Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

‘’ Struktur Atom dan sistim periodik ‘’

O
L
E
H

SUKMANIAR ODE
16507026 / 1B

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2016

1|Page
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan benar.serta tepat pada waktunya.dalam Makalah
ini kami akan membahas tentang ‘’ STRUKTUR ATOM DAN SISTIM
PERIODIK ‘’
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan makalah ini.Oleh karena itu,kami mengucapkan Terima kasih
yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah membantuh dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar dalam
makalah ini.oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan
saran dan kritik yang dapat membantu kami.kritik konstruktif dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.Akhir kata
semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

2|Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………4
A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. STRUKTUR ATOM …………………………………………….5

B. SISTEM PERIODIK UNSUR …………………………………..13

BAB III PENUTUP …………………………………………………….16


A. KESIMPULAN

B. DAFTAR PUSTAKA

3|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

MAKALAH STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK.Sejalan


dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, manusia tidak terlepas
dari berbagai bentuk masalah dalam kehidupan ,olehnya para ilmuan selalu
mengkaji persoalan yang terjadi baik dalam lingkungan maupun alam secara
keseluruhan. Dengan hal tersebut sejarah perkembangan yang diangkat lewat
latar belakang ini adalah sejarah perkembangan system periodik unsur mulai
dari pengelompokkan unsur – unsur yang sederhana hingga pengelompokkan
yang secara modern. Sistem priodik merupakan suatu cara untuk
mengelompokkan unsur-unsur berdasarkan sifatnya. Pengelompokkan unsur
mengalami sejarah perkembangan, sifat logam, non logam, hukum-hukum,
golongan, peride, dan sifat-sifat unsur dalam system periodik modern.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pembahasan tersebut di atas maka penyususn dapat merumuskan


beberapa hal yang menjadi masalah sebagai berikut :
1. menjelaskan pengertian stuktur atom
2. Menjelaskan sistem periodik unsur
3. pengelompokan unsur-unsur berdasarkan hukum-hukum

C. TUJUAN

Tujuan penyusunan makalah ini adalah :


1. Untuk memperoleh gambaran tentang pandangan konsep kimia yang khususnya
menyangkut sistem periodik Unsur.
2. Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu kimia terutama
yang berkaitan dengan system periodik Unsur.
3. Agar mampu menjelaskan dan memahami tentang sistem periodik unsur

4|Page
BAB II

PEMBAHASAN

A. STRUKTUR ATOM

Teori Kuantum Max Planck


ax Planck, ahli fisika dari Jerman, pada tahun 1900 mengemukakan teori
kuantum. Planck menyimpulkan bahwa atom-atom dan molekul dapat
memancarkan atau menyerap energi hanya dalam jumlah tertentu. Jumlah atau
paket energi terkecil yang dapat dipancarkan atau diserap oleh atom atau
molekul dalam bentuk radiasi elektromagnetik disebut kuantum. Planck
menemukan bahwa energi foton (kuantum) berbanding lurus dengan frekuensi
cahaya.
Dengan usunan alat yang dapat menunjukkan efek fotolistrik ada pada gambar
1.1. Elektrode negatif (katode) yang ditempatkan dalam tabung vakum terbuat
dari suatu logam murni, misalnya sesium. Cahaya dengan energi yang cukup
dapat menyebabkan elektron terlempar dari permukaan logam.

Einstein menerangkan bahwa cahaya terdiri dari partikel-partikel foton yang


energinya sebanding dengan frekuensi cahaya. Jika frekuensinya rendah, setiap
foton mempunyai jumlah energi yang sangat sedikit dan tidak mampu memukul
elektron agar dapat keluar dari permukaan logam. Jika frekuensi (dan energi)
bertambah, maka foton memperoleh energi yang cukup untuk melepaskan
elektron (James E. Brady, 1990). Hal ini menyebabkan kuat arus juga akan
meningkat. Energi foton bergantung pada frekuensinya dengan:

h = tetapan Planck (6,626 × 10–34 J dt)


c = kecepatan cahaya dalam vakum (3 × 108 m det–1)
λ = panjang gelombang (m)

Teori Atom Bohr


teori Rutherford selanjutnya diperbaiki oleh Niels Bohr, Pendekatan yang
dilakukan Bohr adalah sifat dualisme yang dapat bersifat sebagai partikel dan
dapat bersifat sebagai gelombang.
5|Page
Hasil ini telah mengantarkan Bohr untuk mengembangkan model atom yang
dinyatakan bahwa :
1. Atom tersusun atas inti bermuatan positif dan dikelilingi oleh elektron yang
bermuatan negatif.
2. Elektron mengelilingi inti atom pada orbit tertentu dan stasioner (tetap), dengan
tingkat energi tertentu.
3. Eelektron pada orbit tertentu dapat berpindah lebih tinggi dengan menyerap
energi. Sebaliknya, elektron dapat berpindah dari orbit yang lebih tinggi ke
yang rendah dengan melepaskan energi.
4. Pada keadaan normal (tanpa pengaruh luar), elektron menempati tingkat energi
terendah (disebut tingkat dasar = ground state).
Teori atom yang diajukan oleh Bohr, hanya dapat menjelaskan hubungan antara
energi dengan elektron untuk atom hidrogen, namun belum memuaskan untuk
atom yang lebih besar.

Hipotesis Louis de Broglie


Pada tahun 1924, Louis de Broglie, menjelaskan bahwa cahaya dapat berada
dalam suasana tertentu yang terdiri dari partikel-partikel, kemungkinan
berbentuk partikel pada suatu waktu, yang memperlihatkan sifat-sifat seperti
gelombang (James E Brady, 1990). Argumen de Broglie menghasilkan hal
sebagai berikut.
Einstein : E = mc2
Max Planck :sehingga untuk menghitung panjang gelombang satu partikel
diperoleh:
ë = panjang gelombang (m)
m = massa partikel (kg)
_ = kecepatan partikel (m/s)
h = tetapan Planck (6,626 × 10–34 Joule s)
Hipotesis de Broglie terbukti benar dengan ditemukannya sifat gelombang dari
elektron. Elektron mempunyai sifat difraksi seperti halnya sinar–X. Sebagai
akibat dari dualisme sifat elektron sebagai materi dan sebagai gelombang, maka
lintasan elektron yang dikemukakan Bohr tidak dapat dibenarkan. Gelombang
tidak bergerak menurut suatu garis, melainkan menyebar pada suatu daerah
tertentu.

Teori Mekanika Kuantum


6|Page
Model atom Niels Bohr dapat menjelaskan inti atom yang bermuatan positif
yang dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif di dalam suatu lintasan.
Elektron dapat berpindah dari satu lintasan ke yang lain dengan menyerap atau
memancarkan energi sehingga energi elektron atom itu tidak berkurang.
Mekanika kuantum ini dapat menerangkan kelamahan teori atom Bohr tentang
garis-garis terpisah yang sedikit berbeda panjang gelombangnya dan
memperbaiki model atom Bohr dalam hal bentuk lintasan elektron dari yang
berupa lingkaran dengan jari-jari tertentu menjadi orbital dengan bentuk ruang
tiga dimensi yang tertentu.
BILANGAN KUANTUM
Ada empat bilangan kuantum yang akan kita kenal, yaitu bilangan kuantum
utama (n), bilangan kuantum Azimut (I), bilangan kuantum magnetic (m) dan
bilangan kuantum spin (s).
A.Pengertian Bilangan Kuantum

1.Bilangan Kuantum Utama (n)


Lambang dari bilangan kuantum utama adalah “n” (en kecil). Bilangan kuantum
utama menyatakan kulit tempat ditemukannya elektron yang dinyatakan dalam
bilangan bulat positif. Nilai bilangan itu di mulai dari 1, 2, 3 dampai ke-n.
Masih ingatkah Anda dengan jenis-jenis kulit atom berdasarkan konfigurasi
elektron yang telah dibahas di kelas X (Modul Kim. X.03). Jenis-jenis kulit
atom berdasarkan konfigurasi elektron tersebut adalah K, L, M dan N.

2. Bilangan Kuantum Azimut (l)


Bilangan kuantum azimut menyatakan sub kulit tempat elektron berada dan
bentuk orbital, serta menentukan besarnya momentum sudut elektron terhadap
inti.
Banyaknya subkulit tempat elektron berada tergantung pada nilai bilangan
kuantum utama (n). Nilai bilangan kuantum azimut dari 0 sampai dengan (n –
1). Bila n = 1, maka hanya ada satu.

