BAB IV
ke sekolah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jadwal mata pelajaran serta
ini, peneliti terlibat langsung sebagai motivator dan fasilitator dalam proses
belajar mengajar di kelas. Materi yang diambil dalam penelitian ini adalah ikatan
Tes awal adalah tes kepada siswa mengenai pelajaran yang sudah
sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, seperti terlihat pada tabel 4.1 berikut
ini.
Frekuensi Relatif
Interval Nilai Frekuensi Kualifikasi
(100 %)
86-100 2 10 % Sangat Baik
76-85 2 10% Baik
70-75 2 10% Cukup
60-69 13 65 % Kurang
≤ 59 1 5% Gagal
Jumlah 20 100
Sumber: Hasil Peneiitian (Lampiran 2.c)
38
Tabel 4.1 Menggambarkan perolehan hasil belajar tes awal siswa yaitu
gagal. Berdasarkan hasil tes awal, maka dapat diasumsikan bahwa sebagian
besar (14 siswa) belum siap untuk mengikuti proses pembelajaran berikutnya
Pembelajaran.
Adapun pada Tabel 4.2 dapat dilihat skor perolehan LKS siswa pada
Tabel 4.2 Data Skor Perolehan LKS Siswa Pada Pertemuan 1-2
melalui lembar kerja siswa (LKS) dua kali pertemuan sebagai berikut: pada
cukup, 2 siswa (10 %) dengan kualifikasi kurang, dan tidak ada siswa
kualifikasi sangat baik, 6 siswa (30 %) dengan kualifikasi baik, 3 siswa (15
Hasil belajar siswa pada aspek kognitif dapat dilihat melalui nilai rata-
rata LKS selama proses pembelajaran, seperti terlihat pada Tabel 4.2 berikut
ini :
kualifikasi sangat baik, 6 siswa (30 %) dengan kualifikasi baik, 3 siswa (15
Adapun pada Tabel 4.4 dapat dilihat nilai perolehan aaspek afektif siswa
siswa (40 %) dengan kualifikasi cukup, dan tidak ada siswa dengan
kualifikasi sangat baik, 7 siswa (35 %) dengan kualifikasi baik, 2 siswa (10
%) dengan kualifikasi cukup, dan tidak ada siswa dengan kualifikasi kurang
Hasil belajar siswa pada aspek afektif yang dinilai melalui lembaran
siswa (10 %) dengan kualifikasi cukup, dan tidak ada siswa dengan
Adapun pada Tabel 4.2 dapat dilihat skor perolehan LKS siswa pada
siswa (35 %) dengan kualifikasi cukup, dan tidak ada siswa dengan
dengan kualifikasi cukup, dan tidak ada siswa dengan kualifikasi kurang dan
kualifikasi gagal.
siswa (5 %) dengan kualifikasi cukup, dan tidak ada siswa dengan kualifikasi
kualifikasi baik, 3 siswa (5 %) dengan kualifikasi cukup, dan tidak ada siswa
Pada penentuan nilai akhir didapat dari nilai tes akhir siswa. Tes akhir
adalah tes yang diberikan kepada siswa setelah proses pembelajaran selesai,
dengan kualifikasi cukup, dan tidak ada siswa dengan kualifikasi kurang dan
gagal.
45
afektif, dan psikomotor yang telah dianalisis secara deskriptif selama proses
yang telah diajukan pada bab-bab sebelumnya di atas. Berikut ini adalah sajian
dan LKS yang dipadukan dengan menggunakan media video, terlebih dahulu
siswa diberikan tes awal (pre test) yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
mana pengetahuan awal siswa terkait dengan materi yang akan diajarkan. Soal-
soal yang disusun pada tes awal diambil dari tiap sub bab materi struktur atom
dan penentuan periode dan golongan, hal ini dikarenakan sub bab bersyarat
tersebut mempunyai hubungan dengan materi yang akan diajarkan yakni materi
ikatan kimia dengan tujuan untuk melihat kesiapan siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran.
