PENDAHULUAN
Tubuh manusia terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian yang padat dan
bagian yang cair. Bagian padat terdiri dari tulang, kuku, otot, dan jaringan yang lain.
Sedangkan bagian yang cair berupa cairan intraselular dan ekstraselular. Cairan
sebanyak 15%. Cairan antarsel khusus disebut cairan transeluler, seperti cairan
Elektrolit utama dalam cairan ekstraseluler adalah natrium dan klorida, sedangkan
elektrolit utama dalam cairan intraseluler adalah kalium, magnesium, kalsium, dan
fosfat. Cairan dan elektrolit sangat dibutuhkan oleh sel-sel dalam tubuh agar dapat
menjaga dan mempertahankan fungsinya, sehingga tercipta kondisi yang sehat pada
tubuh manusia.1
Cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Komposisi cairan dan elektrolit di dalam tubuh sudah diatur sedemikian
rupa agar keseimbangan fungsi organ vital dapat dipertahankan. Apabila terjadi
pengaruh pada yang lainnya. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam
ekskresi keringat yang berlebih pada kulit, pengeluaran cairan yang tidak disadari
tubuh. Dalam keadaan tersebut, pasien perlu diberikan terapi cairan agar volume
penanganan pasien kritis. Selain dapat mengganti cairan yang hilang, terapi cairan
mencukupi kebutuhan per hari, mengatasi syok, dan mengatasi kelainan akibat terapi
lain. Administrasi terapi cairan melalui intravena adalah salah satu rute terapi yang
paling umum dan penting dalam pengobatan pasien bedah, medis dan sakit kritis.3
hemodinamik pada tubuh cukup sulit. Karena pemilihannya tergantung pada jenis dan
komposisi elektrolit dari cairan yang hilang. Meskipun kesalahan terapi cairan jarang
dilaporkan, namun disebutkan satu dari lima pasien dengan terapi cairan dan elektrolit
intravena menderita komplikasi atau morbiditas karena pemberian terapi cairan yang
tidak tepat. 3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Komponen terbesar tunggal dari tubuh adalah air. Air tubuh total atau total
body water (TBW) adalah persentase dari berat air dibagi dengan berat badan total,
yang bervariasi berdasarkan kelamin, umur, dan kandungan lemak yang ada di dalam
tubuh presentasenya dapat berubah tergantung pada umur, jenis kelamin, dan derajat
obesitas seseorang. Pada bayi usia < 1 tahun, cairan tubuh adalah sekitar 80-85%
berat badan, dan pada bayi usia > 1 tahun mengandung air sebanyak 70-75%. Seiring
angsur turun, yaitu pada laki-laki dewasa 50-60% berat badan, pada wanita dewasa
dewasa berkisar antara 45-75% dari berat badan. Kisaran ini tergantung pada tiap
individu yang memiliki jumlah jaringan adipose yang berbeda, yang mana jaringan
ini hanya mengandung sedikit air. TBW pada wanita lebih kecil dibanding dengan
laki-laki dewasa pada umur yang sama, karena struktur tubuh wanita dewasa yang
umumnya lebih banyak mengandung jaringan lemak. TBW pada neonatus lebih
tinggi yaitu sekitar 70-80% berat badan Untuk beberapa alasan, obesitas serta
3
peningkatan usia akan menurunjkan jumlah kandungan total air tubuh TBW dibagi
dalam 2 komponen utama yaitu cairan intraseluler (CIS) dan cairan ekstra seluler
(CES). 4
ekstraseluler (20% BB). Ruang ekstraseluler meliputi ruang interstitial (15% BB) dan
ruang intravaskuler berisi sel-sel darah dan plasma, cairan intravaskuler (5% BB),
serta ruang serebrospinal berisi cairan serebrospinal. Terdapat ruang-ruang lain yang
juga termasuk di dalam ruang ekstraseluler yang disebut ruang ketiga (third space).
