koreng atau eksim dan tertarik ke dalam.
Kulit payudara menjadi berkerut mirip kulit jeruk (Peau d' Orange).
Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain
14
2.8. Diagnosa
Pemeriksaan Penunjang
Invasif : Biopsi, Aspirasi biopsy (FNAB), True cut / Care biopsy, Incisi
3. Pemeriksaan manografi
4. Biopsi aspirasi
5. True cut
6. Biopsi terbuka
15
16
2.9. Terapi
1. Pembedahan
pectoralis mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun otot
b. Mastectomy total
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot
pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot dinding
c. Lumpectomy/tumor
e. Ouadranectomy.
Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot
pectoralis mayor.
2. Radiotherapy
17
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang
tenggorokan.
3. Chemotherapy
pedoman darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan,
4. Manipulasi hormonal.
2.10. Komplikasi
a. metastase ke jaringan sekitar melalui susukan limfe dan pembuluh darah kapiler (
c. Faktor patologi
d. Fibrosis payudara
e. kematian
18
2.11. Anestesi Umum
sentral disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (reversibel). Komponen
trias anestesi yang ideal terdiri dari analgesia, hipnotik, dan relaksasi otot.
menyebar ke jaringan. Yang pertama terpengaruh oleh obat anestesi ialah jaringan
kaya akan pembuluh darah seperti otak, sehingga kesadaran menurun atau hilang,
hilangnya rasa sakit, dan sebagainya. Seseorang yang memberikan anestesi perlu
utamanya adalah memilih anestetika ideal. Pemilihan ini didasarkan pada beberapa
dilakukan, dan peralatan serta obat yang tersedia. Sifat anestetika yang ideal
antara lain mudah didapat, murah, tidak menimbulkan efek samping terhadap
organ vital seperti saluran pernapasan atau jantung, tidak mudah terbakar, stabil,
Obat anestesi umum yang ideal mempunyai sifat-sifat antara lain pada dosis
yang aman mempunyai daya analgesik relaksasi otot yang cukup, cara pemberian
mudah, mulai kerja obat yang cepat dan tidak mempunyai efek samping yang
19
merugikan. Selain itu obat tersebut harus tidak toksik, mudah dinetralkan,
a. Open drop method : Cara ini dapat digunakan untuk anestesik yang
b. Semi open drop method : Hampir sama dengan open drop, hanya untuk
c. Semi closed method : Udara yang dihisap diberikan bersama oksigen murni
dapat diatur dengan memberikan kadar tertentu dari zat anestetik, dan
d. Closed method: Cara ini hampir sama seperti semi closed hanya udara
ekspirasi dialirkan melalui soda lime yang dapat mengikat CO2, sehingga
20
obat-obatan pada penderita yang akan menjalani operasi maka perlu
dan lain-lain.
dipersiapkan dengan baik. Kunjungan pra anestesi pada bedah elektif dilakukan
1-2 hari sebelumnya, dan pada bedah darurat sesingkat mungkin. Kunjungan pra
anestesi pada pasien yang akan menjalani operasi dan pembedahan baik elektif dan
Anesthesiology):
ASA I : Pasien normal sehat, kelainan bedah terlokalisir, tanpa kelainan faali,
mortalitas 16%.
ASA III : pasien dengna gangguan sistemik berat sehingga aktivitas harian terbatas.
21
ASA IV : pasien dengna gangguan sistemik berat yang mengancam jiwa tidak
ASA V : Pasien dengan kemungkinan hidup kecil. Tindakan Operasi hampir tidak
ASA VI : Pasien mati otak yang tubuhnya akan diambil (Didonorkan) untuk operasi
a. Anamnesis
anestesi seperti alergi, diabetes melitus, penyakit paru kronis (asma bronkhial,
4. Riwayat obat-obatan yang meliputi alergi obat, intoleransi obat, dan obat yang
bedah.
22
6. Riwayat kebiasaan sehari-hari yang dapat mempengaruhi tindakan anestesi
b. Pemeriksaan Fisik
4. Frekuensi nadi, tekanan darah, pola dan frekuensi pernafasan, serta suhu
tubuh.
5. Jalan nafas (airway). Jalan nafas diperiksa untuk mengetahui adanya trismus,
keadaan gigi geligi, adanya gigi palsu, gangguan fleksi ekstensi leher, deviasi
i. Mallampati
23
ii. Mallampati
iii. Mallampati
iv. Mallampati
8. Abdomen, untuk melihat adanya distensi, massa, asites, hernia, atau tanda
regurgitasi.
