Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan sirkulasi yang paling dijumpai di Unit Gawat Darurat adalah shock, aritmia
jantung, dan henti jantung. Diagnosis syok (shock) secara cepat dapat ditegakkan dengan
tidak teraba atau melemahnya nadi radialis/ karotis, pasien tampak pucat, perabaan pada
ekstremitas teraba dingin, basah dan pucat serta memanjangnnya waktu pengisian kapiler
(capillary refill time > 2 detik). Syok merupakan salah satu penyebab utama meningkatnya
angka morbiditas dan mortalitas di Instalasi gawat darurat (IGD) maupun Intensive Care
Unit (ICU), mengakibatkan kematian lebih dari 30% Jutaan penderita tersebar diseluruh
dunia dan rata-rata sebanyak 1.400 klien meninggal setiap hari. Diperkirakan 6-20 juta
kematian bayi dan anak – anak setiap tahun di seluruh dunia diakibatkan oleh dehidrasi dan
syok (Dhilon and Bittner, 2010).
Syok merupakan suatu gangguan sirkulasi akibat penghantaran oksigen ke jaringan atau
perfusi yang tidak adekuat, ditandai dengan penurunan tahanan vaskuler sistemik terutama
di arteri, berkurangnya darah balik, penurunan pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah
jantung (George et al., 2009; Guyton dan Hall, 2010; Sinniah, 2012; Schwarz et al., 2014).
Seseorang dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi oksigen dan nutrisi ke sel-
sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi sehingga menyebabkan kematian sel yang
progressif, gangguan fungsi organ dan akhirnya kematian penderita.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep syok, mulai dari:
1. Apa saja jenis-jenis syok?
2. Bagaimana pengkajian syok?
3. Bagaimana pengelolaan syok?
4. Resusitasi cairan seperti apa?
5. Dan evaluasi syok seperti apa?

1
C. Tujuan
Mahasiswa mampu menguraikan konsep syok
1. Jenis-jenis syok
2. Pengkajian syok
3. Pengelolaan syok
4. Resusitasi cairan
5. evaluasi syok seperti apa?