Hasil tes awal pada Tabel 4.1 , dan lampiran 2.c, menunjukan bahwa
terdapat 2 siswa (10 %) dengan kualifikasi sangat baik, 2 siswa (10 %) dengan
46
dengan media video, kemudian siswa diberi LKS. Dimana LKS ini berisi
corousel yang dipadukan dengan media video terdapat tiga aspek penilaian
ranah yang menyangkut kegiatan otak, artinya segala upaya yang menyangkut
Aspek kognitif yang dinilai dalam penelitian ini yaitu penilaian LKS
siswa. Dimana tes akhir dilakukan pada akhir pembelajaran. Hasil penilaian
siswa menjawab LKS. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa
berlangsung.
Pertanyaan atau soal yang berada pada LKS pertemuan pertama dapat
dilihat pada Lampiran 5.a, dan bentuk soalnya esay yang terdiri dari 4 soal,
serta hasil skor perolehan LKS pertemuan pertama masing-masing siswa dapat
dilihat pada Lampiran 5.c. Pertanyaan atau soal yang berada pada LKS
pertemuan kedua dapat dilihat pada Lampiran 6.a , dan bentuk soalnya esay
yang terdiri dari 4 soal , serta hasil skor perolehan LKS pertemuan kedua
masing-masing siswa dapat dilihat pada Lampiran 6.c. pada pertemuan kedua
dan dua, dapat dilihat pada Tabel 4.3, dan Lampiran 6.d, dan hasilnya
siswa (30 %) dengan kualifikasi baik, 3 siswa (15 %) dengan kualifikasi cukup,
2 siswa (10 %) dengan kualifikasi kurang, dan tidak terdapat siswa dengan
kualifikasi gagal.
Dua siswa yang berada pada kualifikasi kurang disebapkan karena tidak
yang didapat belum sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, siswa
Sejalan dengan itu Slavin, 1995 dalam wenno berpendapat bahwa siswa
temannya. Siswa juga akan bekerjasama dalam belajar dan bertanggung jawab
heterogen, siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang membantu satu
sama lain serta membantu siswa dalam menerima perbedaan pendapat, dan
bekerjasama dengan teman yang berbeda latar belakangnya, (wenno, 2008 : 57-
58). Namun sejalan dengan itu, peneliti perlu memberikan penguatan dan
mengamati adalah Bapak Ridwan Paisuly, S.Pd, selaku guru mata pelajaran
Penilai aspek afektif siswa terdiri dari beberapa aspek yaitu kehadiran,
pertanyaan yang disampaikan oleh guru maupun teman yang lain, dan siswa
pada Tabel 4.4 dan Lampiran 7.c, dimana hasilnya sebagai berikut : 6 siswa (30
siswa (40 %) dengan kualifikasi cukup, dan tidak ada siswa dengan kualifikasi
bahwa afektifitas siswa sudah berjalan dengan baik, namun ada aspek seperti
menghargai pendapat teman dan memberikan solusi masih ada yang malu-malu
atau belum berani dalam memberikan tanggapan. Untuk mengatasi hal seperti
ini, peneliti memberikan motivasi dan bimbingan kepada siswa agar tetap
kualifikasi sangat baik, 7 siswa (35 %) dengan kualifikasi baik, 2 siswa (10 %)
dengan kualifikasi cukup, dan tidak ada siswa dengan kualifikasi kurang dan
kualifikasi gagal.
pertemuan kedua daripada pertemuan pertama. Hal ini dapat dilihat ketika
dalam kelompok dengan terlibat dalam pemecahan masalah serta tidak ada
siswa yang mengeluh berada di kelompok yang sudah ditentukan oleh guru.
Secara keseluruhan, nilai rata-rata dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan
kualifikasi sangat baik, 7 siswa (35 %) dengan kualifikasi baik, 2 siswa (10 %)
dengan kualifikasi cukup, dan tidak ada siswa dengan kualifikasi kurang dan
kualifikasi gagal.
Dari hasil data di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa mampu
memenuhi kriteria penilaian aspek afektif dan tidak ada siswa yang tidak
memenuhi kriteria penilaian ini. Selain itu beberapa pakar mengatakan bahwa
mengamati adalah Bapak Ridwan Paisuly, S.Pd, selaku guru mata pelajaran
dengan baik dan benar, kemampuan siswa menyampaikan ide atau gagasan
51
motorik atau kegiatan yang memerlukan kordinasi saraf dan kordinasi badan
ditunjukan pada Tabel 4.6 dan Lampiran 8.c, di mana hasilnya sebagai berikut :
kualifikasi baik, 7 siswa (35 %) dengan kualifikasi cukup, dan tidak ada siswa
menunjukan bahwa tidak ada siswa dengan kualifikasi kurang dan kualifiksai
Tabel 4.7 dan Lampiran 8.d, dimana hasilnya sebagai berikut : 13 siswa (65 %)
dengan kualifikasi sangat baik, 6 siswa (30 %) dengan kualifikasi baik, 1 siswa
(5 %) dengan kualifikasi cukup, dan tidak ada siswa dengan kualifikasi kurang
menunjukan bahwa telah terjadi peningkatan pada pertemuan kedua. Hal ini
tidak ada siswa yang mengeluh berada pada kelompok yang sudah ditentukan
oleh peneliti. Pada tahap ini, peneliti memberikan penghargaan ataupun pujian.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Lucy (dalam Isjoni, 2009) bahwa salah
LKS, maka selanjutnya dilakukan tes akhir (peneliti melakukan tes akhir pada
pertemuan ke tiga, dimana peneliti meminta waktu kepada guru mata pelajaran
untuk melakukan tes akhir pada pertemuan selanjutnya), yakni tes yang
mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat
Menurut Suryo Subroto (2002, 168) menyatakan bahwa tes akhir adalah
tes yang diberikan kepada siswa setelah proses belajar mengajar selesai. Maka
dapat disimpulkan bahwa tes akhir adalah suatu bahan evaluai pembelajaran
bagi siswa dan peneliti untuk melihat keberhasilan dalam proses pembelajaran
53
yaitu sebagai penentu nilai akhir (NA) siswa. Hal ini sejalan dengan Arikunto
tentang cara penentuan nilai akhir (hasil belajar), yang dipengaruhi oleh
mengajar.
Berdasarkan hasil analisis data nilai akhir yang diperoleh siswa pada
cukup, dan tidak ada siswa dengan kualifikasi kurang dan gagal.
pada materi yang telah diajarkan, meskipun dengan kualifikasi yang berbeda-
beda. Selain itu juga, menunjukkan sebagian besar siswa menguasai indikator-
LKS dipadukan dengan media video dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
baik itu hasil belajar aspek kognitif, aspek afektif, maupun aspek psikomotor.
Sehingga semua siswa dikatakan tuntas. Hal ini sejalan (Sudjana & Rivai 2011)
dengan yang menyimpulkan bahwa media video dapat membuat siswa tidak
merasa bosan dan tidak hanya menggunakan komunikasi verbal dan juga tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati.
54
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penguasaan siswa terhadap tiga aspek dan nilai akhir (NA), yaitu :
a. Aspek Kognitif : 9 siswa (45 %) dengan kualifikasi sangat baik, 6 siswa (30
siswa (10 %) dengan kualifikasi kurang, dan tidak ada siswa dengan
kualifikasi gagal.
b. Aspek Afektif : 11 siswa (50 %) dengan kualifikasi sangat baik, 7 siswa (35
cukup, dan tidak ada siswa dengan kualifikasi kurang dan kualifikasi gagal.
dengan kualifikasi cukup, dan tidak ada siswa dengan kualifikasi kurang
dan gagal.
55
pada materi ikatan kimia , serta dapat mengantarkan siswa kelas X SMA
5.2. Saran
pengeajarn kimia.
konsep materi.
dan inovatif.
56
DAFTAR PUSTAKA
Sudjana, N & Ahmad Rivai. (2011). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Wenno I.H., 2008. Strategi Belajar Mengajar Sains Berbasis Kontekstual, Inti
Media, Yogyakarta