PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu Negara yang tidak bisa lepas dari plastik, kepraktisan
dan kemudahan membuat pengunaan plastik sulit berpaling dari bahan ini. Plastik sangat
gampang ditemukan mulai dari kantong plastik, wadah penambung, hingga barang-
barang rumah tangga dan sebagian besar itu terbuat dari bahan plastik. Sayangnya,
pengelolaan sampah plastik belum dilakukan secara bijaksana sehingga berpotensi
memunculkan masalah di kemudian hari.
Saat ini sampah plastik dipandang sebagai sumber daya yang belum
dimanfaatkan, dikatakan sumber daya sebab memiliki potensi untuk dapat
diberdayagunakan. Sampah yang paling sering ditemui diantaranya adalah sampah
plastik, baik itu jenis PET (polyethylene terephthalate), HDPE (High-density
Polyethylene), PVC (Polyvinyl Chloride), LDPE (Low-density Polyethylene), PP
(Polypropylene atau Polypropene), dan PS (Polystyrene). Sampah plastik merupakan
pencemar lingkungan yang sulit untuk terurai atau terurai dalam waktu yang sangat lama
sehingga sangat berpotensi untuk mencemari lingkungan. Sampah plastik dapat didaur
ulang menjadi bentuk lain yang memiliki fungsi berbeda dari fungsi semula, semakin
sering mengalami daur ulang maka sampah plastik akan semakin mengalami penurunan
fungsi, misalkan sampah plastic jenis PET yang biasa ada pada botol atau gelas air
mineral yang merupakan sampah yang banyak ditemukan dilingkungan sehingga
dibutuhkan cara untuk mengatasi agar tidak menumpuk begitu saja dan menjadi sampah
yang merusak lingkungan.
Mengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak termasuk daur ulang
tersier. Merubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak dapat dilakukan dengan
proses cracking (perekahan). Cracking adalah proses memecah rantai polimer menjadi
senyawa dengan berat molekul yang lebih rendah. Hasil dari proses cracking plastik ini
dapat diguna sebagai bahan kimia atau bahan bakar. Ada tiga macam proses cracking
yaitu hidro cracking, thermal cracking dan catalytic cracking
Salah satu cara untuk memanfaatkan limbah plastik tersebut adalah dengan
memanfaatkannya menjadi bahan bakar cair melalui pirolisis. Hal ini dapat dilakukan
karena plastik merupakan bahan yang tersusun atas monomer-monomer yang membentuk
polimer. Pirolisis didefiniskan sebagai degradasi termal dari bahan bakar padat pada
kondisi udara/oksigen terbatas, dimana proses in akan menghasilkan gas, tar, dan char.