Cairan dalam ruang ketiga ini dalam keadaan normal dapat diabaikan isinya, seperti
1. Cairan intraselular
4
Cairan intraseluler merupakan cairan yang terkandung di dalam sel. Cairan
intraseluler berjumlah sekitar 40% dari berat badan. Pada cairan intraseluler memiliki
ion kalium dan fosfat dalam jumlah besar, ion magnesium dan sulfat dalam jumlah
sedang, ion klorida dan natrium dalam jumlah kecil, dan hampir tidak ada ion
kalsium. Sel juga memiliki protein dalam jumlah besar, hampir lebih dari empat kali
Merupakan cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa, sekitar
dua pertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraseluler, sebaliknya pada bayi,
2. Cairan ekstraselular
Jumlah relatif cairan ekstraselular menurun seiring dengan bertambahnya usia,
yaitu sampai sekitar sepertiga dari volume total pada dewasa. Cairan ekstraselular
terbagi menjadi cairan interstitial dan cairan intravaskular. Cairan interstitial adalah
cairan yang mengelilingi sel dan termasuk cairan yang terkandung diantara rongga
tubuh seperti serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresi
saluran pencernaan, sekitar 11-12 liter pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk
pembuluh darah, rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6 liter dimana 3
liternya merupakan plasma, sisanya terdiri dari eritrosit, leukosit, dan platelet.
Pada orang dewasa normal, rata-rata asupan air setiap harinya adalah 2500 ml,
yang termasuk kira-kira 300 ml sebagai produk sampingan dari metabolisme substrat
energi. Rata-rata kehilangan cairan per hari adalah 2500 ml dimana 1500 ml di urin,
5
400 ml dievaporasi saluran pernafasan, 400 ml di evaporasi kulit, 100 ml di keringat,
dan 100 ml di feses. Penguapan sangat diperlukan untuk pengaturan suhu karena
pada komponen cairan dan volume sel akan memicu kerusakan fungsi yang serius,
natrium dan distribusi koloid terutama albumin. Osmolalitas dikontrol oleh intake
cairan dan regulasi ekskresi air oleh ginjal. Ada 2 jenis bahan yang terlarut didalam
a. Elektrolit
Elektrolit ialah molekul yang pecah menjadi partikel bermuatan listrik yaitu
kation dan anion, yang dinyatakan dalam mEq/L cairan. Tiap kompartemen
6
HCO3- 25 27 7
(Sumber: Campbell I: Physiology of fluid balance. Anaesth Intensive Care Med 7:462-465
2006.). 6
b. Non elektrolit
Non elektrolit ialah molekul yang tetap, tidak berubah menjadi partikel-partikel,
Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara, mengganti defisit cairan dalam
Pembedahan dengan anestesia memerlukan puasa pada saat sebelum dan sesudah
cairan saat puasa sebelum dan sesudah prosedur pembedahan, mengganti kebutuhan
rutin saat prosedur pembedahan, mengganti perdarahan yang terjadi dan mengganti
10 kg pertama 4 mL/kgBB/jam
10–20 kg berikutnya tambahkan 2 mL/kgBB/jam
setiap kg di atas 20 kg tambahkan 1 mL/kgBB/jam
7
Setiap kehilangan yang abnormal seperti diare atau polyuria
b) Penurunan terhadap kebutuhan cairan harian diantaranya yaitu :
Hipotermi ( kebutuhannya menurun 12% setiap 10 C, jika suhu <370 C )
Kelembaban lingkungan yang sangat tinggi
Oliguria atau anuria
Hampir tidak ada aktivitas
Retensi cairan misal gagal jantung.
2.2 Terapi Cairan
elektrolit merupakan hal yang umum terjadi pada pasien dengan tindakan bedah.
operasi, pemberian obat sebelum proses operasi dan restriksi cairan sebelum
operasi.4,5,9
Terapi cairan adalah salah satu terapi yang sangat menentukan keberhasilan
fluid treatment”) dalam bantuan hidup lanjut, merupakan langkah penting yang
merupakan langkah “life saving” pada pasien yang menderita kehilangan cairan yang
kelompok, yaitu:
1. Cairan Pemeliharaan4,5,9
8
Jumlah cairan yang dibutuhkan selama 24 jam, ditujukan untuk menggantikan
air yang hilang lewat urine, tinja, paru dan kulit. Jumlah kehilangan air tubuh ini
berbeda sesuai dengan umur. Tujuan saat memberikan cairan perawatan rutin adalah
untuk menyediakan cukup cairan dan elektrolit untuk memenuhi insensible losses
glukosa salin, ringer laktat/asetat, NaCl 0,9% hanya untuk rumatan yang tinggi
kandungan NaCl dari saluran cerna ataupun ginjal, glukosa 5% atau glukosa salin.
Dewasa 1,5-2ml/kg/jam
Anak-anak 2-4 ml/kg/jam
Bayi 4-6 ml/kg/jam
Neonatus 3 ml/kg/jam
Ditujukan untuk mengganti kehilangan air tubuh akibat sekuestrasi atau proses
patologi lain seperti fistula, efusi pleura asites, drainase lambung. Cairan yang
diberikan bersifat isotonik, seperti RL, NaCl 0,9 %, D5RL, D5NaCl. Secara umum,
terapi cairan intravena untuk penggantian harus bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
3. Cairan khusus
9
ditujukan untuk keadaan khusus misalnya asidosis. Cairan yang dipakai seperti
4. Cairan Nutrisi
Cairan nutrisi biasanya digunakan untuk nutrisi parenteral pada pasien yang
tidaak mau makan, tidak boleh makan dan tidak bisa makan peroral. Jenis cairan
nutrisi parenteral pada saat ini sudah dalam berbagai komposisi baik untuk parenteral
parsial atau total maupun untuk kasus penyakit tertentu. Adapun syarat pemberian
merupakan larutan dimana molekul organik kecil dan inorganik dilarutkan dalam air.
Larutan ini ada yang bersifat isotonik, hipotonik, maupun hipertonik. Cairan
kristaloid memiliki keuntungan antara lain : aman, nontoksik, bebas reaksi, dan
10
murah. Adapunkerugian dari cairan kristaloid yang hipotonik dan isotonik adalah
1. Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau dextrose, tidak
mengandung molekul besar. Kristaloid dalam waktu singkat sebagian besar akan
keluar dari intravaskular, sehingga volume yang diberikan harus lebih banyak (2,5-4
kali) dari volume darah yang hilang. Kristaloid mempunyai waktu paruh intravaskuler
selama 30-60 menit sesudah infus dan akan keluar dalam 24-48 jam sebagai
Cairan kristaloid yang paling banyak digunakan adalah normal saline dan
ringer laktat. Cairan kristaloid memiliki komposisi yang mirip cairan ekstraselular.
Karena perbedaan sifat antara kristaloid dan koloid, dimana kristaloid akan lebih
Penggunaan cairan normal salin dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan
11
sering digunakan jika pasien memiliki gula darah yang rendah atau memiliki kadar
Berikut ini tabel beberapa jenis cairan kristaloid dan kandungan masing- masing : 10
Dekstrose Kalori
Nama produk Na+ K+ Mg+ Cl- Laktat
(gr/L) (Kcal/L)
Ringer laktat 130 4 - 109 28 - -
NaCl 0,9% 154 - - 154 - - -
Dextrose 5% - - - - - 27 108
2. Koloid
Cairan koloid disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut
“plasma expander”. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang mempunyai berat
molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung
bertahan agak lama dalam ruang intravaskuler. Koloid dapat mengembalikan volume
plasma secara lebih efektif dan efisien daripada kristaloid, karena larutan koloid
mengekspansikan volume vaskuler dengan lebih sedikit cairan dari pada larutan
kristaloid. Sedangkan larutan kristaloid akan keluar dari pembuluh darah dan hanya
12
onkotik lebih besar daripada plasma akan menarik pula cairan ke dalam ruang
plasma tinggal dalam intravaskular cukup lama (waktu parah koloid intravaskuler 3-6
jam), sehingga volume yang diberikan sama dengan volume darah yang hilang.
