Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Swt., yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Al-Qur’an
Hadits ini yang berjudul “Amar Ma’ruf Nahi Munkar dalam Perspektif Al-Qur’an Hadits”.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya
bagi pembaca. Penulis menyadari di dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis
harapkan dan hal itu akan menjadi koreksi pada penulisan makalah selanjutnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan demikian, amar ma’ruf dan nahi munkar sangat besar pengaruhnya bagi
ketentraman hidup manusia, baik untuk individu maupun untuk masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian amar ma’ruf nahi mungkar?
2. Bagaimanakah amar ma’ruf nahi mungkar dalam perspektif Al- Qur’an dan Al-Hadits?
3. Apakah urgensi amar ma’ruf nahi mungkar?
4. Bagaimana hukum amar ma’ruf nahi mungkar?
5. Apa sajakah bahaya melalaikan amar ma’ruf nahi mungkar?
BAB II
PEMBAHASAN
Urgensi amar ma’ruf nahi mungkar dalam umat Muhammad ini tampak dari berbagai
segi, dan dengan berbagai sebab. Dan urgensi amar ma’ruf nahi mungkar itu diantaranya adalah:
1. Bahwa amar ma’ruf nahi mungkar adalah merupakan sebabkhairnya
(baiknya) umat ini Yakni, yang Allah prioritaskan dan Allah istemawakan daripada seluruh
umat.
Sifat masyarakat muslim dan keistimewaannya yang menjadikan umat ini mulia ini
disetiap waktu, dan mahkota yang bercahaya di sepanjang perjalanan tarikh.
Adapun masyarakat jahiliyyah yang kafir biasanya mereka memerintahkan yang mungkar dan
melarang yang ma’ruf di sepanjang peradaban tarikh manusia yang amat panjang. Yang paling
jelas dan sebagai saksi untuk itu adalah masyarakat modern yang rela dengan kekufuran dan
kesesatan. Sesungguhnya masyarakat saat ini benar-benar memerangi kemuliaan, menguatkan
kehinaan, dengan menggembar-gemborkan kebebasan individu dan ini mereka jadikan sebagai
dalih.
2. Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan salah satu bagian dari tanggungjawab yang
telah dijadikan Allah Ta’ala untuk ditegakkan kaum muslimin
Hal ini dimaksudkan agar orang-orang mukmin itu saling takaful danta’awun dan
saling takamul (melengkapi) di antara mereka.
Contohnya, tidak boleh ada orang muslim yang kelaparan sedang orang-orang muslim di
sekitarnya makan hingga kenyang perutnya. Jika hal tersebut sampai terjadi dan orang muslim
tersebut mengambil dari orang-orang muslim di sekitarnya untuk sekadar memenuhi
kebutuhannya, maka ini menjadikan orang-orang muslim berdosa karena tidak
adanya musa’adah (bantuan) dank arena kebutuhannya tidak terpenuhi.
Jika kita melihat ada seseorang yang akan membeli barang yang sudah rusak, maka wajib
bagi kita menerangkan padanya bahwa barang itu rusak. Ini termasuk bab menasehati dan
menginginkan kebaikan untuk orang muslim. Bertolak dari sini, mengadakan pengawasan
terhadap barang dan pasar, serta menjaga dari hal-hal yang merusak adalah salah satu bagian
daripada hitungan syari’at.
Ini semua dilakukan karena menjaga “insan” dalam islam merupakan masalah yang urgen.
Akan tetapi yang disebut insan dalam Islam bukan hanya jasad saja, akan tetapi jasad dan ruh.
Sebagaimana pula kita diminta untuk menjaga ruh-ruh kaum muslimin dan harta bendanya, juga
diminta untuk menjaga aqidah, akhlak dan tamassuk (berpegang teguh) terhadap dinnya. Yakni
dengan cara amar ma’ruf nahi mungkar. Dengannya sempurnalah apa yang terjadi di kalangan
kaum muslimin dari kekurangan dan dosa, dan membuahkan takaful (saling tanggung jawab)
yang wajib dari segi ini.
3. Amar ma’ruf nahi mungkar adalah menjaga lingkungan dari kekeruhan fikiran dan
akhlak
Pengeruhan semacam ini tidak sedikit bahayanya dibandingkan daripada pengeruhan yang
bersifat hissi (rasa) yang muncul. Misalnya ahlu radhilah(orang yang hina ) untuk menyebar-
nyebarkan kerusakan di sela-sela nyanyian, majalah-majalah, buku-buku, acara-acara porno, dan
lain sebagainya, ini semua mengeruhkan dan mengotori lingkungan secara umum. Menyebarkan
wabah akhlak yang mematikan dalam masyarakat, sehingga mempersulit dan mempersempit
kepentingan orang-orang yang mushlih (yang berbuat baik). Maka, jadilah mereka hanya diam,
berpangku tangan dan tak berdaya untuk menegakkan yang lemah.
Artinya: Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak
mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu adalah
selemah-lemahnya iman.(HR. Muslim)
Dan Jumhurul ulama’ berpendapat bahwa amar ma’ruf nahi mungkar adalah fardhu kifayah.
Seperti firman Allah Ta’ala:
Jika ada umat yang seperti tersebut di atas, yakni suatu golongan, maka gugurlah
kewajiban bagi yang lain. Akan tetapi syarat golongan tersebut adalah orang-orang yang berhak,
yaitu mampu untuk menegakkan syi’ar tersebut.
Akan tetapi amar ma’ruf nahi mungkar juga bisa menjadi fardhu ‘ain dalam beberapa hal:
Bahwa benci dalam hati, benci benci terhadap kemungkaran dan benci pula terhadap orang-
orang yang mungkar adalah fardhu ‘ain bagi setiap irang. Ini kesepakatan para ulama’ . tidak ada
udzur bagi seseorang untuk meninggalkannya, karena hal tersebut memungkinkan bagi setiap
individu.
Amar ma’ruf nahi mungkar menjadi fardhu ‘ain ketika :
1. Jika yang mengetahui kemungkaran itu hanya orang tertentu saja, maka ia wajib’ain
untuk mengubahnya. Sebab, nilai kifayah hanya dapat ditegakkan olehnya.
2. Jika yang dapat dan kuasa mengubah kemungkaran hanyalah orang tertentu saja,
selainnya tidak, maka ia wajib ‘ain melakukannya.
3. Amar ma’ruf nahi mungkar wajib ‘ain hukumnya bagi setiap penguasa Muslim.
Jadi setiap muslim itu wajib mengamalkan amal ma’ruf nahi mungkar menurut wilayah
dan tanggung jawab sesuai profesinya masing-masing.[4]
Dari uraian di atas dapat kita analisis bahwa amar ma’ruf nahi mungkar merupakan
suatu hal yang penting yang menjadi kewajiban bagi setiap muslim dan mukmin dalam
berhubungan dengan Allah maupun berhubungan dengan sesama manusia. Selain merupakan
perintah Allah, hal ini merupakan fitrah setiap makhluk khususnya kaum mukmin untuk
memperolah kemaslahatan dan keselamatan di dunia dan di akhirat. Amar ma’ruf nahi mungkar
harus ditegakkan, terlebih dewasa ini kita melihat terjadi banyak kekejian dan kejahatan,
misalnya pembunuhan, perkosaan, penganiayaan, pergaulan bebas, tawuran antar pelajar, dan
lain-lain. Apabila kita melalaikan amar ma’ruf nahi mungkar, maka bahaya yang ditimbulkan
sangat besar. Siksa dan ancaman Allah akan dilimpahkan secara umum, misalnya terjadinya
bencana, krisis ekonomi, dan lain-lain.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Amar ma’ruf nahi mungkar adalah menyeru untuk berbuat kebaikan dan mencegah
berbuat kemungkaran. Banyak ayat Al-Qur’an dan Hadits tentang amar ma’ruf nahi mungkar.
Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan kewajiban bagi umat mukmin untuk menyelamatkan
dunia dari tindakan-tindakan yang dapat merusak dunia, yakni kemungkaran serta memperbaiki
kembali kerusakan yang telah ada di dunia. Akan tetapi, apabila amar ma’ruf nahi mungkar
dilalaikan, akan berbahaya bagi kehidupan manusia. Hal yang akan terjadi ketika tidak ada yang
beramar ma’ruf nahi mungkar seperti adanya kemungkaran yang merajalela, makasiksa dan
ancaman Allah akan ditimpakan kepada ummat manusia secara umum. Meskipun ada orang
sholeh, mereka hanya diam melihat kemungkaran yang terjadi di sekelilingnya. Dengan
demikian, amar ma’ruf nahi mungkar sangat penting demi terciptanya kehidupan yang aman,
tentram, dan damai dengan berpedoman pada hukum Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Salman Bin Fahd Al-‘Audah. 1996. Urgensi Amar Ma’ruf Nahi Mungkar. Solo: Pustaka Mantiq.
Salman bin Fahd Al Audah. 1995. Agar Bahtera Tak Tenggelam ; Urgensi dan Fungsi Amar
Ma’ruf Nahi Mungkar. Surabaya: Risalah Gusti.
Bahreisy, Salim. 1987. Tarjamah Riadhus Shalihin. Bandung: Alma’arif.
[1] Salman Bin Fahd Al-‘Audah, urgensi Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, (Solo: Pustaka Mantiq,
1996)cet. I, hlm.13
[2] Ibid, hlm. 25
[3] Salim Bahreisy, Tarjamah Riadhus Shalihin, (Bandung: Alma’arif, 1987), cet. 10, hlm.195-
200
[4] Salman Bin Fahd Al-‘Audah, urgensi Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, (Solo: Pustaka Mantiq,
1996)cet. I,hlm.75-77
[5] Salman bin Fahd Al Audah, Agar Bahtera Tak Tenggelam ; Urgensi dan Fungsi Amar
Ma’ruf Nahi Mungkar, (Surabaya: Risalah Gusti, 1995), hal. 36-68