BAB II
2
PEMBAHASAN

A. Konsep Syok
1. Definisi
Syok adalah suatu keadaan klinis akibat perfusi jaringan yang tidak adekuat
(Eliastam Michael,2005). Suatu keadaan / syndrome gangguan perfusi jaringan yang
menyeluruh sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan metabolisme jaringan. Keadaan
kritis akibat kegagalan sistem sirkulasi dalam mencukupi nutrien dan oksigen baik dari
segi pasokan & pemakaian untuk metabolisme selular jaringan tubuh sehingga terjadi
defisiensi akut oksigen akut di tingkat sekuler.
2. Tahapan Syok
Keadaan syok akan melalui tiga tahapan mulai dari tahap kompensasi (masih
dapat ditangani oleh tubuh), dekompensasi (sudah tidak dapat ditangani oleh tubuh),
dan ireversibel (tidak dapat pulih).
a. Tahap awal, adalah tahap saat tubuh masih mampu menjaga fungsi normalnya.
Tidak adanya tanda dan gejala klinis, tubuh masih dapat mengkompensasi dengan
melakukan metabolism anaerob karena terjadinya kondisi syok pada sel. Tanda
atau gejala yang dapat ditemukan pada tahap awal seperti kulit pucat, peningkatan
denyut nadi ringan, tekanan darah normal, gelisah, dan pengisian pembuluh darah
yang lama. Gejala-gejala pada tahap ini sulit untuk dikenali karena biasanya
individu yang mengalami syok terlihat normal.
b. Tahap kompensasi, adalah tahap dimana terjadi peningkatan nadi dan penurunan
tekanan darah. Terjadi penurunan fungsi pada seluruh organ, ginjal, pembuluh
darah, jantung, gastro intestinal track, endokrin, paru-paru, dll
c. Tahap progresif, dimana tubuh tidak mampu lagi mempertahankan fungsi-
fungsinya. Yang terjadi adalah tubuh akan berupaya menjaga organ-organ vital
yaitu dengan mengurangi aliran darah ke lengan, tungkai, dan perut dan
mengutamakan aliran ke otak, jantung, dan paru. Tanda dan gejala yang dapat
ditemukan diantaranya adalah rasa haus yang hebat, peningkatan denyut nadi,
penurunan tekanan darah, kulit dingin, pucat, serta kesadaran yang mulai
terganggu.
d. Tahap ireversibel dimana kerusakan organ yang terjadi telah menetap dan tidak
dapat diperbaiki. Tahap ini terjadi jika tidak dilakukan pertolongan sesegera
3
mungkin, maka aliran darah akan mengalir sangat lambat sehingga menyebabkan
penurunan tekanan darah dan denyut jantung. Mekanisme pertahanan tubuh akan
mengutamakan aliran darah ke otak dan jantung sehingga aliran ke organ-organ
seperti hati dan ginjal menurun. Hal ini yang menjadi penyebab rusaknya hati
maupun ginjal. Walaupun dengan pengobatan yang baik, kerusakan organ yang
terjadi telah menetap dan tidak dapat diperbaiki.
3. Tanda dan Gejala Syok
Tanda dan gejala syok terlihat berbeda beda tergantung pada tahapan syok yang
dialami.
Secara umum tanda dan gejala syok yaitu :
a. Hipotensi: tekanan sistole kurang dari 80 mmHg atau MAP (mean arterial
pressure / tekanan arterial rata-rata) kurang dari 60 mmHg, atau menurun 30%
lebih.
b. Oliguria: produksi urin kurang dari 30 ml/jam atau sama sekali tidak terbentuk
urine
c. Asidosis metabolisme
d. Perfusi jaringan jelek
e. Gelisah
f. Bibir dan kuku jari tangan tampak kebiruan (sianosis)
g. Pusing, mual, dan haus
h. Keringat berlebihan, kulit pucat, dingin, dan lembab
i. Denyut nadi yang cepat dan lemah
j. Tidak sadarkan diri
k. Lemah.
l. Nafas cepat, dangkal, dan tidak teratur
m. Pupil mata melebar
n. Coma
o. Arithnia gagal jantung kongestif
p. Perubahan suhu
q. Oedem paru
r. Disorientasi

B. Jenis syok
Syok digolongkan ke dalam beberapa kelompok:
1. Syok Kardiogenik (berhubungan dengan kelainan jantung)
a. Pengertian
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang
mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali.
b. Etiologi
4
Penyebab syok kardiogenik mempunyai etiologi koroner dan non koroner.
Koroner, disebabkan oleh infark miokardium, Sedangkan Non-koroner disebabkan
oleh kardiomiopati, kerusakan katup, tamponade jantung, dan disritmia.
c. Penatalaksanaan
1) Tujuan penatalaksanaan pasien dengan syok kardiogenik adalah :
a) Membatasi kerusakan miocardium lebih lanjut
b) Memulihkan kesehatan miocardium
c) Memperbaiki kemampuan jantung untuk memompa secara efektif.
2) Penatalaksanaan utama syok kardiogenik mencakup :
a. Mensuplai tambahan oksigen
Pada tahap awal syok, suplemen oksigen diberikan melalui kanula nasal 3
– 5 liter / menit.
b. Mengontrol nyeri dada
Jika pasien menglami nyeri dada, morfin sulfat diberikan melalui
intravena untuk menghilangkan nyeri. Pemberian posisi semi fowler, dapat
membantu untuk memberikan posisi nyaman & meningkatkan ekspansi paru.
c. Pemberian obat-obat vasoaktif
Terapi obat vasoaktif terdiri atas strategi farmakologi multiple untuk
memulihkan dan mempertahankan curah jantung yang adekuat. Pada syok
kardiogenik koroner, terapi obat diujukan untuk memperbaiki kontraktilitas
jantung, mengurangi preload dan afterload, atau menstabilkan frekuensi
jantung. Contoh, dopamin dan nitrogliserin.
d. Dukungan cairan tertentu
Pemberian cairan harus dipantau dengan ketat oleh perawat untuk
mendeteksi tanda kelebihan cairan. Bolus cairan intravena yang terus
diingkatkan harus diberikan dengan sangat hati-hati dimulai dengan jumlah 50
ml untuk menentukan tekanan pengisian optimal untuk memperbaiki curah
jantung.
2. Syok Hipovolemik ( akibat penurunan volume darah)
a. Pengertian