Contoh cairan koloid antara lain dekstran, haemacel, albumin, plasma dan darah.4,5,10
A. Albumin
Albumin merupakan larutan koloid murni yang berasal dari plasma manusia.
0
Albumin dibuat dengan pasteurisasi pada suhu 60 C dalam 10 jam untuk
imunodefisiensi. Waktu paruh albumin dalam plasma adalah sekitar 16 jam, dengan
sekitar 90% tetap bertahan dalam intravascular 2 jam setelah pemberian. 4,5,10
B. Dekstran
dekstran sukrose. Dekstran untuk pemakaian klinis tersedia dalam dekstran 70 (BM
70.000) dan dekstran 40 (BM 40.000) dicampur dengan garam faal, dekstrosa atau
Ringer laktat. Dekstran 70% digunakan pada syok hipovolemik dan untuk profilaksis
13
tromboembolisme dan mempunyai waktu paruh intravaskular sekitar 6 jam.
Pemakaian dekstran untuk mengganti volume darah atau plasma hendaknya dibatasi
sampai 1 liter (1,5 gr/kgBB) karena risiko terjadi perdarahan abnormal. Batas dosis
faktor VIII merupakan alasan timbulnya perdarahan yang meningkat. Reaksi alergi
kurang dari 0,02 %. Dekstran 40 hendaknya jangan dipakai pada syok hipovolemik
karena dapat menyumbat tubulus ginjal dan mengakibatkan gagal ginjal akut. 4,5,10
C. Gelatin
Gelatin dibuat dengan jalan hidrolisis kolagen sapi. Preparat yang umum
dipasaran adalah gelatin yang mengalami suksinasi seperti Gelofusin dengan pelarut
NaCL isotonik dengan Kalium 5,1 mmol/l dan Ca 6,25 mmol/ L. Pemberian gelatin
agaknya lebih sering menimbulkan reaksi alergik daripada koloid yang lain. Berkisar
dari kemerahan kulit dan pireksia sampai anafilaksis yang mengancam nyawa.
Gelatin dapat diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal bahkan
14
adalah infark miokard yang masih baru terjadi, gagal jantung kongestif dan syok
normovolemik. 4,5,10
polidisperse yang mempunyai glikogen secara structural. Waktu paruh dari 90%
partikel HES adalah 17 hari. Seperti semua koloid lainnya, kanji hidroksietil juga
berkaitan dengan reaksi anafilaktoid yang ringan dengan kekerapan kira-kira 0,006
(syok hemoragik), cedera (syok traumatik), infeksi (syok septik), kombustio (syok
kombustio). Sedangkan kontra indikasi adalah : Gagal jantung kongestif berat, Gagal
ginjal (kreatinin serum >2 mg/dL dan >177 mikromol/L).Gangguan koagulasi berat
ml/kgBB/hari. 4,5,10
Kristaloid Koloid
Keuntungan Lebih mudah tersedia dan Ekspansi volume plasma
murah tanpa ekspansi interstitial
Komposisi serupa dengan Ekspansi volume lebih besar
Durasi lebih lama
plasma (Ringer asetat/ringer
Oksigenasi jaringan lebih
laktat)
Bisa disimpan di suhu kamar baik
Insiden edema paru dan/atau
Bebas dari reaksi anafilaktik.