1. Lab rutin :
d. EKG
24
d. Fungsi ginjal pada hipertensi
e. AGD, elektrolit.
sulfasatropin.
hiosin.
Premedikasi diberikan berdasar atas keadaan psikis dan fisiologis pasien yang
25
perkiraan lamanya operasi, macam operasi, dan rencana anestesi yang akan
digunakan2
1. Obat-obatan Premedikasi
a. Sulfas atropine
Atropin dapat mengurangi sekresi dan merupakan obat pilihan utama untuk
harus hati-hati pada penderita dengan suhu diatas normal dan pada
b. Ondensetron
mencegah dan mengobati mual dan muntah pasca bedah. Efek samping
26
c. Fentanyl
telah ditemukan remifentanil, suatu opioid yang paten dan sangat cepat
Maka dari itu, dosis fentanyl dan sufentanil yang lebih rendah telah
kekakuan yang jelas pada otot lurik, yang mungkin disebabkan oleh efek
juga dapat digunakan sebagai anelgesi pasca operasi. Obat ini tersedia
27
dalam bentuk larutan untuk suntik dan tersedia pula dalam bentuk kombinasi
neurolepanestesia.
2.11.5. Induksi
induksi.
a. Propofol
emulsi yang berisi 10% soya bean oil, 1,2% phosphatide telur dan 2,25%
3
glyserol. Dosis yang dianjurkan 2,5 mg/kg BB untuk induksi tanpa premedikasi.
Propofol memiliki kecepatan onset yang sama dengan barbiturat intravena lainnya,
namun pemulihannya lebih cepat dan pasien dapat diambulasi lebih cepat setelah
anestesi umum. Selain itu, secara subjektif, pasien merasa lebih baik setelah
merupakan agen pilihan untuk operasi bagi pasien rawat jalan. Obat ini juga efektif
28
Penggunaan propofol sebagai sedasi pada anak kecil yang sakit berat (kritis) dapat
memicu timbulnya asidosis berat dalam keadaan terdapat infeksi pernapasan dan
venodilatasi. Propofol menurunkan tekanan arteri sistemik kira-kira 80% tetapi efek
dimetabolisme di hati 10 kali lebih cepat dari pada thiopenthal pada tikus. Propofol
diekskresikan ke dalam urin sebagai glukoronid dan sulfat konjugat, dengan kurang
dari 1% diekskresi dalam bentuk aslinya. Klirens tubuh total anestesinya lebih
besar dari pada aliran darah hepatik, sehingga eliminasinya melibatkan mekanisme
obat-obat anestesi sedati yang lainnya. Propofol tidak merusak fungsi hati dan
ginjal. Aliran darah ke otak, metabolism otak dan tekanan intrakranial akan
29
konvulsi pasca operasi yang minimal. Propofol merupakan obat induksi anestesi
cepat. Obat ini didistribusikan cepat dan dieliminasi secara cepat. Hipotensi terjadi
sebagai akibat depresi langsung pada otot jantung dan menurunnya tahanan vaskuler
waktu pulih sadar lebih cepat dan jarang terdapat mual dan muntah. Pada dosis yang
Padasusunan syaraf pusat adanya sakit kepala, pusing, euforia, kebingungan, dll.
Pada daerah penyuntikan dapat terjadi nyeri sehingga saat pemberian dapat
b. Atrakurium Basylate
memiliki struktur benziliso quinolin yang memiliki beberapa keuntungan antara lain
metabolisme di dalam darah melalui suatu reaksi yang disebut eliminasi hoffman
yang tidak tergantung fungsi hati dan gfungsi ginjal, tidak mempunyai efek
30
2.11.6. Pemeliharaan
Merupakan gas yang tidak berwarna, berbau manis dan tidak iritatif, tidak
berasa, lebih berat dari udara, tidak mudah terbakar/meledak, dan tidak bereaksi
dengan soda lime absorber (pengikat CO2). Mempunyai sifat anestesi yang
kurang kuat, tetapi dapat melalui stadium induksi dengan cepat, karena gas ini tidak
larut dalam darah. Gas ini tidak mempunyai sifat merelaksasi otot, oleh karena itu
pada operasi abdomen dan ortopedi perlu tambahan dengan zat relaksasi
otot. Terhadap SSP menimbulkan analgesi yang berarti. Depresi nafas terjadi pada
masa pemulihan, hal ini terjadi karena Nitrous Oksida mendesak oksigen dalam
anestesi umumnya dipakai dalam kombinasi N2O : O2 adalah sebagai berikut 60% :
b. Sevoflurane
stabiliser kimia. Tidak iritasi, stabil disimpan di tempat biasa. Tidak terlihat adanya
degradasi sevoflurane dengan asam kuat maupun panas. Sevoflurane bekerja cepat,
tidak iritasi, induksi lancar dan cepat serta pemulihan yang cepat setelah obat
dihentikan. Daerah otak yang spesifik dipengaruhi oleh obat anestesi inhalasi
cortex, dan hippocampus. Obat anestesi inhalasi juga mendepresi transmisi rangsang
31
dispinal cord, terutama pada level dorsal horn interneuron yang bertanggung
nafas bebas hambatan dan nafas mudah dikendalikan. Intubasi trakea bertujuan
untuk.1
Prinsip dasar terapi cairan adalah cairan yang diberikan harus mendekati
jumlah dan komposisi cairan yang hilang. Terapi cairan perioperatif bertujuan
untuk1
selama operasi.
yang diberikan.
32
Pemberian cairan operasi dibagi :
a. Pra operasi
terjadi defisit cairan karena kurang makan, puasa, muntah, penghisapan isi
lambung, penumpukan cairan pada ruang ketiga seperti pada ileus obstruktif,
perdarahan, luka bakar dan lain-lain. Kebutuhan cairan untuk dewasa dalam 24 jam
bertambah 10-15 %.
b. Selama operasi
Ringan = 4 ml/kgBB/jam.
Sedang = 6 ml/kgBB/jam
Berat = 8 ml/kgBB/jam.
% EBV maka cukup digantikan dengan cairan kristaloid. Apabila perdarahan lebih
c. Setelah operasi
2.3.9. Pemulihan
anestesi yang biasanya dilakukan di ruang pulih sadar atau recovery room yaitu
ruangan untuk observasi pasien pasca atau anestesi. Ruang pulih sada
33
rmerupakan batu loncatan sebelum pasien dipindahkan ke bangsal atau masih
memerlukan perawatan intensif di ICU. Dengan demikian pasien pasca operasi atau
anestesi dapat terhindar dari komplikasi yang disebabkan karena operasi atau
pengaruh anestesinya.
Untuk memindahkan pasien dari ruang pulih sadar ke ruang perawatan perlu
dilakukan skoring tentang kondisi pasien setelah anestesi dan pembedahan. Beberapa
cara skoring yang biasa dipakai untuk anestesi umum yaitu cara Aldrete dan
Steward, dimana cara Steward mula-mula diterapkan untuk pasien anak-anak, tetapi
sekarang sangat luas pemakaiannya, termasuk untuk orang dewasa. Sedangkan untuk
34
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 56 thn
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
No. RM : 30-20-65
B. Anamnesa
1. Keluhan utama :
2. Keluhan tambahan :
Pasien datang ke rumah sakit ± 1 tahun yang lalu dengan keluhan terdapat
benjolan pada payudara kiri, benjolan tersebut sebesar kelereng dan muncul gatal-
perlukaan yang terus meluas dan mulai berdarah. Puting tidak pernah keluar cairan
maupun darah. Keluhan pertama kali muncul pada tahun 2015, akan tetapi diabaikan.
Pada tahun 2017 pasien baru mulai ke rumah sakit untuk berobat, dan dilakukan
operasi yang pertamakalinya di Rs cut nyak dhien pada tahun 2017 bulan 10, dan
35
pada tahun 2018 dillakukan operasi untuk yang kedua kalinya di Rs cut nyakdhien.
Pasien juga sudah melakukan kemoterapi 6 siklus. Kemudian pasien masuk kembali
ke Rs cut nyak dhien meulaboh untuk dilakukan operasi yang ketiga kalinya pada
tanggal 4-7-2018.
6. Riwayat Reproduksi
Pasien menarche pertama usia 17 thn, durasi 7 hari dan tiap bulan 2x, pasien
7. Anamnesis system
Sistem serebrospinal : pasien sadar dan berorientasi penuh, tidak demam tidak
pusing
System kardiovaskular : tidak berdebar-debar, tidak nyeri dada dan tidak sesak
nafas
System gastrointestinal : tidak anoreksia, tidak mual, tidak muntah dan BAB
lancer
36
Resume anamnesis :
Pasien ♀, umur 56 thn, mengeluhkan benjolan pada payudara kiri dan disertai gatal-
gatal dan berdarah pada payudara kiri, tidak keluar cairan dan tidak bernanah.
C. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalisata
Kepala : mesochepal, simetris, tidak ada deformitas, rambut hitam, rontok (+)
rinore/discharge
Mulut : bibir tidak sianosis, tidak kering, lidah tidak kotor, tonsil tidak
membesar
Thorak :
Cor
Perkusi : kanan atas SIC IV linea mid clavicula sinistra, Kiri atas SIC IV
parasternalis inistra
37
Auskultasi : Bj I lebih keras dari pada II, regular, tidak ada gallop tidak ada
bising.
Pulmo
Auskultasi : vesikuler
Abdomen
Inspeksi : tidak terlihat darm steifung, tidak terlihat contour, tidak ada
sikatrik
Ekstremitas :
b. Status Lokalis
Tidak tampak benjolan dan tidak ada lagi payudara ( mastektomi), warna kulit
sama dengan disekitarnya, tidak ada ulserasi dan tidak terba massa atau benjolan.
D. Diagnosa Kerja
38
E. Terapi
Ruangan
Ivfd Rl 20gtt/i
Anastesi
Inj. Prefosol 10 mg
Inj. Belnium 50 mg
Inj. Ketorolac
Tindakan
Endotrakeal tube
39
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil kunjungan pra anestesi baik dari anamnesis, pemeriksaan fisik akan
dibahas masalah yang timbul, baik dari segi bedah maupun anestesi.
Dalam mengantisipasi hal tersebut, maka perlu dipersiapkan jenis dan teknik
anestesi yang aman untuk operasi yang lama, juga perlu dipersiapkan darah untuk
perdahan durante operasi dan post operasi lebih sedikit karena pemotongan jaringan
Pada penderita ini telah dilakukan persiapan yang cukup, antara lain :
40
Dalam mempersiapkan operasi pada penderita perlu dilakukan :
Pemasangan infus untuk terapi cairan sejak pasien masuk RS. Pada pasien ini
diberikan cairan Ringer Laktat 20 tetes per menit, terhitung sejak pasien mulai
dapat dihindarkan. Terdapat tiga jenis cairan berdasarkan tujuan terapi, yaitu:
intraseluler (CIS); menyebabkan air berdifusi ke dalam sel. Tonisitas <270 mOsm/kg.
3. Cairan khusus
keluar dari sel, menuju daerah dengan konsentrasi lebih tinggi Tonisitas >295
hipertonik.
jenis dehidrasi yang paling sering terjadi (80%). Pada pasien ini diberikan resusitasi
cairan berupa Ringer Laktat dengan tujuan untuk memperbaiki volume sirkulasi
41
dan pemilihan cairan ini berdasarkan pertimbangan kompartemen yang
mengalami defisit.
Jenis anestesi yang dipilih adalah anestesi umum karena pada kasus
ini diperlukan hilangnya kesadaran, rasa sakit, amnesia dan mencegah resiko
42
BAB V
KESIMPULAN
perempuan, usia tahun, status fisik ASA II, dengan diagnosis ca mamae Sinistra
anestesi dapat ditekan seminimal mungkin. Dalam kasus ini selama operasi
berlangsung tidak ada hambatan yang berarti baik dari segi anestesi maupun dari
tindakan operasinya. Selama di ruang pemulihan juga tidak terjadi hal yang
43
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Brash, P.G., Cullen, B.F., Stoelting, R.K., Cahalan, M.K., Stock, M.C.
2009.Handbook of Clinical Anesthesia. 6th edition.USA : Lippincott
Williams & Wilkins
5. Handoko, Tony. 1995. Anestetik Umum. Dalam :Farmakologi dan Terapi FKUI,
edisike- 4. Jakarta: Gaya baru.
6. Latief, S, dkk. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi, edisi kedua. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
8. American Cancer Society. Breast cancer facts and figures. 2006. World Wide Web.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta :
EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Johnson, Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis
:Mosby Year-Book
44
Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi
10.Jakarta:EGC
Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC
: Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah : Brunner Suddarth, Vol. 2. EGC : Jakarta.
Wiley dan Blacwell. (2009). Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-
2011, NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd
45