3. Bilangan Kuantum Magnetik (m)


Bilangan kuantum magnetik menyatakan orbital tempat ditemukannya elektron
pada subkulit tertentu dan arah momentum sudut elektron terhadap inti.
Sehingga nilai bilangan kuantum magnetik berhubungan dengan bilangan
kuantum azimut. Nilai bilangan kuantum magnetik antara – l sampai + l.

7|Page
4. Bilangan Kuantum Spin (s)
Lambang bilangan kuantum spin adalah s yang menyatakan arah rotasi elektron
pada porosnya. Ada dua kemungkinan arah rotasi yaitu searah jarum jam atau
berlawanan arah jarum jam. Hal ini seperti berputarnya gasing atau mata uang
logam
Begitulah elektron yang berotasi, bila searah jarum jam maka memiliki nilai
s=+½ dan dalam orbital dituliskan dengan tanda panah ke atas. Sebaliknya
untuk elektron yang berotasi berlawanan arah jarum jam maka memiliki nilai s
= -½ dan dalam orbital dituliskan dengan tanda panah ke bawah.
Dari uraian arah rotasi maka kiata dapat mengetahui bahwa dalam satu orbital
atau kotak maksimum memiliki 2 elektron.

Bentuk dan Orientasi Orbital


Energi dan bentuk orbital diturunkan dari persamaan gelombang (ϕ = psi),
sedangkan besaran pangkat dua (ϕ2) dari persamaan gelombang menyatakan
rapatan muatan atau peluang menemukan elektron pada suatu titik dan jarak
tertentu dari inti. Bentuk orbital tergantung pada bilangan kuantum azimuth (l),
artinya orbital dengan bilangan kuantum azimuth yang sama akan mempunyai
bentuk yang sama. Orbital 1s, 2s, dan 3s akan mempunyai bentuk yang sama,
tetapi ukuran atau tingkat energinya berbeda.

1. Orbital s

Orbital yang paling sederhana untuk dipaparkan adalah orbital 1s. Gambar
berikut menunjukkan tiga cara pemaparan orbital 1s. Gambar menunjukkan
bahwa rapatan muatan maksimum adalah pada titik-titik di sekitar (dekat) inti.
Rapatan berkurang secara eksponen dengan bertambahnya jarak dari inti. Pola
bercak-bercak. Secara teori peluang, untuk menemui elektron tidak pernah
mencapai nol. Oleh karena itu tidak mungkin menggambarkan suatu orbital
secara lengkap. Biasanya gambar orbital dibatasi, sehingga mencakup bagian
terbesar (katakanlah 90%) peluang menemukan elektron. Gambar (c) adalah
orbital 1s dengan kontur 90%. Dalam teori atom modern, jari-jari atom
didefinisikan sebagai jarak dari inti hingga daerah dengan peluang terbesar
menemukan elektron pada orbital terluar. Bentuk dan orientasi orbital
2s diberikan pada gambar. Sama dengan orbital 1s, rapatan muatan terbesar
adalah pada titik-titik sekitar inti. Rapatan menurun sampai mencapai nol pada
jarak tertentu dari inti. Daerah tanpa peluang menemukan elektron ini
disebut simpul. Selanjutnya, rapatan muatan elektron meningkat kembali sampai
mencapai maksimum, kemudian secara bertahap menurun mendekati nol pada
8|Page
jarak yang lebih jauh. Peluang terbesar menemukan elektron pada orbital
2s adalah pada awan lapisan kedua. Sedangkan untuk orbital 3s juga
mempunyai pola yang mirip dengan orbital 2s, tetapi dengan 2 simpul. Kontur
90% dari orbital 3s ditunjukkan pada gambar (b), di mana peluang untuk
menemukan elektron pada orbital 3s adalah pada awan lapisan ketiga.
Orbital 1s, 2s, 3s Sumber: Chemistry, The Molecular Nature of Matter and
Change, Martin S. Silberberg. 2000.

