Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu Negara yang tidak bisa lepas dari plastik, kepraktisan
dan kemudahan membuat pengunaan plastik sulit berpaling dari bahan ini. Plastik sangat
gampang ditemukan mulai dari kantong plastik, wadah penambung, hingga barang-
barang rumah tangga dan sebagian besar itu terbuat dari bahan plastik. Sayangnya,
pengelolaan sampah plastik belum dilakukan secara bijaksana sehingga berpotensi
memunculkan masalah di kemudian hari.

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pernah mencatat sampah


plastik dari 100 toko atau anggota Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO)
dalam waktu satu tahun sudah mencapai 10,95 juta lembar sampah kantong plastik.
Secara keseluruhan, peningkatan timbunan sampah di Indonesia telah mencapai 175.000
ton per hari atau setara 64 juta ton per tahun. Timbunan sampah ini tentu memerlukan
pengelolaan khusus agar tidak menimbulkan beragam permasalahan.

Saat ini sampah plastik dipandang sebagai sumber daya yang belum
dimanfaatkan, dikatakan sumber daya sebab memiliki potensi untuk dapat
diberdayagunakan. Sampah yang paling sering ditemui diantaranya adalah sampah
plastik, baik itu jenis PET (polyethylene terephthalate), HDPE (High-density
Polyethylene), PVC (Polyvinyl Chloride), LDPE (Low-density Polyethylene), PP
(Polypropylene atau Polypropene), dan PS (Polystyrene). Sampah plastik merupakan
pencemar lingkungan yang sulit untuk terurai atau terurai dalam waktu yang sangat lama
sehingga sangat berpotensi untuk mencemari lingkungan. Sampah plastik dapat didaur
ulang menjadi bentuk lain yang memiliki fungsi berbeda dari fungsi semula, semakin
sering mengalami daur ulang maka sampah plastik akan semakin mengalami penurunan
fungsi, misalkan sampah plastic jenis PET yang biasa ada pada botol atau gelas air
mineral yang merupakan sampah yang banyak ditemukan dilingkungan sehingga
dibutuhkan cara untuk mengatasi agar tidak menumpuk begitu saja dan menjadi sampah
yang merusak lingkungan.

Daur ulang merupakan proses pengolahan kembali barang-barang yang dianggap


sudah tidak mempunyai nilai ekonomis lagi melalui proses fisik maupun kimiawi atau
kedua-duanya sehingga diperoleh produk yang dapat dimanfaatkan atau diperjualbelikan
lagi. Daur ulang (recycle) sampah plastik dapat dibedakan menjadi empat cara yaitu daur
ulang primer, daur ulang sekunder, daur ulang tersier dan daur ulang quarter. Daur ulang
primer adalah daur ulang limbah plastik menjadi produk yang memiliki kualitas yang
hampir setara dengan produk aslinya. Daur ulang cara ini dapat dilakukan pada sampah
plastik yang bersih, tidak terkontaminasi dengan material lain dan terdiri dari satu jenis
plastik saja. Daur ulang sekunder adalah daur ulang yang menghasilkan produk yang
sejenis dengan produk aslinya tetapi dengan kualitas di bawahnya. Daur ulang tersier
adalah daur ulang sampah plastik menjadi bahan kimia atau menjadi bahan bakar. Daur
ulang quarter adalah proses untuk mendapatkan energi yang terkandung di dalam sampah
plastik

Mengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak termasuk daur ulang
tersier. Merubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak dapat dilakukan dengan
proses cracking (perekahan). Cracking adalah proses memecah rantai polimer menjadi
senyawa dengan berat molekul yang lebih rendah. Hasil dari proses cracking plastik ini
dapat diguna sebagai bahan kimia atau bahan bakar. Ada tiga macam proses cracking
yaitu hidro cracking, thermal cracking dan catalytic cracking

Hydrocracking adalah proses cracking dengan mereaksikan plastik


denganhidrogen di dalam wadah tertutup yangdilengkapi dengan pengaduk pada
temperaturantara 423 – 673 K dan tekanan hidrogen 3 – 10 MPa. Dalam proses
hydrocracking ini dibantu dengan katalis. Untuk membantu pencapuran dan reaksi
biasanya digunakan bahan pelarut 1-methyl naphtalene, tetralin dan decalin. Beberapa
katalis yang sudah diteliti antara lain alumina, amorphous silicaalumina, zeolite dan
sulphate zirconia.
Thermal cracking adalah termasuk proses pyrolisis, yaitu dengan cara
memanaskan bahan polimer tanpa oksigen. Proses ini biasanya dilakukan pada
temperature antara 350°C sampai 900°C. Dari proses ini akan dihasilkan arang, minyak
dari kondensasi gas seperti parafin, isoparafin, olefin, naphthene dan aromatik, serta gas
yang memang tidak bisa terkondensasi.

Catalytic Cracking cara ini menggunakan katalis untuk melakukan reaksi


perekahan. Dengan adanya katalis, dapat mengurangi temperatur dan waktu reaksi.

Salah satu cara untuk memanfaatkan limbah plastik tersebut adalah dengan
memanfaatkannya menjadi bahan bakar cair melalui pirolisis. Hal ini dapat dilakukan
karena plastik merupakan bahan yang tersusun atas monomer-monomer yang membentuk
polimer. Pirolisis didefiniskan sebagai degradasi termal dari bahan bakar padat pada
kondisi udara/oksigen terbatas, dimana proses in akan menghasilkan gas, tar, dan char.

Melihat persoalan tersebut, penulis tertarik untuk menguji bagaimana pengaruh


tempertur terhadap sampah plastic dengan mengunakan metode pirolisis ini dengan
mengambil judul penelitian “Analisis Pengaruh Temperatur pada Metode Pirolisis
dari Sampah Plastik Terhadap Kapasitas dan Kuantitas Minyak Pirolisis”

I.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang ada
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Berapa nilai kalor, massa jenis, viskositas, nilai oktan, dan pour point pada
minyak pirolisis sampah plastik?
2. Bagaimana perbandingan nilai kalor, massa jenis, viskositas, nilai oktan, dan pour
point dari minyak pirolisis dengan bensin?
I.3. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitiaan ini adalah:
1. Jenis plastik yang akan di gunakan yaitu jenis PET (polyethylene terephthalate).
2. Pirolisis yang dilakukan pada sampah plastik tanpa menggunakan katalis.
3. Pengambilan data di mulai saat suhu dalam reaktor mencapai 350°C
4. Tidak membahas kesetimbangan proses kinematika kimia.
I.4. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh temperature terhadap kualitas dan kuantitas dari


sampah plastik dengan mengunakan metode pirolisis
2. Untuk mengetahui berapa nilai kalor minyak pirolisis sampah plastik.
3. Untuk mengetahui berapa masa jenis, berapa viskositas minyak pirolisis sampah
plastik, brapa nilai oktan minyak pirolisis sapah plastik

I.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitiaan ini adalah:

1. Mengetahui proses membandingakan pengaruh temperatur terhadap kualitas dan


kuantitas.
2. Dapat mengurangi keberadaan limbah plastik yang tidak dapat diuraikan dalam
waktu singkat dan tidak menutup kemungkinan bahwa kedepannya hasil
penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti lain untuk lebih menyempurnakan
penelitian ini sekaligus mengurangi penggunaan bahan bakar fosil pada kendaraan
bermotor.

Anda mungkin juga menyukai