Disusun Oleh :
Dosen :
DR.Syaifuddin M.Si
JAKARTA
2018
DAFTAR ISI
BAB 1 ................................................................................................................................. 4
BAB 2 ................................................................................................................................. 6
2
BAB 3 ................................................................................................................................. 17
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Studi kasus merupakan salah satu jenis pendekatan kualitatif yang menelaah
sebuah “kasus” tertentu dalam konteks atau setting kehidupan nyata kontemporer.
Studi kasus lebih berfokus pada kasus tertentu, peneliti didorong untuk mencari suatu
kasus yang kemudian dianalisis terkait dengan mitos atau yang terjadi di lokasi
penelitian. Pertanyaan riset yang bisa diajukan adalah bagaimana respon masyarakat
atau responden dan informan setempat. Untuk menjawabnya, peneliti dituntut untuk
melakukan analisis.
4
1.3 Tujuan Makalah
5
BAB 2
PEMBAHASAN
6
2.2 Ciri Khas Studi Kasus
Berdasarkan pendapat Yin (2003a, 2009); VanWynsberghe dan Khan (2007); dan
Creswell (2003. 2007) secara lebih terperinci, karakteristik penelitian studi kasus
dapat dijelaskan sebagai berikut:
7
bahwa penelitian studi kasus bukanlah suatu pilihan metoda penelitian, tetapi
bagaimana memilih kasus sebagai obyek atau target penelitian. Pernyataan ini
menekankan bahwa peneliti studi kasus harus memahami bagaimana
menempatkan obyek atau target penelitiannya sebagai kasus di dalam
penelitiannya.
Kasus itu sendiri adalah sesuatu yang dipandang sebagai suatu sistem kesatuan
yang menyeluruh, tetapi terbatasi oleh kerangka konteks tertentu (Creswell,
2007). Sebuah kasus adalah isu atau masalah yang harus dipelajari, yang akan
mengungkapkan pemahaman mendalam tentang kasus tersebut, sebagai suatu
kesatuan sistem yang dibatasi, yang melibatkan pemahaman sebuah peristiwa,
aktivitas, proses, atau satu atau lebih individu. Melalui penelitian studi kasus,
kasus yang diteliti dapat dijelaskan secara terperinci dan komprehensif,
menyangkut tidak hanya penjelasan tentang karakteristiknya, tetapi juga
bagaimana dan mengapa karakteristik dari kasus tersebut dapat terbentuk.
8
kontekstualnya. Dengan kata lain, penelitian studi kasus meneliti kehidupan
nyata, yang dipandang sebagai kasus. Kehidupan nyata itu sendiri adalah suatu
kondisi kehidupan yang terdapat pada lingkungan hidup manusia baik sebagai
individu maupun anggota kelompok yang sebenarnya.
9
suatu diskusi. Sedangkan catatan lapangan dan artefak merupakan hasil dari
pengamatan atau obervasi lapangan. Catatan dokumen merupakan hasil
pengumpulan berbagai dokumen yang berupa berbagai bentuk data sekunder,
seperti buku laporan, dokumentasi foto dan video.
Pada penelitian studi kasus, teori digunakan baik untuk menentukan arah,
konteks, maupun posisi hasil penelitian. Kajian teori dapat dilakukan di bagian
depan, tengah dan belakang proses penelitian. Pada bagian depan, teori digunakan
untuk membangun arahan dan pedoman di dalam menjalankan kegiatan
penelitian. Secara khusus, pada bagian ini, teori dapat dipergunakan untuk
membangun hipotesis, seperti halnya yang dilakukan pada paradigma deduktif
atau positivistik (VanWynsberghe dan Khan, 2007; Eckstein, 2002; Lincoln dan
Guba, 2000). Pada bagian tengah, teori dipergunakan untuk menentukan posisi
temuan-temuan penelitian terhadap teori yang ada dan telah berkembang
(Creswell, 2003, 2007). Sedangkan pada bagian belakang, teori dipergunakan
untuk menentukan posisi hasil keseluruhan penelitian terhadap teori yang ada dan
telah berkembang (Creswell, 2003, 2007).