2. Orbital p
Rapatan muatan elektron orbital 2p adalah nol pada inti, meningkat hingga
mencapai maksimum di kedua sisi, kemudian menurun mendekati nol seiring
dengan bertambahnya jarak dari inti. Setiap subkulit p ( = 1) terdiri dari tiga
orbital yang setara sesuai dengan tiga harga m untuk = 1, yaitu -1, 0, dan +1.
Masing-masing diberi nama px, py, dan pz sesuai dengan orientasinya dalam
ruang. Kontur yang disederhanakan dari ketiga orbital 2p diberikan pada
gambar (c). Distribusi rapatan muatan elektron pada orbital 3p ditunjukkan pada
gambar (b). Sedangkan kontur orbital 3p dapat juga digambarkan seperti
gambar (a) (seperti balon terpilin), tetapi ukurannya relatif lebih besar.
Orbital px, py, pz Sumber: Sumber: Chemistry, The Molecular Nature of Matter
and Change, Martin S. Silberberg. 2000

3. Orbital d dan f

Orbital dengan bilangan azimuth l = 2, yaitu orbital d, mulai terdapat pada kulit
ketiga (n = 3). Setiap subkulit d terdiri atas lima orbital sesuai dengan lima
harga m untuk l = 2, yaitu m = –2, –1, 0, +1, dan +2. Kelima orbital d itu diberi
nama sesuai dengan orientasinya, sebagai x2–x2 d , dxy, dxz, dyz, dan z d 2 .
Kontur dari kelima orbital 3d diberikan pada gambar berikut. Walaupun
orbital z d 2 mempunyai bentuk yang berbeda dari empat orbital d lainnya,
tetapi energi dari kelima orbital itu setara.
Orbital f lebih rumit dan lebih sukar untuk dipaparkan, tetapi hal itu tidaklah
merupakan masalah penting. Setiap subkulit f terdiri atas 7 orbital, sesuai
dengan 7 harga m untuk l = 3.
Seluruh orbital d
Salah satu dari tujuh orbital 4 f, yaitu orbital f xyz

Konfigurasi Elektron

9|Page
Konfigurasi elektron dari atom
Hubungan antara orbital dengan tabel periodik
1) Periode Pertama
Hidrogen hanya memiliki satu elektron pada orbital 1s, kita dapat
menuliskannya dengan 1s1 dan helium memiliki dua elektron pada orbital 1s
sehingga dapat dituliskan dengan 1s2

2. Periode kedua
Sekarang kita masuk ke level kedua, yaitu periode kedua. Elektron litium
memenuhi orbital 2s karena orbital ini memiliki energi yang lebih rendah
daripada orbital 2p. Litium memiliki konfigurasi elektron 1s 22s1. Berilium
memiliki elektron kedua pada level yang sama – 1s22s2.
Sekarang kita mulai mengisi level 2p. Pada level ini seluruhnya memiliki energi
yang sama, sehingga elektron akan menempati tiap orbital satu persatu.
B 1s22s22px1
C 1s22s22px12py 1
N 1s22s22px12py 12pz1
Elektron selanjutnya akan membentuk sebuah pasangan dengan elektron
tunggal yang sebelumnya menempati orbital.
O 1s22s22px22p y12pz1
F 1s22s22px22py 22pz1
Ne 1s22s22px22py 22pz2
Cara singkat pertama : Seluruh variasi orbital p dapat dituliskan secara
bertumpuk. Sebagai contoh, flor dapat ditulis sebagai 1s 22s22p5, dan neon
sebagai 1s22s22p6.
Penulisan ini biasa dilakukan jika elektron berada dalam kulit dalam. Jika
elektron berada dalam keadaan berikatan (di mana elektron berada di luar
atom), terkadang ditulis dalam cara singkat, terkadang dengan cara penuh.
Sebagai contoh, walaupun kita belum membahas konfigurasi elektron dari klor,
kita dapat menuliskannya sebagai 1s22s22p63s23px23p y23pz1.

Perhatikan bahwa elektron-elektron pada orbital 2p bertumpuk satu sama lain


sementara orbital 3p dituliskan secara penuh. Sesungguhnya elektron-elektron
pada orbital 3p terlibat dalam pembentukan ikatan karena berada pada kulit
terluar dari atom, sementara elektron-elektron pada 2p terbenam jauh di dalam
atom dan hampir bisa dikatakan tidak berperan sama sekali.
10 | P a g e
Cara singkat kedua : Kita dapat menumpukkan seluruh elektron-elektron
terdalam dengan menggunakan, sebagai contoh, simbol [Ne]. Di dalam konteks
ini, [Ne] berarti konfigurasi elektron dari atom neon -dengan kata lain
1s22s22px22py22p z2.
Berdasarkan cara di atas kita dapat menuliskan konfigurasi elektron klor dengan
[Ne]3s23px23py23pz1.
Periode ketiga
Mulai dari neon, seluruh orbital tingkat kedua telah dipenuhi elekton,
selanjutnya kita harus memulai dari natrium pada periode ketiga. Cara
pengisiannya sama dengan periode-periode sebelumnya, kecuali adalah
sekarang semuanya berlangsung pada periode ketiga.
Sebagai contoh :
cara singkat
2 2 6 2
Mg 1s 2s 2p 3s [Ne]3s2
S 1s22s22p63s23px 23py13pz1 [Ne]3s23px23py13p z1
Ar 1s22s22p63s23px 23py23pz2 [Ne]3s23px23py23p z2

