Anda di halaman 1dari 4

Dinda Firdasari

70100116051

Farmasi A

TULISKAN KOMPOSISI FORMULA SEDIAAN SUSPENSI DAN JELASKAN


KEGUNAANNYA MASING-MASING (PENJELASAN HARUS DIKAITKAN
DENGAN TEORI ANTARMUKA)

1. Komposisi formula yang harus diperhatikan dalam suspensi oral


1. Sifat fisika dari agen teraupetik
a. Ukuran partikel
Jika suatu agen teraupetik memiliki rata-rata ukuran partikel (diameter
partikel) yang tinggi, makan besar kemungkinan untuk terjadi sedimentasi.
(Jones. 2009: 33). Besarnya ukuran partikel, memungkinkan juga
terjadinya pembentukan kristal. Dimana peristiwa kristalisasi ini terbentuk
dari tidak larutnya suatu obat yang kemudian dapat terjadi tegangan pada
permukaan antarpartikel yang lebih besar, maka dari itu ditingkatkannya
diameter tersuspensi dalam obat tersebut (agen teraupetik). (jones. 2009:
33-34).
b. Sifat pembasah dari agen teraupetik
Partikel obat yang tidak larut disebut hidrofobik maka dari itu mungkin
sulit untuk dibasahi. Untuk membasahi sepenuhnya dengan sudut kontak,
yaitu sudut dimana antarmuka cairan/uap dengan permukaan padatan harus
rendah. Maka dari itu, penurunan tegangan antarmuka antara zat pembawa
dengan udara dan padatan dengan pembawa dapat menurunkan sudut
kontak. Maka dari itu, diberikan zat tambahan pada suspensi yaitu surface-
active agents atau surfactan untuk menurunkan tegangan antarmuka.
(Jones. 2009: 34)
Serbuk mula-mula harus dibasahi dahulu dengan apa yang disebut dengan
“zat pembasah” agar serbuk tersebut lebih bisa dipenetrasi oleh medium
dispersi. Alkohol, gliserin, dan cairan higroskopis digunakan sebagai zat
pembasah bila suatu pembawa air akan digunakan sebagai fase dispersi.
Bahan-bahan tersebut berfungsi menggantikan udara di celah-celah
partikel, mendispersikan partikel tersebut dan kemudian menyebabkan
terjadinya penetrasi medium dispersi ke dalam serbuk. (Ansel. 2008: 362)
2. Excipient yang digunakan dalam pembuatan suspensi
a. Pembawa
Dalam sediaan oral, secara umum menurut USP digunakan aquadest
sebagai bahan pembawa. Dengan penambahan aquadest , mungkin sebagai
larutan buffer yang dapat mengatur pH pada formulasi. Selain itu, dapat
juga digunakan asam sitrat/natrium sitrat sebagai larutan buffer pada
suspensi oral. (jones. 2009: 35)
b. Excipient yang dapat meningkatkan stabilitas suspensi
1) Penambahan elektrolit
Elektrolit dapat digunakan untuk mengontrol flokulasi degan
menurunkan zeta potensial dan sehingga antarpartikel dapat saling
tolak-menolak. Sistem buffer yang mengandung elektrolit dan
menyebabkan zeta potensial menjadi negatif dapat mencegah
terjadinya caking. (Jones. 2009: 35)
2) Surfaktan (Surface-active agent)
Surfaktan yang tepat dalam konsentrasi yang sesuai memperbaiki
dispersi dengan mengurangi tegangan antarmuka. (Lachman. 2008:
1004).
Konsentrasi surfaktan yang disarankan pada sediaan farmasi suspensi
bergantung pada sifat fisika bahan dari partikel dispersi (contohnya
zeta potensial). Konsentrasi yang biasa digunakan untuk pembuatan
suspensi oral yaitu kurang dari 0,5% b/v. (Jones. 2009: 36)
Surfaktan dapat berpengaruh pada stabilitas dari suspensi farmasi,
yaitu :
a) Pengaruh pada zat pembasah
