Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

SMF Mata
RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
Fakultas Kedokteran
Universitas Nusa Cendana

TUGAS
Perjalanan N. Optikus dan Tes Konfrontasi

Oleh

Maria Claudya Bay, S. Ked

(1308011006)

Pembimbing :

dr. Eunike, Sp. M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


SMF/BAGIAN ILMU MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES
KUPANG
2018
1. Perjalanan N. Optikus :

NERVUS OPTIKUS

I. Anatomi
Retina merupakan reseptor permukaan untuk informasi visual. Retina berfungsi
menerima cahaya dan merubahnya menjadi sinyal fotokimia, untuk selanjutnya meneruskan
sinyal tersebut ke otak. Retina terdiri dari 3 macam sel saraf (neuron), yaitu sel-sel reseptor
sensoris atau fotoreseptor (batang dan kerucut), sel bipolar, serta sel ganglion. Sel batang
bertanggungjawab untuk penglihatan pada daerah kurang cahaya dan sel kerucut
bertanggungjawab untuk penglihatan pada daerah cukup cahaya dan warna (gambar 1).

Gambar 1. Lapisan neuron pada retina

Cahaya yang masuk ke mata diubah menjadi sinyal elektrik di retina. Cahaya tersebut
mencetuskan reaksi fotokimiawi di sel batang dan kerucut, yang mengakibatkan
pembentukan impuls yang akhirnya dihantarkan ke korteks visual. Sel-sel bipolar retina
menerima input pada dendritnya dari sel batang dan kerucut, kemudian menghantarkan
impuls lebih jauh ke arah sentral pada lapisan sel ganglion. Akson panjang sel ganglion
melewati papilla optika (diskus nervi optica) dan meninggalkan mata sebagai nervus optikus,
yang mengandung sekitar 1 juta serabut. Pada bagian tengah kaput nervus optikus tersebut
keluar cabang-cabang dari arteri centralis retina yang merupakan cabang dari A. oftalmika.
Nervus optikus memasuki ruang intrakranial melalui foramen optikum. Di depan
tuber sinerium (tangkai hipofisis) nervus optikus kiri dan kanan bergabung menjadi satu
berkas membentuk kiasma optikum, dimana serabut bagian nasal dari masing-masing mata
akan bersilangan dan kemudian menyatu dengan serabut temporal mata yang lain membentuk
traktus optikus dan melanjutkan perjalanan untuk ke korpus genikulatum lateral dan nucleus
pretektalis (gambar 2).

Gambar 2. Perjalanan serabut saraf nervus optikus (tampak basal)

Serabut saraf yang bersinaps di korpus genikulatum lateral merupakan jaras visual
sedangkan serabut saraf yang berakhir di nukleus pretektalis di batang otak menghantarkan
impuls visual (saraf afferent) yang membangkitkan refleks visual seperti refleks pupil. 1,3
Selanjutnya, dari korpus genikulatum lateral, jaras visual terus melalui traktus
genikulokalkarina (radiasio optik) ke korteks visual. Daerah berakhirnya serabut di korteks
disebut korteks striatum (area 17/area Brodmann). Ini merupakan pusat persepsi cahaya. Di
sekitar area 17, terdapat area yang berfungsi untuk asosiasi rangsang visual, yaitu area 18 dan
19.
Setelah sampai di korpus genikulatum lateral, serabut saraf yang membawa impuls
penglihatan akan berlanjut melalui radiatio optika (optic radiation) atau traktus
genikulokalkarina ke korteks penglihatan primer di girus kalkarina. Korteks penglihatan
primer tersebut mendapat vaskularisasi dari a. kalkarina yang merupakan cabang dari a.
serebri posterior. Serabut yang berasal dari bagian parietal korpus genikulatum lateral
membawa impuls lapang pandang bawah sedangkan serabut yang berasal dari temporal
membawa impuls dari lapang pandang atas (gambar 3).

Gambar 3. Radiatio optika

Untuk serabut yang mengurus refleks pupil, dari nukleus pretektalis, kemudian
bersinaps dengan neuron berikutnya yang mengirimkan serabut ke nucleus Edinger Westphal
sisi yang sama dan sisi kontralateral. Dari sini rangsang kemudian diteruskan melalui nervus
okulomotorius ke sfingter pupil (gambar 4).
Gambar 4. Jaras refleks pupil
2. Tes Konfrontasi

Uji konfrontasi, merupakan uji pemeriksaan lapang pandang yang paling sederhana.
Karena tidak memerlukan alat tambahan. Lapang pandang pasien dibandingkan dengan
lapang pandang pemeriksa. Pasien dan pemeriksa atau dokter berdiri berhadapan dengan
bertatap mata pada jarak 60 cm. mata kanan pemeriksa dan mata kiri pasien ditutup. Mata kiri
pemeriksa menatap mata kanan pasien. Pemeriksa menggerakkan jari dari arah temporalnya
dengan jarak yang sama dengan mata pasien kearah sentral. Bila pemeriksa telah melihat
benda atau jari di dalam lapang pandangnya, maka bila lapang pandang pasien normal ia juga
dapat melihat benda tersebut. Bila lapang pandang pasien menciut maka ia akan melihat
benda atau jari tersebut bila benda telah berada lebih ketengah dalam lapang pandang
pemeriksa. Dengan cara ini dapat dibandingkan lapang pandang pemeriksa dengan lapang
pandang pasien pada semua arah.

Pemeriksaan Lapang Pandang dengan Tes Konfrontasi

Skrining.