Melalui pemanfaatan teori tersebut, peneliti studi kasus dapat membangun teori
yang langsung terkait dengan kondisi kasus yang ditelitinya. Kesimpulan
10
konseptual dan teoritis yang dibangun melalui penelitian studi kasus dapat lebih
bersifat alamiah, karena sifat dari kasus yang alamiah seperti apa adanya tersebut.
1. Studi kasus intrinsik (intrinsic case study), apabila kasus yang dipelajari
secara mendalam mengandung hal-hal yang menarik untuk dipelajari berasal
dari kasus itu sendiri, atau dapat dikatakan mengandung minat intrinsik
(intrinsic interest).
2. Studi kasus intrumental (intrumental case study), apabila kasus yang
dipelajari secara mendalam karena hasilnya akan dipergunakan untuk
memperbaiki atau menyempurnakan teori yang telah ada atau untuk
menyusun teori baru. Hal ini dapat dikatakan studi kasus instrumental, minat
untuk mempelajarinya berada di luar kasusnya atau minat eksternal (external
interest).
3. Studi kasus kolektif (collective case study), apabila kasus yang dipelajari
secara mendalam merupakan beberapa (kelompok) kasus, walaupun masing-
masing kasus individual dalam kelompok itu dipelajari, dengan maksud untuk
mendapatkan karakteristik umum, karena setiap kasus mempunyai ciri
tersendiri yang bervariasi.
11
haruslah masuk akal, sehingga dapat diselesaikan dengan batas waktu dan
sumbersumber yang tersedia
2. Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi
yang lebih dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan
analisis dokumentasi. Peneliti sebagai instrurnen penelitian, dapat
menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan
penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang berbeda secara serentak.
3. Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi,
mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat
dikelola. Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi
hal-hal umum guna menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi
secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data
dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah
semua data terkumpul atau setelah selesai dan lapangan.
4. Perbaikan (refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam
pendekatan studi kasus hendaknya dilakukan penvempurnaan atau penguatan
(reinforcement) data baru terhadap kategori yang telah ditemukan.
Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan
dan barangkali harus membuat kategori baru, data baru tidak bisa
dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada.
5. Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah
dibaca, dan mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas,
sehingga rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh informasi penting.
Laporan diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus
kehiclupan seseorang atau kelompik
12
2.6 Kelebihan dan Kelemahan Studi Kasus
Dalam melakukan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus, terdapat
kelebihan dan kekurangan pada metode penelitian studi kasus yang diantaranya :
1. Studi kasus mampu mengungkap hal-hal yang spesifik, unik dan hal-hal yang
amat mendetail yang tidak dapat diungkap oleh studi yang lain. Studi kasus
mampu mengungkap makna di balik fenomena dalam kondisi apa adanya atau
natural.
2. Studi kasus tidak sekedar memberi laporan faktual, tetapi juga memberi
nuansa, suasana kebatinan dan pikiran-pikiran yang berkembang dalam kasus
yang menjadi bahan studi yang tidak dapat ditangkap oleh penelitian
kuantitatif yang sangat ketat.
Dari kacamata penelitian kuantitatif, studi kasus dipersoalkan dari segi validitas,
reliabilitas dan generalisasi. Namun studi kasus yang sifatnya unik dan kualitatif tidak
dapat diukur dengan parameter yang digunakan dalam penelitian kuantitatif, yang
bertujuan untuk mencari generalisasi.
Dalam penelitian studi kasus salah satu tugas yang paling menantang adalah
menentukan suatu studi kasus yang patut diteladani. Meskipun tak ada bukti langsung
yang cukup tersedia, beberapa pemikiran menampilkan suatu cara yang bisa dipakai
kesimpulan.
13
Studi kasus yang bagus melampaui prosedur metodologis yang telah diteliti.
Terdapat lima karakteristik umum dari suatu studi kasus yang patut diteladani
dideskripsikan berikut ini ;
Karekteristik umum yang pertama ini mungkin berada diluar target. Jika seorang
peneliti mempunyai akses “situs” hanya sedikit, atau jika sumber-sumbernya sangat
terbatas, studi kasus yang dihasilkan mungkin hanya terbatas pada topik yang
bersignifikansi sedang. Situasi ini tidak akan membawa ke studi kasus yang patut
diteladani. Namun demikian bila terdapat pilihan studi kasus yang diharapkan
mungkin masih bisa dicapai dimana :
Karekter ini sangat sulit dijelaskan secara opersional. Namun demikian, perasaan
lengkap dalam pengerjaan studi kasus sama pentingnya dengan penetapan rangkaian
lengkap pada eksperimentasi laboratorium. Kesemuanya merupakan masalah
penetapan batas upaya tetapi, pedoman untuk itu hanya sedikit sekali.
Untuk studi kasus, kelengkapan dapat dikarekteristikan pada sedikitnya tiga cara.
14
2. Mencakup pengumpulan bukti. Studi kasus yang lengkap harus
menunjukkan secara meyankinkan bahwa peniliti mempertaruhkan upaya
yang melelahkan dalam pengumpulan bukti yang relavan, seperti catatan-
catatan kaki apendiks dan semacamnya.
3. Mempermasalahkan ketiadaan kondisi buatan tertentu. Studi kasus tidak
akan lengkap jika studi kasus tersebut berakhir hanya karena sumber-
sumbernya jenuh. Peneliti kehabisan waktu, atau karena dia menemukan
kendala non penelitian lainnya.
Studi kasus yang patut diteladani adalah yang secara bijaksana dan efektif
menyajikan bukti yang paling mendukung agar pembaca dapat memperoleh catata
Selektivitas ini tidaklah berarti bahwa bukti harus dinyatakan secara menyimpang
– misalnya, dengan hanya memasukkan bukti yang mendukung konklusi peneliti.
Sebaliknya bukti tersebut harus disajikan secara netral dengan data yang mendukung
ataupun yang menantang. Selektivitas bukti yang paling penting adalah tidak
memberantakan dengan informasi mendukung yang sekunder. Selektivitas semacam
ini menuntut banyak disiplin dari peneliti, yang biasanya ingin menyajikan
keseluruhan dasar bukti mereka dengan harapan bahwa volume atau bobot yang
ringan akan menggoncangkan keyakinan pembaca.
15
Tujuan lainnya ialah menyajikan bukti yang mencukupi untuk mencapai
kemantapan pembaca bahwa peniliti “mengetahui” bidangnya. Akhirnya, penampilan
bukti yang memadai harus diikuti oleh beberapa indikasi yang diperhatikan peneliti
tentang validitas bukti yang bersangkutan.
Untuk laporan tertulis, ini berarti gaya penulisan yang jelas, tetapi terus menerus
merangsang pembaca untuk melanjutkan bacaannya. Tulisan baik ialah tulisan yang
“memikat mata” jika anda membaca tulisan semacam itu maka anda tidak akan ingin
meninggalkannya, tetapi akan terus membaca paragraf demi paragraf, halaman demi
halaman hingga lelah.
BAB 3
PENUTUP
16
3.1 Kesimpulan
Penetitian studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar
atau satu orang, subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa
tertentu yang diteliti secara mendalam. Studi kasus ini memiliki beberapa cirri-ciri
atau karakteristik, yaitu diantaranya (1) menempatkan obyek penelitian sebagai kasus,
(2) memandang kasus sebagai fenomena yang bersifat kontemporer, (3) dilakukan
pada kondisi kehidupan sebenarnya, (4) menggunakan berbagai sumber data, (5)
menggunakan teori sebagai acuan penelitian.
Terdapat tiga jenis studi kasus, yaitu studi kasus intrinsik, studi kasus intrumental,
dan studi kasus kolektif. Dalam penelitian studi kasus ini, ada beberapa langkah yang
harus kita lakukan agar proses penelitian ini dapat terlaksana atau menjadi penelitian
yang baik. Langkah – langkah penelitian studi kasus yaitu pemilihan kasus –
pengumpulan data – analisis data – perbaikan – penulisan laporan
DAFTAR PUSTAKA
17
Creswell, John. 2015. Penelitian Kualitatif dan Desain Riset. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Yin, Robert. 2015. Studi Kasus Desain dan Mode. Jakarta: Raja Grafindo Persada
http://waskitamandiribk.wordpress.com/2010/06/29/pedoman-penelitian-
kualitatif-studi-kasus/
18