1
Ketika Tathagatha telah mencapai Penerangan Sempurna, Beliau sejenak berpikir
demikian: “Meninggalkan nafsu-nafsu dan berada dalam ketenangan adalah
kemenangan yang terbesar. Duduk, bermeditasi dan menaklukan Mara si
penggoda.”
BAGIAN I
Hyang Buddha bersabda: “Bagi mereka yang telah meninggalkan keluarga dan
menjalankan kebhishuan, dapat mengendalikan pikirannya dan mengenal hakekat
pikirannya, memahami Asamskerta Dharma disebut Sramana. Dengan
melaksanakan 250 Pratimoksa dan sungguh-sungguh melaksanakan Sila dan
Samadhi, melatih diri dengan Catvari Arya Satyani, tercapailah tingkat Arhat yang
dapat terbang di angkasa dan mengubah bentuk dirinya, berusia tak terbatas
panjangnya dan dihormati oleh para dewa. Sebelumnya adalah tingkat Anagamin
2
setelah meninggal sukmanya akan mencapai di atas alam Sorga ke 19, kemudian
mencapai tingkat Arhat.
Sebelumnya lagi adalah tingkat Sakrdagamin yang melalui satu kali kelahiran akan
mencapai tingkat Arhat.
Yang pertama adalah tingkat Srotapana yang setelah lahir kembali tujuh kali akan
mencapai tingkat Arhat. Seseorang yang telah memutuskan nafsu-nafsu
keinginannya, bagaikan seorang yang telah memutuskan kaki dan tangannya,
sehingga tidak dapat dimanfaatkan lagi.”
BAGIAN II
BAGIAN III
Hyang Buddha bersabda: “Dia yang mencukur rambut, kumis dan jenggotnya dan
menjadi Sramana serta melaksanakan Dharma; menjauhkan segala macam harta
kekayaan, meminta makan dan menerima apa yang diberikan, makan sehari sekali
3
sebelum lewat tengah hari, tidur di bawah pohon, hendaknya tidak ada lagi
keinginan-keinginan lain. Sesungguhnya yang membuat manusia menjadi bodoh
adalah keinginan yang kuat dan hawa nafsu.”
BAGIAN IV
BAGIAN V
Hyang Buddha bersabda: “Bila seseorang melakukan banyak kesalahan dan tidak
merasa menyesal dan segera menghentikan pikiran jahatnya, maka akibat-akibat
buruk akan berkumpul pada dirinya, bagaikan air yang mengalir ke laut, semakin
hari semakin luas dan dalam. Bila seseorang telah berbuat kesalahan dan
mengetahui kesalahannya lalu memperbaikinya dan akibat-akibat buruknya akan
lenyap bagaikan orang sakit setelah mengeluarkan keringat, penyakitnya akan
4
berangsur-angsur sembuh.”
BAGIAN VI
Hyang Buddha bersabda: “Seseorang yang jahat bila mendengar hal-hal kebaikan
ia akan datang mengganggu, kalian harus tenang, jangan terpancing oleh emosi dan
menegurnya. Orang yang berbuat keonaran dan kejahatan akan menerima
akibatnya sendiri.”
BAGIAN VII
5
BAGIAN VIII
BAGIAN IX
Hyang Buddha bersabda: “Banyak mendengarkan dan suka pada Jalan Kebenaran.
Jalan Kebenaran malah sukar dijumpai. Dengan tekad yang bulat melaksanakan
Jalan Kebenaran, maka hasilnya akan besar sekali.”
BAGIAN X
Hyang Buddha bersabda: “Melihat orang lain memberi dana, lalu memberi
dorongan agar ia merasa gembira, akan memperoleh keberkahan yang maha
besar.”
Seorang Sramana bertanya: “Apakah jasa-jasa kebajikan tersebut akan habis?”
Hyang buddha menjawab: “Bagaikan api dari sebuah obor, walau datang ratusan
sampai ribuan orang mengambil api dari obor tersebut memasak dan penerangan;
obor itu tetap menyala seperti semula, demikian pula jasa kebaikan dari perbuatan
6
tersebut.”
BAGIAN XI
Hyang Buddha bersabda: “Daripada memberi dana makan kepada seratus orang
jahat, lebih baik memberi makan kepada seorang yang saleh. Daripada memberi
makan kepada seribu orang yang saleh, lebih baik memberi makan kepada seorang
yang melaksanakan Pancasila. Daripada memberi makan kepada sepuluh ribu
pelaksana Pancasila, lebih baik memberi makan kepada seorang Srotapana.