Permulaan periode keempat

Sampai saat ini kita belum mengisi orbital tingkat 3 sampai penuh – tingkat 3d
belum kita gunakan. Tetapi kalau kita melihat kembali tingkat energi orbital-
orbital, kita dapat melihat bahwa setelah 3p energi orbital terendah adalah 4s –
oleh karena itu elektron mengisinya terlebih dahulu.
K 1s22s22p63s23p6 4s1
Ca 1s22s22p63s23p6 4s2
Bukti kuat tentang hal ini ialah bahwa elemen seperti natrium ( 1s 22s22p63s1 )
dan kalium ( 1s22s22p63s23p64s 1 ) memiliki sifat kimia yang mirip.
Elektron terluar menentukan sifat dari suatu elemen. Sifat keduanya tidak akan
mirip bila konfigurasi elektron terluar dari kalium adalah 3d1.

Elemen blok s dan p

Elemen-elemen pada golongan 1 dari tabel periodik memiliki konfigurasi


elektron terluar ns1 (dimana n merupakan nomor antara 2 sampai 7). Seluruh
11 | P a g e
elemen pada golongan 2 memiliki konfigurasi elektron terluar ns2. Elemen-
elemen di grup 1 dan 2 dideskripsikan sebagai elemen-elemen blok s.
Elemen-elemen dari golongan 3 seterusnya hingga gas mulia memiliki elektron
terluar pada orbital p. Oleh karenanya, dideskripsikan dengan elemen-elemen
blok p.
Elemen blok d
Perhatikan bahwa orbital 4s memiliki energi lebih rendah dibandingkan dengan
orbital 3d sehingga orbital 4s terisi lebih dahulu. Setelah orbital 3d terisi,
elektron selanjutnya akan mengisi orbital 4p.
Elemen-elemen pada blok d adalah elemen di mana elektron terakhir dari
orbitalnya berada pada orbital d. Periode pertama dari blok d terdiri dari elemen
dari skandium hingga seng, yang umumnya kita sebut dengan elemen transisi
atau logam transisi. Istilah “elemen transisi” dan “elemen blok d” sebenarnya
tidaklah memiliki arti yang sama, tetapi dalam perihal ini tidaklah menjadi suatu
masalah.
Elektron d hampir selalu dideskripsikan sebagai, sebagai contoh, d5 atau d8 –
dan bukan ditulis dalam orbital yang terpisah-pisah. Perhatikan bahwa ada 5
orbital d, dan elektron akan menempati orbital sendiri sejauh ia mungkin.
Setelah 5 elektron menempati orbital sendiri-sendiri barulah elektron
selanjutnya berpasangan.
d5 berarti
d8 berarti Perhatikan bentuk pengisian orbital pada level 3, terutama pada
pengisian atom 3d setelah 4s.
Sc 1s22s22p63s23p6 3d14s2
Ti 1s22s22p63s23p6 3d24s2
V 1s22s22p63s23p6 3d34s2
Cr 1s22s22p63s23p6 3d54s1
Perhatikan bahwa kromium tidak mengikuti keteraturan yang berlaku. Pada
kromium elektron-elektron pada orbital 3d dan 4s ditempati oleh satu elektron.
Memang, mudah untuk diingat jikalau keteraturan ini tidak berantakan – tapi
sayangnya tidak !
Mn 1s22s22p63s23p6 3d54s2 (kembali ke keteraturan semula)
Fe 1s22s22p63s23p6 3d64s2
Co 1s22s22p63s23p6 3d74s2
Ni 1s22s22p63s23p6 3d84s2
Cu 1s22s22p63s23p6 3d104s1 (perhatikan!)
Zn 1s22s22p63s23p6 3d104s2

Pada elemen seng proses pengisian orbital d selesai.


12 | P a g e
Pengisian sisa periode 4
Orbital selanjutnya adalah 4p, yang pengisiannya sama seperti 2p atau 3p. Kita
sekarang kembali ke elemen dari galium hingga kripton. Sebagai contoh, Brom,
memilki konfigurasi elektron 1s22s22p63s23p63d104s 24px24py24pz1.

Rangkuman
Menuliskan konfigurasi elektron dari hidrogen sampai kripton

 Gunakan tabel periodik untuk mendapatkan nomor atom yang berarti


banyaknya jumlah elektron.
 Isilah orbital-orbital dengan urutan 1s, 2s, 2p, 3s, 3p, 4s, 3d, 4p sampai
elektron-elektron selesai terisi. Cermatilah keteraturan pada orbital 3d !
Isilah orbital p dan d dengan elektron tunggal sebisa mungkin sebelum
berpasangan.
 Ingat bahwa kromium dan tembaga memiliki konfigurasi elektron yang
tidak sesuai dengan keteraturan.

Menuliskan struktur elektron elemen-elemen “besar” pada blok s dan p


Sebagai contoh, Yodium berada pada golongan 7 dan oleh karenanya memiliki
7 elektron terluar. Yodium berada pada periode 5 dan oleh karenanya elekton
mengisi pada orbital 5s dan 5p. Jadi, Yodium memiliki konfigurasi elektron
terluar 5s25px25py25pz 1.
Contoh yang kedua, Barium , berada pada golongan 2 dan memiliki 2 elektron
terluar. Barium berada pada periode keenam. Oleh karenanya, Barium memilki
konfigurasi elektron terluar 6s2.
Konfigurasi keseluruhannya adalah : 1s22s22p63s23p63d104s 24p64d105s25p66s2.
Kita mungkin akan terjebak untuk mengisi orbital 5d10 tetapi ingatlah bahwa
orbital d selalu diisi setelah orbital s pada level selanjutnya terisi. Sehingga
orbital 5d diisi setelah 6s dan 3d diisi setelah 4s.

B. SISTEM PERIODIK UNSUR

Hubungan Sistem Periodik dengan Konfigurasi Elektron


Para ahli kimia pada abad ke-19 mengamati bahwa terdapat kemiripan sifat
yang berulang secara periodik (berkala) di antara unsur-unsur. Kita telah
mempelajari usaha pengelompokan unsur berdasarkan kesamaan sifat, mulai
dari Johann Wolfgang Dobereiner (1780 – 1849) pada tahun 1829 dengan
kelompok-kelompok triad. Kemudian pada tahun 1865, John Alexander Reina
Newlands (1838 – 1898) mengemukakan pengulangan unsur-unsur secara
13 | P a g e
oktaf, serta Julius Lothar Meyer (1830 – 1895) dan Dmitri Ivanovich
Mendeleev (1834 – 1907) pada tahun 1869 secara terpisah berhasil menyusun
unsur-unsur dalam sistem periodik, yang kemudian disempurnakan dan
diresmikan oleh IUPAC pada tahun 1933. Unsur-unsur yang jumlah kulitnya
sama ditempatkan pada periode (baris) yang sama.

Nomor periode = jumlah kulit


Unsur-unsur yang hanya mempunyai satu kulit terletak pada periode pertama
(baris paling atas). Unsur-unsur yang mempunyai dua kulit terletak pada
periode kedua (baris kedua), dan seterusnya.
Contoh:
• 5B : 1s2, 2s2, 2p1 periode 2
• 15P : 1s2, 2s2, 2p6, 3s2, 3p3 periode 3
• 25Mn : [Ar], 3d5, 4s2 periode 4
• 35Br : [Ar], 3d10, 4s2, 4p5 periode 4
Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan nomor periode
suatu unsur dapat diambil dari nomor kulit paling besar. Dengan
berkembangnya pengetahuan tentang struktur atom, telah dapat disimpulkan
bahwa sifat-sifat unsur ditentukan oleh konfigurasi elektronnya, terutama oleh
elektron valensi. Unsur-unsur yang memilikistruktur elektron terluar (elektron
valensi) yang sama ditempatkan pada golongan (kolom) yang sama. Dengan
demikian, unsur-unsur yang segolongan memiliki sifat-sifat kimia yang sama.
Penentuan nomor golongan tidaklah sesederhana seperti penentuan nomor
periode. Distribusi elektron-elektron terluar pada subkulit s, p, d, dan fsangatlah
menentukan sifat-sifat kimia suatu unsur.

Kegunaan Sistem Periodik


Sistem periodik dapat digunakan untuk memprediksi harga bilangan oksidasi,
yaitu:
1. Nomor golongan suatu unsur, baik unsur utama maupun unsur transisi,
menyatakan bilangan oksidasi tertinggi yang dapat dicapai oleh unsur tersebut.
Hal ini berlaku bagi unsur logam dan unsur non logam.
2. Bilangan oksidasi terendah yang dapat dicapai oleh suatu unsur bukan logam
adalah nomor golongan dikurangi delapan. Adapun bilangan oksidasi terendah
bagi unsur logam adalah nol. Hal ini disebabkan karena unsur logam tidak
mungkin mempunyai bilangan oksidasi negatif.
BAB III
PENUTUP
14 | P a g e
A. KESIMPULAN

Pada tahun 1913, Niels Bohr, fisikawan berkebangsaan Swedia,


mengikuti jejak Einstein menerapkan teori kuantum untuk menerangkan hasil
studinya mengenai spektrum atom hidrogen. Bohr mengemukakan teori baru
mengenai struktur dan sifat-sifat atom. Teori atom Bohr ini pada prinsipnya
menggabungkan teori kuantum Planck dan teori atom dari Ernest Rutherford
yang dikemukakan pada tahun 1911. Bohr mengemukakan bahwa apabila
elektron dalam orbit atom menyerap suatu kuantum energi, elektron akan
meloncat keluar menuju orbit yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika elektron itu
memancarkan suatu kuantum energi, elektron akan jatuh ke orbit yang lebih
dekat dengan inti atom. Model atom Bohr dikemukakan oleh Niels Bohr yang
berusaha menjelaskan kestabilan atom dan spektrum garis atom hidrogen yang
tidak dapat dijelaskan oleh model atom Rutherford.
Ada empat postulat yang digunakan untuk menutupi kelemahan model atom
Rutherford, antara lain :
1. Atom Hidrogen terdiri dari sebuah elektron yang bergerak dalam suatu lintas
edar berbentuk lingkaran mengelilingi inti atom, gerak elektron tersebut
dipengaruhi oleh gaya coulomb sesuai dengan kaidah mekanika klasik.
2. Lintas edar elektron dalam hydrogen yang mantap hanyalah memiliki harga
momentum angular L yang merupakan kelipatan dari tetapan Planck dibagi
dengan 2π.
3. Dalam lintas edar yang mantap elektron yang mengelilingi inti atom tidak
memancarkan energi elektromagnetik, dalam hal ini energi totalnya E tidak
berubah.
4. Jika suatu atom melakukan transisi dari keadaan energi tinggi EU ke keadaan
energi lebih rendah EI, sebuah foton dengan energi hυ=EU-EI diemisikan. Jika
sebuah foton diserap, atom tersebut akan bertransisi ke keadaan energi rendah
ke keadaan energi tinggi.
15 | P a g e
Tetapi Model atom bohr tidak dapat menjelakan pengamatan-pengamatan
yang dilakukan pada atom yang lebih kompleks, sehingga dikembangkanlah
satu model struktur atom yang lebih rumit dengan penalaran matematika tinggi
yaitu model mekanika kuantum.
Model ini berdasarkan pada teori kuantum yang mengatakan bahwa
materi juga memiliki sifat-sifat yang sama seperti gelombang. Menurut teori
kuantum, letak dan momentum (kecepatan dan arah) suatu electron pada satu
waktu tidak mungkin diketahui secara pasti dan hal ini dikenal dengan prinsip
ketidakpastian. Jadi, para ilmuwan harus mengganti lingkaran Bohr dengan
orbital(kadang-kadangdisebut sebagai awan electron) yaitu volume ruang yang
kemungkinan besar terdapat satu electron. Dengan kata lain, dalam hal ini
istilah kepastian diganti dengan kebolehjadian (probabilitas).
.

DAFTAR PUSTAKA

http://sherliannadewi.blogspot.co.id/2014/10/makalah-struktur-atom-dan-
sistim.html

16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai