Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
I.3 Tujuan
Mengetahui pengertian puisi
Mengetahui unsur-unsur puisi.
Mengetahui jenis-jenis puisi.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Puisi Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata,
maupun rima.
Ciri-ciri Puisi Baru:
Bentuknya rapi, simetris;
Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
Sebagian besar puisi empat seuntai;
Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
C. Ode
Adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi
(metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung
baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
D. Epigram
Adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa Yunani
epigramma yang berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran
untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
E. Romansa
Aadalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa Perancis
Romantique yang berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta
kasih mesra.
F. Elegi
Adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan
rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian
seseorang.
Satire
Adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa Latin Satura yang berarti
sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas
pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim, dsb.).
C. Puisi Kontemporer
Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan zaman
atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi
kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi
kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Puisi kontemporer
seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata
yang makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambang intuisi,
gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.
B. Puisi mbeling
Adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah
ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama kali dalam
majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan oleh
pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama "Puisi Mbeling". Kata-kata
dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main.
C. Puisi konkret
Adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga
menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai
media. Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat lambang-lambang yang diwujudkan
dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi penyairnya.
Asrul Sani, lahir di Rao, Sumatera Barat, 10 Juni 1926, adalah seorang sastrawan dan sutradara film yang
ternama di Indonesia. Dia dikenal sebagai salah satu pelopor Angkatan 45, bersama-sama dengan Chairil
Anwar. Antologi Tiga Menguak Takdir yang ditulisnya bersama-sama dengan Chairil Anwar dan Rivai
Apin membuat karir kepenyairannya menanjak. Selain itu, mereka juga memproklamirkan manifestasi
sikap kebudayaan mereka dengan Surat Kepercayaan Gelanggang, diaman hal ini membuat mereka
memiliki nama dikalangan sastrawan.
Sitor Situmorang
Sitor Situmorang dilahirkan dengan nama Raja Usu dengan marga Situmoran dari Suku Batak Toba. Dia
lahir di Harianboho, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, 2 Oktober 1923. Sitor Situmorang dikenal sebagai
wartawan, sastrawan, dan penyair Indonesia.
Karir kepenyairannya dikatakan oleh A. Teeuw bersinar setelah meninggalnya Chairil Anwar. Dia
memulai kariernya sebagai wartawan harian Suara Nasional dan harian Waspada. Dia juga pernah menjadi
pegawai Jawatan Kebudayaan Departemen P & K, dosen Akademi Teater Nasional Indonesia, anggota
Dewan Nasional, anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara mewakili kalangan seniman,
anggota Badan Pertimbangan Ilmu Pengetahuan, dan Ketua Lembaga Kebudayaan nasional. Pada masa
pemerintahan Orde Baru, Sitor pernah dipenjara sebagai tahanan politik di Jakarta mulai tahun 1967-1974.
Karya-karyanya antara lain Surat Kertas Hijau (kumpulan puisi (1954), Jalan Mutiara (drama
(1954), Dalam Sajak (kumpulan puisi (1955), Wajah Tak Bernama (kumpulan puisi (1956), Rapar Anak
Jalang (1955), Zaman Baru (kumpulan puisi (1962), Pangeran (kumpulan cerpen (1963), Sastra
Revolusioner (kumpulan esai (1965), Dinding Waktu (kumpulan puisi (1976), Sitor Situmorang Sastrawan
45, Penyair Danau Toba (otobiografi (1981), Danau Toba (kumpulan cerpen (1981), Angin
Danau (kumpulan puisi (1982), Bunga di Atas Batu (kumpulan puisi (1989), Toba na Sae (1993), Guru
Somalaing dan Modigliani Utusan Raja Rom (sejarah lokal (1993), Rindu Kelana (kumpulan puisi (1994),
dan Peta Perjalanan (kumpulan puisi) yang mendapatkan Hadiah Puisi Dewan Kesenian Jakarta 1976.
Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu, 24 Juni 1941, adalah seorang penyair terkemuka
Indonesia. Pada awal karir kepenulisannya karya-karya Sutardji dimuat dalam surat kabar di Bandung,
kemudian sajak-sajaknya dimuat dalam majalah Horison dan Budaya Jaya serta ruang kebudayaan Sinar
Harapan dan Berita Buana.
Melalui sajak-sajaknya Sutardji memperlihatkan dirinya sebagai pembaharu perpuisian di Indonesia
setelah periode Angkatan 45. Terutama karena kredo kepenyairan yang diungkapkannya bahwa hendak
membebaskan kata-kata dari kungkungan makna, dan kata hendak dikembalikannya pada fungsi kata yang
sebenarnya (yaitu sebagai penanda) seperti dalam mantra. Selain itu, dia juga memperkenalkan cara
membaca puisi yang baru dan unik di dunia kesusastraan Indonesia.
Kumpulan sajaknya yang berjudul O Amuk Kapak adalah penerbitan lengkap dari sajak-sajak Sutardji dari
periode penulisan 1966 sampai 1979, antologi ini merupakan gabungan dari tiga antologi sebelumnya yang
berjudul sama yaitu O, Amuk, dan Kapak. Kupulan sajak O Amuk Kapak ini mencerminkan secara jelas
pembaharuan yang dilakukan Sutardji pada perpuisian di Indonesia. Walaupun sayangnya, dia sudah
berubah aliran di masa tuanya sekarang ini dalam hal menulis puisi.
Abdul Hadi Wiji Muthari
Prof. Dr. Abdul Hadi Wiji Muthari atau yang lebih dikenal dengan nama Abdul Hadi WM, lahir di
Sumenep, 24 Juni 1946 adalah seorang sastrawan budayawan, dan ahli filsafat Indonesia. Dia dikenal
karena karya-karyanya yang bercorak sufistik dan penelitan-penetiannya dalam bidan kesusastraan Malyu
di Nusantara, serta pandangan-pandangannya tentang Islma dan Pluralisme.
Para pengamat kesenian menyebutnya sebagai pencipta puisi Sufis di era 70-an. Karena karya-karyanya
banyak berisi tentang kesepian, kematian, dan waktu. Karena itu, dia sering dibandingkan dengan
sahabatnya, yaitu Taufik Ismail, yang juga kerap menulis puisi religi.
Karya-karnya antara lain At Last We Meet Again, Arjuna in Meditation (bersama Sutardji Calzoum Bachri
dan Darmanto Yatman), Laut belum Pasang, Meditasi, Cermin, Tergantung pada Angin, Potret panjang
Seorang Pengunjung Pantai Sanur, Anak Laut Anak Angin, Madura: Luar Prabhang dan Pembawa
Matahari, dan lain-lain.
Taufiq Ismail
Taufiq Ismail lahir di Bukittinggi, Sumatra barat, 25 Juni 1935, adalah seorang penyair dan sastrawan
Indonesia. Sejak masih di SMA, dia sudah bercita-cita akan menjadi seorang sastrawan. Untuk menbiayai
mimpi sastranya itu, dia menjadi dokter hewan dan ahli peternakan, agar bisa memiliki bisnis
peternakannya sendiri (tapi ini gagal, dan tidak terlaksana).
Oleh H.B. Jassin, Taufiq Ismail disebut sebagai penyair Angkatan 66. Tapi Taufiq Ismail merisaukannya
karena takut merasa puas dan membuatnya malas menulis lagi. Karya-karyanya antara lain Malu (Aku)
Jadi Orang Indonesia, Tirani dan Benteng, Tirani, Benteng, Buku Tamu Musim Perjuangan, Sajak Ladang
Jagung, Kenalkan, Saya Hewan, Puisi-puisi Langit, Prahara Budaya: Kilas Balik Ofensif Lekra/PKI dkk,
Ketika Kata Ketika Warna, Seulawan-Antologi Sastra Aceh, dan masih banyka lagi.
W.S. Rendra
Willibrordus Surendra Broto Rendra atau yang lebih dikenal dengan nama W.S. Rendra lahir di Solo,
Hindia Belanda, 7 November 1935, adalah sastrawan besar Indonesia.
Sejak muda, dia telah memulai karir sastrawannya dengan menulis banyak puisi, naskah drama, cerpen,
dan esai sastra di banyka media massa. Puisinya pertama kali dipublikasikan pada tahun 1952 di
majalah Siasat. Dari situ, puisi-puisinya terus dipublikasikan di berbagai majalah pada masa itu seperti
malajalah Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru. Dan terus berlanjut pada decade 60-an sampai
70-an.
Dalam bukunya yang berjudul Sastra Indonesia Modern II (1989), A. Teeuw mengatakan bahwa dalam
sejarah kesusastraan Indonesia modern, Rendra tidak termasuk ke dalam salah satu angkatan atau
kelompok seperti Angkatan 45, Angkatan 60-an, atau Angkatan 70-an. Dari karya-karyanya terlihat bahwa
ia mempunyai kepribadian dan kebebasan sendiri. Karya-karyanya antara lain Ballada Orang-orang
Tercinta (Kumpulan sajak, Blues untuk Bonnie, Empat Kumpulan Sajak, Sajak-sajak Sepatu Tua, Mencari
Bapak, Perjalanan Bu Aminah, Nyanyian Orang Urakan, Pamphleten van een Dichter, Potret
Pembangunan Dalam Puisi, Disebabkan Oleh Angin, Orang Orang Rangkasbitung, Rendra: Ballads and
Blues Poem, State of Emergency, dan Do’a Untuk Anak-Cucu.
Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono, lahir di Surakarta, 20 maret 1940, adalah seorang penyair Indonesia.
Akrab disebut SDD, dikenal melalui puisi-puisinya yang menggunakan kata-kata sederhana dan romantis.
Beberapa puisinya sangat populer dan dikenal oleh banyak lapisan masyarakat, misalnya puisinya yang
berjudul Aku Ingin, Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalan ke Barat di
Waktu Pagi Hari. Sebagian besar kepopuleran puisinya ini disebabkan karena puisi-puisi sapardi dibuat
musikalisasinya.
Mustofa Bisri
K.H. Ahmad Mustofa Bisri atau yang lebih dikenal dengan nama Gus Mus, lahir di
Rembang, Jawa tengah, 10 Agustus 1944, adalah seorang penyair dan penulis
kolom yang sangat dikenal dikalangan sastrawan. Selain itu, dia juga adalah
pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin di Leteh, Rembang, Salah seorang
pendeklarasi Partai Kebangkitan Bangsa, dan sekaligus perancang logo PKB yang
digunakan hingga sekarang ini.
Karya-karyanya antara lain Syair Asmaul Husna (bahasa Jawa, Penerbit Al-Huda
Temanggung), Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (Pustaka Firdaus, Jakarta, 1991,1994),
Antalogi Puisi (Prima Pustaka Yogya, 1993), Pahlawan dan Tikus (kumpulan pusisi,
Pustaka Firdaus, Jakarta, 1996), Al-Muna (Syair Asmaul Husna, Bahasa Jawa,
Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, 1997), dan lain-lain
Ajip Rosidi
Ajib Rosidi, lahir di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, 31 Januari 1938, adalah
sastrawan, penulis, budayawan, dosen, pendiri dan redaktur beberapa penerbit,
serta ketua Yayasan Kebudayaan Rancage.
Menurut Dr. Ulrich Kratz, Ajip Rosidi adalah pengarang sajak dan cerita pendek yang
paling produktif sampai tahun 1983, dengan 326 judul karyanya yang dimuat dalam
22 majalah. Buku pertamanya yang berjudul Tahun-tahun Kematian terbit ketika dia
berusia 17 tahun. Dia juga menulis kumpulan sajak, kumpulan cerpen, roman,
drama, esai dan kritik, hasil penelitian, dan lain-lain.
III.1 Kesimpulan
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari
poesis yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah
poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan,
1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau
mencipta.
Membaca puisi bukan sekedar menyampaikan arus pemikiran penyair, tapi kita juga harus
menghadirkan jiwa sang penyair. Kita harus menyelami dan memahami proses kreatif sang
penyair, bagaimana ia dapat melahirkan karya puisi.
Puisi memiliki struktur, yaitu struktur fisik dan struktur batin. Sedangkan menurut jenisnya
puisi terbagi dari tiga bagian antara lain : puisi lama, puisi baru dan puisi kontemporer.
III.2 Saran
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam membaca puisi sebagai berikut:
Ketepatan ekspresi/mimik
Ekpresi adalah pernyataan perasaan hasil penjiwaan puisi. Mimik adalah gerak air muka.
Kinesik yaitu gerak anggota tubuh.
Kejelasan artikulasi
Artikulasi yaitu ketepatan dalam melafalkan kata- kata.
Timbre yaitu warna bunyi suara (bawaan) yang dimilikinya.
Dinamik artinya keras lembut, tinggi rendahnya suara.
Intonasi atau lagu suara.
MAKALAH
TENTANG
PUISI
DISUSUN OLEH :
NAMA : TASYA NUR FITRIA
KELAS : VIII A