Daripada memberi makan kepada sejuta Srotapana, lebih baik memberi makan
kepada seorang Sakrdagamin. Daripada memberi makan kepada sepuluh juta
Sakrdagamin, lebih baik memberi makan kepada seorang Anagamin. Daripada
memberi makan kepada seratus juta Anagamin, lebih baik memberi makan kepada
seorang Arhat. Daripada memberi makan kepada satu milyar Arhat, lebih baik
memberi makan kepada seorang Pratyeka Buddha. Daripada memberi makan
kepada sepuluh milyar Pratyeka Buddha, lebih baik memberi makan kepada
seorang Bodhisatva yang telah mencapai tingkat Buddha. Daripada memberi
makan kepada sepuluh milyar Bodhisatva yang telah mencapai tingkat Buddha,
lebih baik memberi makan kepada seorang yang tidak ada keinginan lagi, tidak ada
kemelekatan lagi, tidak ada yang perlu dilatih lagi, dan tidak ada yang perlu
dicapai lagi.”
7
BAGIAN XII
8
20. Sukar untuk menggunakan cara yang mudah dan bijaksana untuk menerangkan
Dharma.
BAGIAN XIII
Seorang Sraman bertanya kepada Hyang Buddha: “Dengan sebab musabab apa
orang dapat mengetahui masa kehidupannya yang lalu serta menemukan jalan
kesadaran?”
Hyang Buddha berkata: “Dengan mensucikan pikiran serta bertekad untuk maju,
seseorang dapat menemukan jalan kesadaran. Bagaikan membersihkan sebuah
cermin, setelah debunya bersih makan jernihlah cerminnya, dengan melenyapkan
nafsu dan tiada yang diingini lagi, dapat mengetahui masa kehidupannya yang lalu.
BAGIAN XIV
9
BAGIAN XV
BAGIAN XVI
Hyang Buddha bersabda: “Orang yang dibelenggu oleh nafsu keinginan rendah
adalah orang yang tidak dapat melihat Jalan Kebenaran. Bagaikan kolam air jernih
yang diaduk dengan tangan dan banyak orang yang berada di sana tapi tak seorang
pun yang dapat melihat bayangan wajahnya dengan jelas. Oleh karena itu orang
yang dipengaruhi oleh nafsu keinginan rendah, pikirannya menjadi keruh, maka
tidak akan dapat menemukan Jalan Kebenaran. Wahai para Sramana! Hendaknya
jauhkanlah diri kalian dari nafsu keinginan yang rendah! Bila kekotoran nafsu
keinginan renda telah dapat dibersihkan, dapatlah kalian menemukan Jalan
Kebenaran.”
10
BAGIAN XVII
BAGIAN XVIII
BAGIAN XIX
Hyang Buddha bersabda: “Melihat langit dan bumi lalu merenungkan ketidak-
kekalan. Melihat kesadaran sebagai Bodhi. Pengetahuan tersebut akan membuat
seseorang dengan cepat memperoleh kesadaran.”
11
BAGIAN XX
Hyang Buddha bersabda: “Dengan menyadari bahwa keempat unsur pada badan
jasmani (yaitu: padat, cair, panas, dan gerak) masing-masing mempunyai nama,
namun tidak memiliki inti ke-aku-an. Sesungguhnya Atman tidak ada, yang ada
hanyalah ilusi belaka.”
BAGIAN XXI
Hyang Buddha bersabda: “Orang yang suka menuruti nafsu keinginannya untuk
mencari nama, namun setelah namanya terkenal, akhirnya meninggal. Orang yang
rakus akan nama tetapi tidak mempelajari Jalan yang menuju kesadaran, hanya
menyia-nyiakan tenaga dan menyibukkan dirinya dengan percuma. Bagaikan dupa
yang dibakar, kendatipun wangi namun akhirnya habis juga terbakar menjadi debu.
Demikianlah api yang dapat membakar dirinya, akan berakibat demikian di
kemudian hari.”
BAGIAN XXII
Hyang Buddha bersabda: “Kekayaan dan nafsu birahi bagi manusia sukar untuk
dilepaskan. Bagaikan madu yang berada di mata pisau yang tajam, tetapi tidak
cukup nikmat untuk mengenyangkan perut, andaikata terjilat oleh anak kecil akan
melukai lidahnya.”
12
BAGIAN XXIII
Hyang Buddha bersabda: “Orang yang terikat oleh istri, anak, serta rumah melebihi
penderitaan orang yang dipenjara. Orang yang dipenjara pada suatu hari akan
dibebaskan, namun orang tidak akan memiliki keinginan untuk berpisah jauh-jauh
dengan anak-istrinya. Oleh karena itu bila sudah tergiur dan terikat oleh nafsu
birahi, maka orang tidak lagi takut akan susah payah kendatipun berhadapan
dengan maut, ia pun tak akan gentar walau terjerumus dalam lumpur namun tetap
dilakukannya. Oleh sebab itu disebut kaum awam. Bila telah dapat menembusi dan
mengatasi hal-hal demikian, dia disebut seorang Arhat (yang telah bebas dari
segala kekotoran batin).”
BAGIAN XXIV
Hyang Buddha bersabda: “Dari semua hawa nafsu, tidak ada yang lebih hebat
daripada nafsu birahi. Nafsu birahi adalah nafsu terbesar dan sukar dikendalikan.
Untung saja hanya ada satu nafsu besar, seandainya ada dua macam nafsu yang
sama besarnya, maka akan sukarlah bagi orang-orang untuk mengenal Jalan
Kebenaran.”
13
BAGIAN XXV
Hyang Buddha bersabda: “Dia yang terbelenggu oleh nafsu keinginan, bagaikan
orang yang membawa obor dan berjalan melawan arah angin, pada akhirnya akan
membakar tangannya sendiri.”
BAGAIAN XXVI
Hyang Buddha bersabda: “Dewa Mara memberikan seorang gadis cantik kepada-
Ku untuk menggoda-Ku. Dan Aku berkata: “Oh! Kantung kulit yang penuh berisi
kotoran, buat apa anda datang kemari, pergilah! Aku tidak membutuhkan kamu!”
Para Dewa semakin hormat kepada-Ku dan bertanyalah tentang Dharma. Aku
menerangkan kepada mereka dan akhirnya mereka mencapai tingkat Srotapana.
BAGIAN XXVII
Hyang Buddha bersabda: “Dia yang mengikuti Jalan Kebenaran bagaikan sebatang
kayu yang terapung di atas air, maju terus mengikuti arus air serta tidak menyentuh
kedua tepi sungai, juga tidak diambil orang, tidak pula dihalangi oleh para dewa
serta tidak diganggu oleh makhluk halus lain; tidak tersangkut oleh alakan air, pun
tidak lapuk. Aku jamin akhinrya kayu tersebut pasti dapat menuju ke laut. Orang
yang belajar Dharma bila tidak terganggu oleh keinginan-keinginan yang rendah,
pun juga tidak tergoda oleh segala macam kesesatan, maju terus dengan ketekunan,
Aku jamin pada akhirnya pasti orang tersebut dapat mencapai Kesadaran (Jalan
14
Kebenaran).”
BAGIAN XXVIII
BAGIAN XXIX
Hyang Buddha bersabda: “Hati-hatilah, hindarkan diri dari meilhat wanita, juga
jangan bercakap-cakap (ngobrol) dengan mereka, bila hendak bicara dengan
mereka, hendaknya dengan pikiran dan pengertian yang benar! Kita kaum Sramana
berada di dunia yang penuh kekotoran ini seharusnya bagaikan sekuntum bunga
teratai di kolam yang tidak ternoda oleh lumpur! Anggaplah yang berusia lanjut
sebagai ibu sendiri, yang lebih tua dari engkau sebagai kakak sendiri, yang lebih
muda dari engkau sebagai adik sendiri dan yang kecil sebagai anak sendiri.
Selamanya berusaha untuk menyelamatkan dan membantu mereka, dengan
demikian pikiran-pikiran jahat akan lenyap.”
15
BAGIAN XXX
Hyang Buddha bersabda: “Bagi mereka yang mengikuti Jalan Kebenaran, bagaikan
seseorang yang mengenakan pakaian yang terbuat dari rumput kering, selamanya
harus menghindari api. Maka seorang siswa harus selalu menjauhkan diri dari
nafsu dan keinginan-keinginan rendah.”
BAGIAN XXXI
Hyang Buddha bersabda: “Ada seseorang yang selalu tidak dapat menahan nafsu
birahinya dan ia ingin memotong alat kelaminnya. Daripada memotong alat
kelamin, lebih baik anda memotong pikiran anda! Pikiran laksana pemimpin
(komandan), bila ia berhenti, dengan sendirinya tidak ada lagi pengiringnya, bila
pikiran sesat itu tidak dihentikan, apa gunanya memotong alat kelamin?”
Untuk itu Hyang Buddha mengucapkan sebuah gatha :
“Kehendak berasal dari keinginan,
Keinginan berasal dari pikiran,
Bila keinginan dan pikiran telah dikuasai,
Tidak ada lagi nafsu dan perbuatan”
Hyang Buddha berkata :”Gatha ini pernah diucapkan oleh Kasyapa Buddha.”
16
BAGIAN XXXII
Hyang Buddha bersabda: “Oleh karena kemelekatan dan keinginan maka timbul
kegelisahan. Dari kegelisahan timbul rasa takut. Bila dapat meningglkan
kemelekatan dan keinginan, apa lagi yang digelisahkan? Apa lagi yang ditakuti?”
BAGIAN XXXIII
BAGIAN XXXIV
Seorang Sramana di malam hari mengulangi sebuah Sutra yang ditinggalkan oleh
Kasyapa Buddha, hatinya sedih dan gelisah, lalu ia ingin menghentikan pembacaan
Sutra tersebut.
Hyang Buddha bertanya: “Sebelum anda menjadi Sramana, apakah pekerjaan
anda?”
Jawab: “Saya senang bermain kecapi.”
17
Hyang Buddha berkata: “Bila tali senar dikendurkan, bagaimana?”
Jawab :”Tidak bersuara.”
“Bila tali senar dikencangkan erat-erat, bagaimana?”
Jawab: “Suaranya akan hilang juga.”
Bila tali senarnya tidak kencang dan tidak kendur, bagaimana?”
Jawab: “Suaranya akan serasi dan beriraman!”
Hyang Buddha bersabda: “Seorang Sramana yang belajar Dharma juga harus
demikian, bila hatinya tenang, Dharma pun dapat dipelajari, bila tergesa-gesa
mempelajari Dharma, akan menyebabkan badan menjadi letih, pikiran akan jadi
gelisah; keinginan untuk belajar akan mengendur, bila sudah mengendur,
kesalahan akan bertambah banyak. Hanya dengan hati yang suci, tenang dan
bahagia, Jalan Kebenaran tidak akan hilang.”
BAGIAN XXXV
Hyang Buddha bersabda: “Bagaikan seorang tukang besi yang menempa besi,
membuang ampas dan tahi besi, akhirnya jadilah sebuah alat. Begitu pula seorang
siswa yang belajar Dharma, membuang kekotoran-kekotoran pikiran dan akhirnya
perbuatannya akan suci bersih.”
BAGIAN XXXVI
Hyang Buddha bersabda: “Seseorang yang tidak terlahir di alam penderitaan dan
terlahir sebagai manusia sungguh sukar. Setelah terlahir sebagai manusia, tidak
ingin terlahir sebagai wanita tetapi ingin menjadi laki-laki, juga sukar. Setelah
dilahirkan sebagai laki-laki, sukar untuk dilahirkan dengan enam indera yang
18
lengkap. Bila memiliki enam indera yang lengkap, sukar pula dilahirkan di
Madyadesa (Negeri yang makmur). Setelah dilahirkan di Madyadesa, sukar untuk
dilahirkan pada zaman Hyang Buddha. Bila dilahirkan pada zaman Buddha, sukar
untuk mendengarkan Dharma. Setelah mendengarkan Dharma, sukar untuk
membangkitkan Bodhicitta. Setelah membangkitkan Bodhicitta, sukar untuk
mencapai seperti bulan melatih diri dan bukan mencapai.”
BAGIAN XXXVII
Hyang Buddha bersabda: “Siswa-Ku kendatipun jauh dari diri-Ku, namun bila
selalu ingat kepada Sila, akhirnya akan memperoleh hasil. Mereka yang selalu di
samping-Ku, walaupun selalu melihat Aku, namun tidak melaksanakan Sila
dengan baik, akan selamanya sukar mencapai hasil.”
BAGIAN XXXVIII
19
Jawab: “Hanya memakan waktu seperti kita bernafas.
Hyang Buddha menjawab: “Baik dan benar! Sesungguhnya anda telah
mengetahuinya.”
BAGIAN XXXIX
BAGIAN XL
BAGIAN XLI
20
Sramana harus menyadari bahwa segala macam nafsu keinginan melebihi
kubangan lumpur, hanya dengan sepenuh hati mengingat Dharma, baru dapat
terbebas dari penderitaan.”
BAGIAN XLII
21