Komplikasi minimal edema sistemik lebih rendah
Kekurangan Edema bisa mengurangi 1. Anafilaksis
Ekspansibilitas dinding dada Koagulopati
15
Oksigenasi jaringan Albumin bisa memperberat
terganggu karena depresi miokard pada pasien
bertambahnya jarak kapiler syok
dan sel
Memerlukan volume 4 kali
lebih banyak
Berikut ini tabel yang menunjukkan pilihan cairan pengganti untuk suatu
Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang dapat dilakukan penghitungan untuk
1. Refraktometer
16
Defisit plasma(ml) = (vol.darah normal–(vol.darah normal x nilai Hct
Untuk pemberian terapi cairan dalam waktu yang singkat dapat digunakan
vena-vena di punggung tangan, sekitar pergelangan tangan, lengan bawah atau daerah
kubiti. Pada pasien anak dan bayi sering digunakan daerah punggung kaki, depan
mata kaki dalam, atau pada daerah kepala. Pada pasien neonatus, dapat juga
17
Penggunaan jarum anti karat atau kateter vena berbahan plastic anti
trombogenik pada vena perifer biasanya perlu diganti setiap 1 sampai 3 hari untuk
menghindari infeksi dan macetnya tetesan. Pemberian cairan infus lebih lama dari 3
hari, sebaiknya menggunakan kateter berukuran besar dan panjang yang ditusukan
pada vena femoralis, vena kubiti, vena subklavia, vena jugularis eksterna atau interna
yang ujungnya sedekat mungkin dengan atrium kanan atau di vena cava inferior atau
superior.
Secara umum telah disepakati bahwa pemberian terapi cairan dilakukan melalui
jalur vena, baik vena perifer maupun vena sentral melalui kanulasi tertutup atau
Syarat dari pemilihan kanulasi ini adalah vena di daerah ekstremitas atasm
berikutnya dilanjutkan pada vena bagian ekstremitas bawah. Hindari vena di daerah
kepala karena sangat tidak fiksasinya, sehingga mudah terjadi hematom. Pada bayi
baru lahir, vena umbilikalis bisa digunakan untuk kanulasi terutama dalam keadaan
Terapi cairan pemeliharaan dalam waktu singkat. Apabila lebih dari tiga hari,
harus pindah lokasi vena dan set infus harus diganti pula.
Terapi cairan pengganti dalam keadaan darurat, untuk menganti kehilangan
18
Kanulasi dengan penggunaan jangka panjang, misalnya untuk nutrisiparenteral
total, kanulasi dikalukan melalui vena subklavikula atau vena jugularis interna.
Sedangkan untuk jangka pendek, dilakukan melalui venavena di atas ekstremitas atas
secara tertutup atau terbuka dengan vena seksi. Tujuan dari kanulasi vena sentral ini
tersendiri adalah:
Terapi cairan dan nutrisi pareterla jangka panjang. Terutama untuk cairan nutrisi
parenteral dengan osmolaritas yang tinggi untuk mencegah iritasi pada vena.
Jalur pintas terapi cairan pada keadaan darurat, misalnya cardio vascular, vena
defisiensi cairan yang ada sebelumnya, dan kehilangan darah pada tindakan bedah
umum terjadi pada pasien bedah karena kombinasi dari faktor-faktor preoperatif,
19
Arteriogram atau pyelogram intravena yang memerlukan marker intravena dapat
menyebabkan ekskresi cairan dan elektrolit urin yang tidak normal karena efek
diuresis osmotik.
3. Pemberian obat
Pemberian obat seperti steroid dan diuretik dapat mempengaruhi ekskresi air dan
elektrolit.
4. Preparasi bedah
Enema atau laksatif dapat menyebabkan peningkatan kehilangan air dan
cairan sekitar 300-500 mL. Kehilangan cairan dapat meningkat jika pasien
Induksi anestesi
Kehilangan cairan akibat evaporasi dari luka operasi (biasanya pada luka
Faktor postoperatif :
20
c) Penurunan volume sirkulasi yang efektif
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan menjadi pegangan dalam
tersebut merupakan pengganti cairan yang hilang akibat pembentukan urine, sekresi
gastrointestinal, keringan (lewat kulit) dan pengeluaran lewat paru atau dikenal
dengan insensible water losses. Cairan yang hilang ini pada umumnya bersifat
Hal ini dapat timbul akibat dipuasakannya penderita terutama pada penderita
bedah elektif (sekitar 6-12 jam), kehilangan cairan abnormal yang seringkali
Sebaiknya kehilangan cairan pra bedah ini harus segera diganti sebelum dilakukan
pembedahan.
21
a. Perdarahan
(suction pump).
Dengan cara menimbang kasa yang digunakan sebelum dan setelah
100 – 10 ml.
Kesulitan penaksiran akan bertambah bila pada luka operasi digunakan cairan
pembilas (irigasi) dan banyaknya darah yang mengenai kain penutup, meja operasi
Pada setiap pembedahan selalu terjadi kehilangan cairan yang lebih menonjol
internal. Kehilangan cairan akibat penguapan (evaporasi) akan lebih banyak pada
pembedahan dengan luka pembedahan yang luas dan lama. Sedangkan perpindahan
22
cairan atau lebih dikenal istilah perpindahan ke ruang ketiga atau sequestrasi secara
(ascites) atau ke lumen usus. Akibatnya jumlah cairan ion fungsional dalam ruang
ekstraseluler meningkat. Pergeseran cairan yang terjadi tidak dapat dicegah dengan
cara membatasi cairan dan dapat merugikan secara fungsional cairan dalam
kompartemen ekstraseluler dan juga dapat merugikan fungsional cairan dalam ruang
ekstraseluler.
meningkat.
harus diperhitungkan dan sedapat mungkin segera diganti pada masa pra-bedah
sebelum induksi. Setelah dari sisa defisit yang masih ada diberikan pada jam pertama
23
pembedahan, sedangkan sisanya diberikan pada jam kedua berikutnya. Kehilangan
cairan di ruang ECF ini cukup diganti dengan cairan hipotonis seperti garam
fisiologis, Ringer Laktat dan Dextrose. Pada penderita yang karena penyakitnya tidak
mendapat nutrisi yang cukup maka sebaiknya diberikan nutrisi enteral atau parenteral
lebih dini lagi. Penderita dewasa yang dipuasakan karena akan mengalami
Tujuan dari pemberian cairan selama operasi adalah sebagai koreksi kehilangan
cairan melalui luka operasi, mengganti peredarahan dan mengganti cairan yang hilang
(normovolemia) sehingga resiko terjadinya anemia dapat diatasi. Namun jika terjadi
anemia berat pada pasien dapat diatasi dengan pemberian transfusi darah. Untuk
menentukan jumlah transfuse yang akan diberikan dapat ditentukan dari hematokrit
Jumlah darah yang tertampung di dalam botol penampung atau tabung suction
24
Tambahan berat kasa yang digunakan ( 1 gram = 1 ml darah )
Ditambah dengan factor koreksi sebesar 25% kali jumlah yang terukur
ditambah terhitung (jumlah darah yang tercecer dan melekat pada kain
cairan dan penguapan atau evaporasi). Jenis cairan yang diberikan tergantung kepada
1. Pembedahan yang tergolong kecil dan tidak terlalu traumatis misalnya bedah
ml/kgBB/jam.
3. Pembedahan dengan trauma sedang diberikan cairan sebanyak 2 ml/kgBB/jam
ml/kgBB/jam.
25
Derajat Trauma Jaringan Kebutuhan Cairan Tambahan
ataupun cairan koloid untuk menjaga volume intravascular pada titik di mana bahaya
yang ditimbulkan pada keadaan anemia melebihi resiko dari prosedur transfusi. 8
Pada titik tersebut, kehilangan darah yang lebih lanjut digantikan dengan
transfusi sel darah merah untuk menjaga konsentrasi hemoglobin atau hematokrit.
Pada kebanyakan pasien, titik tersebut terjadi pada saat hemoglobin mencapai angka
7 dan 8 g/dL, atau hematocrit mencapai angka 21–24%. Pada pasien lanjut usia dan
umum digunakan. Batasan yang lebih tinggi dapat bermanfaat jika diperkirakan
sejumlah 3 sampai 4 kali volume kehilangan darah, atau larutan koloid dengan rasio
1:1, sampai titik di mana transfusi perlu diberikan tercapai. Pada titik tersebut, darah
yang hilang digantikan unit demi unit, dengan reconstituted packed red blood cells.
Pasien dalam kondisi yang hematokrit yang normal harus menerima transfusi
hanya jika telah kehilangan darah sebesar lebih dari 10 sampai 20% dari volume
26
2. Estimate the red blood cell volume (RBCV) pada preoperative hematocrit
(RBCVpreop).
3. Estimate RBCV pada kisaran hematokrit 30% (RBCV30%), diasumsikan volume
Neonatus
Premature 95 mL/kg
Cukup bulan 85 mL/kg
Anak 80 mL/kg
Dewasa
Pria 70 mL/kg
Wanita 65 mL/kg
A. 1 unit sel darah merah (PRC = Packed Red Cell) dapat menaikkan kadar
diuresis + 1 ml/kgBB/jam.
27
Pemberian cairan pasca bedah digunakan tergantung dengan masalah yang
a. Dewasa:
Pasien yang diperbolehkan makan/minum pasca bedah, diberikan cairan
pemeliharaann.
Apabila pasien puasa dan diperkirakan < 3 hari diberikan cairan nutrisi dasar
yang mengandung air, eletrolit, karbohidrat, dan asam amino esensial. Sedangkan
apabila diperkirakan puasa > 3 hari bisa diberikan cairan nutrisi yang sama dan
yang terjadi pasca operasi memberikan dampak buruk dalam jangka waktu pendek
atau panjang. Pencegahan angka morbiditas pada pasca operasi adalah kunci untuk
28
BAB III
KESIMPULAN
Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia. Persentase cairan tubuh
tergantung pada usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi seseorang. Seluruh cairan
tubuh tersebut secara garis besar terbagi ke dalam 2 kompartemen, yaitu intraselular
periode sebelum, sesaat, dan setelah operasi. Terapi cairan perioperatif dilakukan
29
mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat, mencegah, dan mengoreksi adanya
defisit cairan.
Pemberian terapi cairan perioperatif dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu pre
operatif, intra operatif, dan post operatif. Cairan kristaloid, cairan koloid, maupun
darah, adalah jenis cairan yang digunakan dalam pemberian terapi cairan. Pemilihan
jenis cairan yang diberikan dibedakan oleh komposisi cairan yang diberikan.
Pemilihan rute pemberian cairan adalah hal yang perlu diperhatikan. Pemilihan rute
cairan.
Dalam pemberian terapi cairan terdapat beberapa komplikasi yang dapat
DAFTAR PUSTAKA
1. Hall, J. E., 2006. Guyton's Textbook of Medical Physiology. 11 ed. Philadelpia:
Massachusetts General Hospital. 3rd ed. US: Lippincott Williams & Wilkins.
2. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Management of Patients with Fluid
Anesthesiology 5th ed. New York: Mc-Graw Hill. 2013; 4 (49): h. 1107 – 40
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Reanimasi. Panduan
30
2009. p. 2-16, 88-149. Available from:
http://janesti.com/uploads/default/files/4.1-full_.pdf
4. Putu D Suta. Terapi Cairan. 2017. Available from URL:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/4edffa59ee1f819fb8d38d
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp content/uploads/2016/10/DASAR-
2018.
6. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Edisi kedua. Bagian Anestesiologi dan
139
7. Morgan GE, Mikhail MS. Clinical Anesthesiology. 4 ed. Appleton & Lange
Stamford. 2006
8. Mulyono I. Jenis-jenis Cairan. Symposium of Fluid and Nutrition Therapy in
https://www.researchgate.net/publication/315997511_Resusitasi_Cairan_dari_Da