TULISKAN KOMPOSISI FORMULA SEDIAAN SUSPENSI DAN JELASKAN
KEGUNAANNYA MASING-MASING (PENJELASAN HARUS DIKAITKAN DENGAN TEORI ANTARMUKA)
1. Komposisi formula yang harus diperhatikan dalam suspensi oral
1. Sifat fisika dari agen teraupetik a. Ukuran partikel Jika suatu agen teraupetik memiliki rata-rata ukuran partikel (diameter partikel) yang tinggi, makan besar kemungkinan untuk terjadi sedimentasi. (Jones. 2009: 33). Besarnya ukuran partikel, memungkinkan juga terjadinya pembentukan kristal. Dimana peristiwa kristalisasi ini terbentuk dari tidak larutnya suatu obat yang kemudian dapat terjadi tegangan pada permukaan antarpartikel yang lebih besar, maka dari itu ditingkatkannya diameter tersuspensi dalam obat tersebut (agen teraupetik). (jones. 2009: 33-34). b. Sifat pembasah dari agen teraupetik Partikel obat yang tidak larut disebut hidrofobik maka dari itu mungkin sulit untuk dibasahi. Untuk membasahi sepenuhnya dengan sudut kontak, yaitu sudut dimana antarmuka cairan/uap dengan permukaan padatan harus rendah. Maka dari itu, penurunan tegangan antarmuka antara zat pembawa dengan udara dan padatan dengan pembawa dapat menurunkan sudut kontak. Maka dari itu, diberikan zat tambahan pada suspensi yaitu surface- active agents atau surfactan untuk menurunkan tegangan antarmuka. (Jones. 2009: 34) Serbuk mula-mula harus dibasahi dahulu dengan apa yang disebut dengan “zat pembasah” agar serbuk tersebut lebih bisa dipenetrasi oleh medium dispersi. Alkohol, gliserin, dan cairan higroskopis digunakan sebagai zat pembasah bila suatu pembawa air akan digunakan sebagai fase dispersi. Bahan-bahan tersebut berfungsi menggantikan udara di celah-celah partikel, mendispersikan partikel tersebut dan kemudian menyebabkan terjadinya penetrasi medium dispersi ke dalam serbuk. (Ansel. 2008: 362) 2. Excipient yang digunakan dalam pembuatan suspensi a. Pembawa Dalam sediaan oral, secara umum menurut USP digunakan aquadest sebagai bahan pembawa. Dengan penambahan aquadest , mungkin sebagai larutan buffer yang dapat mengatur pH pada formulasi. Selain itu, dapat juga digunakan asam sitrat/natrium sitrat sebagai larutan buffer pada suspensi oral. (jones. 2009: 35) b. Excipient yang dapat meningkatkan stabilitas suspensi 1) Penambahan elektrolit Elektrolit dapat digunakan untuk mengontrol flokulasi degan menurunkan zeta potensial dan sehingga antarpartikel dapat saling tolak-menolak. Sistem buffer yang mengandung elektrolit dan menyebabkan zeta potensial menjadi negatif dapat mencegah terjadinya caking. (Jones. 2009: 35) 2) Surfaktan (Surface-active agent) Surfaktan yang tepat dalam konsentrasi yang sesuai memperbaiki dispersi dengan mengurangi tegangan antarmuka. (Lachman. 2008: 1004). Konsentrasi surfaktan yang disarankan pada sediaan farmasi suspensi bergantung pada sifat fisika bahan dari partikel dispersi (contohnya zeta potensial). Konsentrasi yang biasa digunakan untuk pembuatan suspensi oral yaitu kurang dari 0,5% b/v. (Jones. 2009: 36) Surfaktan dapat berpengaruh pada stabilitas dari suspensi farmasi, yaitu : a) Pengaruh pada zat pembasah Surfaktan dapat menurunkan sudut kontak dari partikel yang tidak larut, membantu zat pembasah untuk membasahi partikel yang tidak larut. Sehingga menghasilkan produk yang homogen dan menurunkan agregasi. (Jones. 2009: 36) b) Pengaruh pada flokulasi Surfaktan, ionik dan anionik keduanya dapat berinteraksi dengan partikel tersuspensi dan bersifat magnituda pada zeta potensial. Untuk suspensi oral surfaktan non-ionik biasanya lebih sering digunakan, contohnya polyoxyethylene fatty acid sorbitan esters, sorbitan esters atau Lecithin. Surfaktan yang bersifat ionik tidak digunakan karena memiliki sifat toksisitas yang tinggi pada suspensi oral. (Jones. 2009: 36) 3) Polimer hidrofilik Polimer hidrofilik secara umum digunakan untuk meningkatkan stabilitas fisik dan berefek pada sifat aliran dari suspensi oral. (Jones. 2009: 36) a) Pengaruh pada stabilitas fisik suspensi Polimer hidrofilik dapat diabsorbsi menuju antarmuka partikel tersuspensi pada suspensi. Terdapat dua kemampuan polimer hidrofilik yang dipengaruhi oleh, (Jones. 2009: 36) 1. Konsentrasi polimer Berefek pada tingkat penyerapan lapisan polimer pada antarmuka partikel hal ini bertujuan untuk mengatur flokulasi. (Jones. 2009: 36) 2. Jenis polimer Pertama jenis polimer yang dicampurkan dengan ionik, berefek pada tegangan antarmuka partikel dan hubungan dengan polimer. Kedua jenis polimer yang dicampurkan dengan pembawa yang larut, akan meningkatkan viskositas yang dapat menurunkan derajat sedimentasi, dengan kata lain, meningkatkan stabilitas suspensi. (Jones. 2009: 36) b) Pengaruh pada rheologi (aliran) suspensi Seperti dikatakan sebelumnya, peningkatan konsentrasi pada jenis polimer bersama dengan pembawa yang larut akan meningkatkan viskositas pada sistem. Pada polimer dengan konsentrasi rendah (<0,01%) akan menimbulkan aliran newton, dimana shearing stress dan rate of shearnya seimbang. Sebaliknya jika konsentrasi tinggi akan menimbulkan aliran pseudoplastik. (Jones. 2009: 37) 3. Pengawet Suspensi oral biasanya sediaan non-steril, dimana memungkinkan adanya pertumbuhan bakteri pada jenis sediaan ini. Sehingga digunakan pengawet untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme. Biasanya pengawet yang digunakan dalam suspensi oral yaitu turunan paraben dan asam organik (asam benzoat). Namun, dalam pemilihan pengawet perludiperhatikan bahan-bahan yang dapat menurunkan stabilitas dari suspensi. (Jones. 2009: 39) 4. Pemanis dan perasa Digunakan untuk memberikan rasa pada suspensi sehingga pasien mudah untuk mengonsumsi dan menutupi rasa yang kurang disukai pada pasien. Biasanya digunakan pemanis sukrosa, glukosa cair, glyserol, sorbitol, aspartame dan saccharin sodium. (Jones. 2009: 40) 5. Antioksidan Digunakan untuk meningkatkan stabilitas kimia pada agen teraupetik, dimana dapat mengalami reaksi oksidasi. Biasanya digunakan sodium sulfit, sodium metabisulfit, asam askorbat, dll. (Jones. 2009: 40) DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press: Jakarta
Jones, David. 2009. FastTrack Pharmaceutics – Dosage Form and Design. PP
Pharmaceutical Press: London
Lachman, Leon. 2008. Teori Praktek Farmasi Industri. UI Press: Jakarta