Skrining dimulai dari lapang pandang temporal karena kebanyakan defek melibatkan daerah
ini. Bayangkan, lapang pandang pasien diproyeksikan pada mangkuk kaca yang melingkupi
bagian depan kepala pasien. Minta kepada pasien untuk melihat mata Anda dengan kedua
matanya. Ketika Anda bertatapan dengan pasien, tempatkan kedua tangan Anda secara
terpisah dengan jarak 2 feet (sekitar 0,6 meter) di sebelah lateral tiap-tiap telinga pasien.
Minta pasien untuk menunjuk jari tangan anda begitu dia melihatnya. Kemudian, gerakkan
secara perlahan jari-jari yang digoyang-goyangkan dari kedua tangan Anda disepanjang
mangkuk imajiner dan kearah garis pandangan sampai pasien melihatnya. Ulangi pola
gerakan ini pada kuadran temporal atas dan bawah. Normalnya, seseorang akan melihat jari-
jari tangan dari kedua tangan Anda disaat yang bersamaan. Jika demikian, biasanya lapang
pandangnya mormal.

Pengujian lebih lanjut.

Jika anda menemukan suatu defek, coba untuk menentukan batas-batasnya. Uji setiap mata
satu per satu. Sebagai contoh, jika anda mencurigai defek temporal pada lapang pandang
yang kiri, minta pasien untuk menutup mata kanannya dengan menggunakan mata kiri, minta
pasien untuk menatap langsung mata Anda pada sisi yang berlawanan. Kemudian, secara
perlahan gerakkan jari-jari tangan Anda yang digoyang-goyangkan dari daerah defek kearah
daerah yang penglihatannya lebih baik. Perhatikan, di daerah mana pasien pertama-tama
bereaksi. Ulangi pengujian ini pada beberapa level untuk menentukan batas defek. Jika mata
kiri pasien secara berulang-ulang tidak melihat jari-jari tangan anda sampai jari-jari tangan
tersebut melintasi garis pandangan pasien, keadaan ini disebut hemianopsia temporal kiri.
Keadaan ini digambarkan dalam bentuk diagram menurut titik pandang pasien.

Defek temporal pada lapang pandang salah satu mata menunjukkan defek nasal pada
mata yang lain. Untuk menguji hipotesis ini, periksa mata yang lain dengan cara yang sama,
yaitu dengan menggerakkan sekali lagi jari-jari tangan dari daerah yang diperkirakan
mengalami defek kearah daerah yang penglihatannya lebih baik.

Defek lapang pandang yang kecil dan bintik buta yang melebar memerlukan stimulus
yang lebih halus. Dengan menggunakan objek berwarna merah yang kecil seperti batang
korek api yang kepalanya berwarna merah atau penghapus berwarna merah pada ujung
pensil, lakukan pengujian mata satu per satu. Ketika pasien memandang langsung mata Anda
pada sisi yang berlawanan, gerakkan objek tersebut disekitar lapang pandang. Bintik buta
yang normal dapat ditemukan pada 15 derajat sebelah temporal garis pandangan.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut.

Pemeriksaan Lapang Pandang

a. Metode konfrontasi
 Pemeriksa dan penderita saling berhadapan.
 Satu mata penderita yang akan diperiksa memandang lurus kedepan (kearah
mata pemeriksa).
 Mata yang lain ditutup.
 Bila yang akan diperiksa mata kanan, maka mata kanan pemeriksa juga
dipejamkan.
 Tangan pemeriksa direntangkan, salah satu tangan pemeriksa atau kedua
tangan pemeriksa digerak-gerakkan dan penderita diminta untuk menunjuk
kearah tangan yang bergerak (dari belakang penderita).

Gambar 1: Tes lapang pandang menggunakan uji konfrontasi

Test Konfrontasi I

Mintalah penderita untuk menutup satu mata tanpa menekannya. Berdirilah agak
membungkuk sehingga kepala Saudara setinggi kepala penderita tepat di depan penderita.
Tutuplah mata anda (dengan asumsi lapang pandangan pemeriksa adalah normal) yang tepat
berada di depan mata penderita yang ditutup (bila penderita menutup mata kanannya, anda
menutup mata kiri anda). Dengan perlahan gerakkanlah jari anda (boleh pensil atau obyek
kecil lainnya) dari perifer ke tengah dari ke delapan arah dan mintalah penderita memberi
tanda tepat ketika dia mulai melihat obyek. Selama pemeriksaan ini, jagalah agar jari anda
selalu berjarak sama dari mata anda dan mata penderita, agar anda dapat membandingkan
lapang pandang anda dengan lapang pasien anda.

Test Konfrontasi II

i. Satu mata penderita ditutup dengan telapak tangan


ii. Penderita memfiksasi penglihatan pada hidung pemeriksa
iii. Pemeriksa mengawasi mata pasien untuk tetap fiksasi pada hidung pemeriksa
iv. Dengan tetap fiksasi pada hidung pemeriksa, penderita menghitung jari tangan untuk
membandingkan telapak tangan pemeriksa pada 4 kuadran.
v. Pasien diminta membandingkan kuadran mana yang tampak jernih, terang dan tajam.
(Selain dengan tangan dapat juga dibandingkan dua obyek berwarna merah, misalnya tutup
botol midriatikum, untuk membandingkan saturasi warna, pasien diminta menyebutkan bila
ada perbedaan warna dari beberapa kuadran)

Anda mungkin juga menyukai