Anda di halaman 1dari 2

2.4.

Gejala

1. Hipotermia Ringan (34-36oC)


Gejala yang terjadi pada penderita hipotermia ringan adalah menggigil secara
hebat, terutama pada ekstremitas; sulit berjalan dan berbicara; mengalami
pernapasan dengan frekuensi lebih dari 24 kali per menit (takipnea); denyut jantung
berdetak lebih cepat daripada denyut jantung normal (takikardi); pernapasan cepat
dan biasanya dangkal (hiperventilasi); berkemih terus-menerus karena “cold
diuresis”.
2. Hiportemia Sedang (28-32oC)
Gejala yang dialami penderita hipotermia sedang adalah nadi berkurang,
pernapasan pelan dan dangkal, berhenti menggigil, refleks melambat, kehilangan
daya untuk mengenal lingkungan (disorientasi), gangguan pada detak jantung atau
irama jantung (aritmia).
3. Hipotermia Berat (<28oC)
Gejala pada penderita hipotermia berat adalah tekanan darah menjadi rendah
(hipotensi), nadi lemah, edema paru, koma, aritmia ventrikel, dan henti jantung.

2.5. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilkakukan agar tidak terjadinya hipotermia adalah sebelum
mendaki, pendaki wajib untuk mempersiapkan fisik. Persiapan fisik dilakukan agar dapat
meningkatkan stamina, daya tahan otot yang baik, kekuatan fisik, mental bagi pendaki, serta
memiliki kualitas Volume O2 Maksimum (VO2 Max) yang baik. Hal ini perlu untuk mengatasi
perbedaan kadar oksigen saat berada di ketinggian. Lalu kita juga perlu memperhatikan
perlengkapan perjalanan sesuai dan selengkap mungkin. Untuk pakaian dianjurkan menggunakan
pakaian yang dapat menjaga udara hangat tetap bertahan disekitar kulit, namun membiarkan
keluarnya keringat tubuh secara terus menerus. Lalu perhatikan makanan apa yang harus
disiapkan saat mendaki, karena seorang pendaki membutuhkan sekitar 5000 kalori dan 70 gram
protein setiap harinya. Dianjurkan untuk memakan makanan yang mengandung karbohidrat
karena karbohidrat adalah sumber tenaga paling utama. Pendakipun juga harus meminum air yang
cukup agar menjaga keseimbangan air dalam tubuh.
Dalam menghadapi bahaya obyektif seperti hujan dan angin kencang, pendaki dapat
menimalisasi dengan perlengkapan jas hujan yang dapat melindungi dari angin atau dingin yang
dapat memicu terjadinya hipotermia. Dan yang paling penting dari mendaki adalah pendaki harus
mengetahui teknik mendaki gunung yang baik dan benar, karena jika tidak pendaki akan
kehilangan energi, cepat lelah, dan dapat mengurangi keseimbangan.

2.6. Penanggulangan
Korban dengan hipotermia ringan (≥33 oC ) yang ditemukan dilingkungan yang dingin,
prioritas pertama adalah untuk mencari kemungkinan adanya cedera lain. Prioritas kedua
adalah untuk meningkatkan suhu inti pasien menjadi normal, sebelum dan selama perjalanan
ke rumah sakit. Pasien harus pindah ke sebuah tenda atau tempat kering lainnya untuk
menghindari angin dingin yang kencang, pakaian yang basah harus segera dilepaskan, berikan
api atau kehangatan disiketar pasien,. Deteksi nadi dan suhu tubuh mencakup rektal,
esophageal, atau membran timpani.
Pertolongan untuk pendaki yang mengalami hipotermia dimulai dengan penilaian
primer seperti jalan napas, pernapasan, sirkulasi, dan jika diperlukan RJP (Resusitasi Jantung
Paru).
a. Pengkajian secara cepat tentang ABCDE
1. Airway: tindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah menilai kelancaran
jalan napas yang dapat disebabkan oleh benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur
mandibula atau maksila, fraktur larinks atau trachea.
2. Breathing: jalan napas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik, pertukaran
gas yang terjadi pada saat bernapas mutlak untuk pertukaran oksigen dan
mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang
baik dari paru, dinding, dada dan diafragma.
3. Circulation: menilai keadaan dinamika dari aliran darah dengan observasi tingkat
kesadaran, warna kulit, nadi dan tekanan darah. Mengontrol pendarahan segera
mungkin apabila terjadi pendarahan pada bagian eksternal, internal, rongga thoraks,
rongga abdomen, fraktur pelvis dan fraktur tulang panjang.
4. Disability: menilai kesadaran, ukuran dan reaksi pupil.
5. Exposure: membuka seluruh pakaian untuk evaluasi penderita, menjaga penderita
untuk tidak kedinginan dengan memberikan selimut dan membawa penderita ke
ruangan yang lebih hangat.
b. Pasien dengan hipotermia sedang, dapat diatasi dengan cara memindahkannya dari
lingkungan dingin ke tempat yang lebih hangat dan menggunakan selimut
c. Pasien dengan hipotermia berat, sebaiknya dipantau dengan pulse oxymetri
d. Perhatikan jalan napas, pernapasan, dan jantung. bila tidak ada gangguan
kardiovaskular, penghangatan aktif eksternal dapat diterapkan (radiasi panas, selimut
hangat, immersi air hangat, dan objek yang dipanaskan) dengan cairan intravena dan
oksigen yang dihangatkan.

http://repository.unimus.ac.id/860/3/BAB%20II.pdf
http://repository.ump.ac.id/189/3/BAB%20II_Wahyu%20Tri%20W..pdf
Kurniawan, Ehwan. 2014. Panduan Mendaki Gunung, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai