GLUKOMA
I. PENGERTIAN
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik
berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan
defek lapang pandangan mata. (Sidarta Ilyas,2000).
Galukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intraokuler. ( Long Barbara, 2000)
Glaukoma : nama penyakit yg diberikan untuk sekumpulan penyakit mata
dimana terjadi kerusakan syaraf mata (N. Optikus) yang terletak dibelakang mata
& mengakibatkan penurunan penglihatan perifer dan berakhir dengan kebutaan.
Glaukoma adalah kondisi kerusakan saraf optik mata yang dapat
menyebabkan kebutaan. Penyebab glaukoma tidak selalu disebabkan oleh
tingginya tekanan intra okuler mata, tapi dapat disebabkan oleh karena beberapa
kondisi.
II. PENYEBAB
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler ini disebabkan
oleh :
- Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
- Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di
celah pupil
TIO normal 15-20 mmHg.
Tekanan > 21 mmHg sudah harus diikuti teliti
TIO dipertahankan karena adanya dinamika akuos humor dalam mata. Gangguan
dari dinamika ini akan mengakibatkan TIO naik/ tinggi, terjadi glaukoma
Penyebab Glaukoma
Glaukoma disebabkan peningkatan tahanan aliran keluar humor aqueous melalui
jaring-jaring trabekuler, kanalis schlemm, dan sistem vena episkleral. Pori-pori
trabekula dapat tersumbat oleh setiap jenis debris, darah, pus, atau bahan
lainnya.
IV. PATOFISIOLOGI
Mengukur tekanan intraokular. Tonometer adalah alat sederhana yang
digunakan untuk mengukur tekanan intraokular tanpa rasa sakit, setelah
menggunakan tetes mata anastesi. Tes ini merupakan tes penyaringan awal
untuk glaukoma.
Uji kerusakan saraf optik. Untuk memeriksa serat dalam saraf optik mata
maka seorang dokter mata akan menggunakan instrumen untuk melihat secara
langsung saraf optik bagian belakang mata.
Hal ini dapat mengungkapkan perubahan-perubahan kecil yang dapat
mengindikasikan awal dari glaukoma .
Uji lapangan visual. Untuk memeriksa apakah bidang visual mata telah
dipengaruhi oleh glaukoma, dokter akan menggunakan tes khusus untuk
mengevaluasi sisi pandangan mata (perifer).
Mengukur ketebalan kornea (pachymetry). Menentukan ketebalan kornea
masing-masing merupakan faktor penting dalam mendiagnosis glaukoma.
Jika memiliki kornea tebal maka tekanan baca mata akan lebih tinggi dari
normal meskipun tidak memiliki glaukoma. Demikian pula, orang dengan
kornea tipis dapat memiliki tekanan baca yang normal dan masih memiliki
glaukoma.
Tes lain. Untuk membedakan antara glaukoma sudut terbuka dan glaukoma
sudut tertutup, mata dokter mata akan menggunakan teknik yang disebut
gonioscopy di mana lensa khusus ditempatkan pada mata untuk memeriksa
sudut drainase. tes lain, tonography adalah sebuah alat yang dapat mengukur
seberapa cepat cairan mengalir dari mata.
VI. PATHWAY (POHON MASALAH)
Sinekeia anterior,
neovask, sudut
Tekanan pada saraf Iskemia
optik dan retina
Nyeri
Kerusakan saraf
optik dan retina atrofi
sel ganglion difus
VII.
Ireversibel/kebutaan
VIII.
Berduka Perubahan sensori perseptual (visual) Cemas/takut Resiko cedera Defisit perawatan diri
Isolasi sosial
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Didapatkan dengan cara pemeriksaan khusus untuk glaucoma, yaitu :
1. Ketajaman penglihatan
Pada glaucoma sudut terbuka, kerusakan saraf dimulai dari tepi lapang
pandang dan lambat laun meluas ketengah. Dengan demikian penglihatan
sentral (fungsi macula) bertahan lama walaupun penglihatan perifer
sudah tidak ada, sehingga penderita seolah-olah melihat seperti malalui
teropong (tunnel vision) dan visusnya dapat tetap 5/5.
2. Tonometri
Cara yang cermat adalah dengan menggunakan Tonometer Schiotz. Cara
pemeriksannya adalah penderita berbaring tanpa bantal, kemudian
matanya ditetesi pantocain 1-2% satu kali. Suruh pasien melihat ibu
jarinya yang diacungkan didepan matanya dan letakkan tonometer di
puncak kornea. Tekanan normalnya antara 10-20 mmHg atau 7/7,5-
10,5/7,5.
3. Gonioskopi
Adalah suatu cara untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.
Dengan demikian dapat dibedakan glaucoma sudut terbuka atau sudut
tertutup, juda dapat dilihat apakah ada perlekatan iris bagian perifer.
4. Oftalmoskopi
Yang harus diperhatikan adalah papil, yang mengalami perubahan
peggaungan dan degenerasi saraf optic. Harus diwaspadai adanya
glaucoma apabila terdapat penggaungan >0,3 diameter papil (Cup and
Disc Ratio), terutama bila diameter vertical lebih besar dari diameter
horizontal.
5. Pemeriksaan lapangan pandang (kampimetri)
Dibedakan atas lapangan pandang sentral, seluas 30 derajat, diperiksa
dengan layer hitam Byerrum, pada jarak 1 m dengan menggunakan
obyek putih 1 mm (isopter 1/1000) atau pada jarak 2 m dengan obyek
sebesar 2 mm (2/2000); dan lapang pandang perifer yang diukur dengan
perimeter atau kampimeter pada jarak 330 mm dengan menggunakan
obyek sebesar 3 mm (isopter 3/330). Pada glaucoma, kelainan lapang
pandang disebabkan oleh kerusakan serabut saraf. Yang paling dini
berupa skotoma relative atau absolute yang terletak pada 30 derajat
sentral.
6. Pemeriksaan secara kasarnya adalah dengan tes konfrontasi dimana pada
jarak 0,5 m, pasien dan pemeriksa saling berhadapan dan pemeriksa
menggerakkan tangannya dari luar kedalam sedang mata pasien dan
pemeriksa yang saling berhadapan ditutup sebelah. Pasien
memperhatikan kapan gerak tangan mata itu mulai terlihat, dan diulangi
sampai tercapai 360 derajat.pemeriksaan ini dapat dikerjakan dengan
catatan kampus pemeriksa harus normal.
7. Tes provokasi
Untuk glaucoma sudut terbuka, yang umum dilakukan adalah tes minum
air (water drinking test) d imana pasien puasa 4 jam sebelum tes dan
diukur TIO (Takanan Intra Okular)awal, kemudian pasien disuruh minum
1 liter air dalam waktu 5 menit. TIO diukur setiap 15 menit selama 1 jam,
kemudian setiap 30 menit selama 1 jam. Bila TIO ↑ ³8 mmHg, provokasi
(+) à glaucoma.
8. Untuk glaucoma sudut tertutup, yang umum dilakukan adalah tes kamar
gelap (karena pupil akan midriasis dan pada sudut bilik mata yang
sempit, ini akan menyebabkan tertutupnya sudut bilik mata). Caranya
adalah ukur TIO awal, kemudian pasien masuk kamar gelap selama 60-
90 menit. Ukur segera TIO nya. Kenaikan ³8 mmHg, tes provokasi (+).
1. Tentang iklan-iklan ini
VI. PENATALAKSANAAN
1 Glaukoma sudut terbuka / simplek
a. Obat-obat miotik
Golongan kolinergik (pilokarpin 1-4 % 5 kali sehari) Karbakol 0,75 – 3
%.
Golongan antikolineoterase (demekarium bromid, humorsol 0,25 %)
pilokarpin 0,25.
b. Obat-obta penghambat sekresi aqioshumor (adrenergik)
Timolol (tetes 0,25 dan 0,5 % 2 x sehari)
Epineprin 0,5 – 2 % 1-2 x sehari
c. Carbonican hidrase inhibitor
Asetazolamid (diamok 125-250 mg 4 x sehari
Diklorfenamid (metazolamid)
d. Trabekuloplatilaser dan iridektomi
e. Tindakan bedah trabekulektomi
2. Glaukoma sudut tertutup / akut
a. Bahan hiperosmotik
Gliserin (gliserol) p.o 1cc / kg BB. Dalam larutan 50 % air jeruk
Manitol 20 % IV. 1-2 gram / Kg BB diberikan 60 tetes / menit.
b. Miotikum pilokarpin 2-4 % 1 tts 3 x 5 menit kemudian 1 tts. 30 menit /
2 jam. Selanjutnya 1 tts / jam sampai operasi.
c. Karbonikan hidrase inhibitor
Asetasolamit langsung 500 mg / oral (2 tablet) lalu tiap 4 jam 250 mg.
d. Operasi filtrasi
VI. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian data :
a. Aktivitas / Istirahat : Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan
dengan gangguan penglihatan.
b. Makanan / Cairan : Mual, muntah (glaukoma akut)
c. Neurosensori : Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap
(katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar
sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda :
Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.
Peningkatan air mata.
d. Nyeri / Kenyamanan :
Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis)
Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit
kepala (glaukoma akut).
e. Penyuluhan / Pembelajaran
Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler.
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan
tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin.
Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK :
1. KARTU MATA SNELLEN/MESIN TELEBINOKULAR (TES
KETAJAMAN PENGLIHATAN DAN SENTRAL
PENGLIHATAN) : MUNGKIN TERGANGGU DENGAN
KERUSAKAN KORNEA, LENSA, AQUOUS ATAU VITREUS
HUMOR, KESALAHAN REFRAKSI, ATAU PENYAKIT
SYARAF ATAU PENGLIHATAN KE RETINA ATAU JALAN
OPTIK.
2. LAPANG PENGLIHATAN : PENURUNAN MUNGKIN
DISEBABKAN CSV, MASSA TUMOR PADA HIPOFISIS/OTAK,
KAROTIS ATAU PATOLOGIS ARTERI SEREBRAL ATAU
GLAUKOMA.
3. PENGUKURAN TONOGRAFI : MENGKAJI INTRAOKULER
(TIO) (NORMAL 12-25 MMHG)
4. PENGUKURAN GONIOSKOPI :MEMBANTU MEMBEDAKAN
SUDUT TERBUKA DARI SUDUT TERTUTUP GLAUKOMA.
5. TES PROVOKATIF :DIGUNAKAN DALAM MENENTUKAN
TIPE GLAUKOMA JIKA TIO NORMAL ATAU HANYA
MENINGKAT RINGAN.
6. PEMERIKSAAN OFTALMOSKOPI:MENGKAJI STRUKTUR
INTERNAL OKULER, MENCATAT ATROFI LEMPENG
OPTIK, PAPILEDEMA, PERDARAHAN RETINA, DAN
MIKROANEURISMA.
7. DARAH LENGKAP, LED :MENUNJUKKAN ANEMIA
SISTEMIK/INFEKSI.
8. EKG, KOLESTEROL SERUM, DAN PEMERIKSAAN LIPID:
MEMASTIKAN ATEROSKLEROSISI,PAK.
9. TES TOLERANSI GLUKOSA :MENENTUKAN ADANYA DM.
2. ANALISA DATA
5. Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosisi dan
Evaluasi. Ed 5 Vol3 EGC. Jakarta 1998