5
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan
penurunan volume intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam kompartemen
intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler menempati hamper 2/3 dari air
tubuh total sedangkan cairan tubuh ekstraseluler ditemukan dalam salah satu
kompartemen intavaskular dan interstitial. Volume cairan interstitial adalah kira-kira
3-4x dari cairan intravascular. Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume
intavaskuler 15% sampai 25%. Hal ini akan menggambarkan kehilangan 750 ml
sampai 1300 ml pada pria dengan berat badan 70 kg.
b. Etiologi
Kondisi-kondisi yang menempatkan pasien pada resiko syok hipovolemik adalah
1) Kehilangan cairan eksternal seperti : trauma, pembedahan, muntah-muntah,
diare, diuresis,
2) Perpindahan cairan internal seperti : hemoragi internal, luka baker, asites dan
peritonitis

c. Penatalaksanaan
Tujuan utama dalam mengatasi syok hipovolemik adalah untuk memulihkan
volume intravascular untuk membalik urutan peristiwa sehingga tidak mengarah
pada perfusi jaringan yang tidak adekuat, meredistribusi volume cairan, dan
memperbaiki penyebab yang mendasari kehilangan cairan secepat mungkin.
1) Pengobatan penyebab yang mendasari.
Jika pasien sedang mengalami hemoragi, upaya dilakukan untuk
menghentikan perdarahan. Mencakup pemasangan tekanan pada tempat
perdarahan atau mungkin diperlukan pembedahan untuk menghentikan
perdarahan internal.
2) Penggantian Cairan dan Darah
Diluar memperbaiki penyebab utama penurunan volume intravaskuler,
penggantian cairan (juga disebut resusitasi cairan) adalah juga menajdi
perhatian utama. Setidaknya Pemasangan dua jalur intra vena dengan jarum
besar dipasang untuk membuat akses intravena guna pemberian cairan.
Maksudnya memungkinkan pemberian secara simultan terapi cairan dan
komponen darah jika diperlukan. Contohnya Ringer Laktat dan Natrium
clorida 0,9 %, Koloid (albumin dan dekstran 6 %).
6
3) Redistribusi cairan
Selain memberikan cairan untuk memulihkan volume intravaskuler,
pengaturan posisi pasien yang tepat juga membantu redistribusi cairan.
Pemberian posisi trendelenberg yang dimodifikasi dengan meninggikan
tungkai pasien, sekitar 20 derajat, lutut diluruskan, trunchus horizontal dan
kepala agak dinaikan. Tujuannya, untuk meningkatkan arus balik vena yang
dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
4) Terapi Medikasi
Medikasi akan diresepkan untuk mengatasi dehidarasi jika penyebab yang
mendasari adalah dehidrasi. Contohnya, insulin akan diberikan pada pasien
dengan dehidrasi sekunder terhadap hiperglikemia, desmopresin (DDVP) untuk
diabetes insipidus, preparat anti diare untuk diare dan anti emetic untuk
muntah-muntah.
5) Military antisyock trousers (MAST)
Merupakan pakaian yang dirancang untuk memperbaiki perdarahan
internal dan hipovolemia dengan memberikan tekanan balik disekitar tungkai
dan abdomen. Alat ini menciptakan tahanan perifer artificial dan membantu
menahan perfusi coroner. Alat ini harus dipasang secepat mungkin setelah
cedera, lebih baik lagi sebelum pasien dipindahkan ke bagian emergensi.
3. Syok Neurogenik (akibat kerusakan pada sistem saraf).
a. Pengertian
Syok neurogenik disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari syok distributif,
Syok neurogenik terjadi akibat kegagalan pusat vasomotor karena hilangnya tonus
pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh sehingga terjadi hipotensi dan
penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance vessels). Hasil dari
perubahan resistensi pembuluh darah sistemik ini diakibatkan oleh cidera pada
sistem saraf (seperti: trauma kepala, cidera spinal, atau anestesi umum yang dalam)
b. Etiologi
Pada syok neurogenik, vasodilatasi terjadi sebagai akibat kehilangan tonus
simpatis. Kondisi ini dapat disebabkan oleh cedera medula spinalis, anastesi spinal,
dan kerusakan sistem saraf. Syok ini juga dapat terjadi sebagai akibat kerja obat-obat
7
depresan atau kekurangan glukosa (misalnya : reaksi insulin atau syok). Syok
neurogenik spinal ditandai dengan kulit kering, hangat dan bukan dingin, lembab
seperti terjadi pada syok hipovolemik. Tanda lainnya adalah bradikardi dan bukan
takikardia seperti yang terjadi pada bentuk syok lainnya.
c. Penatalaksanaan :
1) Pengobatan spesifik syok neurogenik tergantung pada penyebabnya. Jika
penyebabnya Hipoglikemia (syok insulin) dilakukan pemberian cepat glukosa.
2) Syok neurogenik dapat dicegah pada pasien yang mendapakan anastesi spinal atau
epidural dengan meninggikan bagian kepala tempat tidur 15 – 20 derajat untuk
mencegah penyebaran anastetik ke medula spinalis.
3) Pada Kecurigaan medula spinal, syok neurogenik dapat dicegah melalui
imobilisasi pasien dengan hati-hati untuk mencegah kerusakan medula spinalis
lebih lanjut.
4) Stocking elastik dan meninggikan bagian kaki tempat tidur dapat meminimalkan
pengumpulan darah pada tungkai. Pengumpulan darah pada ekstremitas bawah
menempatkan pasien pada peningkatan resiko terhadap pembentukan trombus.
5) Pemberian heparin, stocking kompresi, dan kompresi pneumatik pada tungkai
dapat mencegah pembentukan trombus.
4. Syok Anafilaktik (akibat reaksi alergi)
a. Pengertian
Syok anafilaktik merupakan kumpulan gejala yang segera timbul setelah pasien
terkena alergi atau faktor pencetus non alergi. Reaksi tersebut merupakan reaksi
sistemik yang melibatkan beberapa organ, sehingga merupakan keadaan darurat yang
potensial dan dapat mengancam nyawa.
b. Etiologi
Syok anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien yang sebelumnya
sudah membentuk anti bodi terhadap benda asing (anti gen) mengalami reaksi anti
gen- anti bodi sistemik.
c. Penatalaksanaan
1) Pemberian obat-obat yang akan memulihkan tonus vaskuler, dan mendukung
kedaruratan fungsi hidup dasar. Contoh : epinefrin ,aminofilin. Epinefrin
diberikan secara intravena untuk menaptkan efek vasokonstriktifnya.
Difenhidramin diberikan secara intavena untuk melawan efek histamin dengan
8
begitu mengurangi efek permeabilitas kapiler. Aminofilin diberikan secara
intravena untuk melawan bronkospasme akibat histamin.
2) Jika terdapat ancaman atau terjadi henti jantung dan henti napas, dilakukan
resusitasi jantung paru (RJP)

5. Syok Septik (berhubungan dengan infeksi)


a. Pengertian
Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributuf dan disebabkan oleh
infeksi yang menyebar luas. Insiden syok septik dapat dikurangi dengan melakukan
praktik pengendalian infeksi, melakukan teknik aseptik yang cermat, melakukan
debriden luka untuk membuang jaringan nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan
peralatan secara tepat dan mencuci tangan secara menyeluruh.
b. Etiologi
Mikroorganisme penyebab syok septik adalah bakteri gram negatif. Ketika
mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien akan menunjukkan suatu respon
imun. Respon imun ini membangkitkan aktivasi berbagai mediator kimiawi yang
mempunyai berbagai efek yang mengarah pada syok. Peningkatan permeabilitas
kapiler, yang mengarah pada perembesan cairan dari kapiler dan vasodilatasi adalah
dua efek tersebut.
c. Fase Syok Septik
Syok septik terjadi dalam 2 fase yaitu :
1) Fase pertama disebutfase hangat/hiperdinamik, ditandai oleh tingginya curah
jantung dan vasodilatasi. Pasien menjadi sangat panas atau hipertermik dengan
kulit hangat kemerahan. Frekuensi jantung dan pernafasan meningkat.
Haluaran urin dapat meningkat atau tetap dalam kadar normal. Status
gastrointestinal mungkin terganggu seperti terjadinya mual, muntah dan diare.
2) Fase lanjut , disebut sebagai fase dingin/ hipodinamik, yang ditandai oleh curah
jantung yang rendah dengan vasokontriksi yang mencerminkan upaya tubuh
untuk mengkompensasi hipovolemia yang disebabkan oleh kehilangan volume
intravaskular melalui kapiler. Pada fase ini tekanan darah pasien menurun, dan

9
kulit dingin serta pucat. Frekuensi jantung dan pernafasan tetap cepat. Pasien
tidak lagi membentuk urin dan dapat terjadi kegagalan organ multipel.
d. Penatalaksanaan
1) Pengumpulan spesimen urin, darah, sputum dan drainase luka dilakukan dengan
tekhnik aseptik.
2) Pemberian suplementasi nutrisi tinggi kandungan protein secara agresif dilakukan
selama 4 hari dari awitan syok.
3) Pemberian cairan intravena dan obat-obatan yang diresepkan termasuk antibiotik
dan obat-obat vasoaktif untuk memulihkan volume vaskuler

C. Pengkajian syok
1. Data-data yang dapat ditemukan pada saat pengkajian meliputi :
a. Gelisah, ansietas, tekanan darah menurun.
b. Tekanan darah sistolik < 90 mmHg (hipotensi)
c. Tekanan ventrikel kiri peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel
kiri,peningkatan tekanan atrium kiri, peningkatan tekanan bajiarteri pulmonal (PC
WP)
d. Curah jantung 2,2 l/mnt, penurunan fraksi ejeksi, penurunan indeks jantung
e. Peningkatan tekanan vena sentral 1600 dyne/dtk/cm-5
f. Peningkatan tekanan pengisian ventrikel kanan adanya distensi vena jugula
ris, peningkatan CVP (tekanan > 15 cm H2O, refleks hepatojugularmeningkat
g. Takikardia nadi radialis halus, nadi perifer tidak ada atau berkurang
h. Terdengar bunyi gallop S3, S4 atau murmur
i. Distress pernafasan takipnea, ortopnea, hipoksia
j. Perubahan tingkat kesadaran apatis, letargi, semicoma, coma
k. Perubahan kulit pucat, dingin, lembab, sianosis
l. Perubahan suhu tubuh subnormal, meningkat
m. Sangat kehausan
n. Mual, muntah
o. Status ginjal haluaran urine di bawah 20 ml/jam, kreatinin serum meningk
at, nitrogen urea serum meningkat
p. Perubahan EKG perubahan iskemi, disritmia, fibrilasi ventrikel
q. Kenyamanan nyeri dada, nyeri abdominal

2. Pengkjian Primer
a. Airway
Jalan nafas dan prenafasan tetap merupakan prioritas pertama, untuk
mendapatkan oksigenasi yang cukup. Tambahan oksigen diberikan bila perlu
untuk menjaga tekanan O2 antara 80 – 100 mmHg.
b. Breathing
10
Frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi
dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara
napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji
adanya trauma pada dada.
c. Sirkulasi dan kontrol perdarahan
Prioritas adalah : kontrol perdarahan luar, dapatkan akses vena yang cukup
besar dan nilai perfusi jaringan. Perdarahan dan luka eksternal biasanya dapat
dikontrol dengan melakukan bebat tekan pada daerah luka, seperti di kepala, leher
dan ekstremitas. Perdarahan internal dalam rongga toraks dan abdomen pada fase
pra RS biasanya tidak banyak yang dapat dilakukan. PSAG (gurita) dapat dipakai
mengontrol perdaran pelvis dan ekstermitas inferior, tetapi alat ini tidak boleh
mengganggu pemasangan infus. Pembidaian dan spalk-traksi dapat membantu
mengurangi perdarahan pada tulang panjang.
d. Disability – Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis singkat yang dilakukan adalah menentukan
tingkat kesadaran, pergerakkan bola mata dan reaksi pupil, fungsi motorik dan
sensorik. Data ini diperlukan untuk menilai perfusi otak.
3. Pengkajian Sekunder
a. Identitas pasien
Pada anamnesis, pasien mungkin tidak bisa diwawancara sehingga riwayat
sakit mungkin hanya didapatkan dari keluarga, atau orang yang mengetahui
kejadiannya

b. Keluhan utama
Klien dengan syok mengeluh sulit bernafas, mengeluh muntah dan mual,
kejang-kejang.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Riwayat trauma (banyak perdarahan)
2) Riwayat penyakit jantung (sesak nafas)
3) Riwayat infeksi (suhu tinggi)
4) Riwayat pemakaian obat ( kesadaran menurun setelah memakan obat)
d. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien sbelumnya pernah mengalami penyakit yang sama
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah kelarga ada yang pernah mengalami sakit yang sama seperti klien
sebelumnya.
f. Pemeriksaan Fisik
11
1) Kulit: suhu raba dingin (hangat pada syok septik hanya bersifat sementara,
karena begitu syok berlanjut terjadi hipovolemia), Warna pucat (kemerahan
pada syok septik, sianosis pada syok kardiogenik dan syok hemoragi
terminal)dan Basah pada fase lanjut syok (sering kering pada syok septik).
2) Tekanan darah: Hipotensi dengan tekanan sistole < 80 mmHg (lebih tinggi
pada penderita yang sebelumnya mengidap hipertensi, normal atau meninggi
pada awal syok septik)
3) Status jantung : Takikardi, pulsus lemah dan sulit diraba
4) Status respirasi : Respirasi meningkat, dan dangkal (pada fase kompensasi)
kemudian menjadi lambat (pada syok septik, respirasi meningkat jika kondisi
menjelek)
5) Status Mental: Gelisah, cemas, agitasi, tampak ketakutan. Kesadaran dan
orientasi menurun, sopor sampai koma.
6) Fungsi Ginjal: Oliguria, anuria (curah urin < 30 ml/jam, kritis.
7) Fungsi Metabolik: Asidosis akibat timbunan asam laktat di jaringan (pada awal
syok septik dijumpai alkalosis metabolik, kausanya tidak diketahui). Alkalosis
respirasi akibat takipnea
8) Sirkulasi: Tekanan vena sentral menurun pada syok hipovolemik, meninggi
pada syok kardiogenik
9) Keseimbangan Asam Basa : Pada awal syok pO2 dan pCO2 menurun
(penurunan pCO2 karena takipnea, penurunan pO2 karena adanya aliran pintas
di paru)
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah (Hb, Hmt, leukosit, golongan darah), kadar elektrolit, kadar ureum,
kreatinin, glukosa darah.
2) Analisa gas darah
3) EKG

D. Pengelolaan syok
Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk memperbaiki
perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan mempertahankan suhu tubuh. Tindakan
ini tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat
diberikan pengobatan kausal.
Segera berikan pertolongan pertama sesuai dengan prinsip resusitasi ABC. Jalan nafas (A
= air way) harus bebas kalau perlu dengan pemasangan pipa endotrakeal. Pernafasan (B =
breathing) harus terjamin, kalau perlu dengan memberikan ventilasi buatan dan pemberian

12
oksigen 100%. Defisit volume peredaran darah (C = circulation) pada syok hipovolemik
sejati atau hipovolemia relatif (syok septik, syok neurogenik, dan syok anafilaktik) harus
diatasi dengan pemberian cairan intravena dan bila perlu pemberian obat-obatan inotropik
untuk mempertahankan fungsi jantung atau obat vasokonstriktor untuk mengatasi
vasodilatasi perifer.
Segera menghentikan perdarahan yang terlihat dan mengatasi nyeri yang hebat, yang juga
bisa merupakan penyebab syok. Pada syok septik, sumber sepsis harus dicari dan
ditanggulangi.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebagai pertolongan pertama dalam menghadapi
syok:
1. Posisi Tubuh
a. Posisi tubuh penderita diletakkan berdasarkan letak luka. Secara umum posisi
penderita dibaringkan telentang dengan tujuan meningkatkan aliran darah ke
organ-organ vital.
b. Apabila terdapat trauma pada leher dan tulang belakang, penderita jangan
digerakkan sampai persiapan transportasi selesai, kecuali untuk menghindari
terjadinya luka yang lebih parah atau untuk memberikan pertolongan pertama
seperti pertolongan untuk membebaskan jalan napas.
c. Penderita yang mengalami luka parah pada bagian bawah muka, atau penderita
tidak sadar, harus dibaringkan pada salah satu sisi tubuh (berbaring miring)
untuk memudahkan cairan keluar dari rongga mulut dan untuk menghindari
sumbatan jalan nafas oleh muntah atau darah. Penanganan yang sangat penting
adalah meyakinkan bahwa saluran nafas tetap terbuka untuk menghindari
terjadinya asfiksia.
d. Penderita dengan luka pada kepala dapat dibaringkan telentang datar atau
kepala agak ditinggikan. Tidak dibenarkan posisi kepala lebih rendah dari
bagian tubuh lainnya.
e. Kalau masih ragu tentang posisi luka penderita, sebaiknya penderita
dibaringkan dengan posisi telentang datar.
f. Pada penderita-penderita syok hipovolemik, baringkan penderita telentang
dengan kaki ditinggikan 30 cm sehingga aliran darah balik ke jantung lebih
besar dan tekanan darah menjadi meningkat. Tetapi bila penderita menjadi
lebih sukar bernafas atau penderita menjadi kesakitan segera turunkan kakinya
kembali.
13
2. Pertahankan Respirasi
a. Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan, bila ada sekresi atau muntah.
b. Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan nafas
(Gudel/oropharingeal airway).
c. Berikan oksigen 6 liter/menit
d. Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan pompa
sungkup (Ambu bag) atau ETT.
3. Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi, tekanan
darah, warna kulit, isi vena, produksi urin, dan (CVP).

E. Resusitasi cairan
1. Pengertian
Resusitasi cairan adalah pemberian terapi cairan intra vena dengan cepat. Resusitasi
cairan dan elektrolit merupakan usaha pemulihan kembali volume serta komposisi
cairan dan elektrolit tubuh dalam kondisi yang normal. Gangguan Cairan dan elektrolit
termasuk suatu kegawatan yang apabila tak tertangani dengan baik, adekuat, dan cepat
dapat menyebabkan kematian.
2. Tujuan
Melakukan resusitasi cairan adalah pengembalian volume sirkulasi yang efektif
dan adekuat , volume yang dibutuhkan sesuai dengan masalah klinis.
a. Kebijakan
Dilakukan pada pasien dengan risiko syok hipovolemik
b. Penyebab utama
Penyebab utama gangguan cairan dan elektrolit adalah diare, muntah-muntah,
peritonitis, ileus obstruktif, puasa, terbakar, atau karena perdarahan yang hebat.
c. Pembagian cairan tubuh
Secara anatomis cairan tubuh terbagi atas:
1) Cairan intraseluler = 40 % BB
2) Cairan transeluler = 2%
3) Cairan ekstraseluler= 20 %BB, yang terdiri dari:
a) Cairan interstitiel = 15%
b) Cairan intravaskuler = 5%

Insesible water loss Suhu normal Cuaca Panas Sesudah latihan


yg berat dan lama

14
Kulit 350 cc 350 cc 350 cc

Saluran napas 350 cc 250 cc 650 cc

Urine 1400 cc 1200 cc 500 cc

Keringat 100 cc 1400 cc 5000 cc

Feces 100 cc 100 cc 1000 cc


Total 2300 cc 3300 cc 6500 cc

Hilangnya air oleh difusi lewat kulit dan oleh evaporasi dari respirasi dikenal sebagai
Insesible water Loss/ Estimated Fluid Loss (EFL), sebab tidak diketahui dengan pasti
jumlah air yang menguap dari tubuh kita.

d. Jenis-Jenis Cairan Resusitasi

Cairan intravena terdiri dari:


1) Cairan Kristaloid (2-4 kali perdarahan)
Contoh: NaCl 0.9%, Ringer Laktat, Ringer Asetat (Asering), Dextrose 5%
2) Cairan Koloid (sesuai jumlah perdarahan)
Contoh: Alami : Plasma, Albumin

e. Prinsip dasar terapi cairan dan elektrolit:


Pemahaman tentang anatomi cairan tubuh yang terdiri atas CES dan CIS
dengan komposisi elektrolit yang berbeda
1) Penambahan/pengurangan cairan dan elektrolit ditujukan untuk
mengembalikan volume cairan dan komposisi elektrolit ke batas yang
normal.
2) Pemilihannya didasarkan atas patofisiologi penyakit yang diderita
3) Keberhasilannya dilihat dari pengamatan hemodinamik dan komposisi
elektrolit penderita.
Manajemen cairan adalah penting dan kekeliruan manajemen dapat
berakibat fatal. Untuk mempertahankan keseimbangan cairan maka input cairan
harus sama untuk mengganti cairan yang hilang. Cairan itu termasuk air dan
15
elektrolit. Tujuan terapi cairan bukan untuk kesempurnaan keseimbangan cairan,
tetapi penyelamatan jiwa dengan menurunkan angka mortalitas. Perdarahan yang
banyak (syok hemoragik) akan menyebabkan gangguan pada fungsi
kardiovaskuler. Syok hipovolemik karena perdarahan merupakan akibat lanjut.
Pada keadaan demikian, memperbaiki keadaan umum dengan mengatasi syok
yang terjadi dapat dilakukan dengan pemberian cairan elektrolit, plasma, atau
darah. Untuk perbaikan sirkulasi, langkah utamanya adalah mengupayakan aliran
vena yang memadai. Mulailah dengan memberikan infus Saline atau Ringer
Laktat isotonis. Sebelumnya, ambil darah ± 20 ml untuk pemeriksaan
laboratorium rutin, golongan darah, dan bila perlu Cross test. Perdarahan berat
adalah kasus gawat darurat yang membahayakan jiwa. Jika hemoglobin rendah
maka cairan pengganti yang terbaik adalah tranfusi darah. Resusitasi cairan yang
cepat merupakan landasan untuk terapi syok hipovolemik. Sumber kehilangan
darah atau cairan harus segera diketahui agar dapat segera dilakukan tindakan.
Cairan infus harus diberikan dengan kecepatan yang cukup untuk segera
mengatasi defisit atau kehilangan cairan akibat syok. Penyebab yang umum dari
hipovolemia adalah perdarahan, kehilangan plasma atau cairan tubuh lainnya
seperti luka bakar, peritonitis, gastroenteritis yang lama atau emesis, dan
pankreatitis akut.

F. Evaluasi syok
1. Monitor nilai TTV
2. Status Mental
3. Oksigenasi setiap 5-15 menit sesuai kondisi klien

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

16
Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung daru kemampuan mengenal gejala-
gejala syok mengetahui dan mengantisipasi penyebab syok serta efektivitas dan efisien kerja
kita pada menit-menit pertama pasien mengalami syok.
Syok adalah gangguan system sirkulasi dimana system kardiovaskuler (jantung dan
pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang
memadai yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi di jaringan.

B. Saran
1. Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang nantinya menjadi
seorang perawat professional agar dapat lebih peka terhadap tanda dan gejala ketika
menemukan pasien yang mengalami syok sehingga dapat melakukan pertolongan
segera
2. Mahasiswa dapat melakukan tindakan-tindakan emergency untuk melakikan
pertolongan segera kepada pasien yang mengalami syok

DAFTAR PUSTAKA

Eliastam,Michael. 2005. Buku Saku Penuntun Kedaruratan Medis. EGC: Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai