Anda di halaman 1dari 4

DIOPANTUS

Diophantus ialah seseorang yang menemukan variabel penulisan aljabar dan arithmetika.
Sejarah cenderung menempatkan Diophantus hidup sekitar tahun 250 pada abad ke-3.
Diperkirakan Diophantus seorang matematikawan Yunani yang bermukim di Iskandaria.
Diophantus menulis Arithmetica, yang mana isinya merupakan pengembangan aljabar yang
dilakukan dengan membuat beberapa persamaan.

Semasa hidupnya Diophantus menulis tiga buah karya. Akan tetapi Arithmetica adalah
karyanya yang terkenal. Arithmetica adalah suatu pembahasan analitis tentang teori bilangan
yang isinya merupakan pengembangan aljabar yang dilakukan dengan membuat persamaan.
Persamaan-persamaan tersebut dikenal sebagai Diophantine Eqution (Persamaan Diophantus).
Meskipun merupakan karangan dalam bidang aljabar tetapi susunan dalam Arithmetica tidak
secara sistematik operasi-operasi aljabar, fungsi-fungsi aljabar atau solusi terhadap persamaan-
persamaan aljbar. Persamaan-persamaan tersebut disebut persamaan Diophantin, digunakan pada
matematika sampai sekarang.

Susunan dalam Arithmetica tidak secara sistimatik operasi-operasi aljabar, fungsi-fungsi


aljabar atau solusi terhadap persamaan-persamaan aljabar. Di dalamnya terdapat 150 problem,
semua diberikan lewat contoh-contoh numerik yang spesifik, meskipun barangkali metode secara
umum juga diberikan. Sebagai contoh, persamaan kuadrat mempunyai hasil dua akar bilangan
positif dan tidak mengenal akar bilangan negatif. Diophantus menyelesaikan problem-problem
menyangkut beberapa bilangan tidak diketahui dan dengan penuh keahlian menyajikan banyak
bilangan-bilangan yang tidak diketahui.

Contoh: Diketahui bilangan dengan jumlah 20 dan jumlah kuadratnya 208; angka bukan
diubah menjadi x dan y, tapi ditulis sebagai 10 + x dan 10 – x (dalam notasi modern).
Selanjutnya, (10 + x)² + (10 - x)² = 208, diperoleh x = 2 dan bilangan yang tidak diketahui adalah
8 dan 12.

Dalam Arithmetica, meski bukan merupakan buku teks aljabar akan tetapi didalamnya
terdapat problem persamaan x² = 1 + 30y² dan x² = 1 + 26y², yang kemudian diubah menjadi
“persamaan Pell” x² = 1 + py²; sekali lagi didapat jawaban tunggal, karena Diophantus adalah
pemecah problem bukan menciptakan persamaan dan buku itu berisikan kumpulan problem dan
aplikasi pada aljabar. Problem Diophantus untuk menemukan bilangan x, y, a dalam persamaan
x² + y² = a² atau x³ + y³ = a³, kelak mendasari Fermat mencetuskan TTF (Theorema Terakhir
Fermat). Prestasi ini membuat Diophantus seringkali disebut dengan ahli aljabar dari
Babylonia dan karyanya disebut dengan aljabar Babylonia.

*) Misal umur x, sehingga x = 1/6x + 1/12x + 1/7x + 5 + ½x + 4 akan diperoleh x = 84, umur
Diophantus.

Sumbangsih
Seringkali disebut dengan ”Bapak” aljabar Babylonia. Karya-karyanya tidak hanya mencakup
tipe material tertentu yang membentuk dasar aljabar modern; bukan pula mirip dengan aljabar
geometri yang dirintis oleh Euclid.

Diophantus mengembangkan konsep-konsep aljabar Babylonia dan merintis suatu bentuk


persamaan sehingga bentuk persamaan seringkali disebut dengan persamaan Diophantine
(Diophantine Equation) menunjuk bahwa Diophantus cukup memberi sumbangsih bagi
perkembangan matematika.

Sumber : http://www.mate-mati-kaku.com/matematikawan/diophantus.html

Persamaan diophantine adalah persamaan bersuku banyak. Diophantine menyatakan bahwa


“Suatu persamaan linear Diophantine ax+by = c dengan a,b dan c bilangan bulat mempunyai
penyelesaian bilangan bulat jika dan hanya jika GCD(a,b) membagi habis c.

Contoh Persamaan diophantine : ax + by = c : 2x + 4y = 26.

Persamaan linear diophantine ax+by= c mempunyai penyelesaian jika dan hanya jika gcd(a,b)
membagi c. Jadi, c merupakan kelipatan dari gcd(a,b).

PAPPUS

Riwayat

Pappus lahir dan meninggal di Alexandria. Diketahui bahwa dia meneruskan karyanya kepada
Hermodorus, Pandrosion dan Megethion. Ada praduga bahwa Hermodorus adalah anaknya.
Pappus mempunyai teman seorang filsuf, bernama Hierius, yang diketahui menyarankan agar
Pappus mempelajari problem-problem matematika, tapi selebihnya tidak ada yang diketahui.

Diophantus, barangkali dapat disebut sebagai seorang penerus tradisi matematika Yunani. Para
pemikir dan matematikawan Yunani tidak dapat membangkitkan kembali dari masa kejayaan
mereka. Tidak ada lagi karya spektuler sepeninggal Euclid, Archimedes dan Apollonius. Pappus
yang hidup berkisar pada tahun 320 mencoba membangkitkan kembali lewat kompilasi karya-
karya sebelumnya dengan judul Mathematical Collection (Synagoge) yang menjadi tonggak bagi
perkembangan matematika selanjutnya.

Karya Pappus

Karya Pappus tentang geometri dirangkum dalam Buku berjudul Kumpulan matematikal
(Collection) yang terdiri – seperti Euclid – dalam 8(delapan) buku/bagian.
Beberapa pokok-pokok penting dicoba dijabarkan di bawah ini.

Buku III dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama, membahas problem menemukan
perbandingan proposional antara dua garis lurus tertentu; bagian kedua, membahas konstruksi
aritmatika, geometrik dan perbandingan harmonik; bagian ketiga, berisikan kumpulan paradoks-
paradoks geometrikal yang dikatakan oleh Pappus diambil dari karya Erycinus. Tidak ada yang
mengetahui secara tepat karya Erycinus; bagian keempat, berisikan lima bentuk polyhendra yang
digambarkan dalam bentuk ruang.

Dalam buku ini pula terdapat bahasan tentang kehebatan geometri Yunani klasik. Di sini
dilakukan pemilahan antara problem-problem: “ruang”, “benda” (solid) dan “garis” (linear) –
pertama, berkutat dengan menggambar lingkaran dan garis lurus; kedua, penyelesaian dengan
menggunakan potongan-potongan kerucut dan yang terakhir merupakan membutuhkan kurva-
kurva bukan hanya garis, lingkaran dan kerucut lagi.

Buku IV berisi bentuk-bentuk kurva termasuk di sini adalah bentuk spiral dari Archimedes dan
kuadratrik dari Hippias. Sekaligus berisi metode-metode pembagian menjadi tiga seksi dan
pengenalan tipe-tipe kurva. Terdapat tiga *) kategori problem dalam geometri yang disebut
dengan “plane”, “solid” dan “linear.”

Setiap problem mempunyai penyelesaian yang tepat. Jangan menggunakan pola garis lurus untuk
menyelesaikan problem pada bidang. Begitu pula problem ruang tidak dapat diselesaikan dengan
menggunakan pola garis lurus atau bidang.

Buku V diawali dengan bagaimana lebah membangun sarangnya (bentuk segi enam). Bahasan
Pappus tentang hasil penelitian disimpulkan dalam buku ini, seperti yang dinyatakan:

Lebah ternyata mengetahui bahwa bentuk segi enam (heksagon) lebih besar daripada persegi
panjang atau segitiga. Sarang lebah ternyata mampu menyimpan lebih banyak madu yang dibuat
oleh lebah dengan bahan yang sama. Dapat disimpulkan bahwa makin dengan panjang sisi sama,
maka bentuk dengan jumlah sudut makin banyak mempunyai isi makin besar dan yang paling
besar adalah lingkaran.

Lebah membangun sarang bukan dalam bentuk persegi, segi tiga atau prima. Buku ini juga
berisikan problem tentang isoperimeter, termasuk peragaan bahwa lingkaran mempunyai luas
lebih besar dibandingkan dengan poligon bentuk apapun. Pokok pikiran ini seperti karya
Zenodorus (± 180 SM). Dalam buku ini juga terdapat penemuan Archimedes tentang bentuk
polyhendra (bidang dengan tiga belas sisi) yang sering disebut dengan bidang-bidang (solids)
Archimedes.

Buku VI dan buku VII merangkum buku-buku matematikawan lain seperti: Throdosius,
Autolycus, Aristarchus, Euclid, Apollonius, Aristaeus dan Eratoshenes. Buku VI menyinggung
astronomi dan diberi sub-judul Little Astronomy banyak mengandung perbedaan dengan Greater
Astronomy (Almagest) dari Ptolemy.

Buku VI berisi aplikasi matematika dalam astronomi, optik dan mekanika.

Buku VII tentang sejarah matematika. Melalui generalisasi, Pappus hampir menemukan prinsip
dasar geometri analitik. Mempelopori generalisasi problem yang terkait dengan berbagai jenis
kurva tipe baru. Disebut dengan problem Pappus yang menyebut tiga atau empat garis seperti
halnya Euclid atau Apollonius.

Buku VII, didalamnya terdapat problem Pappus. Di sini terdapat gambaran lengkap tentang apa
yang disebut dengan metode analisis dan kumpulan karya-karyanya yang disebut dengan
Treasury of Analysis. Pappus memberi penjelasan bahwa analisis sebagai “suatu metode” yang
dibedakan dengan sintesis. Dari gambaran yang diberikan Pappus, kita mengetahui bahwa pada
Conics dari Apollonius terdapat 487 theorema. Dalam tujuh buku pertama berisikan 382
proposisi dan pada buku ke delapan yang hilang terdapat 105 proposisi.

Buku VIII adalah aplikasi matematika pada bidang astronomi, optik dan mekanika.

Koleksi dari Pappus adalah makalah matematika kuno yang berisikan upaya dari pengarangnya
untuk menghidupkan kembali geometri, namun tidak berhasil.

Anda mungkin juga menyukai