Surfaktan dapat menurunkan sudut kontak dari partikel yang tidak
larut, membantu zat pembasah untuk membasahi partikel yang
tidak larut. Sehingga menghasilkan produk yang homogen dan
menurunkan agregasi. (Jones. 2009: 36)
b) Pengaruh pada flokulasi
Surfaktan, ionik dan anionik keduanya dapat berinteraksi dengan
partikel tersuspensi dan bersifat magnituda pada zeta potensial.
Untuk suspensi oral surfaktan non-ionik biasanya lebih sering
digunakan, contohnya polyoxyethylene fatty acid sorbitan esters,
sorbitan esters atau Lecithin. Surfaktan yang bersifat ionik tidak
digunakan karena memiliki sifat toksisitas yang tinggi pada
suspensi oral. (Jones. 2009: 36)
3) Polimer hidrofilik
Polimer hidrofilik secara umum digunakan untuk meningkatkan
stabilitas fisik dan berefek pada sifat aliran dari suspensi oral. (Jones.
2009: 36)
a) Pengaruh pada stabilitas fisik suspensi
Polimer hidrofilik dapat diabsorbsi menuju antarmuka partikel
tersuspensi pada suspensi. Terdapat dua kemampuan polimer
hidrofilik yang dipengaruhi oleh, (Jones. 2009: 36)
1. Konsentrasi polimer
Berefek pada tingkat penyerapan lapisan polimer pada
antarmuka partikel hal ini bertujuan untuk mengatur flokulasi.
(Jones. 2009: 36)
2. Jenis polimer
Pertama jenis polimer yang dicampurkan dengan ionik, berefek
pada tegangan antarmuka partikel dan hubungan dengan
polimer. Kedua jenis polimer yang dicampurkan dengan
pembawa yang larut, akan meningkatkan viskositas yang dapat
menurunkan derajat sedimentasi, dengan kata lain,
meningkatkan stabilitas suspensi. (Jones. 2009: 36)
b) Pengaruh pada rheologi (aliran) suspensi
Seperti dikatakan sebelumnya, peningkatan konsentrasi pada jenis
polimer bersama dengan pembawa yang larut akan meningkatkan
viskositas pada sistem. Pada polimer dengan konsentrasi rendah
(<0,01%) akan menimbulkan aliran newton, dimana shearing stress
dan rate of shearnya seimbang. Sebaliknya jika konsentrasi tinggi
akan menimbulkan aliran pseudoplastik. (Jones. 2009: 37)
3. Pengawet
Suspensi oral biasanya sediaan non-steril, dimana memungkinkan adanya
pertumbuhan bakteri pada jenis sediaan ini. Sehingga digunakan pengawet
untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme. Biasanya pengawet yang
digunakan dalam suspensi oral yaitu turunan paraben dan asam organik (asam
benzoat). Namun, dalam pemilihan pengawet perludiperhatikan bahan-bahan
yang dapat menurunkan stabilitas dari suspensi. (Jones. 2009: 39)
4. Pemanis dan perasa
Digunakan untuk memberikan rasa pada suspensi sehingga pasien mudah
untuk mengonsumsi dan menutupi rasa yang kurang disukai pada pasien.
Biasanya digunakan pemanis sukrosa, glukosa cair, glyserol, sorbitol,
aspartame dan saccharin sodium. (Jones. 2009: 40)
5. Antioksidan
Digunakan untuk meningkatkan stabilitas kimia pada agen teraupetik, dimana
dapat mengalami reaksi oksidasi. Biasanya digunakan sodium sulfit, sodium
metabisulfit, asam askorbat, dll. (Jones. 2009: 40)
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press: Jakarta

Jones, David. 2009. FastTrack Pharmaceutics – Dosage Form and Design. PP


Pharmaceutical Press: London

Lachman, Leon. 2008. Teori Praktek Farmasi Industri. UI Press: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai